• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nutrisi hidroponik ialah pupuk hidroponik lengkap yang mengandung semua unsur hara makro dan mikro yang diperlukan untuk tanaman hidroponik. Pupuk tersebut diformulasikan secara khusus, sesuai jenis dan fase pertumbuhan tanaman. Nutrisi hidroponik terdiri atas unsur hara makro dan mikro yang berbentuk garam-garam mineral yang larut 100% dalam air. Untuk meramu pupuk hidroponik yang pertama dilakukan ialah membuat larutan A dan larutan B. Larutan A terdiri atas kalsium nitrat atau Ca(NO3)2 dan FeEDTA. Sedangkan larutan B berupa campuran unsur HNO3, KNO3, NH4NO3, NH4H2PO4, (NH4)2HPO4, (NH4)2SO4, KH2PO4, H3PO4, KCl, KH2PO4, K2SO4, MgSO47H2O, CaSO4, K2SO4, H2BO3, CuSO4SH2O, MnSO44H2O, ZnSO47H2O, dan (NH4)6Mo7O24H2O.

Pembuatan larutan nutrisi yang dilakukan membutuhkan 20 kg pupuk A dan 20 kg pupuk B dalam tong yang masing-masing berkapasitas 100 liter. Kemudian membuat larutan pada masing-masing dengan air sebanyak 50 liter. Selanjutnya memasukkan air ke dalam tong hingga tong penuh atau setara dengan 100 liter, lalu

diaduk kembali hingga tercampur secara merata. Setelah itu menuangkan larutan A dan larutan B masing-masing sebanyak 15 liter ke dalam tandon yang berkapasitas 3.000 liter air untuk satu greenhouse. Kemudian di aduk hingga tercampur secara merata, EC yang di dapatkan yaitu 2,3. Larutan nutrisi tersebut didistribusikan pada rak-rak talang di greenhouse N2 dan greenhouse N3. Hal inilah yang membuat produksi tanaman kailan kurang bagus di PT. Kebun Sayur Segar. Hal ini sesuai dengan pendapat Puspitasari (2011), bahwa kailan membutuhkan nutrisi pada tingkat kepekatan larutan dengan EC yang berbeda pada setiap fase hidupnya. Pada kepekatan larutan nutrisi dengan EC yang terlampau tinggi, tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah jenuh. Aliran larutan hara hanya lewat, tanpa diserap akar. Batasan jenuh kepekatan larutan nutrisi untuk sayuran daun adalah dengan EC 4,2. Apabila kepekatan nutrisi dengan EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi toksisitas atau keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis. Sedangkan bila kepekatan larutan nutrisi dengan EC yang terlalu rendah akan menyebabkan defisiensi unsur hara seperti tipburn pada daun, tanaman kerdil, dan tanaman kurus.

Salah satu faktor penting dalam pemberian larutan nutrisi adalah pengontrolan konduktivitas elektrik atau “electro conductivity” (EC). EC ialah kemampuan untuk menghantarkan ion listrik yang ada di dalam larutan ke akar tanaman. EC merupakan yang menunjukkan konsentrasi ion terlarut di dalam larutan. Semakin banyak ion terlarut maka semakin tinggi konduktivitas listrik dalam larutan tersebut. Hal ini mempengaruhi metabolisme tanaman, yaitu kecepatan fotosintesis tanaman, aktivitas enzim, dan potensial penyerapan ion larutan oleh akar sehingga mempengaruhi absorbsi hara (Kristanti, 1998).

Nilai EC merupakan indikator kepekatan hara dalam suatu larutan dan satuan ukurannya mS/cm (atau mmho/cm), yang dapat dilihat dengan menggunakan alat yaitu EC meter. EC meter berperan penting dalam memantau tinggi rendahnya kepekatan bahan kimia pada suatu larutan. Semakin tinggi garam yang terdapat dalam air, semakin tinggi EC-nya. Konsentrasi garam yang tinggi dapat merusak akar tanaman dan mengganggu serapan nutrisi dan air (Hochmuth dan Hochmuth 2003). Setiap jenis dan umur tanaman membutuhkan larutan dengan EC yang berbeda-beda. Kebutuhan EC disesuaikan dengan fase pertumbuhan, yaitu

ketika tanaman masih kecil, EC yang dibutuhkan juga kecil. Semakin meningkat umur tanaman semakin besar EC-nya.

Jika EC terlalu tinggi dapat diturunkan kembali melalui penambahan air pada larutan nutrisi tersebut, sehingga kepekatan larutan berkurang. Sedangkan jika EC turun, itu menandakan tanaman sudah berhasil menyerap unsur kimia yang terkandung didalamnya. Penurunan kepekatan dapat timbul jika matahari bersinar cerah, tetapi kelembaban udara masih tinggi. Daya serap tanaman akan meningkat dan menghabiskan unsur nutrisi lebih cepat, sehingga kepekatan larutan akan cepat turun pula. Apabila EC terlalu rendah maka dapat ditingkatkan kembali dengan penambahan konsentrasi larutan pada larutan nutrisi tersebut.

Selain EC, pH juga merupakan faktor yang penting untuk dikontrol. pH adalah kadar keasaman dan garam alkali dalam air dan terukur dalam skala 0 sampai 14. Makin rendah nilai pH menandakan makin asam suatu larutan dan makin tinggi nilai pH menandakan makin basa atau alkali suatu larutan. Formula nutrisi yang berbeda mempunyai pH yang berbeda, karena garam-garam pupuk mempunyai tingkat kemasaman yang berbeda jika dilarutkan dalam air. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pH larutan yang direkomendasikan untuk tanaman sayuran pada sistem hidroponik adalah antara 5,5 sampai 6,5. Apabila pH terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, daya serap tanaman akan terganggu karena terjadi endapan unsur hara di dalam larutan nutrisi sehingga terjadi defisiensi unsur tertentu. Pada pH yang lebih tinggi, ketersediaan unsur Mn, Cu, Zn, dan Fe berkurang. Sedangkan pada pH yang lebih rendah, ada penurunan untuk ketersediaan unsur P, K , Ca dan Mg. Penurunan ketersediaan nutrisi berarti penurunan serapan nutrisi oleh tanaman (Rosliani dan Sumarni, 2005).

Jika pH terlalu tinggi (basa), dapat diturunkan dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) atau asam fosfat (H3PO4) sedikit demi sedikit ke dalam larutan nutrisi hingga kadar pH sesuai. Sedangkan jika pH terlalu rendah (asam) dapat ditingkatkan dengan menambahkan kalium hidroksida (KOH) 10% sedikit demi sedikit ke dalam larutan nutrisi hingga kadar pH sesuai. Bisa juga menggunakan kapur gamping, untuk 1000 liter air dicampur dengan 2 sendok makan kapur

gamping dapat meningkatkan ph dari 5 menjadi 7. Selain itu baking soda juga dapat digunakan untuk menaikkan pH.

Agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu, maka konsentrasi larutan harus selalu diperiksa. Pemeriksaan larutan hara terutama pH dan nilai EC, apabila kualitas larutan berkurang, maka dapat dilakukan penambahan bahan tertentu dan jika larutan sudah tidak mungkin dipakai, harus diganti dengan larutan baru (Roam, 1998).

Dokumen terkait