• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Fungsi Perlindungan Warga Negara Oleh Perwakilan

BAB IV IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN WARGA NEGARA

D. Implementasi Fungsi Perlindungan Warga Negara Oleh Perwakilan

Pemerintah melalui upaya yang dilakukan Kementerian Luar Negeri RI dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) berhasil membebaskan dua tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi dari hukuman mati.

"Belum lama ini ada tiga kasus TKI terancam hukuman mati yang sedang kami urus. Dua dari tiga TKI tersebut berhasil dibebaskan dari hukuman mati. Sri dan Ati tiba di Jakarta setelah lolos dari ancaman hukuman mati," kata Dirjen Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Tatang Razak di Jakarta, Selasa.

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam Temu Media mengenai Penanganan WNI Terancam Hukuman Mati di kantor Kementerian Luar Negeri RI. Sri adalah TKI yang berasal dari Donggala, Sulawesi Tengah, yang dibebaskan oleh Mahkamah Umum Madinah dari ancaman hukuman mati karena tuduhan perzinahan. Sri dipenjara selama sembilan tahun bersama putrinya, yang sekarang berusia sembilan tahun dan ikut pulang ke Indonesia bersama Sri.

Sri mengaku awalnya ia sudah pasrah dengan hukuman mati yang harus ia jalani dan tidak percaya dengan pihak KJRI.

"Saya sempat putus asa karena selama tiga tahun tidak ada pihak KJRI yang datang memberi bantuan. Namun, akhirnya dengan dukungan teman, saya

menghubungi pihak KJRI dan saya dibantu dalam proses hukum," ujar Sri dalam pertemuan itu.

Sementara, Ati merupakan TKI asal Sukabumi, Jawa Barat. Ia dibebaskan oleh Mahkamah Umum Ahsa, Riyadh, dari ancaman hukuman mati karena tuduhan melakukan sihir.

Ati mengatakan bahwa ia pada awalnya tidak tahu dirinya dituduh melakukan sihir, sehingga mengakui tindakan yang tidak ia lakukan karena dipaksa untuk mengaku oleh petugas badan investigasi di Arab Saudi.

"Saya waktu itu tidak mengerti sedang dituduh memakai guna-guna. Saya dituduh mengguna-guna agar majikan pria bisa menikah dengan saya. Tidak ada bukti di pengadilan mengenai tindakan sihir yang saya lakukan karena saya memang tidak berbuat apa-apa," kata Ati.

"Saya dipaksa mengakui hal yang saya tidak lakukan, dan saat itu tidak didampingi pengacara. Saya bebas dari hukuman mati, tetapi dipenjara selama tiga tahun yang diperpanjang hingga sembilan tahun, dan mendapat 400 cambukan," ungkapnya.

Pada kesempatan itu, Dirjen PWNI-BHI Kemenlu Tatang Razak menjelaskan ketiadaan pendampingan pengacara dari KJRI bagi para TKI yang tersangkut hukum seringkali disebabkan tidak adanya informasi dari pihak pemerintah Arab Saudi mengenai hal itu.

"Karena pemerintah Arab Saudi tidak menjalankan Konvensi PBB, di mana setiap pemerintah suatu negara wajib memberi informasi bila ada warga negara lain yang tersangkut masalah hukum di negaranya," jelasnya.

"Sejak kami mengetahui hal ini, kami sering berkeliling memonitor penjara-penjara di Arab untuk memeriksa ada tidaknya WNI yang terkena kasus hukum dan belum mendapat pendampingan," lanjutnya.57

Dengan demikian fungsi perlindungan warga negara oleh perwakilan diplomatik tidak lah sekedar teori melainkan tertuang dalam pratik nya, seperti yang terjadi pada kasus di atas.

57 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52fa4c42264d1/pemerintah-bebaskan-dua-tki-dari-hukuman-mati

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

1. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini telah memacu semakin intensif nya interaksi antarnegara dan antarbangsa di dunia. Meningkatnya intensitas tinteraksi tersebut telah mempengaruhi potensi kegiatan ekonomi, politik, sosial, dan budayakita dengan pihak luar, baik itu dilakukan oleh pemerintah, organisasi non pemerintah, swasta, dan peorangan sebagai aktor baru dalam hubungan luar negeri ini. Kemudian dalam rangka mengimbangi kemajuan teknologi tersebut pemerintah Republik Indonesia beserta negara-negara sahabat lainnya, telah mengadakan sejumlah perjanjian dan persetujuan.

Dalam mengisi hubungan antar negara khususnya mengenai hubungann diplomatik yang terjalin itu, telah diadakan kerjasama yang erat baik dibidang politik, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan, utnuk kepentingan kedua belah pihak. Perjanjian dan persetujuan yang telah diadakan pemerintah Republik Indonesia bukan hanya dengan negara-negara sahabat tetapi juga dengan organisasi internasional seperti PBB.

2. Perlindungan warga negara adalah salah satu fungsi dari perwakilan diplomatik yang tertuang di dalam Konvensi Wina 1961 yang berbunyi, perwakilan diplomatik berkewajiban melindungi kepentingan negara pengirim dan kepentingan warga ngaranya di negara penerima dalam batas-batas yang diperkenankan oleh hukum international. Kemudian didalam

undang-undang no. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri Pasal 20 menyatakan “dalam hal terjadi sengketa antarwarga negara atau badan hukum Indonesia diluar negeri, perwakilan republik indoensia berkewajiban membantu menyelesaikannya berdasarkan asas musyawarah atau sesuai dengan hukum yang berlaku. Ketentuan ini ingin menjelaskan kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia bahwa fungsi Perwakilan Republik Indonesia adalah melindungi kepentingan negara dan warga negara Republik Indoneisa yang berada di daerah akreditasi. Akantetapi pemberian perlindungan itu hanya dapat diberikan oleh Perwakilan Republik Indonesia yang bersangkutan dalam batas-batas yang diperbolehkan oleh hukum kebiasaan internsional.

3. Dalam Pasal 21 Undang-undang No. 37 Tahun 1999 di dalam Pasal 21 menyatakan bahwa dalam hal warga negara Indonesia terancam bahaya nyata, Perwakilan Republik Indonesia (dalam hal ini termasuk perwakilan diplomatik) berkewajiban memberikan perlindungan, membantu, dan menghimpun mereka di wilayah yang aman, serta mengusahakan untuk memulangkan mereka ke Indonesia atas biaya negara. Bahwa yang tertuang dalam pasal 21 tersebut dapat dilaksanakan sebagaimana mesti nya.

Kemudian Perwakilan Republik Indonesia berkewajiban untuk memupuk persaudaraan dan kerukunan antarwarga negara Indonesia di luar negeri serta memberikan pengayoman, perlindungan dan bantuan hukum bagi warga negara dan badan hukum Indonesia di luar negeri sesuai dengan peraturan

perundang-undangan nasional serta hukum kebiasaan internasional yang berlaku.

B. Saran

Berdasarkan sejumlah penjelasan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Demi untuk mengimbangi perkembangan yang terjadi dalam hubungan diplomatik dibutuhkan para perwakilan diplomatik yang tanggap dengan isu-isu terkini yang terkait dengan hubungan diplomatik ini sehingga kita tidak tertinggal dengan negara-negara lain.

2. Salah satu fungsi dari perwakilan diplomatik ialah melindungi warga negara nya. Sehingga di butuhkan para diplomat atau para anggota perwakilan lainnya yang memiliki integritas tinggi terhadap warga negara nya untuk menjalankan amanah tersebut.

3. Perlu ada nya pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang no 37 Tahun 1999 tersebut terkhusus pada pasal 21 sehingga tidak ada lagi warga negara Indonesia yang tidak mendapat perlindungan dari Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amiruddin, dkk. 2006. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: PT. Elexmedia.

Bambang Sunggono. 2009, Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Boer Mauna, Hukum Internasional,Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global,alumni.

B.San, A diplomat’s Handbook of Internasional Law and Practice.

DR. Mauna, Broer. 2005. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Gobal. Bandung: PT. Alumni.

Edmund jan Osmanczyk,1995 Encyclopedia of the United Nation and International Agreements, Taylor and Francis, London.

Edy Suryono,1992 Perkembangan Hukum Diplomatik, Penerbit: Mandar Maju, Bandung.

Gerhard von Glahn,1970 Law among Nation (An Introduction to Public Internasional Law) 2nd.ed., MacMillian & Co.

S.K. Kapoor,1982 International law, Fifth Edition, Central Law Agency, India.

Suryokusumo sumaryo, 2013 Hukum Diplomatik dan Konsuler Jilid I,Tatanusa, Jakarta.

Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Syahmin,2008. Hukum Diplomatik Dalam Kerangka Studi Analisis, Penerbit:

PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Widodo. 2009. Hukum Kekebalan Diplomatik. Malang: CV. Aswaja Pressiondo.

Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

INSTRUMEN HUKUM

Konvensi Wina 1961 Tentang Hubungan Diplomatik Konvensi Wina 1963 Tentang Hubungan Konsuler Protokol Aix-La-Chapelle 1818

Undang-Undang No 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri Undang-Undang No 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional

WEBSITE

https://annas77.wordpress.com/2012/05/29/hubungan-diplomatik/

http://pkn-ips.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-dan-tujuan-perwakilan-diplomatik.html

http://fitrihidayat-ub.blogspot.co.id/2013/07/perlindungan-hukum-unsur-esensial-dalam.html

http://-kemlu.go.id/Hubungan-%bilateral.html

http://kemlu-.go.id/Daftar-%Perjanjian-%Internasional-/index-.html

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52fa4c42264d1/pemerintah-bebaskan-dua-tki-dari-hukuman-mati

Dokumen terkait