• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN I

KARBOHIDRAT

Disusun Oleh :

Rina Febrina 1530221003

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI PROGRAM STUDI KIMIA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karbohidrat memegang peranan penting dalam tubuh karena merupakan sumber energi utama. Selain itu Karbohidrat juga bertindak sebagai bahan bakar, dan zat antara metabolisme. Karbohidrat ada dalam berbagai bahan pangan : bebijian, kentang, daging tanpa lemak, ikan dan bahkan bayam. Karbohidrat yang berlebihan dalam makanan berubah menjadi lemak dan disimpan.

Sebagian besar karbohidrat diperoleh dari makanan akan tetapi terkadang kita tidak mengetahui bahwa karbohidrat jenis apa yang kita makan dan bagaimana sifat-sifat serta fungsi dari karbohidrat tersebut. Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis baik kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat. Mulai dari yang membedakan karbohidrat dari senyawa lain sampai yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik.

Oleh karena itu Pada percobaan ini dilakukan analisa kualitatif terhadap suatu analit yang mengandung karbohidrat dengan uji molisch, reaksi glukosa dengan pereaksi fehling, benedict, tollens, basa kuat, dengan reaksi sukrosa, laktosa, reaksi pati dan reaksi pati yang dihidrolisis.

1.2Tujuan

1. Mengenal beberapa karbohidrat yang lazim dan sifat fisisnya.

2. Mempelajari perbedaan penting sifat fisis dan kimia dari monosakarida, disakarida dan polisakarida.

(3)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian struktur pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.

Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).

2.2 Jenis – Jenis karbohidrat

Zat Karbohidrat merupakan sumber struktur utama bagi tubuh. Jika kebutuhan akan karbohidrat tidak terpenuhi, maka fungsi karbohidrat akan diambil alih oleh protein yang menyebabkan kinerja protein menjadi kurang optimal. Karbohidrat tersedia dalam jumlah yang melimpah di muka bumi. Zat karbohidrat merupakan nutrisi yang penting bagi tubuh. Dewasa ini banyak orang yang menghindari makan yang mengandung karbohidrat demi struktur kesehatan. Tentu saja karena tidak semua jenis karbohidrat baik dikonsumsi apalagi dalam jumlah yang berlebihan. Berdasarkan panjang rantai karbonnya, karbohidrat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

1.) Monosakarida

(4)

besar monosakarida yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah dari kelompok Heksosa dan Pentosa.

Glukosa

Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Glukosa merupakan komponen utama gula darah, menyusun 0,065- 0,11% darah kita. Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan struktur. Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh kita menggunakannya langsung untuk menghasilkan 4truct. Glukosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi Tollens sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi.

Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa, monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus –

CHO). Lima karb║═ da═ satu ║ksige══ya membe═tuk ci═ci═ ya═g disebut ―ci═ci═ pira═║sa‖, be═tuk pali═g stabil u═tuk struktur berkab║═ e═am. Dalam ci═ci═ i═i, tiap

karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan struktur kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7.

Galaktosa

(5)

dan kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga merupakan gula pereduksi. Glukosa dan galaktosa bereaksi positif terhadap Larutan fehling, yaitu dengan menghasilkan endapan merah bata dari Cu2O.

Fruktosa

Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa murni rasanya sangat manis, warnanya putih, berbentuk struktur padat, dan sangat mudah larut dalam air. Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa. Di tanaman, fruktosa dapat berbentuk monosakarida dan/atau sebagai komponen dari sukrosa. Sukrosa merupakan molekul disakarida yang merupakan gabungan dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sama seperti glukosa, fruktosa adalah suatu gula pereduksi.

Manosa

Manosa adalah gula aldehida yang dihasilkan dari oksidasi manitol dan memiliki sifat-sifat umum yang serupa dengan glukosa. Manosa, jarang terdapat di dalam makanan. Di gurun pasir, seperti di Israel terdapat di dalam manna yang mereka olah untuk membuat roti.

(6)

Ribosa adalah gula struktur yang ditemukan dalam semua sel tumbuhan dan hewan dalam bentuk furanosa. Ribosa merupakan komponen RNA yang digunakan untuk transkripsi genetika. Selain itu Ribosa juga berhubungan erat dengan deoksiribosa, yang merupakan komponen dari DNA. Ribosa juga meupakan komponen dari ATP, NADH, dan beberapa kimia lainnya yang sangat penting bagi struktural.

Xilosa

Xilosa suatu gula struktur, yaitu monosakarida dengan lima atom karbon dan memiliki gugus aldehida. Gula ini diperoleh dengan menguraikan jerami atau serat nabati lainnya dengan cara memasaknya dengan asam sulfat encer. Xilosa berbentuk serbuk hablur tanpa warna yang digunakan dalam penyamakan dan pewarnaan dan dapat juga digunakan sebagai bahan pemanis untuk penderita kencing manis (diabetes mellitus).

Arabinosa

(7)

reaksi Orsinol – HCl memberi warna : Violet , Biru , dan Merah , dengan memberi Floroglusional- HCl.

2.) Oligosakarida Dan Disakarida

Oligosakarida adalah karbohidrat yang merupakan gabungan 2 – 8 satuan monosakarida. Penyatuan antar molekul monosakarida dilakukan oleh sebuah ikatan yang disebut ikatan glikosidik. Olisakarida dapat dijumpai dalam bentuk disakarida dan trisakarida. Kebanyak ditemukan dari hasil hidrolisa (Pemecahan) polisakarida, dan hanya sedikit yang terbentuk secara alami di alam. Olisakarida yang paling banyak terdapat dalam bentuk disakarida, seperti sukrosa dan struktur.

Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari 2 molekul monosakarida, yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Ikatan glikosida terbentuk antara atom C 1 suatu monosakarida dengan atom O dari OH monosakarida lain. Hidrolisis 1 mol disakarida akan menghasilkan 2 mol monosakarida. Berikut ini beberapa disakarida yang banyak terdapat di alam.

Maltosa

Maltosa atau gula gandum, adalah disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa

bergabu═g de═ga═ ikata═ α(1 4), terbe═tuk dari reaksi k║═de═sasi. Para is║malt║se is║mer memiliki dua m║lekul gluk║sa dihubu═gka═ melalui ikata═ α(1 6). Malt║sa

adalah anggota kedua dari seri biokimia penting dari rantai glukosa. Maltosa adalah disakarida dihasilkan ketika struktur memecah pati. Hal ini ditemukan dalam biji berkecambah seperti gandum. Hal ini juga dihasilkan ketika glukosa terbakar.

Maltosa dapat dipecah menjadi dua molekul glukosa dengan hidrolisis. Dalam organisme hidup, enzim maltase dapat mencapai ini dengan sangat cepat. Di laboratorium pemanasan dengan asam yang kuat untuk beberapa menit akan mendapatkan hasil yang sama. Maltosa memiliki rasa yang manis, sekitar setengahnya glukosa dan sekirat seperenam manisnya fruktosa.

(8)

Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan.

Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α. Sukr║sa terhidr║lisis ║leh e═zim i═vertase me═ghasilka═

α-D-gluk║sa da═ β-D-fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis daripada sukrosa.

Jika kita perhatikan strukturnya, karbon anomerik (karbon karbonil dalam monosakarida) dari glukosa maupun fruktosa di dalam air tidak digunakan untuk berikatan sehingga keduanya tidak memiliki gugus hemiasetal.

Akibatnya, sukrosa dalam air tidak berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid atau keton sehingga sukrosa tidak dapat dioksidasi. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi.

Laktosa

Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa ada di dalam kandungan susu, baik pada air susu ibu maupun susu struktur merupakan 2-8 persen bobot susu keseluruhan. Mempunyai rumus kimia C12H22O11.

3.) Polisakarida

(9)

Polisakarida seringkali bersifat heterogen, mengandung sedikit modifikasi unit berulangnya. Makromolekul ini dapat memiliki sifat yang berbeda dari para penyusunnya, tergantung pada struktur.

Polisakarida dapat bersifat amorf (berbentuk tak beraturan). Beberapa polisakarida bahkan tidak larut dalam air. Polisakarida mengandung lebih dari sepuluh unit monosakarida. Pengkategorian karbohidrat masuk ke dalam oligosakarida atau polisakarida memang terkadang bias, dan itu tergantung dari pendapat masing-masing ahli biokimia.

Rumus Umum Polisakarida

Sakarida alami umumnya berupa karbohidrat sederhana yang disebut monosakarida dengan rumus umum (CH2O)n dimana n adalah tiga atau lebih. Contoh monosakarida adalah glukosa, fruktosa, da, galaktosa. Sedangkan polisakarida memiliki rumus umum Cx(H2o)y dimana x biasanya antara 200 dan 2500. Mengingat bahwa unit berulang dalam ranai polimer sebagian besar adalah monosakarida enam karbon, rumus umum polisakarida juga dapat direpresentasikan sebagai (C6H10O5)n dimana 40<n<3000.Jenis-jenis Polisakarida

Polisakarida dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu polisakarida penyimpanan dan polisakarida struktural. Berikut adalah beberapa contoh polisakarida :

a.) Polisakarida penyimpanan Pati (Amilosa)

(10)

Glikogen

Glikogen berfungsi sebagai cadangan energi jangka panjang pada hewan. Glikogen merupakan energi primer yang disimpan di jaringan adiposa. Glikogen dibuat oleh hati dan otot, tetapi juga dapat dibuat melalui glikogenesis dalam otak dan perut.

Glikogen merupakan analog dari pati. Glikogen memiliki struktur yang mirip dengan amilopektin tetapi lebih bercabang dan rapi daripada pati. Glikogen merupakan polimer

dari α(1 4) ikata═ glik║sidik, de═ga═ α(1 6) caba═g ya═g terhubu═g. Glik║ge═

ditemukan dalam bentuk butiran dalam sitosol/sitoplasma di banyak jenis sel, dan memainkan peran penting dalam siklus glukosa. Glikogen membentuk energi cadangan yang dapat dengan cepat dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa mendadak. Glikogen lebih cepat tersedia sebagai cadangan energi daripada trigliserida (lemak)

b.) Polisakarida struktural Selulosa

Komponen struktural tanaman kebanyakan terbentuk dari selulosa. Kandungan kayu sebagian besar adalah selulosa dan lignin, sedangkan kertas dan kapas adalah selulosa hampir murni. Selulosa adalah polimer yang dibuat dari unit glukosa berulang disatukan oleh ikatan beta. Manusia tidak mempunyai enzim untuk memecah selulosa, karena ada bakteri yang menghasilkan glukosa. Selulosa adalah karbohidrat paling melimpah di alam.

(11)

Kitin merupakan salah satu polimer alam. Kitin membentuk komponen struktural banyak hewan. Kitin dapat diuraikan secara alami, namun membutuhkan waktu cukup lama. Kitin dapt dipecah oleh enzim yang diuraikan secara alami, namun membutuhkan waktu cukup lama. Kitin dapat dipecah oleh enzim yang disebut kitinase. Kitinase disekresikan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur, dan diproduksi oleh beberapa tanaman. Secara kimia, kitin berkaitan erat dengan kitosan. Kitosan adalah turunan kitin yang lebih larut di dalam air. Kitin juga terkait erat dengan selulosa rantai panjang bercabang turunan glukosa.

Pektin

Pektin adalah salah satu kelompok polisakarida kompleks yang mengandung ikatan 1,4

(12)

BAB III

METODOLOGI

3.1Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung rekasi, pipet tetes, penangas air, pengduk, stopwatch, gelas kimia 200ml, gelas kimia 100ml, pipet ukur, dan thermometer.

3.2Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah laritan gula (glukosa, sukrosa, zat pati atau selulosa dalam air), peraksi molisch, pereaksi benedict, pereaksi tollens, larutan fehling, asam sulfat pekat, air, glukosa, NaOH, sukrosa, laktosa, pati, HCl dan larutan iodium.

3.3Cara kerja

3.3.1 Uji molisch

Menyiapkan beberapa tabung reaksi yang bersih, kemudian mengisis masing-masing tabung dengan 5 ml larutan gula (glukosa, sukrosa, zat pati atau selulosa dalam air). Menambahkan 1 tetes peraksi molisch (alfa-naftol dalam alcohol), dan kocok perlahan.

Memiringkan tabung dan menambahkan kedalamnya 5 ml asam sulfat pekat dengan hati-hati dan perlahan-lahan melalui dinding tabung. Perhatikan warma lingkaran yang terbentuk pada batas pertemuan dari dua lapisan cairan dalam tabung (cincin merah atau violet). Bila campuran ini dikocok dan diencerkan dengan 5 ml air akan terbentuk warna ungu tua.

3.3.2 Reaksi glukosa

A. Dengan pereaksi fehling

(13)

B. Dengan pereaksi benedict

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, masukan 2 ml pereaksi benedict, lalu menambahkan beberapa tetes glukosa. Lalu aduk perlahan dam masukkan kedalam penangas air yang sedang mendidih. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi, dan tulis reaksinya.

C. Dengan pereaksi tollens

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, lalu masukkan 2 ml pereaksi tollens dan eberapa tetes larutan glukosa. Lalu mengocok perlahan dan panaskan kedalam penangas air sampai terbentuk cermin perak pada dinding tabung. Tulis reaksi pembentukkan cermin tersebut.

D. Dengan basa kuat

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, lalu masukkan 2 ml larutan glukosa 10% dan 0,5 ml NaOH 25%, aduk perlahan dan panaskan dalam air mendidih selama 5 menit. Perhatikan rupa dan bau dari zat yang terbentuk dan tulis reaksinya.

E. Reaksi sukrosa

Larutkan 1,5 gram sukrosa dalam 200 ml air. Lakukan seperti percobaan B (1, 2, 3 dan 4) dengan menggunakan sukrosa sebagai pengganti glukosa.

F. Reaksi laktosa

Larutkan 1,5 gram laktosa dalam 200 ml air. Lakukan seperti percobaan B (1, 2, 3 dan 4) dengan menggunakan laktosa sebagai pengganti glukosa.

3.3.3Reaksi pati

Dalam sebuah lumping (mortar) kecil gerus sebanyak 0,5 gram pati dengan sedikit air hingga terbentuk pasta. Memindahkan pasta itu kedalam gelas piala, menambahkan air, melakukan dekantasi sebanyak 3 kali dengan air sampai cairan diatas endapan menjadi bening.

(14)

3.3.4Reaksi pati yang dihidrolisis

Masukkan 10 ml larutan pati sisa percobaan 3.3.3 diatas kedalam tabung reaksi yang bersih lalu menambahkan 1 ml HCl pekat dan panaskan perlahan dengan api kecil. Bila suhu mencapai 800oC, teteskan sedikit cairan tersebut pada larutan iodium dalam sebuah lempeng penguj warna. Pemanasan dilanjutkan sampai larutan mendidih sambil setiap menit dilakukan uji warna. Melakukan uji ini 5 atau 6 kali atau sampai tidak terjadi lagi perubahan warna larutan.

(15)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan 4.1.1 Uji Molish

Perlakuan Hasil pengamatan Keterangan

Glukosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu + Fruktosa + Pereaksi

Molisch

Membentuk cincin ungu +

Laktosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu + Selulosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu + Sukrosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu +

4.1.2 Reaksi Glukosa

Perlakuan Hasil pengamatan Keterangan

Glukosa + Pereaksi Fehling

merah bata +

Glukosa + Pereaksi Benedict

merah bata +

Glukosa + Pereaksi Tollens

Bening -

Glukosa + Basa kuat Coklat +

4.1.3 Reaksi Sukrosa

Perlakuan Hasil pengamatan Keterangan

Sukrosa + Pereaksi Fehling 2 fasa,biru diatas dan bening di bawah -

Sukrosa + Pereaksi Benedict Biru -

Sukrosa + Pereaksi Tollens Bening -

(16)

4.1.4 Reaksi Laktosa

Perlakuan Hasil pengamatan Keterangan

Laktosa + Pereaksi Fehling

merah bata +

Laktosa + Pereaksi Benedict

merah bata +

Laktosa + Pereaksi Tollens

Bening -

Laktosa + Basa kuat Coklat +

4.1.5 Reaksi Pati

Perlakuan Hasil pengamatan Keterangan

Pati + Pereaksi Fehling Larutan Biru - Pati + Pereaksi Basa

kuat

Coklat +

Pati + Pereaksi Iod Larutan Biru +

4.1.6 Reaksi Pati yang dihidrolisis

No. Perlakuan Pengamatan Keterangan

1 Larutan pati + HCl + pemanasan Larutan putih berubah jadi bening

2 + iodium T = 80°C, lar.iod berubah

jadi biru kehitaman pekat T=100°C, lar.iod berubah ke warna semula (kuning)

3 Mengukur pH awal pH = 1

4 Mengukur pH setelah +NaOH 10% pH netral = 7

5 Larutan pati + pereaksi fehling Terbentuk endapan merah bata

+

(17)

4.2 Pembahasan A. Uji Molisch

Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Uji ini efektif untuk senyawa – senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural atau senyawa furfural yang tersubstitusi, seperti Hidroksimetil furfural. Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat.. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan alpha-naftol dalam pereaksi molish.

Pereaksi i═i dibuat dari α-naftol dengan etanol. Karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan terhidrolisis menjadi monosalarida dan selanjutnya monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi furfural atau hidroksi metil

furfural. Furfural de═ga═ α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat pada larutan karbohidrat yang

telah diberi α-naftol melalui dinding gelas dengan hati-hati maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua karbohidrat yang diujikan (glukosa, fruktosa, laktosa, selulosa, dan sukrosa) menghasilkan cincin berwarna ungu. Warna yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau derifatnya dengan a-Naftol

(18)

Baik karbohidrat aldosa (-CHO) maupun kelompok ketosa (C=O) akan memberikan reaksi positif dengan pereaksi ini dengan menghasilkan cincin warna ungu.

B. Reaksi Glukosa

Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi.Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm.Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung.

1. UJI FEHLING

Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat).Reaksi yang terjadi dalam uji fehling adalah :

Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat.

(19)

Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Hasil praktikum karbohidrat yang diujikan (glukosa,laktosa,pati) dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata. Hal ini menunjukan adanya gula pereduksi, Sedangkan untuk sukrosa membentuk 2 fasa, biru di atas dan bening di bawah. Sukrosa tidak termasuk gula pereduksi karena ujung dari gugusnya tidak mengandung gugus aldehid ataupun keton. Sehingga tidak menunjukan mutarotasi.

2. Ui Benedict

Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai CuO (Kupro Oksida). Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereduksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata. Hasil praktikum karbohidrat yang diujikan (glukosa, pati dan laktosa) menunjukan endapan merah bata. Hal ini menunjukan adanya gula pereduksi karena Benedict dengan gula reduksi akan terjadi reaksi oksidasi dan dihasilkan endapan merah dari kupro oksida

O O R—C—H + Cu2+ 2OH- R—C—OH + Cu2O

Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

Tidak seperti glukosa dan laktosa, sukrosa tidak dapat mereduksi Benedict, karena ia tidak memiliki gugus aldehida atau gugus keto bebas.

(20)

Penyebab terjadinya endapan pada monosakarida (glukosa). Hal ini disebabkan oleh adanya gugus aldehid (glukosa) bebas dalam molekul karbohidrat yang diuji tersebut. Dalam asam polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis pasial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk membedakan polisakarida, disakarida, dan monosakarida.

3. Uji Tollens

Pereaksi tollens merupakan suatu oksidator / pengoksidasi lemah yang dapat digunakan untuk mengoksidasi gugus aldehid, CHO menjadi asam karboksilat, -COOH. Senyawa-senyawa yang mengandung gugus aldehid dapat dikenali melalui uji tollens. Contoh senyawa-senyawa yang sering diuji dengan tollens adalah formalin, asetaldehid, dan glukosa. Karena sifat pengoksidasinya lemah, maka tollens tidak dapat mengoksidasi senyawa keton.

Pereaksi tollens ini dapat dibuat dari larutan perak nitrat, AgNO3. Mula-mula larutan ini direaksikan dengan basa kuat, NaOH(aq), kemudian endapan coklat Ag2O yang terbentuk dilarutkan dengan larutan amonia sehingga membentuk kompleks perak amoniakal, Ag(NH3)2+(aq)

2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) Ag2O(s) + 2NaNO3(aq) + H2O(l)

Ag2O(s) + 4NH3(aq) + 2NaNO3(aq) + H2O(l) 2Ag(NH3)2NO3(aq) + 2NaOH(aq)

Larutan kompleks perak beramoniak inilah yang dapat mengoksidasi gugus aldehid menjadi asam yang disertai dengan timbulnya cermin perak.

(21)

Hasil tidak sesuai dengan Literatur. Seharusnya Tollens yang mengandung perak nitrat akan bereaksi positif dengan karbohidrat yang diujikan (glukosa, sukrosa,laktosa,pati) dan setelah dipanaskan karbohidrat yang diuji akan mereduksi Ag2+ menjadi Ag+ dan menghasilkan endapan yang menempel pada dinding tabung, yaitu endapan cermin perak. Hal ini tidak terjadi karena pereaksi Tollens yang digunakan sudah kadaluarsa sehingga tidak terbentuk cermin perak.

4. Dengan Basa Kuat

NaOH (alkali/basa) yang berfungsi sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan. Pemanasan bertujuan untuk membuka ikatan karbon dengan hidrogen dan menggantikannya dengan gugus – OH.

Hasil karbohidrat yang diuji untuk sukrosa berwarna bening sedangkan (glukosa,laktosa) diperoleh terbentuknya endapan berwarna coklat. Hal ini merupakan akibat proses karamelisasi. Ketika pereaksi dicampurkan dan dididihkan akan terbentuk warna coklat dan mengental seperti karamel. Di dasar tabung membentuk endapan. Endapannya berwarna coklat. Uji ini positif, terbukti bahwa dalam air tebu terjadi proses karamelisasi yang merupakan salah satu sifat karbohidrat. Reaksi yang Terjadi :

5. Reaksi Dengan Pati

Pati dalam bentuk serbuk di tambahkan dengan air hingga membentuk pasta atau disebut Glatinisasi. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan struktur Kristal, dan volum pembengkakan yang disebut pembentukan pati nonkristal, dimana molekulnya berbentuk lurus atau bercabang.

(22)

amilum + larutan Fehling, maka tidak terbentuk endapan dan larutan tetap berwarna biru setelah dipanaskan.

Pengujian kedua yaitu dengan basa kuat, uji ini dinamakan uji moore, bertujuan untuk mengetahui adanya gugus alkali. Reaksi ini disebut juga reaksi pendamaran. Uji moore menggunakan NaOH (alkali/basa) yang berfungsi sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol (aldehida dengan gugus alkanol) yang berwarna kuning kecokelatan. Dari hasil praktikum memberikan hasil positif (+), karena tiap molekul karbohidrat pasti memiliki gugus alkali.

Pengujian ketiga yaitu dengan pereaksi Iod, uji ini untuk menguji identifikasi kandungan pati pada suatu sampel. Prinsip dari uji ini adalah larutan Iodium dalam bentuk triiodida akan masuk pada struktur helikal pati sehingga akan terbentuk warna biru pekat. Warna biru pekat terbebut merupakan suatu warna kompleks yang dihasilkan karena Iodium punya amilosa. netral,asam dan basa. Hasil yang didapat dalam praktikum kondisi netral diperoleh (+2 tetes air) tidak terjadi perubahan warna, dengan basa (+ 2 tetes NaOH) tidak mengalami perubahan warna (warna tetap keruh) atau dengan kata lain tidak terbentuk ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks. Hal ini disebabkan karena dengan basa I2 akan mengalami reaksi sebagai berikut:

2 I2+ 6 NaOH 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O

Sehingga pada larutan tidak terdapat I2 yang menyebabkan tidak terjadinya ikatan koordinasi sehingga warna tetap keruh, sedangkan dengan kondisi asam (+ 2 tetes HCl) terjadi perubahan warna dari keruh menjadi bening.

Pada kondisi asam NaI dan NaIO3 diubah menjadi I2 kembali oleh asam klorida . Jadi pada kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Dengan reaksi: 5 NaI + NaIO3 + 6 HCl → 3 I2 + 6 NaCl + 3 H2O

6. Reaksi Dengan Pati yang Terhidrolisis

Dalam percobaan ini, sampel yang digunakan adalah tepung jagung. Penambahan HCl pada sampel bertujuan untuk mengaktifkan air karena larutan HCl mempunyai ion H+ dan sebagai katalisator. Setelah itu dilakukan pemanasan yang bertujuan agar pati dapat menyerap air sehingga terjadi reaksi gelatinasi (berkurangnya viskositas) sehingga dapat larut dalam air, dengan reaksi sebagai berikut :

(C6H10O5)n + n H2O nC6H12O6

(23)

karbohidrat kompleks yang merupakan polimer dari molekul-molekul monosakarida yang sangat banyak yang membentuk rantai panjang lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana seperti oligosakarida.

Struktur Pati

Iodin yang ditambahkan berfungsi sebagai indikator suatu senyawa polisakarida. Pada kondisi asam NaI dan NaIO3 diubah menjadi I2 kembali oleh asam klorida Jadi pada kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Dengan reaksi:

5 NaI + NaIO3 + 6 HCl 3 I2 + 6 NaCl + 3 H2O

Uji iodium ini menunjukan reaksi yang positif terhadap Pati, karena Pati merupakan salah satu contoh dari molekul polisakarida. Pati terdiri dari banyak monomer glukosa. Pada uji iodium Pati dapat menghasilkan reaksi positif dengan menghasilkan warna biru karena pada Pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang masuk kedalam spiralnya.

(24)

memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Berdasarkan literatur semua monosakarida (glukosa, fruktosa, laktosa) dapat mereduksi oksidator lemah.

Reaksi :

O O

R—C—H + Cu2+ 2OH- R—C—OH + Cu2O Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

(25)

BAB V

KESIMPULAN

 Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sifat karbohidrat berbeda sesuai dengan struktur dan gugus fungsinya.

 Uji Benedict menunjukkan bahwa glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi yang memiliki gugus fungsi aldehida atau hemiasetal.

 Monosakarida dapat mereduksi pereaksi Fehling karena pada monosakarida terdapat gugus aldehid, yang akan dioksidasi oleh pereaksi Fehling menjadi karboksilat.

(26)

LAMPIRAN

Gambar 1. Uji Molisch Gambar 2. Uji Benedict

Gambar 3. uji Pereaksi Tollens Gambar 4.Uji Pereaksi Fehling

(27)

PERTANYAAN PRAPRAKTIK

1. Apakah contoh aldeheksosa dan ketoheksosa yang umum ?

2. Apakah maltose diperkirakan akan mereduksi ion tembaga dalam pereaksi Fehling pada percobaan ?

3. Dapatkan larutan iod encer digunakan untuk membedakan amilosa dan amilopekton? Jelaskan

4. Bandingkan struktur molekul yang ada dalam campuran kesetimbangan fruktosa dalam larutan air ?

5. Gambarkan struktur dari segmen molekul amilopektin.

JAWAB

1. Isomer aldoheksosa antara lain adalah:

Alosa, Altrosa, Glukosa, Manosa, Gulosa, Idosa, D/L-Galaktosa, D/L-Talosa.

Isomer ketoheksosa antara lain adalah:

D/L-Fruktosa, D/L-Psicosa, D/L-Sorbosa, D/L-Targatosa

2. Maltosa adalah disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa bergabung dengan

ikata═ α(1 4), terbe═tuk dari reaksi kondensasi. Disakarida akan mereduksi pengoksida lemah seperti Cu dalam perekasi Fehling.

3. Bisa. Uji Iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida khusunya pati. Reagent yang digunakan adalah larutan iodine yang merupakan I2 terlarut dalam potassium iodide. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida dan monosakaraida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin

4.

Amilosa

Dekstrin

(28)

Sedangkan dekstrin dan amilosa berbeda. Amilosa memiliki struktur 2x struktur dekstrin. 5.

(29)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN II

LEMAK DAN MINYAK

Disusun Oleh :

Rina Febrina 1530221003

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI PROGRAM STUDI KIMIA

(30)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lemak dan minyak merupaka zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak dan lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dapat menhasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein menghasilkan 4 kkal/gram. Khususnya minyak nabati mengandung asam – asam lemak esensial seperti linoleat, lrnoleat, dan arakidonat.

. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber danpelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K.Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengankandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkandengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahanbahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas,seperti minyak goreng, lemak (gajih), metega, margarine.

1.2 Tujuan

1. Melakukan dan mengamati penyabunan pada trigliserida 2. Membuat sabun dan mempelajari sifat-sifatnya

3. Mengisolasi campuran asam lemak yang diperoleh dengan mengasamkan larutan sabun dan menentukan kadarnya

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan diatas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.

Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau triasgliserol, hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.

Gliserol Trigliserida

Ketiga gugus R dalam satu molekul dapat sama atau berbeda, jika berbeda dinamakan trigliserida campuran, dan bilamana ketiganya sama disebut trigliserida sederhana. Jarang dijumpai trigliserida sederhana dialam. Beberapa asam lemak yang umun didalam trigliserida adalah :

CH3−(CH2)14−COOH CH3−(CH2)7−CH CH−(CH2)7−COOH

Asam palmitat Asam oleat

CH3−(CH2)4−CH CH−CH2−CH CH−(CH2)7−COOH Asam linolenat

(32)

Asam lemak yang umum lainnya mempunyai nama dan struktur berikut : C11H23−COOH C13H27−COOH C17H35−COOH Asam laurat Asam miristat Asam stearat

C17H29−COOH C19H31−COOH Asam linolenat Asam arakidonat

2,2 Sifat fisis

Asam lemak jenuh berwujud padat pada suhu kamar, sedangkan asam lemak tak jenuh berbentuk cair. Terdapat hubungan umum yang sama diantara ketakjenuhan dan titik leleh trigliserida. Titik leleh menuruh jika proporsi residu asam lemak tak jenuh dalam trigliserida meningkat. Karena itu, trigliserida seperti lemak hewan yang kaya akan residu asam lemak jenuh (sekitar 90%), berwujud padat. Sebaliknya, minyak zaitun yang mengandung sekitar 86% residu asam oleat dan lioneat adalah cairan. Dapat disimpulkan bahwa keadaan fisis, yaitu cair atau padat, memberikan gambaran mengenai jenis residu asam lemak yang ada. Telah menjadi kebiasaan untuk menamakan trigliserida padat sebagai lemak dan yang cair sebagai minyak.

2.3 Sponifikasi

Sponifikasi adalah hidrolisa lemak dan minyak dengan suatu basa kuat. Hasilnya adalah gliserol dan garam dari asam lemak itu sendiri yang dikenal sebagai sabun. Angka penyabunan menunjukan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek mempunyai berat molekul yang relatif kecil, mempunyai angka penyabunan yang besar, sedangkan minyak mempunyai berat molekul yang besar, sehingga angka penyabunan relatif kecil.

Bilangan penyabunan suatu lemak/minyak adalah banyaknya mg KOH atau NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Alkohol yang ada dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa supaya mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun.

2.4Reaksi brominasi digunakan untuk menentukan derajat ketakjenuhan minyak

(33)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum, yaitu timbangan, pendingin tegak, Erlenmeyer, buret, tabung reaksi, dan Beaker gelas.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu Etanol 35%, Na2CO3, Minyak, KOH, Alkohol 0,5 N, HCl 0,5 N, Indikator PP, Benzena, NaOH 0,01 N, Kloroform, KI 10%, Na2S2O3 0,01 N ; 0,1 N, Akuades, Brom, Batu didih, Amilum 1%, dan Asam Asetat.

3.3 Prosedur kerja

3.3.1 Pemisahan Asam lemak bebas

Lemak dicuci dengan campuran 1,5 ml etanol 35% dan 7,5 ml larutan Na2CO3. Lakukan pencairan 3 kali. Residu yang ada adalah trigliserida.

3.3.2 Bilangan penyabunan

Pertama menimbang ± 2 gram minyak ke dalam Erlenmeyer 250 ml. tambahkan 25 ml larutan KOH dalam alcohol 0,5 N serta batu didih. Hubungkan Erlenmeyer dengan pendingin tegak dan didihkan selama 1 jam, sambil sesekali digoyangkan. Setelah itu Erlenmeyer diangkat dan ditambahkan 1 ml indikator PP dan dititrasi dengan HCl 0,5 N. buat pula menentuan blanko seperti diatas.

3.3.3 Bilangan asam dan asam lemak bebas (FFA)

Timbang dengan teliti ± 2,5 gram contoh minyak di dalam Erlenmeyer 250 ml (3 kali). Disamping itu 25 ml campuran alcohol : benzene (1 : 1) dinetralkan dengan keadaan panas dititar dengan larutan NaOH 0,01 N sampai warna kemerah-merahan (lakukan 3 kali). Larutan yang telah dinetralkan tersebut dicampur dengan contoh di atas, kocok dan didihkan. Dalam keadaan panas campuran dititar dengan larutan NaOH 0,01 N sampai warna kemerah-merahan.

3.3.4 Bilangan peroksida

(34)
(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Tabel pengamatan

4.1.1 Pemisahan Asam lemak bebas

Perlakuan Hasil pengamatan

Mencuci lemak dengan campuran 1,5 ml etanol 35% dan 7,5 ml larutan Na2CO3.

Warna kuning dari mentega memudar, warna pencuci dari bening menjadi kekuningan, residu hasil pencucian berupa trigliserida

4.1.2 Bilangan penyabunan

Perlakuan VHCl (ml)

Minyak + KOH dalam Alkohol 6,3

KOH – alcohol (Blanko) 19

4.1.3 Bilangan Asam dan Asam lemak

NO Perlakuan VNaOH (ml)

1 Alcohol – Benzene (1:1) + Indikator PP

0,5

2 Minyak + no 1 + pemanasan 1

4.1.4 Bilangan peroksida

Perlakuan Hasil pengamatan

5 gram minyak + 30 ml larutan asetat : kloroform (3 : 2)

Sampel larut dalam kloroform

Volum HCl (titrasi) 49+

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pemisahan Asam lemak bebas

(36)

Pemisahan Asam lemak bebas dengan natrium karbonat memiliki keuntungan yaitu karena trigliserida tidak ikut tersabunkan, sehingga nilai refining factor dapat diperkecil. Suatu kelemahan dari pemakaian senyawa ini adalah karena sabun yng terbentuk sukar dipisahkan. Hal ini disebabkan karena gas CO2 yang dibebaskan dari karbonat akan menimbulkan busa dalam minyak. Namun, kelemahan ini dapat diatasi karena gas CO2 yang dihasilkan dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas atau dengan menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan menggunakan pompa vakum.

4.2.2 Bilangan penyabunan

Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang di perlukan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan HCL sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.

Dalam penetapan bilangan penyabunan, miasalnya larutan alkali yang digunakan adalah larutan KOH , yang diukur dengan hati-hati kedalam tabung dengan buret atau pipet. Besarnya jumlah ion yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tak jenuh , ikatan rangkap yang terdapat pada minyak yang tak jenuh akan bereaksi dengan iod. Gliserida dengantingkat ketidak jenuhan yang tinggi akan mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar. Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan

Untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi denngan satu molekul minyak atua lemak, larutan alkali yang tinggi ditentukan dengan titrasi menggunakan HCL sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.

Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh sam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak

(37)

selama ±1 jam. Penambahan alkohol dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar dapat membantu mempermudah reaksi dengan basa dalam pembentukan sabun.

Apabila sample yang akan diuji disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal tersebut kemudian ditentukan dengan titrasi dengan menggunakan asam, sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui.

Proses refluks ini bertujuan untuk mereaksikan sampel minyak dengan larutan KOH dalam Alkohol agar proses saponifikasi tersebut dapat berlangsung secara sempurna. Karena dalam proses saponifikasi tersebut, reaktan yang digunakan yaitu KOH-alkohol bersifat mudah menguap bila dipanaskan, sehingga untuk mencegah reaktan tersebut menguap selama proses pemanasan maka dilakukanlah proses refluks. Sedangkan ditambahkan alkohol pada KOH bertujuan sebagai pelarut untuk memudahkan pencampuran KOH dengan sampel minyak selama proses refluks.

Selanjutnya campuran hasil refluks tersebut dititrasi dengan HCl 0,5 N dan menggunakan indikator Phenolphtalein (PP). Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH, maka dilakukan titrasi blanko, yaitu titrasi tanpa adanya sample dengan prosedur yang sama.

Persamaan reaksi yang berlansung :

Kesalahan yang timbul pada saat titrasi adalah penentuan titik akhir, kesalahan ini disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya terjadi adalah dari coklat pekat, kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih pucat. Perubahan warna dari kuning ke putih tersebut tidak terlalu kontras dan menyebabkan titik akhir sulit ditentukan.

(38)

4.2.3 Bilangan Asam dan Asam lemak bebas (FFA)

Penentuan asam lemak dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak atau lemak, hal ini dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan untuk mengukur dan mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu bahan atau sample. Semakin besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam sample semakin tinggi, besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dapat diakibatkan dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik.

Sample yang dipergunakan pada saat praktikum ditimbang dalam keadaan cair, sehingga sample terlebih dahulu dicairkan, proses pencairan dilakukan untuk mempermudah proses titrasi selanjutnya, karena apabila sample dalam keadaan padat akan menyulitkan proses titrasi selanjutnya. Dengan pengecilan ukuran, maka asam lemak yang terkandung dalam bahan akan lebih banyak keluar daripada sample dalam keadaan padat.

Pada penentuan kadar asam lemak bebas, pelarut yang dipergunakan adalah campuran alcohol dan Benzene, campuran ini harus dalam kondisi panas dan netral. Dalam kondisi yang panas campuran ini akan lebih baik dan cepat melarutkan sampel yang juga nonpolar dan kondisi netral dilakukan agar data akhir yang diperoleh benar-benar tepat.

Pada titrasi pertama yaitu merupakan campuran alcohol dan benzene yang ditambahkan indikator PP, volume NaOH yang dibutuhkan untuk mecapai perubahan warna yaitu sebanyak 0,5 ml, dan pada titrasi sampel, volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai perubahan warna adalah sebanyak 1 ml. Dari hasil titrasi tersebut asam lemak bebas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Normalitas yang dipergunakan adalah normalitas NaOH yang telah distandarisasi. Sementara BM (berat molekul) asam lemak yang dipergunakan adalah BM dari asam palmitat. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan teori dalam margarine kandungan lemak yang banyak adalah palmitat karena margarin terbuat dari minyak kelapa sawit. Dari hasil perhitungan, kadar asam lemak bebas yang diperoleh sebesar 2.84%

4.2.4 Bilangan peroksida

(39)

Prinsip dari percobaan ini, yaitu bilangan peroksida sebagai jumlah asam lemak teroksidasi ditentukan berdasarkan jumlah iodine (I2) yang terbentuk dari reaksi peroksida dalam minyak dengan ion Iodine (I-) yang sebanding dengan kadar peroksida sample. Reaksi : 1. R-OOH + 2KI + H2O R-OH + I2 + 2KOH

2. I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6

Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang baru.

Bilangan peroksida didefinisikan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap 1000 g (1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida menunjukkan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya membentuk peroksida dan selanjutnya terbentuk aldehid hal inilah yang menyebabkan bau dan rasa tidak enak serta ketengikan minyak.

Semakin besar nilai bilangan peroksida berarti semakin banyak peroksida yang terdapat pada sampel. Pada minyak baru hanya sedikit diperlukan larutan Na2S2O3 untuk menitrasi I2 yang terbentuk. Berarti hanya sedikit peroksida yang terbentuk dibandingkan pada minyak bekas. Semakin kecil bilangan peroksida yang didapat, maka semakin kecil kerusakan yang terjadi pada miyak tersebut. Dengan reaksi :

CH3CH2CHCOOH + O2 CH3CH2COOCH2COOH Asam lemak tak jenuh Peroksida

Dari percobaan ini, penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan mengetahui banyaknya volume titrasi untuk mencapai titik ekivalen titrasi yang kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus :

(40)

BAB V

KESIMPULAN

5.1Simpulan

Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan :

1. Pencucian asam lemak bebas dengan Na2CO3 menghasilkan residu trigliserida 2. Bilangan penyabunan yang diperoleh ialah 56,947 mg

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Bima Chem. 2011. Uji Asam Lemak Bebas.

http://bimachem.blogspot.com/2012/05/uji-asam-lemak-bebas.html Wikipedia. 2010. Bilangan Peroksida.

http://www.wikipedia.com/search/bilangan-peroksida/864304/ Riski Y. 2012. Pemisahan Asam lemak bebas.

(42)

PERTANYAAN PRAPRAKTIKUM

1. Keuntungan cara ekstraksi dengan pelarut organic dari segi lemak maupun ampasnya

2. Apakah bagian alcohol dari semua trigliserida sama ? 3. Apa Arti residu asam lemak ?

4. Struktur lengkap miristat, linolenat, dan laurat. Asam mana yang tak jenuh 5. Perbedaan lemak dan minyak

6. Manfaat bilangan iod. Arti bilangan iod yang tinggi ?

Jawab:

1. Keuntungan dari metode ini :

1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam 2. Beaya operasionalnya relatif rendah

3. Prosesnya relatif hemat penyari 4. Tanpa pemanasan

2.Sama, yaitu alkohol jenis glisero

3. Residu yang terbentk dala asam lemak adalah trigliserida

4.

C11H23−COOH C13H27−COOH Asam laurat Asam miristat

C17H29−COOH Asam linolenat

5.Perbedaan lemak dan minyak

Lemak merupakan jenis trigliserida yang dalam suhu ruang berwujud padat

Minyak merupakan trigliserida yang dalam suhu ruang berwujud cair.

(43)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN III

SABUN DAN DETERGEN

Disusun Oleh :

Rina Febrina 1530221003

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SUKABUMI PROGRAM STUDI KIMIA

(44)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Trigliserida adalah lemak dan minyak (ester) berbobot molekul tinggi yang dapat disabunkan dalam larutan basa dan gliserol.

Seperti tergambar dalam persamaan, sabun adalah garam yang terdiri atas campuran anion karbosilat dan kation bervalensi satu. Campuran anion terbentuk karena pada dasarnya setiap molekul trigliserida mengandung residu lemak dan minyak atau lemak tertentu adalah campuran molekul trigliserida.

Sabun kalium lebih larut dibanding sabun natrium dan mudah menghasilkan busa. Karena itu sabun kalium digunakan untuk membuat sabun cair dan krim cukur. Sabun lemak jenuh dan padat seperti lemak hewan, bersifat keras. Penyabunan lemak tak jenuh seperti minyak zaitun, menghasilkan sabun lunak.

Bagaima═a sabu═ da═ deterge═ ―melarutka═‖ zat ═║═p║lar seperti lemak da═

minyak? Molekul sabun dan detergen memiliki bagian hidrokarbon mengelilingi tetes minyak yang kecil dan secara persial melarutkannya, sedangkan bagian polar dari molekul, yang sangat larut air, melarutkan air atau mengemulsikan seluruh tetes minyak. Maka dilakukan percobaan praktikum kali ini. kita dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana reaksi saponifikasi/penyabunan pada proses pembuatan sabun serta membuat sabun dalam skala laboratorium.

1.2 Tujuan

6. Melakukan dan mengamati penyabunan pada trigliserida 7. Membuat sabun dan mempelajari sifat-sifatnya

8. Mengisolasi campuran asam lemak yang diperoleh dengan mengasamkan larutan sabun dan menentukan kadarnya

(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.

Perlakuan larutan sabun dengan asam hidroklorida encer menghasilkan campuran lemak. Asam lemak ialah asam karboksilat berantai panjang (C10 sampai C18) yang jenuh atau tak jenuh.

Detergen sintetik berbeda dengan sabun, karena detergen adalah garam dari alkali sulfat atau asam alkilbenzenasulfonat berantai panjang, bukan dari asa karboksilat. Detergen adalah garam dari alkali sulfat, asam alkilbenzenasulfonat berantai panjang atau garam natrium dari asam sulfonat (Sumarlin, 2010:19). Detergen merupakan campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air (Wasitaatmaja, 1997).

C

H3 O

-O

Na+

Natrium Stearat (sabun)

S (H2C)10H3C-H3C O

-C H3

O

O

Na+

Garam alkil benzene sulfonat (detergen)

(46)

Fungsi sabun dan detergen adalah untuk membuang lemak dan kotoran melalui pengemulsian lemak (membawanya ke supsensi). Kotoran yang melekat pada pakaian atau kulit adalah berupa lapisan minyak yang tipis ; minyak (lipid) ada kuit biasanya adalah yang disekresikan oleh tubuh selama respirasi. Sabun dan detergen membuang lapisan tipis ini sehingga kotoran tercuci.

Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.

Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan alkali yang menghasilkan sabun dan gliserol.

O OR O O OR O O O OR

+

3NaOH

+

CH2OH CHOH

CH2OH

O

O- Na+ O

R1

O

O- Na+ O

R2

R3 O O

O- Na+

Trigliserida Natrium Gliserol 3 molekul sabun (lemak atau minyak) Hidroksida

(47)

O

OR O

O

OR O

O O

OR

+

KOH

+

CH2OH CHOH

CH2OH

O

R O

-O

R' O

-O -O

R'' K+

K+

K+

Trigliserida Kalium Gliserol 3 molekul sabun (lemak atau minyak) Hidroksida

(48)

BAB III

METODOLOGI

3.1Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas piala 250 ml, lampu alcohol, thermometer, kain blacu, timbangan, tabung reaksi, kertas saring, lau takar, corong pisah dan Erlenmeyer.

3.2Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah etanol 95%, NaOH 25%, NaCl jenuh, lemak/minyak, HCl 1N, Ca/Mg-karbonat, indicator PP, petroleum eter, alcohol dan NaOH 0,005N.

3.3Cara kerja

3.3.1 Pembuatan sabun Natrium

Menimbang 10 g contoh lemak/minyak dalam sebuah gelas piala 250 ml, menambahkan 10 ml etanol 95% dan 10 ml NaOH 25%. Panaskan campuran tersebut diatas penangas air yang suhunya Antara 80-90oC selama 30 menit sambil diaduk. Setelah itu menambahkan 80 ml larutan NaCl jenuh, dinginkan campuran tersebut dan saring melalui kain penyaring berlapis (kain blacu).

Sabun yang tertinggal dalam kain penyaring dipindahkan kedalam gelas piala kecil (cetakan) dan timbang. Kira-kira 1gr sabun yang baru diabuat tadi dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian dilarutkan dengan 10 ml air panas, dan aduk sampai homogeny. Selanjutnya larutan tersebut dibagi dua.

3.3.2 Sifat-sifat sabun

Kedalam tabung reaksi pertama ditambahkan 5 ml HCl 1N dan again kedua ditambahkan 5 ml Ca/Mg-karbonat. Memanaskan kedua tabung reaksi diatas penangas air dan amati serta catat perubahan yang terjadi dalam setiap tabung tersebuat. Jelaskan peristiwa yang terjadi dan tuliskan reaksi kimianya.

(49)

3.3.3 Penentuan Kadar Asam Lemak

Menimbang 0,5 g sabun yang telah dipotong kecil, larutkan dalam 400 ml air suling, menambahkan 1-3 tetes fenolftalain, panaskan hingga mendidih, kemudian didinginkan. Mengencerkan menjadi 500 ml dalam labu takar. Ambil 20 ml larutan sabun dengan pipet, masukkan dalam corong pemisah, tambahkan 10 ml petroleum eter, lalu gojlog. Jika terbentuk emulsi, tambahkan 10 ml NaCl jenuh, lalu gojlog lagi 10-15 menit dan dibiarkan beberapa menit. Lapisa petroleum eter dipisahkan. Perlakuan ekstraksi dilakukan 3x.

Lapisan eter dimasukkan dalam corong pisah, tambahkan 20ml H2O dan 2 tetes indicator fenolftalain, kocok, dibiarkan, kemudian lapisan air tidak bersifat basa lagi. Kedalam lapisan petroleum eter ditambahkan 20ml alcohol, lalu dikocok selama 10-15menit lalu dibiarkan beberapa menit. Lapisan alcohol dipisahkan kedalam Erlenmeyer 150ml, menambahkan 2 tetes fenolftalain lalu dititrasi dengan NaOH 0,005N.

Hitung konsentrasi asam lemak dalam sabun sebagai asam stearate, C17H35COOH dengan rumus :

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Data tabel pengamatan

4.1.1Pembuatan sabun natrium

No Perlakuan Pengamatan

1 10 g minyak + 10 ml etanol 95% +10 ml NaOH 25%.

Minyak berwarna kuning menjadi kuning pudar

2 Memanaskan larutan Terbentuk buih (busa)

3 + NaCl jenuh Terjadi emulsi larutan tidak

berwarna,endapan berwarna putih gading 4 Menyaring endapan Endapan berwarna putih gading, bobot

endapan 41.76 g

4.1.2Sifat-sifat sabun

No Perlakuan Pengamatan 1  Tabung 1 + 5 ml

HCl

 Pemanasan

 endapan menjadi berbentuk bulatan, dan larutan bening

 endapan larut, warna larutan menjadi keruh, pada bagian atas terbentuk lapisan kuning  Bobot endapan 0.81 g

2  Tabung II + 5 ml CaCO3

 Pemanasan

 endapan menjadi berbentuk bulatan, dan larutan keruh

 endapan larut, warna larutan bagian bawah tak berwarna, tengah keruh dan bagian atas lapisan kuning

(51)

4.1.3 Penentuan Kadar Asam Lemak

4.2Pembahasan

Percobaan kali ini adalah Pembuatan sabun natrium dengan reaksi saponifikasi, Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol. Sabun adalah garam logam alkali yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang dari asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini alkali yang dimaksud adalah natrium (Na) dari basa kuat NaOH. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada strukturnya dimana kedua ujung dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada salah satu ujungnya terdiri dari rantai hidrokarbon asam lemak yang bersifat lipofilik (tertarik pada atau larut lemak dan minyak) atau basa yang disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung lainnya merupakan ion karboksilat yang bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut dalam air) atau ujung polar.

Gambar 1 Struktur Sabun

Reaksi saponifikasi yang terjadi adalah sebagai berikut :

CH3(CH2)14CO2 H + 3 NaOH 3 CH3(CH2)14CO2Na + C3H8O3

Perlakukan Pengamatan

Sabun dipotong-potong kemudian ditimbang

0.5 gram

0.5 g sabu═ + Air + PP + oC Larut, berbusa, larutan berwarna ungu muda

Sabun + petroleum eter (ekstraksi) Terbentuk 2 fasa, atas petroleum eter, bawah sabun

Terbentuk 2 fasa, atas petroleum eter, bawah sabun

(52)

Larutan yang telah dicampurkan tersebut kemudian didukan agar larutan cepat bereaksi. Pada saat dicampurkan, campuran membentuk 2 lapisan yang pada bagian atas berwarna kuning dan bagian bawah berwarna putih pudar. Kemudian ditambahkan 80ml NaCl jenuh untuk mengendapkan sabun (Garam NaCl akan memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol). lalu didinginkan dan disaring sehingga didapat berat sabun sebesar 41.76 gram.

Kemudian endapan pada kertas saring diambil kira-kira 1 gram dan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan 10 ml air panas, dan diaduk sampai homogen. Selanjutnya larutan sabun tersebut dibagi kedalam 2 taung reaksi. Berdasarkan percobaan tersebut diperoleh endapat di masing – masing tabung reaksi dengan bobot 0.8 g dengan penambahan HCl, dan 3.62 g dengan penambahan karbonat.

Pada percobaan Selanjutnya merupakan uji sifat-sifat sabun atau uji kesadahan. Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah air dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan membentuk busa. Kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha memanipulasi nilai pH.

Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+ atau Mg2+ biasanya terbentuk dari garam karbonat atau sulfat. Air sadah mempunyai sifat yaitu menyebabkan sabun sukar berbuih dan timbulnya sejenis karang dan kerak.

Pada hasil percobaan pada kedua tabung setelah dipanaskan terbentuk endapan sabun berwarna putih gading.

Sabun sukar berbuih dalam air sadah, karena ion Ca2+ yang terkandung mengendapkan Sabun Natrium. Reaksinya sebagai berikut :

5

CaCO3 + 2C17H35COONa (C17H35COO)2Ca + NaCO3

(53)

Selain direaksikan dengan larutan ion Ca2+, sabun juga direaksikan dengan larutan HCl. Dalam asam, sabun akan dihidrolisa menjadi asam lemak kembali. Reaksi sebagai berikut :

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa sabun adalah garam alkali dari asam lemak sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifar basa. Jika larutan sabun dalam air diaduk akan menghasilkan buih. Sabun dapat membersihkan, sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunya guguspolar dan non polar. Molekul sabun memiliki rantai CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air), dan larut dalam senyawa organic, sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dalam larut dalam air.

Dalam percobaan tentang penentuan kadar asam lemak dari sabun menggunakan alat ekstraksi yaitu dengan menggunakan corong pisah, yang kemudian dititrasi untuk diketahui persentase asam lemak dari sabun Fresh tersebut.

Pertama yang didahulukan yaitu sabun dipotong kecil-kecil, kemudian ditimbang sebanyak 0,5 g. setelah itu dilarutkan dengan 400 mL air dan menambahkan 1-3 indikator pp dalam hal ini agar mengetahui bahwa larutan tersebut mengandung asam atau basa. Setelah penambahan indikator pp yaitu terjadi perubahan warna ungu muda dan ini menandakan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Kemudian dipanaskan sambil dikocok, fungsi dipanaskan yaitu agar dapat mempercepat larutnya sabun. Sabun yang telah larut tersebut diencerkan menjadi 500 mL.

(54)

Reaksi antara stearat dan NaCl yaitu :

C17H35COOH + NaOH C17H35COONa + H2O

Setelah itu lapisan petroleum eter dipisahakan. Lapisan eter dimasukan dalam corong pisah kemudian ditambahkan 10 mL air dan 2 tetes indikator pp dikocok. Perlakuan dilakukan sebanyak 3x yang bertujuan agar air tidak bersifat basa lagi. Fungsi dari pengocokkan ini agar zat pelarut terdistribusi dalam kedua pelarut yang tak saling campur.

Lapisan petroleum eter yang berada dalam corong pisah ditambahkan 20 mL Alkohol lalu dikocok selama 10 menit dan dibiarkan beberapa menit. Fungsi penambahan Alkohol ialah untuk menarik pengotor-pengotor yang masih tersisa dalam petroleum eter. Lapisan petroleum eter tersebut kemudian dilakukan titrasi. volume yang diperoleh ketika titrasi sebesar 0.4 ml titran NaOH, sehingga dapat diketahui persen asam lemak dari sabun batang tersebut sebesar 2.84 %. Asam stearat berlaku sebagai zat asam yang nantinya bereaksi dengan basa yaitu NaOH yang membentuk sabun atau disebut juga reaksi penyabunan.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu baan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen lain dalam campuran. Ekstraksi meliputi distribusi zat terarut diantara dua pelarut yang tidak dapat bercampur. Pelarut umum yang dipakai adalah air dan pelarut organik lain seperti CHCl3, etanol atau pentane. Garam anorganik, asam-asam dan basa-basa yang dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke dalam air dari pelarut yang kurang padat. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan beruang kali dengan jumlah pelarut yang lebih kecil daripada jumlah pelarutnya yang banyak, tetapi ekstraksinya hanya sekali.

Ekstraksi pelarut daam skala laboratorium dilakukan dalam suatu corong pisah. Pemisahan dilakukan dengan mengocok sehingga terjadi kesetimbangan komponen yang akan dipisahkan dalam pelarut air dan pelarut organik. Pelarut yang massa jenisnya lebih besar akan berada di bawah sehingga akan terjadi dua lapisan, yaitu lapisan fasa air dan fasa organik yang kemudian dipisahkan melalui kran corong. Pemisahan dapat dilakukan dengan ekstraksi satu tahap atau lebih. Semakin banyak tahap ekstraksi banyaknya komponen yang dapat terpisahkan akan semakin banyak.

(55)

dengan air sampai air tidak bersifat basa yang ditandai dengan hilangnya warna merah muda yang menjadi indikator bahwa campuran sudah tidak basa lagi. Kemudian dalam lapisan kloroform ditambahkan alkohol dan NaCl jenuh. Diambil lapisan alkohonya dan ditambahkan dengan indikator pp dan dititrasi. Petroleum eter dan alkohol adaah senyawa yang berfungsi untuk melarutkan lemak.

(56)

BAB V KESIMPULAN

 Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akandihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwaini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap

 Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan proses saponifikasi dengan mereaksikan minyak kelapa (trigliserida) dengan alkali (NaOH). Berat sabun yang dihasilkan pada praktikum ini adalah sebesar 41.76 gram.

 Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimiakoloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencucikotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ba═a═. 2012. ―Lap║ra═ Sap║═ifikasi‖.http://ba═a═sae.bl║gsp║t.c║m/2012/02/lap║ra═ -saponifikasi.html. [Diakses 18 Mei 2014].

Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga

Hudin Uswana.2012. Laporan Praktikum Kimia Pembuatan Sabun http://hudin-uswana.blogspot.com/2012/03/laporan-pratikum-kimia-membuat-sabun.html Putri. 2012. Laporan Praktikum Kimia Dasar Reaksi Saponifikasi Serta Pengujian Sifat

(58)

LAMPIRAN

PERTANYAAN PRAPRAKTEK

1. Gambarlah molekul lemak padat dan persamaan penyabunannya menjadi sabun natrium.

Jawab :

2. Gambarlah struktur lengkap yang menunjukan semua ikatan pada asam stearat dan natrium stearate.

Jawab :

C

H3 O

-O

Na+

(natrium stearate)

3. Apa beda sabun natrium dan sabun kalium? Jawab :

Sabun kalium (ROOCK) terbuat dari lemak dengan KOH, sifatnya lunak dan umumnya digunakan untuk sab

Gambar

Gambar 2. Uji Benedict
Gambar 1 Struktur Sabun
Gambar 1 Ekstraksi Kadar Asam Lemak

Referensi

Dokumen terkait

Larutan NaOh : warna mula-mula Biru, Hijau lumut, hijau toska, kuning menjadi Ungu, biru, merah, orange dengan pH=14 maka kesimpulannya adalah

Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan.. hidrogen

Setelah itu, ke dalam garam diazonium ini ditambahkan dimetil anilin dan asam asetat glasial menghasilkan pasta merah yang disebut sebagai helianthin yang

Indikator zatwarna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna dengan sejumlah logam kecil.. Indikator yang

Fungsi pereaksi NaOH dan CuSO 4 adalah untuk membuat suasana larutan menjadi basa sehingga dihasilkan suatu senyawa kompleks berwarna ungu sebagai deteksi atau penentuan

Pada percobaan selanjutnya yaitu ion triiodida ditambahkan ke dalam air + amilum, dari hasil pengamatan terlihat warna larutan tersebut menjadi merah tua pekat

Fungsi pereaksi NaOH dan CuSO 4 adalah untuk membuat suasana larutan menjadi basa sehingga dihasilkan suatu senyawa kompleks berwarna ungu sebagai deteksi atau

Setelah didapat larutan 1 – klorobutana, dilakukan pemisahan pada larutan 1 – klorobutana yang masih mengandung air dengan cara larutan 1 – klorobutana dimasukka kedalam corong pisah