• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan Hak Kesehatan Bagi ODGJ Melalui Implementasi Program Griya Peduli PMI Kota Surakarta

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan oleh PMI Kota Surakarta dalam membantu pemenuhan hak kesehatan bagi ODGJ khususnya terlantar dilakukan melalui program Griya Peduli.

Program Griya Peduli ini dilaksanakan di sebuah rumah perawatan yang kemudian dilegalkan secara hukum dengan dijadikannya sebagai LKS Griya Peduli. Menurut jenis fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan Pasal 55 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, rumah perawatan ODGJ yang digunakan untuk melaksanakan program Griya Peduli ini termasuk fasilitas pelayanan di luar sektor kesehatan dan fasilitas pelayanan berbasis masyarakat.

Program Griya Peduli yang dilakukan oleh PMI Kota Surakarta adalah program yang di dalamnya berisi serangkaian kegiatan yang mulai dari ODGJ datang dirawat sampai pulang dijemput keluarga meskipun mayoritas ODGJ ada juga yang menetap di LKS Griya Peduli. Tujuan dilakukannya program Griya Peduli adalah untuk membantu ODGJ terlantar maupun titipan dari keluarga untuk untuk mendapatkan akses kesehatan dan perawatan sehari-hari yang memadai. Keberadaan program Griya Peduli ini bukan untuk menyembuhkan ODGJ melainkan untuk merawat ODGJ agar muncul perubahan yang lebih baik jika dibandingkan ketika masih berada di jalanan. ODGJ yang dirawat di LKS Griya Peduli mayoritas merupakan ODGJ terlantar yang diambil di jalanan. commit to user

Program Griya Peduli yang dilaksanakan oleh PMI Kota Surakarta merupakan salah satu perwujudan dari Pasal 70 UU No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa terkait dengan hak ODGJ. Hak yang dibantu pemenuhannya berupa:

a. Mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau;

b. Mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan standar pelayanan kesehatan jiwa;

c. Mendapatkan jaminan atas ketersediaan obat psikofarmaka sesuai kebutuhannya;

d. Memberikan persetujuan atas tindakan medis yang dilakukan terhadapnya;

e. Mendapatkan informasi yang jujur dan lengkap tentang data kesehatan jiwa termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun akan diterima dari tenaga kesehatan dengan kompetensi di bidang kesehatan jiwa;

f. Mendapatkan perlindungan dari bentuk penelantaran, kekerasan, eksploitasi serta diskriminasi;

g. Mendapatkan kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwa.

Menurut Kartini Kartono (2005: 269), gangguan jiwa disebabkan oleh reaksi mekanisme adaptasi dari fungsi kejiwaan terhadap stimulan eksternal dan ketegangan yang gagal sehingga muncul gangguan fungsi pada organ atau sistem kejiwaan. Dengan demikian maka gangguan jiwa sudah pasti akan mengganggu keseimbangan seseorang dalam melakukan sesuatu. Program Griya Peduli ini dapat membantu ODGJ agar kondisi fisik dan mental mereka berubah menjadi lebih baik. Menurut Pasal 60 UU No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, pelayanan yang dilaksanakan di LKS Griya Peduli berbentuk pelayanan residensial atau inap jangka panjang karena di LKS Griya Peduli mayoritas diisi oleh ODGJ terlantar sehingga tidak diketahui siapa keluarganya. Dengan demikian maka ODGJ sudah dipastikan tinggal di LKS Griya Peduli dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Program Griya Peduli yang dilaksanakan oleh PMI Kota Surakarta ini secara garis besar di dalamnya terbagi

commit to user

menjadi dua pelayanan yakni pelayanan medis dan pelayanan nonmedis. Berikut ini kegiatan yang terdapat pada program Griya Peduli:

a. Pelayanan Medis

Pelayanan medis berisi kegiatan pengobatan medis yang diperuntukkan bagi ODGJ yang dirawat di LKS Griya Peduli. Pelayanan medis yang diberikan tidak dilakukan di LKS Griya Peduli namun bekerja sama dengan beberapa rumah sakit di Kota Surakarta. Hal ini selaras dengan ketentuan Pasal 56 UU No. 18 Tahun 2014 bahwa sebuah fasilitas pelayanan di luar sektor kesehatan dan fasilitas berbasis masyarakat dalam konteks ini LKS Griya Peduli tidak diperkenankan untuk melakukan pelayanan medis sendiri melainkan harus melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan yakni rumah sakit. Pelayanan medis yang diberikan yaitu check up secara rutin sema satu bulan sekali serta rujukan bagi ODGJ yang kondisinya berat.

1) Check up

Temuan penelitian menunjukkan bahwa kegiatan check up rutin dilaksanakan satu bulan sekali ke rumah sakit yang sudah menjalin kerja sama dengan LKS Griya Peduli. Kegiatan check up merupakan kegiatan pemeriksaan serta konsultasi terkait kesehatan jiwa dari ODGJ kepada dokter spesialis kejiwaan di rumah sakit. Kegiatan check up ini penting karena menyangkut perkembangan kondisi dari ODGJ yang dirawat.

Dengan mengadakan check up maka dapat diketahui kondisi terkini ODGJ. Jika ODGJ mengalami kemunduran maka dapat segera ditangani dengan perubahan resep obat maupun rawat inap di rumah sakit. Kegiatan check up ini merupakan salah satu upaya kuratif dalam pelayanan kesehatan jiwa yaitu rawat jalan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 20 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa upaya kuratif dilaksanakan melalui rawat jalan dan rawat inap dengan sistem rujukan.

Kegiatan ini berujung dengan pemberian obat psikofarmaka yang harus rutin diminum oleh ODGJ. Fakta ini sesuai dengan Pasal 70 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa ODGJ mendapatkan

commit to user

pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang terjangkau yang sesuai standar kesehatan jiwa serta adanya .jaminan obat psikofarmaka

Kegiatan check up rutin selama satu bulan satu kali hanya didapatkan oleh ODGJ yang sudah tinggal di LKS Griya Peduli selama lebih dari satu tahun. Sedangkan untuk ODGJ yang baru saja datang atau belum ada satu tahun tinggal di LKS Griya Peduli maka kegiatan check up rutin selama satu bulan belum bisa didapatkan. Hal ini terjadi karena mekanisme untuk melakukan check up ke rumah sakit mayoritas ODGJ menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang baru dapat diuruskan oleh petugas ketika sudah tinggal di LKS Griya Peduli minimal satu tahun.

Syarat satu tahun tersebut merupakan syarat dari Dinas Sosial selaku pihak yang memberikan Surat Keterangan Orang Terlatar (SKOT) yang digunakan untuk mengurus KTP dan KIS. Seharusnya ODGJ terlantar merupakan tanggung jawab pemerintah akan tetapi dalam hal ini pemerintah terkesan kurang serius dalam menangani permasalahan ODGJ terlantar. Pemerintah melalui Dinas Sosial seharusnya memberikan kemudahan dalam pengurusan KIS bagi ODGJ terlantar mengingat kondisi mereka yang berbeda jika dibandingkan dengan orang pada umumnya. Fakta tersebut bertentangan dengan Pasal 12 poin ketiga UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas bahwa penyandang disabilitas berhak memperoleh kesamaan dan kesempatan akses sumber daya di bidang kesehatan.

2) Rujukan

Rujukan merupakan kegiatan untuk membawa ODGJ yang parah kondisinya untuk dirawat sementara waktu di rumah sakit. Rujukan identik dengan kegiatan rawat inap sesuai dengan Pasal 20 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa upaya kuratif dilaksanakan melalui rawat jalan dan rawat inap dengan sistem rujukan. Kegiatan rujukan didapatkan oleh semua ODGJ baik yang memiliki KIS maupun tidak.

Selain itu, jika terjadi kekambuhan pada ODGJ maka langkah yang harus diambil adalah melakukan rujukan ke rumah sakit. Jika ODGJ commit to user

sudah memiliki KIS maka rujukan ke rumah sakit menggunakan kartu tersebut namun jika ODGJ belum memiliki KIS maka untuk rujukan harus berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk dibuatkan surat pengantar bebas biaya perawatan. Namun hal ini disayangkan karena pelayanan untuk ODGJ yang belum memiliki KIS tidak komperhensif karena setelah dirujuk dan pulang ke griya maka tidak akan memiliki akses untuk check up rutin. Dengan demikian maka tujuan kesehatan jiwa untuk melaksanakan upaya pelayanan kesehatan yang integratif, komperhensif dan berkelanjutan yang disampaikan pada Pasal 4 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa belum tercapai.

Berkaitan dengan pemenuhan hak kesehatan, pelayanan medis yang dilakukan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam kesehatan jiwa yakni upaya kuratif. Upaya kuratif merupakan kegiatan pemberian pelayanan kesehatan yang mencakup proses diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat. Sesuai dnegan Pasal 18 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, upaya kuratif yang dilakukan oleh LKS Griya Peduli ini bertujuan untuk memulihkan, mengurangi rasa sakit, mengendalikan disabilitas mental atau kejiwaannya serta mengendalikan gejala penyakit secara fisik yang mungkin muncul. Upaya kuratif yang dilakukan oleh LKS Griya Peduli ini menggunakan dua cara yakni rawat jalan maupun rawat inap.

Sesuai dengan Pasal 70 UU No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, pelayanan medis yang dilaksanakan pada program Griya Peduli ini membantu pemenuhan hak ODGJ yakni mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau, mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan standar pelayanan kesehatan jiwa, mendapatkan jaminan atas obat psikofarmaka, memberikan persetujuan atas tindakan medis yang dilakukan terhadapnya dan mendapatkan informasi yang jujur dan lengkap tentang data kesehatan jiwanya.

commit to user

Hak mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau ditunjukkan dengan adanya kegiatan check up rutin di rumah sakit yang sudah menjalin kerja sama dengan PMI Kota Surakarta yang dalam konteks ini adalah RSJD Surakarta, Rumah Sakit Hermina, dan RSUD Dr. Moewardi. Kegiatan check up rutin ini dilaksanakan melalui skema PPK pertama kemudian ke PPK selanjutnya yang berakhir di rumah sakit. Selain itu hak ini juga ditunjukkan dengan kegiatan rujukan ke rumah sakit yang sama ketika ada ODGJ yang kambuh.

Hak mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan standar pelayanan kesehatan jiwa ditunjukkan dengan adanya upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan oleh LKS Griya Peduli. Upaya promotif ditunjukkan dengan kegiatan publikasi keberadaan ODGJ di LKS Griya Peduli melalui portal media sosial PMI Kota Surakarta. Upaya preventif ditunjukkan dengan adanya lingkungan yang kondusif serta tidak ada kekerasan fisik maupun seksual guna mencegah kambuhnya ODGJ. Upaya kuratif dilaksanakan dengan kegiatan check up rutin, rujukan serta minum obat secara rutin yang ditunjang dengan kegiatan kebersihan dan perawatan diri bagi ODGJ seperti mandi dan bersih-bersih. Sedangkan upaya rehabilitatif ditunjukkan dengan adanya aktivitas bekerja sederhana seperti menyapu dan mencuci piring, kelas keterampilan, senam sehat, jalan sehat, kegiatan rohani berupa pengajian dan ibadah, ruqiyah, kegiatan menggambar dan mewarnai, kegiatan mendongeng.

Hak mendapatkan jaminan atas obat psikofarmaka ditunjukkan dengan keberadaan ODGJ yang mendapatkan obat setelah melaksankan kegiatan check up rutin dan rujukan. Selain itu juga terdapat relawan yakni dokter residen dari RSUD Dr. Moewardi yang setiap minggu datang ke LKS Griya Peduli untuk memeriksa ODGJ dan memberi resep obat. Pada situasi yang mendesak dan ODGJ tidak memiliki KIS maka LKS Griya

commit to user

Peduli akan membeli obat yang diresepkan oleh dokter residen secara mandiri menggunakan dana PMI Kota Surakarta.

Hak mendapatkan informasi yang jujur dan lengkap tentang data kesehatan jiwanya ditunjukkan dengan adanya interaksi dokter di rumah sakit yang memberikan informasi tentang kondisi kesehatan ODGJ termasuk keluhan yang dialami oleh ODGJ itu disebabkan karena apa.

Selain itu disampaikan pula apa saja yang harus dilakukan oleh ODGJ.

Sebagai contoh misalnya diberi pengarahan untuk taat minum obat.

Sedangkan hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan medis yang dilakukan terhadapnya tidak didapatkan oleh ODGJ. Hal ini terjadi bukan karena pihak LKS Griya Peduli tidak memberikan kesempatan kepada ODGJ untuk memberikan persetujuan melainkan berkaitan dengan alasan kecakapan yang dimiliki ODGJ yang terkadang keadaannya sudah parah dan tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan demikian maka persetujuan tindakan medis untuk OGDJ diberikan oleh petugas LKS Griya Peduli yakni perawat.

Fakta ini selaras dengan uraian yang dijelaskan pada Pasal 21 Ayat 3 UU No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa bahwa ODGJ yang tidak cakap dalam memberikan persetujuan maka persetujuan medis dapat diberikan kepada istri atau suami, orang tua, anak, atau saudara sekandung yang minimal berusia 17 tahun, wali atau pejabat yang berwenang.

b. Pelayanan Nonmedis

Pelayanan nonmedis berisi serangkaian kegiatan yang bersifat mendukung untuk tercapainya kesehatan jiwa yang baik bagi ODGJ melalui kegiatan di luar pemeriksaan medis. Serangkaian kegiatan ini saling mendukung dengan kegiatan yang berada di ranah pelayanan medis karena jika menggunakan pelayanan medis saja tanpa didukung dengan pelayanan yang lain maka hasil yang didapatkan kurang optimal. Pelayanan nonmedis ini berfungsi mengembalikan fungsi sosial ODGJ agar perlahan-lahan kembali.

commit to user

Pelayanan nonmedis ini berisi kegiatan yakni: pelaksanaan senam sehat, pelaksanaan jalan sehat, pengadaan kelas keterampilan, pengadaan kelas rohani, pelaksanaan kegiatan ruqiyah, pelaksanaan kegiatan yang menunjang kebersihan dan perawatan diri, pelaksanaan kegiatan menggambar dan mewarnai, pelaksanaan kegiatan mendongeng, dan penyediaan lingkungan yang kondusif. Pelayanan nonmedis ini membantu ODGJ untuk memperoleh kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwa serta mendapatkan jaminan perlindungan dari penelantaran, kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

a) Pelaksanaan senam sehat. Pelaksanaan senam sehat di LKS Griya Peduli ini dilakukan untuk menciptakan kondisi tubuh yang sehat. Walaupun kegiatan ini tidak dilakukan oleh semua ODGJ karena suatu pertimbangan akan tetapi kegiatan ini diikuti oleh mayoritas ODGJ yang berada di sana.

Senam sehat sendiri termasuk kegiatan yang mengarah pada bimbingan fisik. Hal ini sesuai Pasal 28 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa bimbingan fisik termasuk upaya rehabilitatif. Pada kegiatan ini telah membantu ODGJ untuk mendapatkan kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwannya. Walaupun senam sehat bukan tindakan medis akan tetapi pelaksanaannya menunjang terwujudnya kondisi fisik ODGJ yang sehat.

b) Pelaksanaan jalan sehat. Tujuan pelaksanaan jalan sehat di LKS Griya Peduli tidak jauh berbeda dengan senam sehat yakni untuk mencipakan kondisi fisik yang sehat bagi ODGJ. Hal ini sesuai Pasal 28 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa bimbingan fisik termasuk upaya rehabilitatif. Selain itu jalan sehat yang dilakukan keliling kampung mampu memberikan efek baik tambahan yakni sebagai upaya promotif untuk mempromosikan bahwa keberadaan ODGJ itu bisa dikelola sebagiamana manusia pada umumya. Hal ini juga bisa menjadi wadah sosialisasi tidak langsung bagi masyarakat sekitar bahwa keberadaan ODGJ tidak boleh dikucilkan akan tetapi harus dirangkul agar kondisi ODGJ membaik dan dapat mengembalikan fungsi tubuh commit to user

sebagimana mestinya. Kegiatan ini telah membantu ODGJ untuk mendapatkan kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwannya.

Kegiatan berkeliling dan melihat keadaan di luar LKS Griya Peduli mampu memberikan hiburan tersendiri bagi ODGJ agar tidak jenuh dan pasif. Selain itu kegiatan ini termasuk upaya promotif pada kesehatan jiwa sesuai dengan Pasal 7 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa upaya promotif bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dan menghilangkan stigma negatif dan pelanggaran hak terhadap ODGJ.

c) Pengadaan kelas keterampilan. Pengadaan kelas keterampilan ini bukan semata-mata untuk mengisi waktu luang ODGJ akan tetapi juga bermanfaat untuk mengembalikan sedikit demi sedikit fungsi sosial dari ODGJ. ODGJ dibimbing untuk membuat berbagai kerajinan dapat menjadi terapi nonmedis yang menjadikan ODGJ merasa senang sehingga memperbaiki kondisi kejiwaannya agar tidak menyendiri atau melamun. Jika ODGJ dibiarkan menyendiri dan melamun maka akan memperparah kondisi gangguan jiawa yang dialami. Perlu diketahui bahwa pengadaan kelas keterampilan ini dapat melatih motorik ODGJ agar kembali terampil melakukan hal-hal yang pada umumnya bisa dilakukan oleh orang normal. Selain itu dengan kelas keterampilan kondisi kejiwaan ODGJ dapat membaik karena pikirannya tidak fokus pada sumber stressor yang menyebabkan gangguan jiwa. Hal ini sesuai Pasal 28 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa kelas keterampilan termasuk bimbingan vokasional yang menjadi salah satu kegiatan dalam upaya rehabilitatif. Kegiatan ini membantu ODGJ dalam mendapatkan kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwannya.

d) Pengadaan kegiatan rohani. Pengadan kegiatan rohani ini sangat penting untuk membantu ODGJ lekas membaik. Perlu diketahui bahwa gangguan jiwa tidak hanya terjadi karena bagian dalam saraf yang rusak melainkan juga aspek psikologis yang sakit. Pengadaan kegiatan rohani dapat menjadi terapi nonmedis yang bisa menghadirkan kondisi ketenangan dan kedamaian. Kondisi ketenangan dan kedamaian ini tentu bagus untuk commit to user

perkembangan kesehatan jiwa. Orang yang memiliki gangguan jiwa seringkali memiliki kecemasan dan ketakutan yang berlebih. Hal tersebut nampak ciri khas pada ODGJ ketika makan akan mencari tempat yang aman karena cemas kalau makanannya dapat diambil oleh temannya.

Kegiatan rohani semacam pengajian dan ibadah ini dapat memberikan nasihat-nasihat yang baik untuk perkembangan jiwa ODGJ. Hal ini sesuai Pasal 28 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa bimbingan rohani termasuk upaya rehabilitatif. Kegiatan ini membantu ODGJ untuk mendapatkan kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwannya

e) Pelaksanaan kegiatan ruqiyah. Pelaksanaan kegiatan ruqiyah merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh LKS Griya Peduli untuk mengendalikan gangguan jiwa yang dimiliki oleh ODGJ yang dirawat.

Kegiatan ruqiyah ini jika dipandang dari kesehatan dapat menjadi terapi kesehatan yang komplementer. Ruqiyah adalah kegiatan yang bersifat rohani dapat mendukung pengobatan medis yang pada dasarnya berfokus pada perbaikan sarat. Ruqiyah ini menekankan pada perbaikan jiwa atau psikologis dari ODGJ. Hal ini sesuai Pasal 28 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa bimbingan rohani termasuk upaya rehabilitatif. Kegiatan ini juga membantu ODGJ untuk mendapatkan kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwannya.

f) Pelaksanaan kegiatan yang menunjang kebersihan dan perawatan diri.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengasah keterampilan hidup dasar yang sejak ODGJ ini sakit keterampilan-keterampilan dasar tersebut tidak mampu dilaksanakan oleh ODGJ. Selain itu ditambah dengan pemenuhan gizi dan perawatan kesehatan harian ODGJ. Kegiatan ini mampu memantik rasa percaya diri dari ODGJ bahwa mereka dipercaya dan bisa melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik. Kegiatan ini dapat menjadi terapi nonmedis yang memancing naluri ODGJ untuk menjadi manusia normal pada umumnya. Kegiatan ini jika dioptimalkan maka bukan tidak mungkin akan ada ODGJ yang mampu produktif layaknya orang normal commit to user

pada umumya. Hal ini sesuai Pasal 28 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa perawatan dan pengasuhan termasuk upaya rehabilitatif yang menunjang ODGJ untuk mendapatkan kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwannya. Sedangkan pemenuhan gizi dan perawatan kesehatan harian bertujuan untuk mencegah kambuhnya ODGJ. Fakta ini sesuai dengan tujuan upaya preventif pada Pasal 10 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa upaya ini bertujuan untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa dan kambunya gangguan jiwa.

g) Pelaksanaan kegiatan menggambar dan mewarnai. Kegiatan menggambar dan mewarnai dapat melatih ODGJ untuk mengingat benda-benda yang berada di dalam gambar. Kegiatan ini dapat menyalurkan perasaan ODGJ agar apa yang dirasakan tidak dikonversi menjadi hal-hal yang menyebabkan kambuhnya ODGJ tersebut. Hal ini sesuai Pasal 28 UU No.

18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa menggambar dan mewarmai termasuk bimbingan sosial dari upaya rehabilitatif sehingga mendapatkan kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwannya.

h) Pelaksanaan kegiatan mendongeng. Hal ini sesuai Pasal 28 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa mendongeng termasuk bimbingan sosial pada upaya rehabilitatif. Dnegan kegiatan dongeng ini maka ODGJ dapat dilatih terkait keterampilan sosialnya seperti mendengarkan orang maupun menceritakan apa yang mereka rasakan.

Kegiatan ini dapat digunakan sebagai terapi agar ODGJ tidak melamun dan berhalsusianasi yang dapat menyebabkan ODGJ tersebut kambuh.

Dengan kata lain perasaan yang dirasakan oleh ODGJ dapat disalurkan lewat dongeng ini sehingga perasaan yang mungkin membuat ODGJ tersebut tertekan tidak dikonversi menjadi kekekambuhan. Kegiatan ini mendukung ODGJ untuk mendapatkan kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan jiwannya.

i) Penyediaan lingkungan yang kondusif. LKS Griya Peduli menyediakan lingkungan bagi dirawatnya ODGJ dengan pendekatan Bina Hubungan Saling Percaya. Pendekatan ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri commit to user

ODGJ bahwa mereka dapat dikaryakan layaknya orang normal serta mereka merasa dihormati dan diakui keberadaannya. Kegiatan yang dilakukan ini turut menjadi upaya preventif atau pencegahan agar gangguan jiwa yang dialami oleh ODGJ tidak kambuh. Harapannya dengan penyediaan lingkungan yang kondusif ini mempu membantu ODGJ lebih bahagia dalam menjalani hidup. Fakta ini sesuai dengan Pasal 14 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa upaya preventif dapat dilaksanakan dengan penciptaan lingkungan lembaga yang mendorong perkembangan kesehatan jiwa. Hal ini juga terbukti ketika ada kasus beberapa ODGJ yang sudah baik kemudian dipulangkan justru kembali memburuk keadaannya. Namun ketika kembali ke LKS Griya Peduli keadaannya kembali menjadi tenang dan tidak kambuh. Bahkan ada ODGJ yang tidak mau pulang. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kekeluargaan yang diciptakan di LKS Griya Peduli betul-betul membantu terbentuknya perasaan ODGJ yang stabil. Penyediaan

ODGJ bahwa mereka dapat dikaryakan layaknya orang normal serta mereka merasa dihormati dan diakui keberadaannya. Kegiatan yang dilakukan ini turut menjadi upaya preventif atau pencegahan agar gangguan jiwa yang dialami oleh ODGJ tidak kambuh. Harapannya dengan penyediaan lingkungan yang kondusif ini mempu membantu ODGJ lebih bahagia dalam menjalani hidup. Fakta ini sesuai dengan Pasal 14 UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa upaya preventif dapat dilaksanakan dengan penciptaan lingkungan lembaga yang mendorong perkembangan kesehatan jiwa. Hal ini juga terbukti ketika ada kasus beberapa ODGJ yang sudah baik kemudian dipulangkan justru kembali memburuk keadaannya. Namun ketika kembali ke LKS Griya Peduli keadaannya kembali menjadi tenang dan tidak kambuh. Bahkan ada ODGJ yang tidak mau pulang. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kekeluargaan yang diciptakan di LKS Griya Peduli betul-betul membantu terbentuknya perasaan ODGJ yang stabil. Penyediaan

Dokumen terkait