• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan sabun natrium

Dalam dokumen LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II (Halaman 50-58)

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Data tabel pengamatan

4.1.1 Pembuatan sabun natrium

No Perlakuan Pengamatan

1 10 g minyak + 10 ml etanol 95% +10 ml NaOH 25%.

Minyak berwarna kuning menjadi kuning pudar

2 Memanaskan larutan Terbentuk buih (busa)

3 + NaCl jenuh Terjadi emulsi larutan tidak

berwarna,endapan berwarna putih gading 4 Menyaring endapan Endapan berwarna putih gading, bobot

endapan 41.76 g 4.1.2Sifat-sifat sabun No Perlakuan Pengamatan 1  Tabung 1 + 5 ml HCl  Pemanasan

 endapan menjadi berbentuk bulatan, dan larutan bening

 endapan larut, warna larutan menjadi keruh, pada bagian atas terbentuk lapisan kuning  Bobot endapan 0.81 g

2  Tabung II + 5 ml CaCO3

 Pemanasan

 endapan menjadi berbentuk bulatan, dan larutan keruh

 endapan larut, warna larutan bagian bawah tak berwarna, tengah keruh dan bagian atas lapisan kuning

4.1.3 Penentuan Kadar Asam Lemak

4.2Pembahasan

Percobaan kali ini adalah Pembuatan sabun natrium dengan reaksi saponifikasi, Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol. Sabun adalah garam logam alkali yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang dari asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini alkali yang dimaksud adalah natrium (Na) dari basa kuat NaOH. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada strukturnya dimana kedua ujung dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada salah satu ujungnya terdiri dari rantai hidrokarbon asam lemak yang bersifat lipofilik (tertarik pada atau larut lemak dan minyak) atau basa yang disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung lainnya merupakan ion karboksilat yang bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut dalam air) atau ujung polar.

Gambar 1 Struktur Sabun

Reaksi saponifikasi yang terjadi adalah sebagai berikut :

CH3(CH2)14CO2 H + 3 NaOH 3 CH3(CH2)14CO2Na + C3H8O3

Perlakukan Pengamatan

Sabun dipotong-potong kemudian ditimbang

0.5 gram

0.5 g sabu═ + Air + PP + oC Larut, berbusa, larutan berwarna ungu muda

Sabun + petroleum eter (ekstraksi) Terbentuk 2 fasa, atas petroleum eter, bawah sabun

Terbentuk 2 fasa, atas petroleum eter, bawah sabun

Larutan yang telah dicampurkan tersebut kemudian didukan agar larutan cepat bereaksi. Pada saat dicampurkan, campuran membentuk 2 lapisan yang pada bagian atas berwarna kuning dan bagian bawah berwarna putih pudar. Kemudian ditambahkan 80ml NaCl jenuh untuk mengendapkan sabun (Garam NaCl akan memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol). lalu didinginkan dan disaring sehingga didapat berat sabun sebesar 41.76 gram.

Kemudian endapan pada kertas saring diambil kira-kira 1 gram dan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan 10 ml air panas, dan diaduk sampai homogen. Selanjutnya larutan sabun tersebut dibagi kedalam 2 taung reaksi. Berdasarkan percobaan tersebut diperoleh endapat di masing – masing tabung reaksi dengan bobot 0.8 g dengan penambahan HCl, dan 3.62 g dengan penambahan karbonat.

Pada percobaan Selanjutnya merupakan uji sifat-sifat sabun atau uji kesadahan. Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah air dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan membentuk busa. Kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha memanipulasi nilai pH.

Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+ atau Mg2+ biasanya terbentuk dari garam karbonat atau sulfat. Air sadah mempunyai sifat yaitu menyebabkan sabun sukar berbuih dan timbulnya sejenis karang dan kerak.

Pada hasil percobaan pada kedua tabung setelah dipanaskan terbentuk endapan sabun berwarna putih gading.

Sabun sukar berbuih dalam air sadah, karena ion Ca2+ yang terkandung mengendapkan Sabun Natrium. Reaksinya sebagai berikut :

5

CaCO3 + 2C17H35COONa (C17H35COO)2Ca + NaCO3

Selain direaksikan dengan larutan ion Ca2+, sabun juga direaksikan dengan larutan HCl. Dalam asam, sabun akan dihidrolisa menjadi asam lemak kembali. Reaksi sebagai berikut :

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa sabun adalah garam alkali dari asam lemak sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifar basa. Jika larutan sabun dalam air diaduk akan menghasilkan buih. Sabun dapat membersihkan, sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunya guguspolar dan non polar. Molekul sabun memiliki rantai CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air), dan larut dalam senyawa organic, sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dalam larut dalam air.

Dalam percobaan tentang penentuan kadar asam lemak dari sabun menggunakan alat ekstraksi yaitu dengan menggunakan corong pisah, yang kemudian dititrasi untuk diketahui persentase asam lemak dari sabun Fresh tersebut.

Pertama yang didahulukan yaitu sabun dipotong kecil-kecil, kemudian ditimbang sebanyak 0,5 g. setelah itu dilarutkan dengan 400 mL air dan menambahkan 1-3 indikator pp dalam hal ini agar mengetahui bahwa larutan tersebut mengandung asam atau basa. Setelah penambahan indikator pp yaitu terjadi perubahan warna ungu muda dan ini menandakan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Kemudian dipanaskan sambil dikocok, fungsi dipanaskan yaitu agar dapat mempercepat larutnya sabun. Sabun yang telah larut tersebut diencerkan menjadi 500 mL.

Selanjutnya yaitu diambil 20 mL larutan, kemudian dimasukkan kedalam corong pisah, ditambahkan 10 mL petroleum eter lalu dikocok, petrolrum ini berfungsi untuk mengikat asam lemak dari larutan air sabun tersebut. Ketika dilakukan pengocokan terjadi emulsi dan adanya 2 fasa yaitu fasa organik dalam hal ini petroleum eter yang berada lapisan atas yang dalam hal ini adalah petroleum eter yang berada pada lapisan atas kuning dan lapisan air pada bagian bawah putih keruh, dan beremulsi. Karena itu, ditambahkan 10mL larutan NaCl jenuh lalu di kocok selama 10 menit untuk menghilangkan emulsi.

Reaksi antara stearat dan NaCl yaitu :

C17H35COOH + NaOH C17H35COONa + H2O

Setelah itu lapisan petroleum eter dipisahakan. Lapisan eter dimasukan dalam corong pisah kemudian ditambahkan 10 mL air dan 2 tetes indikator pp dikocok. Perlakuan dilakukan sebanyak 3x yang bertujuan agar air tidak bersifat basa lagi. Fungsi dari pengocokkan ini agar zat pelarut terdistribusi dalam kedua pelarut yang tak saling campur.

Lapisan petroleum eter yang berada dalam corong pisah ditambahkan 20 mL Alkohol lalu dikocok selama 10 menit dan dibiarkan beberapa menit. Fungsi penambahan Alkohol ialah untuk menarik pengotor-pengotor yang masih tersisa dalam petroleum eter. Lapisan petroleum eter tersebut kemudian dilakukan titrasi. volume yang diperoleh ketika titrasi sebesar 0.4 ml titran NaOH, sehingga dapat diketahui persen asam lemak dari sabun batang tersebut sebesar 2.84 %. Asam stearat berlaku sebagai zat asam yang nantinya bereaksi dengan basa yaitu NaOH yang membentuk sabun atau disebut juga reaksi penyabunan.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu baan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen lain dalam campuran. Ekstraksi meliputi distribusi zat terarut diantara dua pelarut yang tidak dapat bercampur. Pelarut umum yang dipakai adalah air dan pelarut organik lain seperti CHCl3, etanol atau pentane. Garam anorganik, asam-asam dan basa- basa yang dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke dalam air dari pelarut yang kurang padat. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan beruang kali dengan jumlah pelarut yang lebih kecil daripada jumlah pelarutnya yang banyak, tetapi ekstraksinya hanya sekali.

Ekstraksi pelarut daam skala laboratorium dilakukan dalam suatu corong pisah. Pemisahan dilakukan dengan mengocok sehingga terjadi kesetimbangan komponen yang akan dipisahkan dalam pelarut air dan pelarut organik. Pelarut yang massa jenisnya lebih besar akan berada di bawah sehingga akan terjadi dua lapisan, yaitu lapisan fasa air dan fasa organik yang kemudian dipisahkan melalui kran corong. Pemisahan dapat dilakukan dengan ekstraksi satu tahap atau lebih. Semakin banyak tahap ekstraksi banyaknya komponen yang dapat terpisahkan akan semakin banyak.

Seperti pada perlakuan yang dilakukan pada percobaan kali ini yaitu larutan sabun yang ditambahkan dengan pelarut organik yaitu kloroform yang dimasukkan dalam corong pisah dan digojog. Bila terbentuk emulsi tambahkan NaCl jenuh. Penggojokan berfungsi agar campuran dapat bercampur dan nantinya petroleum eter dapat mengikat lemak yang terdapat dalam larutan sabun. Setelah lapisan petroleum eter didapat tambahkan pelarut air agar sifat basanya berkurang dan indikator pp. apisan klororform ditambahkan lagi

dengan air sampai air tidak bersifat basa yang ditandai dengan hilangnya warna merah muda yang menjadi indikator bahwa campuran sudah tidak basa lagi. Kemudian dalam lapisan kloroform ditambahkan alkohol dan NaCl jenuh. Diambil lapisan alkohonya dan ditambahkan dengan indikator pp dan dititrasi. Petroleum eter dan alkohol adaah senyawa yang berfungsi untuk melarutkan lemak.

Prinsip dalam pelarutan yaitu like disolved like. Larutan satu akan mampu bercampur sempurna dengan larutan lain apabila memiiki sifat (polaritas) yang sama atau tidak jauh berbeda. Bila pencampuran dilakukan antar larutan yang memiliki tingkat polaritas yang berbeda maka akan terbentuk lapisan antar muka (interface) yang memisahkan kedua fase larutan. Peristiwa ini dapat dilihat dari pencampuran antara 2 pelarut organik yaitu petroleum eter dan alkohol. Salah satu hal yang dapat kita lakukan agar larutan tidak saling campur tersebut menjadi campur yaitu dengan menggojoknya. Menggojog bertujuan untuk mempercepat reaksi. Selain itu sifat dari petroleum eter adalah pelarut non polar dan akohol adalah pelarut non polar.

BAB V KESIMPULAN

 Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akandihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwaini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap

 Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan proses saponifikasi dengan mereaksikan minyak kelapa (trigliserida) dengan alkali (NaOH). Berat sabun yang dihasilkan pada praktikum ini adalah sebesar 41.76 gram.

 Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimiakoloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencucikotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.

 Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan kotoran non polar) Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar). Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan permukaan sehingga kain menjadi bersih. meresap lebih cepat ke permukaan kain. Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi. Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Ba═a═. 2012. ―Lap║ra═ Sap║═ifikasi‖.http://ba═a═sae.bl║gsp║t.c║m/2012/02/lap║ra═- saponifikasi.html. [Diakses 18 Mei 2014].

Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga

Hudin Uswana.2012. Laporan Praktikum Kimia Pembuatan Sabun http://hudin- uswana.blogspot.com/2012/03/laporan-pratikum-kimia-membuat-sabun.html Putri. 2012. Laporan Praktikum Kimia Dasar Reaksi Saponifikasi Serta Pengujian Sifat

Surfaktan Sabun Dan Detergen.http://putri.blogspot.com/[Diakses 18 Mei 2014]

LAMPIRAN

Dalam dokumen LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II (Halaman 50-58)

Dokumen terkait