• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN HUBUNGAN DIPLOMATIK DALAM

C. Pembukaan dan Berakhirnya Hubungan Diplomatik

Sebelumnya secara umum diakui bahwa setiap negara yang merdeka dan berdaulat mempunyai right of legitation. Hak legasi ini ada yang aktif yaitu hak suatu negara untuk mengakreditasikan wakilnya ke negara lain dan hak legasi

37 https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/12024/11613

pasif yaitu kewajiban untuk menerima wakil-wakil negara asing. Hak legasi ini di terima oleh Konvensi Havana 1928 seperti yang tercantum pada pasal 1-nya. 38Selanjutnya, bila diperhatikan praktik yang berkembang, hak legasi ini secara berangsur sudah ditinggalkan seperti yang dikatakan pakar hukum internasional Prancis Prof. Fauchille “tidak suatu negara pun yang diharuskan menerima duta besar negara lain. Itu adalah persoalan hubungan baik dan bukan masalah hukum murni”.39

Jika diteliti, kata kunci Pasal 2 ini adalah kesepakatan bersama. Harus ada kesepakatan untuk membuka hubungan diplomatik dan selanjutnya kesepakatan untuk membuka perwakilan tetap. Pembukaan hubungan diplomatik dan pembukaan perwakilan tetap bagi Konvensi Wina merupakan dua hal yang berbeda. Itu juga berarti bahwa suatu negara dapat saja membuka hubungan Oleh karena itu, suatu negara tidak diharuskan untuk membuka hubungan diplomatik dengan negara lain, seperti juga tidak ada keharusan untuk menerima misi diplomatik asing di suatu negara. Demikian pula suatu negara tidak memili hak untuk meminta negara lain menerima wakil-wakilnya.

Namun, seperti yang ditegaskan pada Pasal 2 Konvensi Wina tahun 1961,

“ Pembukaan hubungan diplomatik antara negara-negara dan pembukaan perwakilan tetap diplomatik dilakukan atas dasar saling kesepakatan.

Kesepakatan ini biasanya diumumkan dalam bentuk resmi seperti komunike bersama, perjanjian persahabaan, dan lain-lain”.

38 BoerMauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dam Era Dinamika Global, 2011, Bandung , P.T.ALUMNI, hlm.520.

39 Fachille, Traité de Droit International Public Vol I, Paris,Pedone 1966, hlm 32.

diplomatik tetapi tidak langsung dengan dibukanya perwakilan tetap. Pembukaan hubungan diplomatik dan pembukaan perwakilan tetap secara hukum berupakan dua hal yang berbeda dimana di Indonesia pembukaan kantor perwakilan diplomatik ditetapkan dengan keputusan Presiden.40

Dapat ditambahkan bahwa prinsip kesepakatan bersama yang terdapat dalam Konvensi merupakan hasil kompromi rasional yang sepenuhnya sesuai dengan prinsip bahwa setiap pembatasan kedaulatan harus di setujui negara yang bersangkutan. Selanjutnya, juga terdapat kaitan yang erat antara pembukaan hubungan diplomatik dengan suatu negara dan pengakuan terhadap negara tersebut dan pemerintahnya. Karena hukum internasional tidak berisikan kewajiban hukum untuk mengakui suatu negara maka negara tersebut tidak dapat dipaksa untuk menerima wakil-wakil dari negara yang tidak diakuinya.41

Penolakan suatu negara untuk membuka hubungan diplomatik dengan alasan apapun terhadap negara lain merupakan suatu praktik yang biasa berlaku di dalam diplomatik. Cina dan Jepang selama berabad-abad tidak mempunyai hubungan dengan negara-negara asing. Sekarang ini kecuali Mesir dan Yordan, negara-negara Arab dan Islam lainnya tidak mempunyai hubungan diplomati dengan Israel. Sampai dilaksanakan-nya Ostpolitik, Kanselir Willy Brandt dari Republik Federal Jerman menolak membuka hubungan diplomatik dengan negara-negara yang menolak mengakui Republik Jerman Timur. Republik Rakyat Cina memutuskan hubungan diplomatik dengan negara mana saja yang mengakui Taiwan. Sebagai contoh terakhir Cina pada tahun 1999 memutuskan hubungannya

40 BoerMauna, Loc.cit,hlm. 521

41 Ibid

dengan Makedonia yang mengakui Taiwan. Sebagai catatan sampai dengan sekarang ini, Taiwan masih diakui oleh 22 negara anggota PBB. Juga Maroko pada tahun 1980-an memutuskan hubungan diplomatik pada sejumlah negara yang mengakui Republik Arab Demokratik Sahrawi (Polisario) yang diumumkan tanggal 27 Februari 1976. Kenyataaan Republik Arab Demokratik Sahrawi ini belum lahir karena belum tercapainya kesepakatan dengan Maroko tentang pelaksanaan referendum di Sahara Barat.

Sekarang ini diakui secara umum bahwa hak untuk membuka hubungan diplomatik berasal dari pengakuan sebagai suatu negara yang berdaulat. Pada praktiknya, suatu negara memberi pengakuan terlebih dahulu dan kemudian membuka hubungan diplomatik. Dapat juga terjadi bahwa pengakuan sekaligus merupakan pembukaan hubungan diplomatik. Pada bulan September 1991, sebagai kelanjutan Menteri-menteri Luar Negeri Masyarakat Eropa menemui Menteri-menteri Luar Negeri Estonia, Latvia dan Lithuaniauntuk menyambut pemulihan kembali kedaulatan dan kemerdekaan kembali negara-negara Baltik tersebut. Pertemuan ini pada hakikatnya merupakan pengakuan dari negara-negara Masyarakat Eropa yang sekaligus merupakan tanda pembukaan hubungan diplomatik antara sesama mereka.42

42 Ibid

Contoh lain adalah Amerika Serikat yang mengakui Pemerintah Republik Angola tanggal 19 Mei 1993 yang disertai beberapa minggu kemudian dengan usul pembukaan hubungan diplomatik.

Demikian juga waktu Eritrea mengumumkan kemerdekaannya dari Ethiopia tanggal 27 April 1993, Amerika Serikat langsung pada hari itu juga memberikan pengakuannya sebagai negara yang merdeka dan mengusulkan pembukaan

hubungan diplomatik. Asal-usul mengenai pembukaan hubungan diplomatik ini sebagai tindak lanjut pemberian pengakuan biasanya selalu diterima dan jarang diberi penolakan. Sekiranya pembukaan hubungan diplomatik antara dua negara tidak selalu diikuti pembukaan perwakilan diplomatik tetap, itu terutama disebabkan masalah-masalah teknik dan bukan atas dasar politis.43

Merupakan kenyataan bahwa negara-negara dewasa ini tidak selalu mempunyai perwakilan diplomatik tetap satu sama lain. Dengan menjamurnya negara-negara baru pada bagian kedua Abad ke-20 sebagai akibat dekolonisasi pemeliharaan hubungan diplomatikmelalui pembukaan misi tetap merupakan masalah yang cukup berat. Karena kekurangan dana dan personil negara-negara miskin atau kecil tidak sanggup membuka banyak misi diplomatik tetap di negara-negara lain. Dari 191 negara-negara anggota PBB dewasa ini, 41 diantaranya berpenduduk kurang dari 100.000. Samoa barat di kawasan Pasifik Selatan misalnya sudah merdeka pada tahun 1962 baru sanggup menjadi anggota PBB pada 14 tahun yang lalu. 44

43 BoerMauna, Loc.cit hlm 523

44 Ibid

Sulit dibayangkan bagaimana negara-negara kecil lainnya yang berpenduduk kurang dari 20.000 penduduk untuk memiliki perwakilan tetap diluar negeri.

Sebagaimana dibukanya hubungan diplomatik, pada suatu waktu, dapat pula terjadi berakhirnya hubungan ataupun misi diplomatik. Berakhirnya misi diplomatik seorang staf perwakilan diplomatik menurut Pasal 43 Konvensi Wina antara lain karena :

1. Adanya pemberitahuan dari negara pengirim kepada negara penerima bahwa tugas dari pejabat diplomatik itu berakhir.

2. Adanya pemberitahuan dari negara penerima kepada negara pengirim bahwa, sesuai dengan ayat 2 dari Pasal 9 Konvensi Wina, negara tersebut menolak untuk mengakui seorang pejabat diplomatik sebagai anggota perwakilan.

Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Pasal 43 Konvensi Wina kiranya belum lengkap dan belum berisikan sebab-sebab lain yang dapat mengakhiri fungsi diplomatik seorang pejabat perwakilan. Ada kategori lainnya yang dapat menyebabkan berakhirnya fungsi tersebut:

1. Putusnya hubungan diplomatik. Bila terjadi pemutusan hubungan diplomatik biasanya negara pengirim menarik anggota staf perwakilannya di negara penerima. Seperti juga dengan pembukaan, pemutusan diplomatik merupakan discretionary act suatu negara.

Pemutusan hubungan diplomatik ini merupakan keputusan unilateral suatu negara yang menutup perwakilan diplomatiknya dengan meminta agar negara lain juga melakukan hal yang sama atas dasar prinsip reproritas. Di Indonesia, pemutusan hubungan diplomatik dengan suatu negara diatur dalam Pasal 22 UU No.37 tahun 1999.45

Pemutusan hubungan diplomatik ini merupakan suatu hal yang gawat yang biasanya dilakukan sebagai jalan terakhir bila cara-cara lain yang kurang radikal tidak memberikan hasil. Pemutusan hubungan diplomatik ini secara otomatis bila terjadi perang antara kedua negara.

45 BoerMauna, Loc.cit, hlm. 539.

juga dapat terjadi tanpa adanya perang bila sengketa antara kedua negara sudah sebegitu rupa sehingga tindakan apapun yang diambil seperti pengusiran diplomat atau pemanggilan kepala perwakilan masiih tidak cukup.

Ada bermacam-macam alasan penyebab putusnya hubungan diplomatik. Pemutusan hubungan diplomatik sering terjadi karena kebijakan suatu negara yang sangat bertentangan dengan posisi negara lain ataupun kegiatan yang tidak wajar dari personel diplomatik.

Seperti yanng terjadi pada tahun 1973 terjadi pemutusan hubungan antara Libya dan Mesir, Ethiopia dan Israel, Republik Sentral Afrika dan Israel, serta Amerika Serikat dan Uganda. Pada tahun 1976 pemutusan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dengan Equatorial Guinea, Mesir dan Syria. Pada bulan Maret 1979, negara-negara Arab kecuali Sudan, Somalia dan Oman memutuskan hubungan diplomatik dengan mesir sebagai akibat perjanjian antara negara-negara tersebut dengan Israel pada 1978. Pemutusan hubungan dengan Mesir ini bukan saja dibidang hubungan diplomatik tetapi juga mencakup segala bentuk pengucilan dalam berbagai aspek seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, intelektual dan olah raga. Pada tanggal 7 April 1980 Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran karena okupasi dan penyanderaan para diplomat Amerika Serikat di Teheran Iran yang terjadi pada 4 November 1979.

Dapat dikatakan bahwa dari tahun 1973 hingga tahun 1994 terdapat 37 kasus pemutusan hubungan diplomatik. Bila terjadi putusnya hubungan diplomatik antara dua negara masing-masing menunjuk negara ketiga untuk mengurus kepentingan negara tersebut. Di waktu putusnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Cina pada 1967 sebagai akibat Gestapu, kepentingan Indonesia di wakili oleh Kamboja di Beijingdan kepentingan Cina di Indonesia Oleh Rumania. Demikian waktu masalah Timor Timur kepentingan Indonesia di Portugal diwakilkan oleh Philipina dan kepentingan Portugal di Indonesia oleh Belanda.46

Pemutusan diplomatik dapat terjadi sebagai akibat serangan yang dilakukan terhadap suatu negara. Yugoslavia pada tanggal 25 Maret 1999 memutuskan hubuungan diplomatik dengan negara-negara NATO terutama Inggris, Perancis, Jerman, dan Amerika Serikat sebagai akbat serangan udara besar-besaran yang dilakukan oleh organisasi militer tersebut terhadap Yugoslavia karena masalah Kosovo.47

Pemulihan hubungan antara negara-negara yang memutuskan hubungan ini bisa berlangsung setelah bertahun-tahun hingga ada yang mencapai puluhan tahun. Amerika Serikat Dengan Mesir di tahun 1973 mengalami putusnya hubungan diplomatik mencapai 6 tahun, india dan portugal mengalami putusnya hubungan diplomatik hingga 20

46 Ibid

47 Ibid

tahun di tahun 1975, India dan Cina memulihkan hubungannnya setelah putus 22 tahun pada tahun 1976, Spanyol dan Rusia mengalami putusnya hubungan diplomatik 20 tahun, Indonesia dan Cina kembali memulihkan hubungan diplomatiknya setelah putuspada tahun 1989 selama 23 tahun dan dengan portugal setelah putus selana 25 tahun di tahun 2000, sebagai catatan, dari tahun 1973 hingga tahun 1994 telah terjadi 95 kasus pemulihan hubungan diplomatik.48

2. Hilangnya negara pengirim atau negara penerima. Keadaan ini terjadi sebagai bentuk akibat penggabungan dua negara atau aneksasi oleh negara lain. Sebagai akibatnya kepala-kepala perwakilna harus memperoleh surat-surat kepercayaan yang baru dari negara mereka agar dapat meneruskan tugas-tugasnya. Anggota-anggota perwakilan lainnya harus dianggap telah mengakhirri fungsinya dan kemudian meneruskan kegiatan-kegiatannya melalui penunjukan-penunjukan yang baru dari negara pengirim yang diberikan secara jelas atau diam-diam.

Sebaliknya kepala-kepala perwakilan dapat tetap tinggal di tempat bila hilangnya negara penerima tidak diakui oleh negara pengirim. Demikianlah waktu pendudukan Kuait oleh irak pada bulan agustus 1990, hampir seluruh masyarakat internasional tidak mengakui pendudukan tersebut jan juga didukung oleh resolusi-resolusi dewan keamananan PBB. Perwakilan-perwakilan diplomatik asing tetap berada di Kuwait bagi mereka yang secara fisik merasa aman dan

48 BoerMauna, Loc.cit, hlm. 540.

menganggap diri mempeunyai hubungan diplomatik dengan Kuwait dan melaksanakan tugas-tugasnya.

Disamping itu, hilangnya suatu negara bukan saja berarti berakhirnya hubungan diplomatik tetapi juga berakhirnya misi staf perwakilan. Reunifikasi Jerman pada tahun 1989 sekaligus mengakhiri fungsi-fungsi diplomatik staf Kedutaan Besar Jerman Timur di seluruh dunia. Demikian pula reunifikasi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan tahun 1976 telah mengakhiri fungsi para diplomat Vietnam Selatan di berbagai negara. Kedutaan Besar Perancis di Saigon misalnya diubah menjadi Konsulat Jenderal yang berada di bawah pengawasan Duta Besarnya di Hanoi.49

49 Boer Mauna, Loc.cit,hlm. 541.

BAB III

HUBUNGAN DIPLOMATIK ANTARA QATAR DAN NEGARA – NEGARA JAZIRAH ARAB

A. Dinamika Hubungan dan Sebab Putusnya Hubungan Diplomatik antara Qatar dengan Negara-Negara Jazirah Arab

Qatar merupakan sebuah negara emirat di Timur Tengah yang terletak di sebuah semenanjung kecil di Jazirah Arab di Asia Barat. Satu-satunya batas darat mereka adalah Arab Saudi di selatan dan sisanya berbatasan dengan Teluk Persia.

Teluk ini juga yang memisahkan Qatar dari negara Bahrain. Ibukota Qatar terletak di kota Doha.

Qatar merupakan negara monarki dan kepala negaranya saat ini adalah Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Qatar sendiri dapat disebut sebagai negara monarki konstitusional maupun monarki absolut tergantung opini. Pada tahun 2003, konstitusi baru disetujui oleh 98% penduduk. Awal tahun 2017, total populasi Qatar mencapai 2,6 juta jiwa dengan 313.000 warga megara Qatar dan 2,3 juta ekspatriat.

Pada awalnya, Qatar berada dibawah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah yang selanjutnya negara Qatar menjadi protektorat Inggris pada awal abad ke-20.

Dahulu Inggris menguasi Qatar sebagai tempat transito kapal dagang sebelum menuju India. Qatar kemudian memperoleh status sebagai dependen dari Inggris, kemudian status protektorat Inggris yang dihentikan pada tahun 1916.

Setelah perang dunia kedua, Qatar berusaha memperoleh kemerdekaannya, terutama setelah India mencapai kemerdekaannya pada tahun 1950-an. Qatar semakin gencar setelah Inggris memberikan kemerdekaan kepada Kuwait pada tahun 1961. Pemerintah Inggris menyatakan akan menghentikan penguasaan politik tetapi tetap meneruskan penguasaan ekonomi di Qatar. Hal ini tidak dibiarkan oleh Qatar dengan membentuk Federasi Arab Teluk bersama dengan Bahrain.

Pergolakan hubungan diplomatik antara negara Qatar dengan negara tetangganya ini sendiri dimulai dengan pergolakan hubungan Qatar dengan Arab Saudi pada tahun 1995 dimana saat kepemimpinan Qatar diambil oleh Seikh Hamad atas kudeta kepada ayahnya Seikh Khalifah. Pada kepemimpinannya, Seikh Hamad memutuskan untuk mengubah haluan politiknya mulai dengan menganut “Strategic Hedging” atau “Strategi Lindung” dalam politik luar negerinya, yakni dengan memulai membuka aliansi lain yang dalam konteks ini guna mempertahankan hubungan yang signifikan dengan kekuasaan yang sedang meningkat dan menghindari konfrontasi besar demi menyeimbangkan ancaman yang akan datang dalam praktik hubungan internasionalnya.50

50 K. Hard. Imad, Why Qatar?Explaining Contention Issue dalam Doumar, George dkk.Crisis In The Gulf Cooperation Council (Challange and Prospect), (Wasington DC:Arab Center Washington DC,2017),hlm 16.

Kerenggangan hubungan ini akibat dari upaya Qatar mendekatkan diri dengan Iran dan juga israel. Upaya yang dilakukan berupa perjanjian yang dilakukan oleh Emir Hammad dengan Iran dan Israel dalam pengembangan produksi Liquid Natural Gas (LNG). Strategi lindung nilai yang dilakukan oleh Qatar pada akhirnya memberikan efek samping pada renggangnya hubungan Qatar dengan Arab Saudi.

Kerjasama yang terjadi antara Qatar dengan Iran memicu pada pandangan bahwa Qatar berupaya aktif untuk menekan posisi, kekuatan dan juga keamanan Arab Saudi.

Langkah ini berikutnya di respon negatif dengan Arab Saudi berdasarkan dua faktor:

1. Iran

Sejak awal Iran merupakan rival bagi negara Arab Saudi di kawasan Timur Tengah. Iran yang menganut Islam Syiah sangat bertentangan dengan Arab Saudi yang menganut Islam Sunni. Berakar dari permasalahan ideologi tersebut, rivalitas ideologi ini kemudian meluas menjadi rivalitas dalam segi pengaruh ekonomi politik serta perebutan kekuasaan di Timur Tengah.51

Salah satu kekhawatiran terbesar Arab Saudi adalah meningkatnya hubungan Qatar dengan Iran yang diyakini Saudi telah mengganggu urusan negara lain dan mendkung kelompok-kelompok ekstremis di negara-negara itu, termasuk Lebanon, Irak, dan Yaman. Pemberontak Houthi yang didukung Teheran di Yaman telah berulang kali mengancam Arab Saudi dengan rudal balistik yang oleh para ahli asal Amerika Serikat dan PBB katakan berasal dari Iran.52

51 Talha Kose dan Ufuk Ulutas, “Regional Implication Of The Qatar Crisisi: Increasing Vulnerability”, Sate Perspective, Juni 2017.

52 “Qatar crisis: 4 Arab Countries with Varied Grievances”,thenational.ae Juni 2017, dimuat pada 3/2/2019, jam 10:59, https://www.thenational.ae/world/gcc/qatar-crisis-4-arab-countries-with-varied-grievances-1.736837U.

2. Israel

Pada saat dimana Qatar membangun hubungan kerjasama dengan Iran dan Israel, Arab Saudi merupakan salah satu anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang tidak mendukung keberadaan negara Israel atas tanah yang terdapat di sepanjang jalur Gaza di Palestina sebagai tanah yang diberikan untuk didirikan sebagai negara Israel. Penolakan ini dipimpin oleh Arab Saudi dan didukung oleh negara – negara Islam lain diluar kawasan Timur Tengah. Selain itu, keputusan Qatar untuk membuka kantor perdagangan Israel di Doha pada tahun 1996 menambah panas hubungan Qatar dan Arab Saudi. Arab Saudi tidak lagi bisa menyesuaikan diri dengan elit Qatar yang benar- benar independen dalam mengambil kebijakannya.53

Pada tahun 2002 media Qatar memberitakan bahwa pemerintah Arab Saudi memanggil duta besarnya yang berada di Doha untuk kembali ke Arab Saudi selama enam hari. Pemicunya adalah pemberitaan oleh kantor berita Al Jazeera yang memperluas pengaruh kepemimpinan Ikhwanul Muslimin di seluruh Jazirah Arab dan juga mengkritik kepemimpinan Arab Saudi dalam politik Timur Tengah. Hubungan diplomatik antara Qatar dan Arab Saudi kembali membaik

Keputusan Qatar untuk melakukan kerjasama dalam pengembangan gas alam yang dimiliki-nya dengan Iran dan Israel membuat negara-negara teluk terutama negara Arab Saudi merasa tidak dianggap dan tidak diperdulikan oleh Qatar. Qatar dianggap mulai menyimpang dari GCC (Gulf Cooperation Council) dengan ditemukannya Gas Alama dan kian meningkatnya perekonomian di negara tersebut.

53 Roberts David, “Qatar International Relation Under Emir Tamim”, Norwegian Peace

Building ResourceCenter,(2013): 2, https://www.files.ethz.ch/isn/170540/Qatar's%20International%20Relations%20under%20Emir%2

0Tamim.pdf.

pada tahun 2008 dengan adanya jaminan bahwa Al Jazeera akan membatasi jangkauannya di Arab Saudi. Pada tahun yang sama pula untuk menjaga stabilitas hubugan antara Qatar dengan Arab Saudi, dibentuk Dewan Koordinasi Bersama (JJC) yang bertempat di Jeddah. Komite ini bertujuan untuk mengembangkan hubungan bilateral serta mengamankan kepentingan bersama dari dua suku persaudaraan.54

Memanfaatkan momentum Arab Spring, Qatar telah mengubah arah diplomasinya. Pada mulanya Qatar merupakan mediator bagi negara-negara yang tengah bersitegang di kawasan Timur Tengah. Namun, semenjak adanya Arab Spring yang lebih tepatnya pada kasus Libya, Qatar telah mengubah arah kebijakan luar negerinya. Pada kenyataannya, Qatar memberikan campur tangan pada kerusuhan yang terjadi di Libya. Selain itu, Qatar juga dituduh melakukan interferensi di negara Suriah. Pada kasus Suriah, Qatar mendukung partai Oposisi dan melalui pimpinannya, Qatar menyarankan agar Suriah diserahkan pada Oposisinya. Pada 2012 Qatar dilaporkan telah mendukung Ikhwanul Muslimin Suriah sedangkan Arab Saudi mendukung fraksi sekuler dan kelompok salafi.

Namun pada akhirnya, Qatar menyerah dari Arab Saudi sebagai kekuatan utama di Teluk Arab (Persia). Sedangkan pada kasus Mesir, Qatar memberikan dukungan penuh atas pemberontakan yang terjadi di negara tersebut. Pada Januari 2013 perdana menteri Qatar Hamad bin Jazim Al-Thani mengumumkan dukungan untuk mesir dengan membawa bantuan sebesar US $ 1 miliar dalam bentuk dana hibah dan US $ 4 miliar dalam bentuk tabungan di bank sentral. Selain itu negara Qatar masih menyediakan US $ 3 miliar melalui akuisisi obligasi dan penyediaan

54 Kementrian Luar Negeri Qatar, Ministry of Foreign Affair Qatar.diakses pada 10 April 2018. https://www.mofa.gov.qa/en#The-World.[

gas yang menguntungkan serta membantu kekurangan listrik di musim panas.

Interferensi Qatar pada kerusuhan yang terjadi di negara Mesir kemudian berubah menjadi hubungan panas antara kedua negara setelah kudeta yang terjadi pada bulan Juli 2013.

Kepemimpinan Mesir yang baru menutup kantor berita Al Jazeera yang berada di Kairo serta penahanan sebagian besar jurnalis dari kantor berita tersebut.

Selain itu, mesir juga mengembalikan uang yang dipinjamkan jepada negara tersebut oleh Qatar sejumlah US $ 2 miliar melalui bank sentralnya. Presiden Al Sisi, yang dilantik pada hari sabtu untuk masa jabatan empat tahun kedua menyatakan bahwa negaranya menolak untuk membiarkan siapa pun ikut campur dalam urusannya dan akan menentang kebijakan yang mendukung terorisme.

Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan bahwa krisis Qatar hanya dapat diselesaikan jika Doha mematuhi tuntutan kuartet, yang termasuk membatasi dukungannya untuk Ikhwanul Muslimin. Pemerintah telah memimpin tindakan keras terhadap Ikhwanul Muslimin sejak mantan presiden dan anggota Ikhwanul Muslimin Mohammed Morsi, digulingkan oleh militer pada 2013 setelah protes massa. 55

55 “Qatar Crisis: 4 Arab Countries with Varied Grievances”, Op.cit.

Morsi sekarang menjalani hukuman penjara karena berbagai pelanggaran yang dituduhkan selama masa jabatannya.

Presiden Al Sisi, yang dilantik pada hari sabtu untuk masa jabatan empat tahun kedua menyatakan bahwa negaranya menolak untuk membiarkan siapa pun ikut campur dalam urusannya dan akan menentang kebijakan yang mendukung terorisme.

Hingga tahun 2014, Arab Saudi kembali menarik duta besarnya dari Doha. Namun, Arab Saudi tidak sendiri dalam memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Qatar. UEA dan juga Bahrain turut serta sebagai aliansi dari Arab Saudi. Pemutusan hubungan diplomatik yang dilakukan oleh ketiga negara tersebut didasarkan pada tuduhan bahwa Qatar telah banyak ikut campur

Hingga tahun 2014, Arab Saudi kembali menarik duta besarnya dari Doha. Namun, Arab Saudi tidak sendiri dalam memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Qatar. UEA dan juga Bahrain turut serta sebagai aliansi dari Arab Saudi. Pemutusan hubungan diplomatik yang dilakukan oleh ketiga negara tersebut didasarkan pada tuduhan bahwa Qatar telah banyak ikut campur

Dokumen terkait