• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis

3. Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan pemeliharaan tanaman kentang dilakukan sampai tanaman dipanen. Kegiatan tersebut meliputi penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan susulan, dan pengendalian hama dan penyakit.

a) Penyiangan Gulma

Penyiangan gulma merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual dengan mencabut dan membuang gulma tersebut. Penyiangan gulma dapat pula dengan cara dicangkul kemudian dikumpulkan. Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 20-30 hari setelah tanam (HST) atau setelah terlihat adanya gulma yang tumbuh. Gulma yang disiangi diusahakan sudah terlihat agak tumbuh besar dan banyak, sehingga mudah saat penyiangan. Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengenai perakaran tanaman kentang. Gulma yang banyak ditemui diantaranya rumput belulang (Eleusine indica), kirinyuh (Chromolaena odorata), teki (Cyperus cyperoides), dan bubuhan (Bidens biterata).

b) Pembumbunan

Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat meninggikan bedengan. Pembumbunan ini bertujuan untuk melindungi umbi dari sinar matahari langsung. Sinar matahari yang mengenai umbi menyebabkan terjadinya reaksi kimia pada kentang yang dinamakan solanin dan mengakibatkan umbi berwarna hijau. Solanin merupakan racun bagi manusia apabila terkena dosis yang banyak (Sumoprastowo, 2000).

36

Selain itu fungsi pembumbunan yaitu menahan batang agar tanaman tidak rebah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mengendalikan gulma, dan menjadikan perakaran tanaman lebih baik. Keterlambatan waktu pembumbunan dapat mengakibatkan umbi keluar sebab tidak tertimbun tanah serta stolon tumbuh menjadi batang sehingga produksi umbi akan berkurang.

Kegiatan pembumbunan ini dilakukan dua kali. Pembumbunan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Tanah di parit dicangkul dan diangkat kemudian diletakkan di atas bedengan tanaman. Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm.

Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35-40 HST dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm.

c) Pemupukan

Tanaman kentang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik memerlukan unsur hara dan nutrisi dengan jumlah, waktu pemberian, dan cara yang tepat. Pemberian pupuk susulan dapat menyokong pertumbuhan tanaman kentang. Pupuk susulan diberikan sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan bersamaan dengan pembumbunan pertama pada umur 28-30 HST. Jenis pupuk yang diberikan adalah kotoran kelelawar sebanyak 800 kg per hektar. Penggunaan kotoran kelelawar karena di daerah tersebut banyak tersedia. Pupuk susulan juga dapat menggunakan Ponska atau pupuk lain. Pupuk susulan yang kedua diberikan bersamaan dengan pembumbunan yang kedua yaitu saat tanaman berumur 35-40 HST dosis 200 kg per hektar. Pupuk diletakkan diantara tanaman dengan cara disebar kemudian ditutup dengan tanah.

d) Pengairan

Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan serta produksi tanaman. Menurut Samadi (2007) fungsi air terutama untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mengangkutnya ke seluruh bagian tanaman. Jika pemberian air terlambat, tanaman akan layu karena tidak ada keseimbangan

antara besarnya penguapan melalui permukaan daun dengan banyaknya air yang diserap tanaman.

Pengairan tanaman kentang dilakukan pada musim kemarau. Saat musim penghujan tidak dilakukan karena air sudah tersedia. Hikmah Farm pengairannya menggunakan sprinkler. Pemberian air dilakukan pada 5-7 hari sekali atau tergantung keadaan tanaman di lapang.

e) Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT)

Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan agar dihasilkan produksi yang optimal, untuk mengendalikannya harus diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman, gejala serangan, dan cara pengendaliannya. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara manual dan menggunakan bahan kimia. Secara manual dilakukan dengan mencabut dan membuang tanaman yang terserang supaya tidak menjalar ke tanaman yang lain.

Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer (Gambar 11). Pestisida dilarutkan dalam 200 liter air dalam satu drum. Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur 15-30 HST, tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan umur 60-95 HST.

Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman ini setiap hektar membutuhkan 3 drum larutan unsur hara dengan volume semprot 600 liter. Pada musim hujan penyemprotan lebih sering dilakukan antara 2-3 hari sekali. Sebab pestisida yang mengenai daun tercuci oleh air hujan sehingga obat banyak yang terbuang. Sedangkan pada musim kemarau dilakukan penyemprotan antara 4-5 hari sekali.

38

a. Mesin Penggerak b. Stank Sprayer Gambar 11. Alat Power Sprayer untuk Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan sebanyak 5 drum campuran pestisida dengan volume semprot 1000 liter per hektar. Penyemprotan tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-95 HST). Tanaman umur ini membutuhkan sebanyak 4 drum per hektar dengan volume semprot 800 liter per hektar. Pestisida yang sering digunakan Hikmah Farm dalam budidaya kentang terdapat pada (Tabel 9).

Tabel 9. Jenis dan Fungsi Pestisida yang digunakan Hikmah Farm Umur Tanaman (HST) Volume Semprot (liter/hektar) Jenis Pestisida Fungsi Dosis (per hektar)

15-30 600 Multigrand-K Unsur hara 1 500 gram Aminil Fungisida 2 000 gram

30-60 1 000 Acrobat Fungisida 200 gram

Alika Insektisida 500 ml

Aquarez Perekat 250 ml

Equation Fungisida 400 gram

60-95 800 Agrifos Fungisida 2 000 ml

Aquarez Perekat 200 ml

Unsur hara yang dipakai dalam satu hektar adalah Multigrand-K yang mengandung dua unsur makro yaitu Kalium 46 % dan Nitrogen 22 %. Selain itu juga mengandung unsur lain berupa P2O5, ZnNa, Ca, Mg, dan Mn yang sedikit jumlahnya. Dosis yang digunakan yaitu 1 500 gram per 600 liter. Fungisida yang digunakan dalam satu hektar lahan antara lain Aminil dengan dosis 2 000 gram per 1 000 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu chlorothalonil 750 g/kg WP. Acrobat dengan dosis 200 gram per 1 000 liter, bahan aktifnya yaitu dimetomort

50 WP. Equation dengan dosis 400 gram per 800 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu simoksanil 29 % dan famoksadon 22.5 % WG. Agrifos dosis yang digunakan yaitu 2000 ml per 800 liter, dengan bahan aktif asam fosfit 400 g/l SL. Sedangkan insektisida yang digunakn yaitu Alika dengan dosis 500 ml per 1 000 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu lemda sibahytrin 106 g/l dan tiametoksam 141 g/l. Perekat yang digunakan yaitu Aquarez dengan dosis 200 ml per 800 liter, bahan aktif yang terkandung dalam Aquarez yaitu organik kompon 38 %.

Alat power sprayer mempunyai jangkauan semburan 3 m ke kanan dan 3 m ke kiri dari parit jalan. Alat ini dihubungkan ke mesin diesel oleh selang. Penyemprotan menggunakan tiga selang sprayer dengan panjang selang masing-masing sekitar 300 m. Masing-masing-masing selang dipegang oleh 3 orang. Satu orang memegang stank sprayer dan menyemprot tanaman kentang dari bedengan paling ujung sampai bedengan paling akhir kemudian kembali lagi ke bedengan paling ujung. Dua orang lainnya menarik dan menggulung selang.

Penyakit yang menyerang tanaman kentang di Hikmah Farm diantaranya busuk daun (Phytopthora infestans), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan penyakit yang disebabkan oleh virus. Sedangkan yang menyerang umbi setelah dipanen diantaranya kudis lak (Rhizoctonia solani), busuk kering (Fusarium spp), dan kudis (Strepromyces scabies).

Menurut Suhardi (1984) penyakit busuk daun merupakan penyakit terpenting pada tanaman kentang. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangat bergantung pada keadaan cuaca, intensif tidaknya tindakan penyemprotan fungisida, dan toleransi varietas kentang terhadap penyakit tersebut. Selanjutnya Semangun (2007) menambahkan jamur Phytopthora infestans dapat juga menyerang umbi, meskipun di Indonesia jarang terjadi. Jika keadaan baik bagi pertumbuhannya, pada umbi terjadi bercak yang agak mengendap, berwarna coklat. Bagian yang terserang ini tidak menjadi lunak. Jika keadaan membantu perkembangan penyakit, karena pengaruh Phytopthora infestans yang dibantu oleh bakteri atau jamur lain maka umbi menjadi busuk basah.

40

1. Busuk Daun (Phytopthora infestans)

Penyakit ini yang paling banyak menyerang tanaman kentang dan sering dikenal dengan nama ”lodoh” yang disebabkan oleh cendawan Phytopthora infestans. Gejala yang ditimbulkan adalah timbulnya bercak basah pada daun hingga berubah menjadi coklat sampai hitam dan akhirnya membusuk, bagian bawah daun yang terinfeksi terdapat serbuk putih yang mengandung spora (Gambar 12). Pengendalian dari penyakit ini diantaranya menggunakan bibit yang sehat saat penanaman, pergiliran tanaman, serta penyemprotan secara teratur dan dengan teknik yang benar.

Gambar 12. Tanaman Terserang Penyakit Busuk Daun (Phytopthora infestans)

2. Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum ini menyebabkan tanaman layu sebagian atau keseluruhan. Mula-mula pucuk tanaman layu kemudian menjalar ke seluruh tanaman dan akhirnya tanaman mati. Gejala infeksi pada umbi yang baru dipanen adalah munculnya lendir yang lengket pada mata tunas (Gambar 13). Cara pengendaliannya adalah menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman), dan membuang tanaman yang layu.

Gambar 13. Tanaman Terserang Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)

3. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus

Ciri-ciri tanaman yang terserang virus adalah daun bergelombang, menggulung, atau keriting. Pinggir daun bergerigi, ukurannya kecil-kecil, daun menguning, dan umbi yang dihasilkan kecil atau tidak menghasilkan umbi sama sekali (Gambar 14). Belum ada pestisida untuk mengendalikan virus ini, pencegahannya dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, mencabut dan mengubur, atau membakar tanaman yang terserang.

Gambar 14. Tanaman Terserang Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus

4. Kudis Lak (Rhizoctonia solani)

Gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat jamur hitam kecoklatan pada umbi (Gambar 15). Cara pengendaliannya adalah menanam menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman), serta memisahkan umbi yang terserang.

42

Gambar 15. Penyakit Kudis Lak pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani

5. Busuk Kering (Fusarium spp)

Gejala yang terlihat yaitu bercak-bercak berlekuk warna coklat tua, umbi menjadi kering, berkerut, dan mengeras (Gambar 16). Cara pengendaliannya adalah kegiatan panen dilakukan secara hati-hati jangan sampai melukai umbi. Penanaman menggunakan umbi yang sehat.

Gambar 16. Penyakit Busuk Kering pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan Fusarium spp.

f). Roguing

Kegiatan roguing dilakukan sejak awal penanaman dalam waktu satu minggu dua kali atau lebih sampai menjelang pemeriksaan lapangan oleh BPSBTPH Tujuan roguing untuk membuang tanaman yang tumbuh abnormal, terserang hama dan penyakit, serta tumbuhan pengganggu. Pada areal yang luas, roguing dilakukan oleh 5-6 orang. Pekerja berjajar selang dua baris tanaman dan berjalan searah mengamati masing-masing tanaman.

4. Panen

Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari teknik budidaya tanaman yang menentukan produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan panen harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu, cara, dan kriteria umbi yang dipanen. Panen tanaman kentang dilakukan pada umur 100-110 HST. Sepuluh hari sebelum panen tanaman diberi herbisida Gramoxone dengan dosis 1 200 ml dengan volume semprot 800 liter per hektar. Tujuan pemberian herbisida adalah untuk mematikan gulma dan membuat batang tanaman kentang menjadi kering sehingga memudahkan pekerjaan panen serta memudahkan umbi lepas dari stolon. Pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan rendahnya produksi dan kulit umbi dapat terkelupas sehingga terinfeksi busuk umbi dan tidak dapat disimpan lama.

Tanaman kentang yang siap dipanen ciri-cirinya daun dan batang sudah mengering bukan karena penyakit namun pengaruh dari pemberian Gramoxon dan kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak mudah terkelupas saat ditekan. Pemanenan dilakukan saat cuaca cerah pada pagi hari dan sedang tidak turun hujan, sebab umbi akan basah dan kotor sehingga akan cepat busuk pada saat penyimpanan. Panen dilakukan dengan mencangkul bagian kanan dan kiri bedengan tanaman secara bergantian dan hati-hati jangan sampai mengenai umbi (Gambar 17).

Gambar 17. Kegiatan Pemanenan Kentang G2

Umbi diambil secara manual dengan tangan dan diletakkan di pinggir bedengan. Umbi dibiarkan sekitar 1 jam di lahan agar terkena sinar matahari langsung sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering. Kemudian

44

umbi dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dimasukkan dalam karung plastik. Hasil panen diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang penyimpanan kemudian disortasi.

Lahan bekas panen disewakan kepada bandar kentang untuk dicangkul dan diambil lagi kentang yang masih tersisa dan tertinggal di lahan. Kegiatan ini disebut ”ngasag”. Harga satu hektar tanah sekitar Rp 1 000 000. Pekerja ngasag dibayar Rp 1 000 per satu ember kentang yang didapat.

Pembibitan kentang G2, G3, dan G4 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman pada pembibitan kentang G2 yaitu 2.1 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Tabel 10 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G2.

Tabel 10. Produksi Umbi Kentang G2

Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi)

XL (>200) 1.5 304

L (61-200) 18.7 3 667

M (31-60) 46 9 112

S (<30) 31 6 074

Afkir 1.8 364

Pembibitan kentang G3 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu 2.9 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan G3 tidak menghasilkan umbi ukuran XL. Tabel 11 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G3.

Tabel 11. Produksi Umbi Kentang G3

Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi)

L (61-200) 7 1 153

M (31-60) 55.36 9 079

S (<30) 36.9 6 052

Afkir 0.7 115

Pembibitan kentang G4 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu 4.2 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan

G4 tidak menghasilkan umbi ukuran XL dan umbi afkir. Tabel 12 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G4.

Tabel 12. Produksi Umbi Kentang G4

Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi)

L (61-200) 27.87 610

M (31-60) 43.28 7 159

S (<30) 28.85 4 772

Dokumen terkait