• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surakarta khususnya di rumah perawatan bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) terlantar. PMI Kota Surakarta yang terletak di Jl Kolonel Sutarto No. 58 Kota Surakarta ini menjadi satu-satunya PMI di seluruh Indonesia yang memiliki rumah perawatan bagi ODGJ terlantar. Rumah perawatan ini pada awalnya dinamakan Griya PMI Peduli yang kemudian diubah menjadi Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Griya Peduli melalui Keputusan Kepala Dinas Sosial Kota Surakarta Nomor: 460/4979/ORSOS/2019. Sesuai dengan UU No.

18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, LKS Griya Peduli ini merupakan salah satu bentuk fasilitas pelayanan di luar sektor kesehatan dan fasilitas pelayanan berbasis masyarakat.

Sebagaimana yang kita ketahui, jumlah ODGJ di Kota Surakarta pada tahun 2018 mencapai 224 orang. Tabel di bawah menunjukkan jumlah ODGJ yang tercatat oleh Disdukcapil Kota Surakarta menempati posisi ketiga terbanyak diantara jenis disabilitas yang lainnya. Akan tetapi data tersebut belum menunjukkan berapa banyak ODGJ yang terlantar. Tabel 4.1 menunjukkan jumlah penduduk Kota Surakarta yang merupakan ODGJ atau mengalami disabilitas mental:

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Disabilitas yang Disandang Jenis Kecacatan Laki-laki Perempuan Jumlah

Fisik 180 130 310

Netra/Buta 58 51 109

Rungu/Wicara 108 99 207

Mental/Jiwa 142 82 224

Fisik dan Mental 31 21 52

Lainnya 196 167 363

Jumlah 715 550 1.265

(Sumber: Disdukcapil Kota Surakarta, 2018: 40) commit to user

(2)

Berdasarkan data Buku Saku Progres Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) Provinsi Tahun 2019, besaran penderita gangguan jiwa yang mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan di Kota Surakarta berkisar 55,65 persen (Buku Saku Progres PIS-PK, 2019: 36). Dengan demikian maka terdapat 44,05 persen ODGJ yang tidak mendapatkan pengobatan dan ditelantarkan yang berada di wilayah Kota Surakarta. Gambar 4.1 menyatakan besaran penderita gangguan jiwa yang mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan di wilayah Jawa Tengah:

Gambar 4.1 Penderita Gangguan Jiwa Mendapatkan Pengobatan dan Tidak Ditelantarkan

(Sumber: Buku Saku Progres PIS-PK, 2019: 36)

Sebenarnya untuk menanggulangi ODGJ terlantar pemerintah melalui Kementerian Kesehatan melaksanakan Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dimana salah satu indikator keberhasilan programnya adalah mencegah ditelantarkan ODGJ. Namun program ini nampaknya belum optimal mengingat program ini mengandalkan pendataan dan upaya dari fasilitas kesehatan pertama yang dilakukan ke rumah-rumah warga. Dengan demikian maka ODGJ yang sudah terlanjur terlantar tidak terdata dan dipastikan tidak mendapatkan perawatan dan pelayanan kesehatan untuk menunjang kesehatannya.

commit to user

(3)

Berangkat dari celah yang belum optimal pada perawatan dan pelayanan kesehatan bagi para ODGJ terlantar ini maka sejak tahun 2012 terdapat inisiasi dari PMI Kota Surakarta untuk melaksanakan Program Griya Peduli guna mengakomodasi ODGJ terlantar agar kesehatan yang menjadi hak mereka selaku warga negara Indonesia terpenuhi.

PMI Kota Surakarta yang merupakan satu-satunya PMI di Indonesia yang memiliki program perawatan dan pelayanan kesehatan terhadap ODGJ terlantar memiliki visi “PMI yang berkarakter, profesional, mandiri dan dicintai masyarakat”. Guna mewujudkan visi tersebut maka diuraikan misi sebagai berikut:

a. Menjadi organisasi kepalangmerahan yang terdepan yang memberikan layanan berkualitas melalui kerja sama dengan masyarakat dan mitra sesuai dengan prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah;

b. Meningkatkan kemandirian organisasi PMI melalui kemitraan strategis yang berkesinambungan dengan pemerintah, swasta, mitra gerakan dan pemangku kepentingan lainnya di semua tingkatan;

c. Mengingkatkan reputasi PMI di tingkat nasional dan internasional

PMI Kota Surakarta sebagai pihak independen yang bergerak dalam bidang kemanusiaan berdasarkan Pasal 22 UU No. 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan memiliki seperangkat tugas yakni:

a. Memberikan bantuan kepada korban gangguan keamanan, konflik bersenjata, atau gangguan keamanan yang lain;

b. Memberikan pelayanan darah;

c. Melakukan pembinaan relawan;

d. Melakukan diklat kepalangmerahan;

e. Menyebarluaskan informasi kepalangmerahan;

f. Membantu penanganan bencana;

g. Membantu pemberian pelayanan kesehatan dan sosial;

h. Melaksanakan tugas kemanusiaan lainnya.

Tugas poin g dan poin h inilah yang berkaitan dengan terselenggaranya Program Griya Peduli yang menampung ODGJ terlantar di Kota Surakarta commit to user

(4)

secara independen. PMI Kota Surakarta dalam melaksanakan Program Griya Peduli untuk mengakomodasi perawatan dan pelayanan kesehatan bagi ODGJ terlantar ini selalu berpegang pada tujuan untuk “memanusiakan manusia”.

Tabel 4.2 menunjukkan jumlah ODGJ yang dirawat di LKS Griya Peduli sampai dengan bulan Juni 2020:

Tabel 4.2 Jumlah ODGJ yang dirawat di LKS Griya Peduli

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 63

Perempuan 40

Total 103

(Sumber: Data Griya Peduli, 2020: 1)

Total 103 ODGJ yang dirawat di LKS Griya Peduli terdiri dari pasien lama dan pasien baru. Perbedaannya adalah pasien lama sudah memiliki KTP dan KIS sedangkan pasien baru belum memiliki karena keberadaannya di LKS Griya Peduli belum ada satu tahun. Jumlah 103 tersebut terdapat sekitar 20 pasien yang merupakan ODGJ baru di LKS Griya Peduli.

Selain itu data total ODGJ yang dirawat di LKS Griya PMI Peduli sejak 2012 sampai bulan Juni 2020 mencapai 820 orang yang tersebar di dalam beberapa kondisi baik itu pulang, lari, meninggal dunia dan ada. Terdapat juga ODGJ yang pada akhirnya dirawat oleh panti khusus ODGJ yang berada di luar Kota Surakarta. Tabel 4.3 menunjukkan sebaran jumlah ODGJ yang dirawat di LKS Griya Peduli:

Tabel 4.3 Jumlah ODGJ yang dirawat di LKS Griya Peduli Berdasarkan Kondisi

Kondisi ODGJ Jumlah

ODGJ Pulang 471

ODGJ Lari 73

ODGJ Meninggal 166

ODGJ yang Ada 103

ODGJ di Wanita Utama 3

ODGJ di RSJD 1

ODGJ di Panti Jombang 3

Total 820

(Sumber: Data Griya Peduli, 2020: 1)

commit to user

(5)

Tugas merawat dan memastikan pelayanan kesehatan bagi ODGJ yang sampai saat ini mencapai 820 orang dilaksanakan oleh beberapa sumber daya manusia yang terlibat mulai dari 1 orang penanggungjawab, 1 orang kasi, 5 orang perawat, 4 orang asisten paramedis, 3 orang bagian instalasi gizi, 3 orang bagian umum serta 2 orang bagian sanitasi.

Sebagai rumah perawatan yang ditidak dipungut biaya pada nyatanya LKS Griya Peduli tidak serta merta merawat semua ODGJ di Kota Surakarta akan tetapi terdapat beberapa persyaratan:

a. ODGJ yang terlantar

b. ODGJ yang tidak ingat siapa keluarganya c. ODGJ diitemukan di wilayah Kota Surakarta

d. Jika ada ODGJ yang akan dititipkan oleh keluarga ke LKS Griya Peduli maka akan disurvei terlebih dahulu, jika keadaan keluarga ODGJ mampu maka akan dikenakan donasi untuk subsidi silang biaya makan ODGJ tersebut dan jika tidak mampu maka tidak akan dipungut. Namun untuk kasus ODGJ yang dititipkan sebisa mungkin keluarga diedukasi agar mau merawat ODGJ secara mandiri

e. Dimasa Covid-19 maka jika ada ODGJ baru wajib memiliki hasil rapid test negatif

Program Griya Peduli dalam pelaksanaannya memiliki empat elemen yakni tujuan, prosedur, anggaran dan strategi.

a. Program Griya Peduli memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia yang tidak termanusiakan

b. Pelaksanaan program Griya Peduli menerapkan beberapa prosedur yakni: 1) Prosedur Kerja Standar Penerimaan Warga Baru PMI, 2) Prosedur Kerja Standar Mengkoordinir Mandi Warga Griya PMI, 3) Prosedur Kerja Standar Rujuk Warga Griya ke Rumah Sakit, 4) Prosedur Kerja Standar Rawat Jalan Rumah Sakit Warga Griya PMI, 5) Prosedur Kerja Standar Perawatan Kesehatan Warga Griya

commit to user

(6)

c. Pelaksanaan program Griya Peduli menggunakan biaya rata-rata 80 sampai dengan 120 juta dalam sebulan. Alokasi biaya peneliti rangkum sebagai berikut:

1) PDAM, listrik, telepon dan lain-lain sekitar 25 juta

2) Logistik (pemenuhan kebutuhan makan dan kebutuhan lainnya) sekitar 39 juta

3) Gaji dan lain-lain sekitar 89 juta

d. Strategi dalam pelaksanaan program Griya Peduli diwujudkan melalui berbagai kegiatan yang peneliti kelompokkan menjadi dua kelompok besar yakni pelayanan medis dan pelayanan nonmedis

2. Deskripsi Temuan Penelitian

a. Pemenuhan Hak Kesehatan Bagi ODGJ melalui Implementasi Program Griya Peduli PMI Kota Surakarta

1) Pelayanan Medis a) Check up

Pelayanan medis yang diberikan oleh LKS Griya Peduli bukanlah memberikan pertolongan medis yang diberikan langsung di LKS Griya Peduli melainkan bekerja sama dengan beberapa rumah sakit yang berada di Kota Surakarta. Beberapa rumah sakit yang menjalin kerja sama dengan LKS Griya Peduli yakni RSJD Kota Surakarta, Rumah Sakit Hermina serta Rumah Sakit Dr. Moewardi.

LKS Griya Peduli bukanlah tempat untuk menyembuhkan ODGJ akan tetapi tempat untuk merawat saja. Hal ini diungkapkan oleh Kasi LKS Griya Peduli Informan 3:

Kita tempatnya itu bukan menyembuhkan akan tetapi tempat yang digunakan untuk merawat saja. Kalau untuk sembuh itu kita ya setiap bulan kontrol misalnya ya konsultasi dan sebagainya. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020).

LKS Griya Peduli ini bukanlah rumah sakit jiwa sehingga pelayanan medisnya tetap dibawa ke rumah sakit dengan mekanisme check up rutin setiap bulan. Lebih lanjut Kasi LKS Griya Peduli Informan 3 menyatakan bahwa: commit to user

(7)

Kalau untuk pemeriksaan jiwa kita ke rumah sakit. Biasanya ke RSJ atau Hermina. Itu rutin setiap bulan yang biasanya ada jadwalnya. Kalau yang umumkan kita punya dokter juga. Ada dr. Farida ada dokter-dokter yang lain juga. Kalau sekiranya tidak emergency ya kita bisa tangani sendiri yang sakit umum itu termasuk yang medikasi luka dan sebagainya itu cuman untuk yang emergency ya harus kita rujuk. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020)

Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh perawat LKS Griya Peduli Pak Mujtahid bahwa untuk menangani masalah keluhan kesehatan yang ringan maka akan ditangani sendiri akan tetapi jika keluhannya berat maka akan ke rumah sakit.

Kalau untuk keadaan biasa diare masuk angin kita sendiri bisa tapi kalau perlu perawatan khusus non jiwanya dan memang harus ke rumah sakit maka ya kita akan ke rumah sakit. Kita sudah kerja sama dengan beberapa rumah sakit tapi rumah sakit yang kita gunakan yaitu rumah sakit tipe A yakni Moerwardi. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020)

Walaupun pelayanan kesehatan jiwa untuk ODGJ yang dirawat di LKS Griya Peduli dilakukan di rumah sakit akan tetapi ternyata belum seluruhnya mendapatkan akses check up rutin setiap bulan. Hal ini dikarenakan belum semua ODGJ yang di LKS Griya Peduli memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang digunakan untuk check up rutin di rumah sakit sehingga yang memiliki akses secara rutin ke rumah sakit baru ODGJ yang sudah memiliki KIS dan tinggal minimal setahun di LKS Griya Peduli. Hal ini diungkapkan oleh Kasi LKS Griya Peduli Informan 3:

Kalau ada KIS ya kita pakai KIS soalnya gini, yang pasien dulu memang sudah kita buatkan KIS. Nah untuk yang baru- baru ini belum ada KIS dan kalau untuk kontrol tidak bisa pakai surat dari Dinsos. Jadi kita pakainya umum dan bayar.

(Petikan Wawancara 22 Juni 2020)

Jadi untuk ODGJ yang sudah lama di LKS Griya Peduli walaupun keadaan mereka dulunya terlantar dan kebanyakan bukan warga Kota Surakarta namun kemudian dibuatkan Kartu Tanda commit to user

(8)

Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) Surakarta yang kemudian dibuatkan KIS untuk mengakses check up rutin. ODGJ yang memiliki KTP, KK dan KIS inilah yang menjadi warga tetap LKS Griya Peduli.

Mekanisme check up rutin ke rumah sakit sebulan sekali dilaksanakan dengan mengantar ODGJ ke rumah sakit dengan 10-15 orang sekaligus.

ODGJ yang diantarkan ke rumah sakit ini dibuat kelompok-kelompok dengan didampingi oleh petugas LKS Griya Peduli. Berikut diungkapkan oleh perawat LKS Griya Peduli Informan 5 bahwa:

Kalau jadi warga tetap itu menjadi tanggung jawab Griya PMI.

Seumpama emergency yang jiwa ya. Mereka satu bulan sekali kita antarkan check up. Jadi ada kelompok-kelompok gitu.

Kalau njenengan datang ke Hermina pasti tahu kita. Kita yang pakai merah-merah orang gendheng itu ya kita. Satu berangkat bawa 11 12 13 orang gitu. (Petikan Wawancara 21 Februari 2020)

Selain itu untuk check up rutin ke rumah sakit itu harus dilakukan urut ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) terlebih dahulu.

Jadi untuk melakukan pemeriksaan bagi pemegang KIS maupun BPJS harus urut dari puskesmas dulu kemudian ke PPK 1 lalu ke PPK 2. Hal ini diungkapkan oleh perawat LKS Griya Peduli Informan 4 bahwa:

Kontrol jiwa ke rumah sakit, ke Rumah Sakit Hermina karena kan harus urut PPK terlebih dahulu. PPK bagi yang memiliki KIS atau BPJS kan harus urut ke puskesmas dulu, PPK 1, lalu ke PPK 2. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020)

Mekanisme check up rutin ke rumah sakit yang disampaikan oleh petugas LKS Griya Peduli selaras dengan dokumen Prosedur Kerja Standar Rawat Jalan Rumah Sakit dimana langkah-langkah teknisnya diuraikan sebagai berikut:

1. Menyiapkan kartu jaminan kesehatan asli, kartu Surat Keterangan Orang Terlantar (SKOT) atau KTP, dan kartu periksa rumah sakit 2. Menyiapkan fotokopi jaminan kesehatan, SKOT atau KTP sesuai

persyaratan rumah sakit

commit to user

(9)

3. Mencari rujukan ke PPK I, apabila warga LKS Griya Peduli mempunyai keluarga, melibatkan keluarga dalam mencari rujukan ke PPK I yang ditunjuk

4. Mempersiapkan warga yang akan rawat jalan

5. Membawa warga yang akan rawat jalan ke PPK II yang ditunjuk 6. Mendaftarkan warga

7. Mendampingi warga untuk konsultasi dokter 8. Mengambil obat di apotik

9. Membawa warga kembali ke LKS Griya Peduli

Ketika ODGJ menjalani check up rutin di rumah sakit maka akan diberikan pengarahan oleh dokter. ODGJ juga biasanya konsultasi kalau ada beberapa keluhan pasti dikasih tahu. Selain itu dokter juga memberi nasihat kepada ODGJ apa saja yang harus dilakukan. Berikut petikan wawancara yang disampaikan oleh Kasi LKS Griya Peduli Informan 3:

Kalau dokter jiwa itu lebih ke medisnya sih. ODGJ konsul aja sih. Beberapa keluhan pasti ya dikasih tahu. Keluhannya apa oh karena ini karena ini. Pasien juga dikasih tahu kamu harus gini harus gini. Cuma kalau obat rutin itu ya paling konsul ya sudah selesai. Orang kalau kontrol kita 10 orang, 12 orang sampai 15 orang kok. Paling kalau tidak ada konsultasi ODGJnya juga tidak ada maka kita bilang “bagus dok” gitu aja, “oh ya, lanjut ya”. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020) Sedangkan untuk ODGJ yang masih baru-baru hanya mendapatkan pelayanan pertama kali waktu di bawa ke rumah sakit jiwa sebelum akhirnya diserahkan ke LKS Griya Peduli. Jadi ODGJ yang baru-baru belum ada setahun di LKS Griya Peduli tidak mendapatkan check up rutin setiap bulan akan tetapi hanya mendapatkan rujukan jika keadaannya memang berat dan perlu dibawa ke rumah sakit. Hal senada juga diungkapkan perawat LKS Griya Peduli Informan 5 bahwa:

Kalau mereka baru dan belum menjadi warga griya maka bisa.

Kalau dia menjadi warga griya tetap maka dia punya KTP dan KIS. Tapi kalau tidak ya itu pasien baru gitu. Belum ada satu commit to user

(10)

tahun. Jadi kalau untuk ke rumah sakit yasudah kita nunggu sampe kambuh biar bisa dirujuk ke rumah sakit jiwa ataupun Moewardi. Kalau tidak ya gitu terus. (Petikan Wawancara 21 Februari 2020)

ODGJ yang di LKS Griya Peduli dan belum memiliki KIS maka statusnya tetap terlantar. ODGJ yang berada di LKS Griya Peduli belum sampai satu tahun jika mengalami kambuh atau keadaannya stabil maka akan dirujuk ke rumah sakit. Mekanisme merujuk ke rumah sakitnya dilakukan dengan berkoordinasi dengan Dinas Sosial yang pelaksananya adalah Satpol PP. Alurnya adalah ODGJ dibuatkan surat rekomendasi yakni Surat Keterangan Orang Terlantar dari Dinas Sosial kemudian surat tersebut diberikan kepada pihak rumah sakit yang dituju sebagai rujukan. Dengan surat tersebut maka ODGJ akan mendapatkan perawatan kesehatan. Jadi ODGJ yang belum punya KIS itu tidak bisa check up secara rutin melainkan merujuk dalam keadaan parah yang diopname.

Apabila akan merujuk ODGJ yang kambuh tetapi tidak mempunyai KIS serta proses koordinasi dengan Dinas Sosial terlalu mendadak maka LKS Griya akan mengambil alih tanggung jawab tersebut. LKS Griya Peduli akan menggunakan dompet kemanusiaan dari PMI Kota Surakarta. Hal tersebut disampaikan oleh perawat LKS Griya Peduli Informan 5:

Kita koordinasinya kalau memang mendadak banget maksudnya dari Dinas Sosial sebagai penanggung jawab dan yang melaksanakan Satpol PP ternyata ada halangan dan sebagainya ya terpaksa kita pakai dana dari dompet kemanusiaan. Sebenarnya sah-sah saja tapi dompet kemanusiaan kan lebih ke masyarakatnya Solo. Disini sebenarnya kan juga masyarakat Solo tapi ranahnya kan sudah berbeda. Kalau bisa tercover dengan Dinas Sosial kenapa harus pakai dompet kemanusiaan. (Petikan Wawancara 21 Februari 2020)

commit to user

(11)

Gambar 4.2 Alur Pelayanan Medis Bagi ODGJ di LKS Griya Peduli Selain itu terdapat opsi lain yang juga dilakukan oleh LKS Griya Peduli untuk memastikan setiap ODGJ yang dirawat disana mendapatkan pemeriksaan kesehatan jiwa. Pihak LKS Griya Peduli bisa menghubungi dokter residen dari Rumah Sakit Moewardi, dokter jiwa untuk datang dan memeriksa ODGJ. Sebelum masa Covid-19, dokter residen tersebut rutin ke LKS Griya Peduli seminggu sekali.

Kehadiran dokter residen ini cukup membantu ketika LKS Griya Peduli benar-benar mengalami kesulitan dalam merujuk ODGJ yang kambuh berat. Kehadiran dokter tersebut memberikan kemudahan karena dapat memberikan resep yang kemudian dapat dibeli di luar sehingga ODGJ baru-baru yang mengalami kendala untuk melakukan rujukan ke rumah sakit dapat terbantu. Berikut ini yang disampaikan oleh Kasi LKS Griya Peduli Informan 3:

Kita sebenarnya bisa menghubungi dokter residen dari Moewardi. Kadang juga sering kesini sih, dokter jiwa. Itu ngasih resep ke kita terus kita beli di luar, kadang gitu kalau kita benar-benar kesulitan. Jadi bahkan selama Covid-19 ini memang libur. Sebelum Covid-19 ini dulu seminggu sekali kesini entah ada konsul atau tidak dokter itu rutin kesini. Kalau mau kesini tanya “mas, ada yang mau dikonsul nggak?”. Jadi kita lihat kira-kira siapa yang perlu kita konsulkan. Tapi mesti juga ada sih entah itu satu orang. Yang biasanya sering berat commit to user

(12)

itu ya yang sering halusinasi, mereka kalau diajak ngobrol sudah tidak nyambung, lihat kanan kiri dan sebagainya. Lha itu kita konsulkan. Lha nanti obatnya atau resepnya perlu diubah atau tidak. Berarti nanti dibuatkan resep, nanti kalau perlu diubah ya kita ubah. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020) b) Rujukan

Selain check up rutin yang didapatkan oleh ODGJ yang sudah menjadi warga tetap LKS Griya Peduli maka ada juga rujuk yang diperuntukkan bagi ODGJ yang sakit berat atau kambuh. Rujukan ini diperuntukkan bagi semua ODGJ baik yang memiliki KIS maupun tidak. Sesuai dengan dokumen Prosedur Kerja Standar Rujuk Warga LKS Griya Peduli ke Rumah Sakit, berikut ini mekanisme teknisnya:

1. Perawat LKS Griya Peduli melakukan observasi kepada warga griya yang sakit

2. Setelah melakukan observasi, perawat konsultasi ke dokter untuk kondisi warga griya tersebut

3. Jika perlu dirujuk, perawat griya membuat surat rujukan dan lampiran observasi

4. Telepon armada untuk mengantar warga griya ke IGD rumah sakit yang dituju

5. Melakukan pendaftaran

Apabila menggunakan jaminan kesehatan maka melengkapi persyaratan sesuai administrasi rumah sakit. Apabila tidak mempunyai jaminan kesehatan dan terlantar, menggunakan rekomendasi Dinas Sosial. Dengan mengajukan rekomendasi ke Dinas Sosial setelah warga griya mendapatkan pelayanan kesehatan dan di saat jam kerja

6. Mendampingi warga griya saat di observasi di IGD 7. Menemani warga griya sampai masuk bangsal

Selain itu, ketika ODGJ melaksanakan check up rutin, rujukan maupun pemeriksaan dari dokter residen yang datang ke LKS Griya Peduli, maka ODGJ tidak memberikan persetujuan atas tindakan medis yang akan dilakukan kepada ODGJ. Persetujuan atas tindakan medis commit to user

(13)

yang dilakukan kepada ODGJ diberikan oleh petugas LKS Griya Peduli yang pada biasanya diwakili oleh perawat. Hal ini disampaikan oleh Kasi LKS Griya Informan 3, “Waktu mau diberikan tindakan medis ya persetujuannya dari kita sebagai yang merawat, biasanya perawat”.

(Petikan Wawancara 22 Juni 2020)

ODGJ sebagai orang yang fungsi berpikirnya sudah terganggu otomatis ketika melakukan pengobatan medis akan mendapatkan obat dan harus minum obat setiap hari. Hal ini disampaikan oleh Kepala Bagian Pelayanan Sosial Informan 2:

Jadi ceritanya kan begini kalau orang itu di jalan kan otomatis dibawa ke RSJ karena yang ngamuk yang labil itu kan. Nah biasanya di RSJ itu kan kalau ada keluarganya ya dibawa pulang tapi kalau nggak ada keluarganya ya dibawa kemari.

Jadi dari RSJ itu dia sudah sakit, nanti kita kontrol disini. Itu kalau ada yang misalkan namanya orang ODGJ itu kan minum obat terus kan, nah kaya gitu nanti kalau obatnya sudah habis nanti kita kontrol, di masa kaya gini tidak kita bawa pasiennya, tapi kita perawat yang mengambilkan obatnya kesana kan sudah ada rekam medisnya, pas dulu belum ada covid itu ya kita bawa pasiennya gitu. (Petikan Wawancara 25 Juni 2020) Layaknya ODGJ yang di rumah sakit jiwa, ODGJ yang berada di LKS Griya Peduli juga mengonsumsi obat secara rutin sebagai salah satu upaya untuk menstabilkan kondisi kejiwaan ODGJ yang terganggu. Obat merupakan hal penting untuk mengendalikan gangguan jiwa yang ada agar tidak kambuh. Urgensi obat ini diungkapkan oleh Informan 2 selaku Kepala Bagian Pelayanan Sosial LKS Griya Peduli:

Yang pasti minum obat ya. Jangan sampai tidak karena kalau tidak gimana ya. Orang kadang ada keluarganya yang mengalami sakit kemudian bilang “wah anakku wong edan”, ya ada sih kaya gitu. Jadi dia menceritakan kalau gila, dibawa pulang itu tidak minum obat. Ya kalau gitu kambuh. Karena orang dengan gangguan jiwa itu mereka butuh suatu zat yang ada di dalam obat itu untuk memperbaiki. Orang gila itu tidak hanya sakit psikologis tapi sarafnya mungkin kena juga.

(Petikan Wawancara 25 Juni 2020) commit to user

(14)

ODGJ di LKS Griya Peduli yang memiliki KIS sudah dapat dipastikan mendapatkan obat rutin setiap bulan karena melakukan check up ke rumah sakit yang sudah menjalin kerja sama dengan LKS Griya Peduli. Namun untuk ODGJ yang belum memiliki KIS dan belum ada satu tahun tinggal di LKS Griya Peduli maka hanya mengonsumsi obat ketika menjalani perawatan saat ada rujukan ke rumah sakit ketika sedang kambuh atau sakit berat. Hal ini diungkapkan oleh perawat LKS Griya Peduli Informan 4 bahwa:

Semua nya sama tapi kalau memang dia berkebutuhan khusus dia ngamuk-ngamuk teriak-teriak ya kita ambilin punya temannya. Pinjam sementara tapi tidak setiap hari cuma itu saja pas darurat aja. Sambil kita carikan itu tadiKIS. (Petikan Wawancara 25 Juni 2020)

Hal selaras juga disampaikan oleh Kepala Markas PMI Kota Surakarta Informan 1 bahwa untuk konsumsi obat bagi ODGJ di LKS Griya Peduli tidak semuanya melainkan ada yang baru diberi pada saat butuh sekali seperti ODGJ yang tidak punya KIS kemudian kambuh dan perlu dirujuk. “Kalau obat iya. Kadang juga diobati namun tidak semua iya. Yang memang butuh sekali”. (Petikan Wawancara 20 Juni 2020).

Lebih lanjut juga disampaikan oleh Kasi LKS Griya Peduli juga bahwa ODGJ di LKS Griya Peduli yang rutin minum obat merupakan ODGJ yang sudah menjadi warga griya tetap yang dibuktikan dengan kepemilikan KIS.

2) Pelayanan Nonmedis

Selain menyelenggarakan pelayanan medis, LKS Griya Peduli selaku fasilitas non sektor kesehatan dan fasilitas berbasis masyarakat juga melaksanakan pelayanan nonmedis yang bertujuan untuk membimbing ODGJ agar kondisinya lebih baik. Keberadaan LKS Griya Peduli ini bukan untuk menyembuhkan melainkan untuk dibimbing pelan-pelan agar fungsi sebagai orang pada umumnya muncul kembali. Pernyataan ini disampaikan oleh Informan 2 selaku Kepala Bagian Pelayanan Sosial LKS Griya Peduli: commit to user

(15)

Disini istilahnya mereka itu dibimbing, yang pasti jangan berharap lebih untuk normal kembali karena juga mereka kambuh-kambuhan ya kan. Intinya itu tadi kita membimbing.

(Petikan Wawancara 25 Juni 2020)

Dalam mendukung terlaksananya pelayanan nonmedis maka dilakukan beberapa pelayanan baik itu inisiatif dari LKS Griya Peduli sendiri maupun dengan menggandeng mitra lain. Berikut ini merupakan pelayanan nonmedis yang dilaksanakan di LKS Griya Peduli:

a) Pelaksanaan senam sehat

Kegiatan jalan sehat di LKS Griya Peduli ini dilaksanakan dua hari dalam seminggu. Dimana pelaksanaannya satu hari untuk ODGJ perempuan dan satu hari untuk ODGJ laki-laki. Jadi pelaksanaan senam sehat ini dilakukan terpisah antara perempuan dan laki-laki. Kegiatan senam pagi ini bertujuan untuk membentuk fisik ODGJ agar bugar dan sehat. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dengan dibantu oleh relawan yang sukarela mengajari senam sehat bagi ODGJ yang ada di LKS Griya Peduli. Relawan yang membantu ini bernama Ibu Ruth.

Senam sehat dilaksanakan di halaman depan LKS Griya Peduli. Senam sehat yang dilakukan untuk ODGJ ini tidak berbeda jauh dengan senam pada umumnya. Hal tersebut dapat dilihat dari dokumen pencatatan kegiatan senam di LKS Griya Peduli pada bulan Januari 2019-Juni 2020. Di dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa setiap kegiatan senam memiliki gerakan yang berbeda-beda. Misalnya pada kegiatan senam tanggal 26 Mei 2020, dimana sebanyak 15 ODGJ perempuan mengikuti senam sehat yang dimulai dari pukul 8.30.

Gerakan yang dilakukan yakni ODGJ perempuan mengikuti senam pagi dengan mengikuti gerakan instruktur senam selama 15 menit.

Kemudian dilanjutkan dengan memegang bola ke atas tekuk badan ke kanan dan ke kiri lalu jalan memantulkan bola ke tanah sesuai jarak.

Pada hari berikutnya tanggal 27 Mei 2020, sebanyak 48 ODGJ laki-laki mengikuti senam sehat yang dimulai sejak pukul 8.00. gerakan yang dilakukan yakni mengikuti gerakan instruktur selama 15 menit. commit to user

(16)

Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan ayun tangan ke atas, tekuk badan ke bawah, tekuk kaki pegang tangan dengan teman meloncat 8 hitungan kemudian ayun tangan 8 hitungan. Pada minggu- minggu selanjutnya pada senam sehat diberikan gerakan yang bervariasi oleh instruktur

b) Pelaksanaan jalan sehat

Kegiatan kedua yang dilakukan selain senam sehat adalah jalan sehat. Adanya kegiatan jalan sehat ini agar kondisi fisik para ODGJ tetap bugar dan sehat. Jalan sehat ini dilaksanakan biasanya pada hari sabtu dan minggu pagi. Jalan sehat diikuti oleh ODGJ yang cukup stabil kemudian diajak jalan mengelilingi kampung yang didampingi oleh petugas. Hal ini diungkapkan oleh Kasi LKS Griya Peduli Informan 3:

Selain makan, perawatan, bersih-bersih, nyuci, itu rutin ya.

Kalau yang lain ya diagendakan. Kalau sabtu minggu itu jalan sehat. Jam 05.30, jam 05.00 kadang habis subuh itu kita jalan sehat keliling kampung. (Petikan Wawancara 21 Februari 2020)

Pada kegiatan jalan sehat ini memang tidak seluruh ODGJ mengikuti akan tetapi hanya ODGJ yang cukup stabil yang diikutsertakan mengingat pertimbangan keselamatan dari para ODGJ itu sendiri.

c) Pengadaaan kelas keterampilan

Kegiatan nonmedis lainnya yang dilakukan adalah keterampilan. Kelas keterampilan ini diadakan sejak tahun 2016. Kelas keterampilan dibantu oleh relawan dari SIBAT serta Ibu Endang dari YPAC. Kelas keterampilan dari SIBAT ini dilaksanakan pada hari senin dan kamis dari pukul 09.00 sampai dengan selesai. Pada kelas keterampilan ini ODGJ diajari untuk membuat berbagai kerajinan seperti pin, boneka jari, anting-anting, piring rotan, dan juga keset kaki.

Hasil karya keterampilan dari ODGJ diletakkan disebuah etalase di depan pintu masuk LKS Griya Peduli. Informasi tersebut sesuai dengan commit to user

(17)

dokumentasi LKS Griya Peduli yang berisi pernyataan Ibu Rully selaku relawan dari SIBAT “Saya mengajar mereka. Memberikan keterampilan kepada warga yang mulai sembuh untuk mengisi waktu luang mereka dan untuk membantu proses penyembuhan mereka biar lebih cepat”.

Selain itu keterampilan juga dibantu oleh Ibu Endang dari YPAC. Pada kelas keterampilan ini biasanya dilaksanakan pada hari jum’at setiap satu minggu sekali. Pada kelas keterampilan ini diajarkan berbagai keterampilan yang tidak jauh dari kelas keterampilan yang dilakukan oleh SIBAT yakni membuat keset, tas, gantungan kunci, gelang, kalung. Kegiatan keterampilan ini tidak diikuti semua ODGJ melainkan hanya ODGJ yang cukup stabil. Hal tersebut selaras dengan dokumen buku agenda keterampilan LKS Griya Peduli dimana setiap sesi kelas keterampilan jumlah ODGJ yang terlibat berbeda-beda.

Misalnya pada kelas keterampilan tanggal 14 Februari 2020 kegiatan kelas keterampilan dimulai sejak pukul 09.15 sampai dengan 12.00 WIB. ODGJ yang mengikuti sekitar 11 orang. Pada kelas keterampilan ini diajarkan untuk menyiapkan kain perca untuk membuat keset serta membuat tas dan gantungan kunci.

d) Pengadaan kegiatan rohani

Kegiatan rohani ini berisi pengajian bagi ODGJ muslim dan ibadah setiap hari minggu bagi ODGJ nonmuslim. Kegiatan pengajian dilaksanakan di aula LKS Griya Peduli. Pengajian ini diikuti oleh ODGJ beragama Islam yang kondisinya sudah cukup stabil. Hal ini diungkapkan oleh Kasi LKS Griya Peduli Informan 3:

Kegiatan yang ada tidak semua ODGJ mengikuti. Kita pilih yang sekiranya mampu. Kita lihat lagi terus kita ajak. Jum’at ini tadi sebenarnya ada pengajian dari Ustadz Pranoto tapi sedang ada rapat ponpes. (Petikan Wawancara 21 Februari 2020)

Pengajian yang diadakan di LKS Griya Peduli ini diisi oleh salah satu pemuka agama yang berasal dari Sukoharjo yakni Bapak commit to user

(18)

Pranoto. Kegiatan pengajian ini biasanya dilakukan pada hari jum’at yang diikuti ODGJ perempuan maupun laki-laki-laki. Sedangkan untuk ODGJ yang nonmuslim maka diberikan pula layanan ibadah setiap hari minggu oleh salah satu petugas LKS Griya Peduli yakni Ibu Titin.

Saya sebelum corona ini kan saya juga tergerak untuk melayani mereka mereka yang nasrani. Karena saya kan nasrani ya jadi mereka yang nasrani dulu juga istilahnya saya ijin dulu dengan pimpinan gimana kalau pas hari minggu secara jasmani mereka terlantar nggih ya secara rohani jangan sampai mereka terlantar nggih. Ya jangan sampai ya.

Alangkah baiknya kalau boleh saya kumpulkan di aula nanti sebisa saya semampu saya, saya ajak bernyanyi saya ajak berdoa mereka senang. Jadi selama, pokoknya sampai saat ini berhentinya pas karena corona ini. (Petikan Wwancara 22 Juni 2020)

e) Pelaksanaan kegiatan ruqiyah

Ruqiyah merupakan salah satu kegiatan spiritual yang dilakukan LKS Griya peduli agar ODGJ yang ada kondisinya stabil.

Ruqiyah ini dapat menjadi terapi yang komplementer seperti yang dinyatakan oleh Kepala Bagian Pelayanan Sosial Informan 2 bahwa

Menurut saya ruqiyah itu lebih secara rohani ya. Dan kalau saya liat di acara Roy Kiyoshi itu ya menurut saya apapun yang kita lakukan adalah kesehatan yang namanya terapi kompelementer. (Petikan Wawancara 25 Juni 2020)

Sama dengan kegiatan yang lainnya, kegiatan ruqiyah juga tidak semua ODGJ ikut. Hal ini disampaikan oleh Kepala Markas PMI Kota Surakarta Informan 1:

Untuk kegiatan ruqiyah belum tentu semua ikut. Yang tidak ikut ruqiyah itu ditentukan sama yang meruqiyah. Oh ini diruqiyah ini tidak. Kalau tidak bisa ya tidak diruqiyah.

(Petikan Wawancara 20 Juni 2020)

Ruqiyah dilaksanakan di aula LKS Griya Peduli setiap hari Jum’at minggu ketiga setiap bulan. Untuk relawan yang melakukan ruqiyah yakni muridnya Pak Iqbal yang berasal dari Pondok Ngruki, Sukoharjo. Kegiatan ruqiyah ini dilaksanakan kurang lebih satu jam.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kasi LKS Griya Peduli bahwa: commit to user

(19)

Kegiatan ruqiyah dilaksanakan di aula LKS Griya Peduli dengan durasi sekitar satu jam. Untuk relawan yang membantu itu dari muridnya Pak Iqbal dari Pondok Ngruki (Petikan Wawancara 21 Februari 2020)

f) Pelaksanaan kegiatan yang menunjang kebersihan dan perawatan diri Kegiatan kebersihan dan perawatan diri berkaitan dengan kegiatan mandi dan membersihkan lingkungan sekitar yang ditempati oleh ODGJ di LKS Griya Peduli. Pertama, untuk kegiatan mandi sendiri semua ODGJ melaksanakan. Kegiatan mandi dilakukan 2 kali sehari. Mandi pada pagi hari dilaksanakan sebelum adzan subuh berkumandang sedangkan untuk mandi sore dilaksanakan sore hari sebelum adzan magrib berkumandang. Hal ini senada dengan informasi yang disampaikan oleh perawat di LKS Griya Peduli Bapak Mustahid bahwa:

Kalau kebersihan setiap hari kita bersihkan. Ini mandinya pun putra tadi pagi tadi mandi, siang mandi tadi pas mau makan, nanti sore bentar lagi mandi lagi, jadi putra itu ya bersih.

Termasuk putri juga sama, mbah-mbah juga. Mandinya di dalem bangsal nuw. Masak disini. Ada ruangannya sendiri.

Kalau putra kan ada bak besar. Jadi mandinya bareng-bareng jadi kita ngawasinya kita bisa kalau ada yang sakit, masuk angin, dan lainnya gitu. Diluarpun itu juga sama untuk yang putri (Petikan Wawancara 22 Juni 2020)

Berdasarkan dokumen Prosedur Kerja Standar Mengkoordinir Mandi Warga LKS Griya Peduli, mekanisme untuk membimbing ODGJ mandi sebagai berikut:

1) Petugas mengkoordinir semua warga griya untuk mandi sebanyak 2 kali sehari

2) Warga griya dikoordinir untuk mandi di kamar mandi yang sudah disediakan lengkap dengan peralatan mandi

3) Setelah mandi warga diminta untuk memakai baju ganti yang sudah disedikan

4) Baju kotor diletakkan di tempat baju kotor

Setelah mandi maka kemudian ODGJ menggunakan pakaian yang bersih. Pakaian yang bersih ini didapatkan dari donasi para commit to user

(20)

donatur yang diberikan kepada LKS Griya Peduli. Hal ini disampaikan oleh bagian instalasi gizi Informan 6“Jadi terkadang kita juga dikasih baju untuk ODGJ. Ada yang diombrokan gitu tapi juga ada yang sudah rapi dan wangi”.

Selain kegiatan mandi yang bertujuan untuk menjaga kebersihan diri maka dilakukan juga kegiatan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Kegiatan untuk menjaga kebersihan lingkungan ini dilakukan dengan kegiatan mencuci piring, mencuci baju menyapu, mengepel dan mengeluarkan kasur. Namun kegiatan tersebut juga dilakukan oleh ODGJ yang kondisinya baik. Berikut petikan wawancara dengan Informan 7 selaku bagian sanitasi di LKS Griya Peduli:

Nyuci juga laki-laki. Disana ada. Nggak mau. Perempuan itu males mbak. Malesan. Ini yang nyuci laki-laki. Yang isah-isah ini laki semua. Itu Informan 12 itu. Nyapu tadi ya rombongan rombongan itu tadi. (Petikan Wawancara 23 Juni 2020) Pernyataan Informan 7 tersebut selaras dengan hasil observasi pada tanggal 23 Juni 2020 peneliti bahwa ODGJ terutama yang laki- laki memang terlihat lebih aktif dalam melaksanakan kegiatan kebersihan seperti mengepel, mencuci baju, menyapu dan mencuci piring. ODGJ yang bernama Mulyono terlihat rajin dalam mengepel lantai bagian dapur. Sedangkan kelompok ODGJ lainnya yang terdiri dari Candra dll. melaksanakan tugas mencuci piring. Hasil observasi pada tanggal 25 Juni 2020 juga tidak jauh berbeda, ODGJ perempuan yang bernama Informan 13 terlihat fokus menyapu halaman LKS Griya Peduli. Hal ini juga diungkapkan oleh Informan 8 selaku Bagian Umum LKS Griya Peduli:

Aktivitas ada yang nyuci, ngeluarkan kasur kalau pagi trus membersihkan ini nyampu ngepel, ini kan petugas cleaning service nya kesini suruh nyiapkan obatnya pel. Jadi nanti ada yang nyapu ada yang ngepel. (Petikan Wawancara 23 Juni 2020)

commit to user

(21)

Berdasarkan hasil observasi tanggal 22 Juni, 23 Juni, serta 25 Juni kegiatan bersih-bersih yang dilakukan oleh ODGJ serta yang dilakukan oleh bagian sanitasi maka lingkungan LKS Griya Peduli terutama lingkungan bangsal yang digunakan oleh ODGJ terlihat bersih walaupun untuk bangsal bagi ODGJ perempuan terasa lembab daripada bangsal untuk ODGJ laki-laki. Perbedaan ini disebabkan oleh jumlah cahaya matahari yang masuk ke dalam bangsal antara bangsal perempuan dan laki-laki juga berbeda.

Upaya perawatan diri terkait kebersihan juga diimbangi dengan pemberian makanan bergizi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ODGJ sebenarnya tidak jauh berbeda dengan makanan dan minuman untuk orang pada umumnya. Makanan dan minuman yang bergizi ini tentunya menggunakan konsep 4 sehat dimana yang dikonsumsi oleh ODGJ harus mengandung karbohidrat, serat, protein, lemak, mineral. Makanan dan minuman yang akan dikonsumsi oleh ODGJ di LKS Griya Peduli telah diresepkan oleh salah satu dokter spesialis gizi PMI Kota Kota Surakarta. Walaupun sudah diberikan semacam patron dari dokter spesialis gizi namun pada dasarnya menu yang disajikan tetap mengandung karbohidrat, serat, protein, lemak, mineral. Hal tersebut disampaikan oleh Informan 6selaku Bagian Instalasi Gizi di LKS Griya Peduli:

Menunya kadang sudah ditentukan sama dr. Kristin mbak. Jadi sudah diatur misalnya pagi apa, siang apa, sore apa gitu. Tapi kan kadang juga ada donasi dan segala macam kan. Lha nanti ibu dapur sendiri yang merubahnya gitu. Memanfaatkan yang ada dulu gitu lho. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020).

Informasi donasi makanan selaras dengan dokumentasi di laman medis sosial PMI Kota Surakarta pada tanggal 28 Juni 2020 nampak terdapat donasi makanan dari salah satu rumah makan yang diperuntukkan bagi ODGJ yang berada di LKS Griya Peduli. Selain itu Informan 2 selaku Kepala Bagian Pelayanan Sosial LKS Griya Peduli menyatakan bahwa: commit to user

(22)

Gini lho kalau kita makan itu yang baik seperti ini.

Karbohidrat, serat, proteinnya, kemudian vitamin mineralnya.

Jadi memang dari awal kita sudah menerapkan itu, kemudian kalau untuk bagi susu, kacang hijau itu seminggu sekali. Misal susu hari minggu, kacang hijau hari jumat. Kemudian gizi yang disampaikan teman-teman itu, ini wadahnya manusia jadi sama seperti kita kecuali bagi orang yang mempunyai suatu penyakit misalnya diabetes maknya dia istilahnya harus diet, nah kan kalau orang dengan gangguan jiwa itu secara fisiknya sehat jadi tidak ada yang namanya diet khusus.

(Petikan Wawancara 25 Juni 2020)

LKS Griya Peduli dalam menyediakan menu juga sangat berhati-hati, jangan sampai menu yang diberikan tidak memiliki nilai gizi yang cukup. Ketika ada ODGJ yang menginginkan menu tertentu misalnya mie instan maka bagian instalasi gizi akan membuatkan dengan catatan unsur gizi harus tetap terpenuhi. Lebih lanjut diungkapkan oleh Informan 2 selaku Kepala Bagian Pelayanan Sosial LKS Griya Peduli:

Jadi kalau masak itu jangan sampai tidak ada serat, tanpa ada sayur, diapun misalnya dia pengin mie nah mie kan karbohidrat yaudah kita kasih proteinnya bisa dikasih telur, proteinnya bisa dikasih apa, terus dari segi vitamin mineral ya kita kasih lah sayur disitu, nah orang kadang kan kok aku pengen mie ya, jadi ya kita perhatikan itu. (Petikan Wawancara 25 Juni 2020)

LKS Griya Peduli menekankan asupan gizi dengan patron 4 sehat. Namun tetap sekali seminggu diberikan susu sebagai pelengkap 5 sempurna. Susu tidak diberikan setiap hari karena ODGJ bukanlah anak-anak yang sangat membutuhkan asupan susu. Sedangkan susu di dunia kesehatan juga menjadi perhatian dalam konsumsinya.

Mengonsumsi susu pada waktu yang tidak tepat seperti setelah makan tanpa diselingi 1-2 jam maka akan menghambat proses penyerapan protein di dalam usus. Selain itu di LKS Griya Peduli juga disedikan buah buah dan biskuit pada waktu-waktu tertentu.

Uraian yang disampaikan petugas LKS Griya Peduli tersebut selaras dengan hasil observasi pada 21 Februari 2020 dimana asupan commit to user

(23)

gizi yang diberikan pada ODGJ dapat dikatakan baik. ODGJ diberikan kacang hijau serta buah-buahan segar yang menunjang terciptanya kondisi tubuh yang seimbang dan sehat. Selain itu observasi pada 22 Juni 2020 juga tidak jauh berbeda. ODGJ mengonsumsi makan siang dengan menu soto ayam dipadu dengan lauk pauk tempe. Tidak sampai disitu saja menu pada hari lain juga disampaikan oleh Informan 9 yang menjadi salah satu warga lansia yang membantu memasak di LKS Griya Peduli:

Masakan disini ganti-ganti mbak. Ini tadi soto ayam sama tempe. Pernah juga telur direbus kemudian dimasak garang asem. Ganti-ganti mbak. Kemarin sore ikan patin sama tumis sayur. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020)

Keberadaan ODGJ di LKS Griya Peduli juga senantiasa dipantau perkembangan kesehatannya. Berdasarkan dokumen Prosedur Kerja Standar Perawatan Kesehatan Warga LKS Griya Peduli, langkah- langkah teknis untuk merawat kesehatan ODGJ yaitu:

1. Perawat griya mengobservasi warga warga griya setiap shift jaga meliputi keadaan umum dan tanda – tanda vital yang sakit

2. Perawat griya melaporkan kondisi warga griya yang sakit ke dokter 3. Hasil konsultasi dokter dituliskan di rekam medis dan form

pemberian obat

4. Pemberian obat kepada warga di check list pada form pemberian obat

5. Pelaporan kondisi warga griya di konsulkan kembali setelah obat habis atau apabila kondisi warga griya memburuk

g) Pelaksanaan kegiatan menggambar dan mewarnai

Kegiatan menggambar dan mewarnai yang dilaksanakan di LKS Griya Peduli merupakan kegiatan yang bermitra dengan salah satu komunitas sosial yang peduli dengan ODGJ yakni Griya Schizofren.

Kegiatan menggambar dilaksanakan seminggu satu kali dipimpin oleh relawan dari Griya Schizofren. Kegiatan ini dilakukan di bangsal

commit to user

(24)

ODGJ. Hal ini diungkapkan oleh Informan 10 selaku relawan Griya Schizofren:

Mereka antusias banget. Soalnya kalau kita kegiatan itu masuk ke bangsalnya baik itu yang perempuan maupun yang laki- laki. Yaudah sih kita berinteraksi seperti biasa saja. (Petikan Wawancara 25 Juni 2020)

Pada kegiatan ini relawan dari komunitas menyiapkan peralatan dan perlengkapan untuk kemudian digunakan menggambar dan mewarnai bersama-sama.

h) Pelaksanaan kegiatan mendongeng

Kegiatan mendongeng ini juga merupakan rangkaian kegiatan yang diinisiasi oleh komunitas Griya Schizofren. Pada kegiatan ini ODGJ diminta untuk menceritakan apa yang ingin mereka ceritakan.

Relawan juga ikut serta dalam memberikan cerita kepada ODGJ.

Kegiatan mendongeng ini dilaksanakan satu kali dalam seminggu.

i) Penyediaan lingkungan yang kondusif

Pada pelayanan ini LKS Griya Peduli menerapkan pendekatan yang berbeda dalam menangani ODGJ yang dirawat. LKS Griya Peduli menggunakan pendekatan Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP). Hal ini diungkapkan oleh perawat LKS Griya Peduli Informan 4:

Kita pendekatannya (BHSP) Bina Hubungan Saling Percaya, hari ini kamu tak suruh nyuci piring, silahkan kamu cuci piring, cuci piring, bersih bersih ya bersih bersih karena sudah percaya ke kita. Dia pun ada temannya yang lari, dia juga membantu. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020)

Jadi petugas yang merawat ODGJ memberikan kepercayaan kepada ODGJ untuk melakukan sesuatu ketika dirasa mereka mampu.

Hal ini terlihat dari beberapa aktivitas harian seperti ODGJ yang ditugaskan untuk mencuci baju, mengepel lantai, mencuci piring bahkan membantu membagikan makanan kepada teman sesama ODGJ yang kondisinya belum cukup baik.

Selain itu LKS Griya Peduli tidak memberikan perlakuan atau perawatan yang mencederai ODGJ seperti ODGJ diikat dengan rantai commit to user

(25)

atau bahkan dipasung. Akan tetapi LKS Griya Peduli menjadikan ODGJ layaknya sebagai teman dan keluarga yang baik. Berdasarkan observasi tanggal 21 Februari, 22 Juni, 23 Juni, serta 25 Juni 2020 terlihat bahwa ODGJ sangat menikmati keberadaan dan aktivitas selama mereka berada di LKS Griya Peduli. Sikap dan perilaku ODGJ sudah seperti berada di rumahnya sendiri. Bahkan ODGJ yang sudah baik kondisinya terkadang susah dibedakan dengan petugas LKS Griya Peduli ketika petugas memakai seragam bebas. Lebih lanjut berdasarkan dokumentasi visual PMI Kota Surakarta, LKS Griya Peduli ini juga turut mempromosikan keberadaaan dan aktivitas yang dilakukan ODGJ melalui portal sosial media PMI Kota Surakarta sehingga stigma negatif yang diberikan kepada ODGJ sedikit demi sedikit berkurang.

b. Dampak Implementasi Program Griya Peduli PMI Kota Surakarta Terhadap Pemenuhan Hak Kesehatan Bagi ODGJ

Program Griya Peduli merupakan salah satu program besar PMI Kota Surakarta yang dikelola dibawah Bagian Pelayanan Sosial. Program Griya Peduli yang diselenggarakan oleh PMI Kota Surakarta ini berfokus untuk membantu ODGJ terlantar yang ditemukan di wilayah Kota Surakarta untuk selanjutnya dibantu agar dapat mengakses perawatan dan pelayanan kesehatan yang selama ini tidak didapatkan karena terlantar di jalanan.

Program Griya Peduli ini bukan bertujuan untuk menyembuhkan ODGJ akan tetapi lebih pada upaya untuk merawat agar kondisinya menjadi lebih baik.

Program ini semata-mata dilakukan sebagai aksi untuk memanusiakan manusia yang seringkali tidak termanusiakan. Setelah dilaksanakan program Griya Peduli diharapkan timbul dampak yang dapat dilihat pada ODGJ terlantar yang dirawat di LKS Griya Peduli. Dampak yang diharapkan terjadi tentu saja tercapai kondisi kesehatan fisik dan mental yang baik bagi ODGJ.

Guna mewujudkan kesehatan fisik dan mental maka perlu dilaksanakan peningkatan kualitas dari setiap pelayanan.

commit to user

(26)

LKS Griya Peduli berdiri tahun 2012. Sejak tahun 2012 sampai sekarang sudah ratusan ODGJ yang dirawat. Jumlah ODGJ yang ratusan tersebut mengalami perkembangan yang berbeda-beda. Ada yang kondisinya membaik kemudian dipulangkan ke keluarga, ada yang kondisinya membaik tetapi tidak mau pulang ke keluarga, ada yang kondisinya masih sama serta ada pula ODGJ yang meninggal dunia. Berdasarkan Data Warga Griya Peduli, sejak 2012 sampai dengan bulan Juni 2020 tercatat 471 warga yang berhasil dipulangkan, 73 warga yang melarikan diri, 166 warga yang meninggal, 103 warga yang saat ini masih dirawat dan 7 warga yang dipindahkan ke panti yang lain. Sebanyak 103 ODGJ yang ada tersebut peneliti amati dan nampak beberapa perubahan yakni:

a) Perubahan kesehatan

Dampak yang terlihat jelas pertama kali pada ODGJ adalah perubahan kesehatan yang ditunjukkan dari gaya hidup ODGJ yang lebih baik. Gaya hidup yang lebih baik inilah dampak yang paling nampak dari semua ODGJ yang dirawat. Hal ini terlihat dari perilaku ODGJ yakni:

1) ODGJ yang dulu tidak mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian mendapatkan pelayanan kesehatan melalui check up rutin dan rujukan serta ditunjang dengan ketersediaan obat psikofarmaka

2) ODGJ yang dulu tidak pernah mandi karena terlantar kemudian sekarang mandi secara rutin dua kali sehari

3) Selain itu jika dulu ODGJ mengonsumsi makanan yang tidak layak kemudian sekarang asupan yang dikonsumsi telah memenuhi standar empat sehat dan satu minggu sekali lengkap lima sempurna

4) Ketika terlantar di jalanan ODGJ tidak memiliki tempat untuk beristirahat secara layak namun sekarang ODGJ sudah memiliki rumah tempat dimana mereka dirawat dan berinstirahat dengan layak

Hal tersebut diungkapkan oleh perawat di LKS Griya Peduli Bapak Mustahid:

Perubahan yang nampak? Pertama, dia dari jalan nggak pernah mandi, jadi mandi rajin. Kedua pola makan dulu makan sampah sekarang jadi lumayan, termasuk gizinya jam jam makannya. commit to user

(27)

Yang ketiga marasa ya tadi dimanusiakan tadi, dipanggil dihormati. Pas saya tanya “kamu itu sakit apa”? Jawabannya “oh lha ya nggak tahu to pak saya sakit apa” “ora gila ya?” “enggak”.

Dia sudah merasa agak mendingan. Kemudian kita karyakan.

(Petikan Wawancara 22 Juni 2020).

Selain itu secara fisik ODGJ yang di LKS Griya Peduli terlihat sama seperti orang sehat pada umumnya. Bahkan mereka tidak terlihat kalau sebenarnya mereka adalah ODGJ. Hal ini disampaikan oleh Informan 2 selaku Kepala Pelayanan Sosial PMI Kota Surakarta:

Yang kelihatan ya itu secara kasat mata saya yg pasti secara fisik mereka beda lah sama orang gila yang ada di jalanan. Mereka aja disini kadang nggak bisa bedain lho mana ini yang ODGJ mana yang karyawan karena kadang karyawannya hari kamis sama sabtu itu pakai pakaian bebas. Jadi ada temen-temen yang gojekannya gitu, kalau kamis sama sabtu kita ngga tahu ya mana yang warga odgj mana yang karyawan kalau belum kenal ya. Jadi saking kayak gitu ya disini kaya normal biasnaya aja sih. Nanti kalau baru kita ngobrol baru ketahuan oh ini ODGJ dari hal kasat mata itu sih. Kemudian kalau dari hal kesehatan adalah yang pasti karena disini mereka kebersihan sangat kita jaga ya, makan juga sehari tiga kali, dibuatkan susu, dikasih snak juga, kadang juga jus buah, jadi rasanya udah kaya kita saja, normal, nggak kelihatan sama sekali kalo mereka itu ODGJ. (Petikan Wawancara 25 Juni 2020)

b) Perubahan pengetahuan

Berdasarkan hasil observasi tanggal 21 Februari, 22 Juni, 23 Juni serta 25 Juni, di LKS Griya Peduli nampak perubahan dari segi pengetahuan ODGJ yang lebih baik. Seperti yang kita ketahui bahwa gangguan jiwa dapat mengganggu fungsi seseorang bahkan sampai lupa ingatan, susah berbicara, tidak memiliki pengetahuan kemampuan hidup dasar, dll. ODGJ di LKS Griya Peduli setelah dirawat kemudian muncul perkembangan dari segi pengetahuan. Hal tersebut terlihat saat ada ODGJ yang tahu dan mampu melakukan pekerjaan seperti membersihkan lingkungan bangsal dengan menyapu dan mengepel, membantu menyiapkan makanan, mencuci piring, menyiram tanaman, membukakan pintu gerbang serta mandi. Hal ini diungkapkan oleh Kasi LKS Griya Peduli Informan 3: commit to user

(28)

Mereka kalau bagus itu biasanya koopertif pasti ya, minimal kalau kita ajak ngobrol itu tahu walaupun kadang omongnya susah gitu, ada beberapa gitu. “Ayo makan”, mereka dengan inisiatif makan ambil piring mereka ngantri gitu, mau belajar dan berubah. Terus bantu biasanya, bantu nyuci, bantu nyapu, ya pokoknya dilihat dari segi kegiatan dia gitu. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020).

Informasi senada juga disampaikan oleh Informan 6selaku Bagian Instalasi Gizi di LKS Griya Peduli bahwa pengetahuan ODGJ juga berkembang dengan baik walaupun belum semuanya.

Misalnya Bu Ngateni itu, dulu pasien di Griya Peduli itu dikeluarin ternyata bagus itu, rajin trus orangnya juga nggak ngamuk, trus pokoknya rajin bersih-bersih, rajin nyuci sayur rajin lipet lipet dsb. Jadi serba bisa dia. Trus kalo namanya mbak Giyarti ini juga sudah bagus, tapi dia talenta nya di bersih-bersih, nyapu gitu kalau rawis-rawis dia tidak bisa. Kemudian yang laki- laki ini juga banyak yang sudah bagus dalam arti dibandingkan mereka yang di dalam. Mereka kalau siang gini bantu cuci piring.

Kan kalau cuci piring semua warga kan banyak ya sekitar 130 an orang, itu mereka trus cuci baju itu juga mereka. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020)

Selain itu, observasi pada tanggal 23 Juni 2020 nampak ODGJ tahu bagaimana cara membantu petugas dengan mengangkat tandu salah satu lansia yang dirawat di LKS Griya Bahagia untuk dirujuk ke rumah sakit. Berikut kutipan percakapan antara Informan 7 selaku Bagian Sanitasi di LKS Griya Peduli dengan ODGJ Candra:

“Ndra, sudah dikunci belum Ndra?”. “Kunci dulu ndak Gunadi keluar” “Apa pak?” (ODGJ Candra). “Pintunya kuncinen dulu ndak Gunadi keluar”. “Sudah dikunci Pak Edi kok”. “Ya, awas ati-ati ati-ati, Joko”. (Petikan Wawancara 23 Juni 2020)

c) Perubahan keterampilan

Perubahan keterampilan yang terlihat pada ODGJ adalah kemampuan komunikasi yang lebih baik. Pada observasi tanggal 22 Juni, 23 Juni, dan 25 Juni 2020 peneliti melihat bagaimana ODGJ menunjukkan kemampuan komunikasi yang baik. pada saat itu peneliti mengajak salah satu ODGJ yang kondisinya cukup baik yang bernama Informan 13.

Ketika peneliti mendekati ODGJ tersebut tidak takut maupun diam akan commit to user

(29)

tetapi menerima keberadaaan peneliti yang notabennya orang baru yang datang ke LKS Griya Peduli. Kemudian peneliti menanyakan pertanyaan ringan kepada ODGJ tersebut untuk mengetahui bagaimana respon dari ODGJ tersebut. Dari percakapan yang terjadi antara peneliti dan ODGJ nampak bahwa ODGJ mengerti dengan arah percakapan serta lancar dalam mengucapkan kata demi kata.

Selain itu pada saat peneliti berbincang dengan ODGJ Informan 13, ada pula ODGJ lainnya bernama Pono yang melintas di depan peneliti.

Tanpa peneliti duga ternyata ODGJ Pono tersebut menyapa peneliti terlebih dahulu dengan sapaan “monggo mbak” kemudian diikuti dengan kepala mengangguk sebagai tanda saling menghormati. Hal ini diungkapkan oleh Kasi LKS Griya Peduli Informan 3 bahwa:

Ya kalau untuk warga sini jelas beda standarnya daripada orang pada umumnya gitu. Ya mereka bisa mengenal teman sebelahnya itu termasuk bagus. Kalau di jalanan kan mereka egonya tinggi sekali. Hanya memikirkan diri sendiri. Kalau disini misalkan menyapa trus pulang ketemu trus senyum duluan nah itu dah baik.

(Petikan Wawancara 21 Februari 2020)

Perubahan yang nampak pada ODGJ juga diperlihatkan oleh ODGJ Chandra. Pada tanggal 22 Juni 2020 ketika peneliti sedang mewawancarai Informan 9 yang membantu bagian instalasi gizi, tiba-tiba muncul ODGJ Chandra kemudian berbicara “Mbak, sudah ditunggu Pak Tahid di kantornya”. Peristiwa lain terjadi pada tanggal 23 Juni 2020, peneliti mendatangi kembali LKS Griya Peduli untuk mengambil data penelitian. Sesampainya disana, terdapat sekelompok ODGJ laki-laki yang duduk melingkar di depan gerbang masuk. Ketika peneliti akan masuk lantas ODGJ Chandra membuka gerbang kemudian sontak berkata “Mau cari siapa mbak?”. Kemudian peneliti jawab “Mau cari dr. Farida, ada nggak?”. ODGJ Chandra kemudian berkata “Ada mbak”. Percakapan singkat tersebut menjadi bukti bahwa ada perubahan lebih baik yang didapatkan oleh ODGJ selama dirawat di LKS Griya Peduli. ODGJ tidak merasa takut atau menyendiri akan tetapi fungsi sosialnya sudah mulai terbentuk. Dengan demikian maka ODGJ yang notabennya memiliki

commit to user

(30)

gangguan jiwa jika dilihat lebih seksama sebagai warga negara, mereka bisa diberdayakan lebih baik lagi mengingat adanya perkembangan yang baik ketika dirawat di LKS Griya Peduli.

c. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Implementasi Program Griya Peduli PMI Kota Surakarta Terhadap Pemenuhan Hak Kesehatan Bagi ODGJ

Implementasi program Griya Peduli yang ditujukan untuk ODGJ menjadi tantangan tersendiri bagi PMI Kota Surakarta selaku pihak penanggungjawab adanya program tersebut. Walaupun program Griya Peduli sudah berjalan kurang lebih 8 tahun akan tetapi bukan berarti program tersebut berjalan tanpa tantangan. Walaupun keberjalanannya ada tantangan namun program ini pada kenyaraannya masih berjalan dengan baik sampai saat ini.

Berikut ini uraian faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi program Griya Peduli dalam upaya mendukung pemenuhan hak kesehatan bagi ODGJ:

1) Faktor Pendukung

a) Kapasitas implementor/ pelaksana

Kapasitas implementor berkaitan dengan struktur organisasi, sumber daya manusia, koordinasi dan pengawasan dalam pelaksanakan program Griya Peduli. Strukur organisasi pada program Griya Peduli ini berkaitan erat dengan struktur PMI Kota Surakarta secara langsung dimana pada puncak pimpinan terdapat pengurus yang membawahi eksekutif yakni Unit Donor Darah (UDD) dan markas. Pada eksekutif markas inilah terdapat bagian pelayanan sosial yang diketuai oleh kepala bagian yang dibantu oleh kasi dan para staff.

Sumber daya manusia yang menangani ODGJ di LKS Griya Peduli berjumlah 19 orang yang terdiri dari penanggungjawab program, kasi program, perawat, asisten paramedis, bagian umum, instalasi gizi serta sanitasi. Sumber daya manusia yang ditugaskan di LKS Griya Peduli memiliki kualifikasi sebagai tenaga medis dan tenaga umum yang terlatih.

Selain itu, sumber daya manusia yang menangani ODGJ secara langsung commit to user

(31)

memiliki jiwa sosial yang baik. Hal ini diungkapkan oleh Informan 6 selaku Bagian Instalasi Gizi LKS Griya Peduli:

Mungkin karena rasa sungguh sungguh tentang sosial ya.

Memperdulikan orang yang mengalami gangguan jiwa. Kan kalau pemikiran orang kan PMI cenderung untuk donor darah trus bencana dan sebagainya. Saya juga salut ya sama PMI Kota Surakarta ya, udah repot ngurusi bencana ngurusi banyak hal ya tapi masih peduli gitu lho. Masih bener bener kan sebenarnya ini tugas pemerintah ya. Tapi benar-benar PMI itu peduli ya saya sangat salut dengan PMI Kota Surakarta.

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Markas PMI Kota Surakarta Informan 1 bahwa apa yang dilakukan terkait ODGJ ini semata-mata sebagai upaya untuk memanusiakan manusia yang tidak termanusiakan.

Ya kalau kita menolong orang lain pasti kita juga ditolong. Kita jangan takut membantu orang lain. Jangan takut miskin karena membantu orang lain. Kalau kita punya niatan baik ada yg mendukung. Selalu kayak gitu. Keyakinan itu selalu ada jalan.

Tukang batu aja bisa kok masa kita tidak bisa. (Petikan Wawancara 20 Juni 2020).

Selain itu keikhlasan juga menjadi hal yang diterapkan oleh para petugas yang berjaga di LKS Griya Peduli. Walaupun bukan tugas yang mudah dilaksanakan tetapi para petugas di LKS Griya Peduli menunjukkan dedikasi yang luar biasa. Informasi ini diungkapkan oleh Informan 8 selaku Bagian Umum LKS Griya Peduli saat menceritakan peristiwa di suatu malam saat menghadapi ODGJ:

Disini saya tidak mengalami kesulitan. Bagi saya pribadi tidak sulit karena disini harus ikhlas. Memang tugasnya gitu walaupun pasien terkadang pura-pura tidak tidur ya masa pasiennya dihajar atau diapakan biar tidur. Ya tidak bisa. Memanag kalau agak keras misalnya pintu diketok-ketok kan kita jadinya tidak bisa tidur nah pernah saya ditantang jam 1 malam tapi kemudian saya datangi. (Petikan Wawancara 23 Juni 2020)

Hal tidak jauh berbeda dinyatakan oleh perawat LKS Griya Peduli Informan 4 bahwa keberadaannya di LKS Griya Peduli memang dalam rangka aksi kemanusiaan dan sejauh ini tidak mengalami kesulitan.

Berikut petikan wawancaranya:

commit to user

(32)

Kesulitan tidak ada sementara ini. Paling kalau yo tidak ada sih saya, saya senang kalau disini. Saya libur dua hari pun sampe sini pun ya seneng. Kalau punya masalah sampai sini ya seneng.

Semangat petugasnya termasuk beberapa teman-teman dari donatur seketika untuk kemanusiaan, kalau kemanusiaan kita cari untung ya tidak akan pernah selesai. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020)

Dokter sekaligus Kepala Pelayanan Sosial PMI Kota Surakarta Informan 2 juga menyampaikan terkait pengabdian para petugas yang totalitas di LKS Griya Peduli:

Saya juga gitu. Awal-awal disini kok ya aura nya beda. Jadi perawat disini itu gimana ya, unsur duniawinya sudah tipis.

Mereka itu orang-orang yang sangat ikhlas. Saya kesini awal Januari itu beda sekali. Jadi kerja itu betul-betul ibadah gitu.

(Petikan Wawancara 25 Juni 2020)

Walaupun jumlah petugas 19 orang namun pelaksanaan program Griya Peduli masih berjalan dengan baik. Hal ini diungkapkan oleh Kasi LKS Griya Peduli Informan 3: “Dengan petugas yang berjumlah 19, selama ini kita bisa jalan kok” (Petikan Wawancara 22 Juni 2020).

Informasi yang sama juga disampaikan oleh Kepala Markas PMI Kota Surakarta Informan 1: “Jumlah petugas 19 orang tersebut sudah cukup dan sudah punya tanggung jawab masing-masing” (Petikan Wawancara 20 Juni 2020).

Hal ini juga peneliti lihat ketika petugas di LKS Griya Peduli yang saling bahu membahu dalam menyelesaikan tugas dalam merawat ODGJ. Walaupun setiap petugas memiliki tugas namun hal ini tidak menjadikan petugas hanya fokus pada tugas masing-masing. Ketika satu petugas sudah selesai dengan tugasnya pada hari itu maka kemudian petugas tersebut membantu petugas yang lainnya untuk menyelesaikan tugasnya. Hal ini peneliti amati ketika salah satu perawat bernama Ibu Septi yang pada dasarnya bertugas pada merawat ODGJ juga ikut membantu menyiapkan makanan di dapur ketika pekerjaannya sudah selesai. Peristiwa yang peneliti amati juga dikuatkan oleh informasi Informan 6selaku Bagian Instalasi Gizi: commit to user

(33)

Malem itu nggak setiap malem ada ibu dapur, nanti dihandle sama kantor. Dari dulu gitu. Sudah di jadwal. Baik perawat, asistem perawat baik yang umum gitu semua ikut terjun gitu. Jadi beda dengan rumah sakit ya. Rumah sakit kan perawat ya perawat, medis semuanya. Dapur ya ngurusi dapur. Tapi kalau sini enggak. Seperti kata mbak Septi tadi apapun fleksibel gitu lho. Kalau disini lagi nggak ngapa-ngapain nanti terus terjunnya ke dapur. Jadi beda dengan rumah sakit kalau disini gitu.

Berkaitan dengan koordinasi pelaksanaan program Griya Peduli maka dilaksanakan sistem shift. Petugas yang ada tadi tidak semuanya masuk sekaligus dalam satu waktu akan tetapi menggunakan sistem shift sehingga kondisi ODGJ yang dirawat senantiasa dapat dipantau kondisinya. Hal ini terlihat ketika peneliti datang ke LKS Griya Peduli ada beberapa petugas yang memang setiap hari itu berbeda karena memakai sistem shift. Informasi ini selaras dengan dokumen Prosedur Kerja Standar Perawatan Kesehatan yang menyatakan bahwa petugas LKS Griya Peduli terutama perawat harus senantiasa mengobservasi warga griya setiap shift jaga meliputi keadaan umum dan tanda – tanda vital yang sakit. Sedangkan untuk pengawasan pelaksanaan program dilaksanakan oleh Kepala Bagian Pelayanan Sosial Informan 2. Berikut petikan wawancaranya:

Kalau saya lebih kepada visit, jadi visit itu kan ada temen-temen yang shift “dok itu ada yang sakit” nah jadi secara physicly. Nah kalau secara psikis kan sudah ditangani. Secara fisik ya, “saya diare dok” “saya kemarin baru ada yang sakit itu kenapa ya dok”?

Gitu, jadi secara physicly. (Petikan Wawancara 25 Juni 2020) b) Kecukupan anggaran

Keberjalanan operasional LKS Griya Peduli ini berjalan lancar karena untuk hal terkait dengan dana walaupun seratus persen mandiri akan tetapi selalu saja ada donatur yang membantu dari mana saja. Selain itu ketika ada pengunjung LKS Griya Peduli yang datang berkunjung ke LKS Griya Peduli kemudian membagikan cerita kunjungannya ke publik maka itu sudah membantu untuk mendatangkan bantuan pendanaan

commit to user

(34)

kepada LKS Griya Peduli. Hal ini disampaikan oleh perawat LKS Griya Peduli Informan 4:

Bener kita satu bulan 120 juta habis lho. Untuk makan dan kesehatannya. Tapi kita ya doa saja yo panjenengan datang kesini cari ilmu dan sebagainya dan ngeshare ke media sosial itu kan sudah datang sendiri gitu para donatur-donaturnya. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020)

Dana yang dihabiskan untuk pembiayaan program dialokasikan untuk biaya operasional yang terdiri dari:

a. PDAM, listrik, telepon dan lain-lain sekitar 25 juta

b. Logistik (pemenuhan kebutuhan makan dan kebutuhan lainnya) sekitar 39 juta

c. Gaji dan lain-lain sekitar 89 juta

Alokasi dana tersebut merupakan gambaran umum biaya yang dihabiskan untuk pelaksanaan program. Secara lebih rinci peneliti tidak mendapatkan data tersebut sebab adanya privasi lembaga yang harus dijaga. Banyaknya biaya yang digunakan untuk menjalankan program Griya Peduli ini semuanya berasal dari donasi masyarakat. Donasi tersebut berasal dari donatur tetap setiap bulan maupun donatur-donatur yang lainnya. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Markas PMI Kota Surakarta Informan 1:

Ya kalau rumah sakit gratis, kalau untuk pasien digratiskan, kita kerja sama sama rumah sakit dan dinas sosial. Kemudian untuk biaya makan operasional dari PMI, PMI itu juga dananya dari masyarakat, donatur. Yang rutin ada, saya sebulan 2 juta. (Petikan Wawancara 20 Juni 2020).

Lebih lanjut Informan 1 mengatakan bahwa donatur juga berasal dari pengusaha yang ada di Kota Surakarta maupun luar Kota Surakata, keluarga pasien, pengurus PMI, serta karyawan PMI. Informasi tersebut selaras dengan yang disampaikan oleh Informan 6selaku Bagian Instalasi Gizi di LKS Griya Peduli:

Iya, memang swasta. Banyak kita donatur dari orang-orang. Jadi donatur tetap itu juga sudah ada mbk. Donatur tetap setiap bulan itu juga ada. Yang pengusaha-pengusaha itu juga tergerak hatinya untuk bantu juga. Kemudian dari komunitas apa, dari PKK

commit to user

(35)

maupun komunitas dari mana-mana tergerak hatinya untuk kesini. Jadi sekarang ya sudah lumayan terkenal hehe. Puji tuhan banyak berkat ya. Dari segi mentah kadang dari mateng pun konfirmasi dulu “kita mau donasi nasi kotak, warganya jumlahnya berapa?” Trus nanti kita bilang oh jumlahnya 140 gitu.

Kadang ada yang tanya juga petugasnya berapa gitu. Tapi kadang ada yang nggak tanya ya brarti yang penting untuk warga nya gitu.

Perihal donasi ini peneliti juga menemukan di laman media publik bahwa terdapat satu komunitas yakni Griya Schizofren yang juga ikut serta dalam aksi donasi melalui cara yang cukup unik. Griya Schizofren mengadakan acara kelas seminar online yang terbuka untuk umum sekaligus membuka donasi yang diperuntukkan bagi ODGJ yang dirawat di LKS Griya Peduli. Setelah kelas selesai maka donasi yang terkumpul kemudian diserahkan kepada pihak LKS Griya Peduli selaku pelaksana program Griya Peduli yang diinisiasi oleh PMI Kota Surakarta.

Selain itu, keberadaan LKS Griya Peduli yang semakin dikenal oleh masyarakat turut menjadi faktor yang mendukung terpenuhinya hak kesehatan bagi ODGJ. Ketika semakin dikenal oleh masyarakat maka untuk pendanaan lebih terbantu karena banyak donatur yang akhirnya berdonasi di LKS Griya Peduli. Pernyataan selaras dinyatakan oleh Kasi LKS Griya Peduli Informan 3:

Secara operasional mungkin kan sudah dikenal masyarakat luas ya. Otomatis yang lebih peduli di griya itu lebih banyak itu secara operasional ya mungkin secara keuangan. Kalau dari segi kesehatan kita juga sudah lebih baik, yang kita pulangkan juga lebih banyak, yang sehat apa namanya bisa bantu di griya juga lebih baik. Artinya mereka melihat itu oh ya kita ada perkembangan. Termasuk juga sistemnya, sistem dari kita termasuk ya itu kita sudah terakreditasi. Jadi semakin lama kita memang semakin diakui. (Petikan Wawancara 22 Juni 2020) c) Kondisi geografi dan sosial tempat implementasi

Faktor ketiga ini turut menjadi faktor yang sangat penting untuk mengembangkan kondisi ODGJ agar mengalami perubahan yang lebih baik. Lokasi rumah yang dijadikan tempat merawat ODGJ terletak di commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pelayanan gizi di Rumah Sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat yang dirawat Rumah Sakit baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme

Dari data tersebut di dapatkan mayoritas perawat di ruang rawat inap memiliki budaya organisasi yang cukup, pada penelitian ini dapat di pengaruhi oleh dukungan manajemen

Dari grafik 2 didapatkan bahwa pada bagian pendahuluan dan pemberitaan seluruh Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman sudah membuat dengan baik walaupun masih ada beberapa

Untuk hipotesis menggunakan uji statistik perbedaan dua rata-rata diperoleh rata-rata hasil belajar dengan kedua media tersebut identik dengan sebesar -0,731

1) DRM rawat inap dari bangsal dikembalikan ke unit rekam medis setelah pasien pulang perawatan. 2) Di unit rekam medis DRM diterima oleh petugas penerimaan DRM

Dari hasil pengujian yang dilakukan terbukti bahwa pelyanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pasien rawat inap Rumah Sakit Islam NU Demak dalam

dirawat oleh mahasiswa pada minggu sebelumnya sudah keluar dari rumah sakit. Dari hasil observasi yang dilakukan selama 5 hari, peneliti menjumpai 11 mahasiswa yang

Hal ini memungkin perawat yang bekerja ketika pasien yang akan di pindahkan ke ruang rawat inap harus tertib dalam segi administrasi dan pemeriksaan penunjang hal ini bertentangan