• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan survei dan jalan dimaksudkan untuk menetapkan dan merencanakan posisi pembuatan jalan angkutan dan prasarana PWH lainnya. Dan bertujuan untuk menyiapkan data dan informasi mengenai kondisi lokasi jalan yang akan dibangun.

2. Dasar Teori

PWH adalah kegiatan untuk merencanakan pembuatan jalan angkutan dan prasarana lainnya seperti gorong-gorong, barak kerja, tempat penimbunan kayu dan lain-lain. Dalam upaya untuk kelancaran angkutan produksi hasil hutan

dari masing-masing blok tebangan, tata waktu pelaksanaan kegiatan PWH adalah 1 tahun sebelum kegiatan penebangan (Et-1).

Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) merupakan kegiatan persiapan pelaksanaan PWH untuk menentukan alternatif terbaik pembuatan jaringan jalan yang kegiatannya meliputi: Perencanaan di Peta, Pelaksanaan Survai Lapangan, Penetapan Jaringan Jalan, Inventarisasi Tegakan disepanjang Rencana Jaringan Jalan, Pengukuran dan Pemetaan. (Darmawan.2011).

3. Alat dan Bahan

1) Clino meter 2) Meteran 3) GPS 4) Parang 5) Label 6) Buku ukur 7) Alat tulis-menulis 4. Prosedur Kerja

Kegiatan PWH memiliki ketentuan umum sebagai berikut:

a. Pembuatan trace jalan tidak diperkenankan melalui hutan lindung atau kawasan konservasi, kecuali dengan ijin instansi terkait.

b. Perencanaan panjang trace jalan angkutan diupayakan merupakan jarak terpendek.

c. Sesuai dengan standard Reduced Impact Logging (RIL) kepadatan (density) jalan utama dan cabang tidak boleh lebih dari 1,2 % dari luas blok tebangan.

d. Penetapan trayek jalan utama dan cabang dengan pertimbangan:

? Sebaran pohon secara keseluruhan (ditebang, dilindungi, dan pohon induk)

? Kontur / topografi ? Sungai dan anak sungai

? Kawasan dilindungi dan lokasi yang dianggap kramat oleh masyarakat. e. Perencanaan trace jalan sarad dilaksanakan dengan ketentuan sebagai

berikut:

? Tidak menyusuri dan di usahakan menjauhi sungai, anak sungai, dan saluran sungai.

? Boleh melintasi sungai / anak sungai sekiranya tidak ada alternatif lain dengan tetap menggunakan gorong-gorong.

? Kepadatan (density) jalan sarad tidak boleh lebih dari 6 % dari luas blok tebangan.

? Posisi pohon yang akan ditebang. ? Topografi / kelerengan yang berat.

? Diusahakan tidak terlalu banyak belokan / tikungan untuk menghindari kesulitan dalam penyaradan kayu.

? Diusahakan berada pada punggung bukit untuk mengurangi terjadinya kerusakan terhadap tanah.

f. Penandaan trace jalan di lapangan dilakukan dengan ketentuan:

? Trace jalan utama diberi tanda cat warna kuning strip 3 pada pohon-pohon di sepanjang trace jalan untuk menunjukan arah masuk ke blok tebangan. Sedangkan strip 2 warna kuning untuk menunjukan arah keluar blok tebangan.

? Trace jalan cabang diberi tanda cat warna kuning strip 2 pada pohon-pohon di sepanjang trace jalan untuk menunjukan arah masuk ke blok tebangan. Sedangkan strip 1 warna kuning untuk menunjukan arah keluar blok tebangan.

? Trace jalan sarad diberi tanda cat warna biru strip 1 pada pohon-pohon di sepanjang trace jalan sarad untuk arah masuk dan keluar.

g. Pendataan potensi tegakan di kiri dan kanan trace jalan utama dan cabang dilakukan dengan ketentuan:

? Untuk trace jalan utama, lebar jalur inventarisasi 16 meter kiri dan kanan dari trace jalan.

? Untuk trace jalan cabang, lebar jalur inventarisasi 14 meter kiri dan kanan dari trace jalan.

h. Pohon yang dilakukan inventarisasi pada trace jalan utama dan cabang adalah jenis komersil berdiameter 20 cm keatas dan diberi label merah. i. Melakukan pendataan pohon yang akan ditebang pada trace jalan sarad. 5. Hal Yang Dicapai

Untuk memudahkan dan mengefisiensikan pelaksanaan dan sebagai panduan pelaksanaan PWH di lapangan, maka secara khusus disusun standar pelaksanaan lapangan yang merupakan batasan kebijakan intern mengenai Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan / Survai Lokasi Jalan (PPWH). Perencanaaan pembukaan wilayah merupakan kegiatan persiapan pelaksanaan persiapan pelaksanaan perencaan wilayah hutan untuk menentukan alternatif terbaik pembuatan jalan.

D. Pemanenan

Pemanenan adalah kegiatan mengambil kayu dari pohon-pohon dalam tegakan yang memiliki diameter sama dengan atau lebih besar dari batas diameter yang ditetapkan.

1. Tujuan

Setelah kegiatan pembukaan wilayah hutan dilaksanakan dilanjutkan kegiatan pemanenan atau penebangan dari masing-masing blok tebangan, kegiatan pemanenan meliputi kegiatan penebangan, penyaradan, pengukuran dan pengangkutan.

2. Dasar Teori

Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon-pohon dalam tegakan yang berdiameter sama dengan atau lebih besar dari diameter batas yang ditetapkan yaitu 50 cm. Kegiatan penebangan pohon meliputi pekerjaan penentuan arah rebah, pelaksanaan penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengupasan kulit dan pengangkutan dari tempat pengumpulan ke Tempat Penimbunan (TPK).

3. Alat dan Bahan 1) Alat tulis menulis 2) Parang 3) Pahat 4) Palu 5) Chainsaw STIL 070 6) Cat 7) Traktor 8) Meteran

9) Kapur Kayu 4. Prosedur Kerja

Pelaksanaan penebangan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Gunakan Peta pemanenan untuk mengetahui posisi pohon tebangan yang

terdekat. Ambil bujang yang berwarna merah, lakukan pengecekan terhadap kualitas pohon (apabila gerowong dengan nilai ekonomis yang rendah maka harus ditinggalkan), lalu persiapkan tempat kerja dengan memotong segala liana yang merambat dibatang pohon dan tumbuhan-tumbuhan lainnya yang mengikat pohon serta tumbuhan disekitar pohon, buat jalur penyelamatan (jalan lari penebang dari rebahan pohon).

b. Dengan berpedoman kepada peta pemanenan tentukan arah rebah pohon apabila tidak terdapat tanda pada pohon tersebut, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

? Arah rebah pohon mendekat atau menjauh dari jalan sarad dengan membentuk sudut 30° - 45° (pola sirip tulang ikan) atau sejajar dengan jalan sarad

? Arah rebah pohon diarahkan pada tajuk pohon yang sudah ditebang sebelumnya atau ketempat yang kosong.

? Pada areal curam, arah rebah menyerong ke samping lereng.

? Usahakan menebang ke arah pematang, sehingga memudahkan proses penyaradan.

? Hindari kerusakan pohon inti akibat penebangan

? Hindari penebangan ke tempat yang banyak permudaannya ? Jangan menebang ke kawasan lindung riparian (kiri-kanan sungai)

? Jangan menebang ke arah anak sungai, batu, tunggak, selokan untukmenghindari kerusakan pada kayu.

c. Buat takik rebah, dengan ketentuan sebagai berikut:

? Usahakan takik rebah serendah mungkin untuk mendapatkan volume kayu yang lebih besardan meninggalkan limbah tebangan seminimal mungkin ; apabila pohon berbanir maka letakkan takik rebah secukupnya.

? Buat potongan datar sedalam 1/4 - 1/3 Ø pohon

? Buat potongan atap/miring dengan sudut 45° terhadap potongan datarseperti yang diperlihatkan pada gambar 4 dibawah :

Takik Balas

Takik rebah

Gambar 4. Posisi Takik Rebah dan Takik Balas d. Buat takik balas, dengan ketentuan sebagai berikut:

? Buat potongan datar dari belakang takik rebah setinggi ± 5 cm – 10 cm dari potongan datar takik rebah

? Tinggalkan engsel setebal 1/10 – 1/6 Ø pohon (seperti diperlihatkan pada gambar 4 diatas)

? Pada saat membuat takik balas beri peringatan bagi orang yang berada disekitar daerah penebangan bahwa kayu akan rebah.

? Gunakan baji untuk menjaga agar arah rebah pohon sesuai dengan yang direncanakan.

e. Setelah pohon rebah kayu tersebut di potong bebas cabang dan bebas banir.

f. Dilakukan penyaradan pada kayu yang sudah di tebang dengan cara di tarik menggunakan traktor, untuk mengeluarkan kayu dari blok tebangan menuju TPN.

g. Ukur kayu sesuai ketentuan perusahaan, untuk mendapatan volume pohon setelah itu dilakukan pemahatan pada bontos menunjukan informasi pada kayu yg memuat informasi kode bulan, nomor produksi, nomor petak, panjang log, diameter log, jenis kayu serta nomor batang yang akan dimasukkan ke dalam buku ukur.

h. Kayu bulat diangkut dengan menggunakan truk loging menuju TPK. 5. Hal Yang Dicapai

Data yang diperoleh dari hasil penebangan adalah meliputi nomor petak, nomor pohon,luas petak, luas penebangan, jumlah pohon yang ditebang. Setelah semua data tersebut diambil kemudian dimasukkan dalam blanko yang sudah tersedia, sehingga akan terlihat berapa hasil penebangan setiap bulannya. Laporan hasil penebangan dilaporkan setiap akhir bulan, sehingga pada akhir tahun RKT dapat dilihat secara kumulatif berapa penebangan selama satu tahun.Kegiatan penebangan pohon meliputi pekerjaan penentuan arah rebah, pelaksanaan penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengupasan kulit dan pengangkutan dari tempat pengumpulan ke Tempat Penimbunan (TPK).

Dokumen terkait