• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3.2 Pembuatan Skema Aplikasi

Pada tahap ini, akan dibuat skema dari komponen-komponen yang diperlukan dan skema dari aplikasi virtual synthesizer dengan menggunakan synth maker.

A. Preset Manager

Komponen ini berfungsi untuk menyimpan dan menampilkan modifikasi yang sudah dilakukan oleh user serta mengedit nama pada modifikasinya tersebut, dalam aplikasi ada 32 slot untuk menyimpan modifikasi tersebut. Berikut

Gambar 4.10 Skema preset manager

B. Midi to Poly

Komponen ini berfungsi untuk membaca sinyal MIDI yang di input dan merubahnya menjadi sinyal polyphonic. Berikut ini adalah skemanya.

Gambar 4.11 Skema Midi to poly

Dalam proses perekaman sebuah keyboard yang dilengkapi synthesizer mengirimkan sinyal MIDI ke sequencer, yang akan merekamnya. Lalu sinyal tersebut dikirimkan dari sequencer ke setiap modul-modul suara dan synthesizer sehingga menghasilkan musik yang diinginkan.

C. Detuner

Komponen ini adalah komponen pengontrol octave dan tuning yang berfungsi untuk menentukan tinggi rendahnya nada dari sinyal yang dihasilkan, berikut ini adalah skemanya.

Gambar 4.12 Skema Detuner

Komponen ini dapat menurunkan dan menaikkan oktave dari suatu nada dari - 4 sampai + 4 oktave, sesuai dengan standar pada synthesizer keyboard. Penerapan standarisasi tuning mulai dilakukan pemerintah Perancis sekitar tahun 1859, lalu ditetapkan pada tahun 1939 nada A diatas C tengah adalah 440 HZ. Frekuensi tuning meningkat dari tahun ke tahun., karena makin tinggi tingginya sebuah pitch, maka sensasi loudness semakin meningkat.

D. Multi Oscilator

Untuk dapat membuat virtual synthesizer yang bertipe frequency modulation maka dibutuhkan sebuah komponen yang bisa menggabungkan dua buah sinyal atau lebih, untuk itu pada aplikasi ini digunakan dua buah multi oscilator yang dapat menggabungkan dua sinyal yang berbeda tersebut.

Komponen ini adalah kumpulan dari jenis-jenis oscilator yaitu sine, sawtooth, triangle, square dan noise yang di gabung menjadi satu komponen.berikut ini adalah skemanya.

Gambar 4.13 Skema Multi oscilator

Cara kerja komponen ini adalah apabila user memilih salah satu dari jenis sinyal diatas maka input sinyal tersebut akan diproses oleh komponen oscilator. Berikut adalah perlakuan terhadap input sinyal tersebut sesuai dengan jenis sinyal yang dipilih oleh user .

1. Apabila user memilih sinyal sine maka input sinyal tersebut akan dikalikan dengan floating point, agar sinyal tersebut terdengar halus dan lembut., karena menurut teorema nyquist apabila semakin besar sample rate yang dikalikan maka semakin baik output sound yang dihasilkan.

2. Apabila user memilih sinyal sawtooth, maka sinyal yang diinputkan akan diproses menjadi sinyal yang memiliki harmonisasi nada yang mempunyai frekuensi diatas atau dibawah frekuensi dasar yaitu 440Hz yang mempunyai kelipatan integer atau bilangan bulat seperti 880Hz, 1320Hz dan sebagainya.

3. Apabila user memilih sinyal triangle, maka sinyal yang dihasilkan adalah gabungan antara sinyal sine dan sinyal square. Bentuknya hampir sama dengan sine wave dan mempunyai kelembutan pada nadanya, namun juga mengandung nada harmonik yang aneh yang terdapat pada square wave.

4. Apabila user memilih sinyal square maka sinyal yang diinputkan akan diperlakukan sama seperti sinyal sawtooth namun mempunyai nanda harmonisasi yang aneh.

5. Apabila user memilih sinyal noise maka sinyal yang diinputkan akan di bypass kan, karena noise adalah fluktuasi acak dari suara yang terdiri dari berbagai

E. Amplifier

Ini adalah komponen penguat sinyal, yang biasa disebut

sebagai volume. Berikut ini adalah

skemanya.

Gambar 4.14 Skema Amplifier

Pada komponen ini sinyal diperkuat dengan intensitas 0 sampai dengan 1 penguatan amplitudo sinyal.

F. Distortion

Komponen ini berfungsi sebagai efek dari sinyal yang masuk dengan menggunakan modifikasi sinyal yang lebih kasar. Berikut ini adalah skemanya.

DSP Coding yang digunakan adalah untuk membuat distorsi linear. Distorsi linear dapat terjadi karena fluktuasi amplitudo seperti peristiwa beating yang terjadi ketika dua frekuensi berbeda kurang dari 15Hz dimainkan secara bersamaan.

G. Overdrive

Komponen ini adalah berfungsi sebagai efek distorsi yang menggunakan modifikasi sinyal yang lebih halus. Berikut ini adalah skemanya.

Gambar 4.16 Skema Overdrire

Pada prinsipnya sama seperti efek distorsi, namun efek sinyal ini menggunakan DSP coding untuk menghasilkan distorsi non linear, yaitu distorsi yang dapat terdeteksi diatas orde harmoni ke-4 oleh nada 357Hz pada intensitas 70dB.

H.State Variable Filter

Komponen ini berfungsi untuk memodifikasi sinyal dengan menggunakan multi filter , yaitu low pass, high pass, band pass, band reject. Berikut ini adalah skemanya.

Gambar 4.17 Skema State variable filter

Komponen ini menggunakan DSP coding untuk memproses sinyal yang masuk, berikut ini adalah DSP coding nya. Coding ini berfungsi sebagai sequence algoritma dari pengolahan input sinyal user.

I. ADSR ( Attack, Decay, Sustain, Release )

Komponen ini berfungsi umtuk memodifikasi amplitudo dari sinyal yang masuk. Berikut ini adalah skemanya.

Gambar 4.18 Skema ADSR J. Combiner

Komponen ini berfungsi untuk mengkombinasikan suara pada sinyal poly menjadi satu di dalam sinyal mono. Berikut ini adalah skemanya.

K. Ping-Pong Delay

Komponen ini merupakan sebuah efek stereo untuk memantulkan delay diantara channel kanan channel kiri. Berikut ini adalah skemanya.

Gambar 4.20 Skema Ping-pong delay

Pada dasarnya komponen ini menggunakan prinsip yang hampir sama sengan teori pergeseran nada karena efek Doppler. Efek Doppler menjelaskan mengenai perubahan panjang gelombang yang terjadi karena adanya pergerakan pendengar atau sumber suaranya.

L. Stereo Amp

Merupakan komponen yang berfungsi sebagai volume, namun dengan kualitas stereo. Berikut adalah skemanya.

Gambar 4.21 Skema Stereo Amp

Pada dasarnya komponen ini sama dengan komponen amplifier namun disini ditambahkan fungsi stereo, sehingga volume yang dihasilkan lebih bagus.

M.Stereo Clip

Komponen ini berfungsi untuk menyatukan empat sinyal mono menjadi satu sinyal mono, kemudian diberi coding di dalamnya sampai akhirnya dipecah lagi menjadi empat sinyal mono. Berikut ini adalah skemanya.

N. Scope

Komponen ini berfungsi untuk menampilkan sinyal mono dengan bentuk grafik, yang berubah secara real time desuai dengan input sinyal yang diberikan. Berikut ini adalah skemanya.

Gambar 4.23 Skema Scope

O.Equalizer

Komponen ini berfungsi memodifikasi sinyal melalui equalizer yang bisa dijalankan secara real time. Berikut ini adalah skemanya.

Gambar 4.24 Skema Parametric Equalizer

Komponen ini menggunakan batas bawah getaran sebesar 20Hz, sedangkan atasnya sebesar 20.000Hz, yaitu sesuai dengan batas pendengaran manusia yang hanya mampu mendengar getaran 20Hz-20.000Hz.

P. Virtual Keyboard

Komponen ini berfungsi sebagai input sinyal yang berbentuk tuts piano. Berikut ini adalah skemanya.

Selain menggunakan tuts piano tersebut, user juga dapat melakukan input dengan keyboard yang ada pada komputer, berikut ini susunan nada yang tertera pada keyboard komputer.

Gambar 4.26 Rancangan tuts piano

Gambar 4.27 Rancangan tuts piano 2

Q.Adomments dan GUI

Komponen ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan atau folder untuk interface pada aplikasi ini.berikut ini adalah skemanya.

W

Q

2

E R T Y U

3 5 6 7

X

Z

S

C V B N M

D G H J

Gambar 4.28 komponen adomments dan GUI R. Skema Aplikasi Virtual Synthesizer

Berikut ini merupakan skema atau rancangan akhir dari aplikasi virtual synthesizer.

Dokumen terkait