• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN: Length Of Stay (LOS)

N/A
N/A
Nurmawanty

Academic year: 2024

Membagikan " BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN: Length Of Stay (LOS)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan secara khusus mengenai hasil penelitian, analisa data serta pembahasan dari hasil analisis data mengenai hubungan karakteristik perawat dengan Length Of Stay (LOS) di IGD RSUD dr Slamet Garut. Pada bab ini akan dijelaskan analisa univariat dan analisa bivariat.

Analisa univariat meliputi karakteristik perawat dan Length Of Stay (LOS) sedangkan analisa bivariatnya adalah Hunungan Karakteristik perawat dengan Length Of Stay (LOS).

Pemaparan ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada seluruh tenaga perawat yang ada di ruang IGD RSUd dr Slamet Garut sebanyak 43 responden dengan menggunakan teknik sampling total sampling pada bulan Maret 2023

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Univariat

4.1.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat

Penelitian ini menyatakan tentang karakteristik perawat yang terdiri dari pendidikan terakhir, jenis kelamin usia dan lama kerja. Berikut adalah distribusi frekuensi karakteristik perawat di Ruang IGD RSUD dr Slamet Garut.

.

(2)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Ruang IGD RSUD dr. Slamet Garut

No Karakteristik Perawat Frekuensi Presentase

1. Pendidikan

- D3

- Ners

14 29

32,6 67,4 2. Jenis Kelamin

- Laki – laki

- Perempuan

25 18

58,1 41,9 3. Usia

- 25 – 40 tahun

- 41 – 60 tahun

23 20

53,5 46,5 4. Lama Kerja

- < 5 tahun

- 6 – 15 tahun

- > 15 tahun

10 21 12

23,3 48,8 27,9

Total 43 100

Berdasarkan table 4.1 di atas sebagian besar (67,4 %) perawat di ruang IGD memiliki tingkat pendidikan Ners, sebagaian besar (58,1 %) berjenis kelamin laki – laki, sebagian besar (53,5%) berada pada rentang usia 25-40 tahun dan hamper setenganya (48,5%) berada pada masa kerja 6-15 tahun..

4.1.1.2 Length Of Stay (LOS) Pasien di IGD RSUD dr. Slamet Garut

(3)

Hasil penelitian gambaran lamanya Length Of Stay (LOS) pasien di Ruang IGD RSUD dr Slamet Garut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Length Of Stay (LOS) Pasien di IGD RSUD dr. Slamet Garut

No Length Of Stay (LOS) Frekuensi Presentas e 1. LOS

- < 6 jam

- 6 – 8 jam

- > 8 jam

1 16 26

2,3 37,2 60,5

Total 43 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas sebagian besar (60,5 %) pasien di IGD memiliki lama waktu LOS > 8 jam.

4.1.2 Analisis Bivariat

4.1.2.1 Hubungan Karakteristik Perawat dengan Length Of Stay (LOS) di IGD RSUD dr.

Slamet Garut.

Analisis hubungan anatara karakteristik perawat dengan Length Of Stay (LOS) di IGD RSUD dr. Slamet Garut dengan uji Spearmen Rho dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.3 Hubungan Karakteristik Perawat dengan Length Of Stay (LOS) di IGD RSUD dr. Slamet Garut.

(4)

No. Karakteristik LOS

P value

< 6 jam 6 – 8 jam > 8 jam Total

N % N % N % N %

1. Pendidikan - D3

- Ners 0

1 0

2.3 7

9 16.3

20.8 7

19 16.3

44.3 14

29 32.6

67.4 0.401 2. Jenis Kelamin

- Laki – laki

- Perempuan 0

1 0

2.3 10

6 23.1

14 15

11 35

25.6 25

18 58,1

41,9 0.944 3. Usia

- 25 – 40 tahun - 41 – 60 tahun 1

0 2.3

0 10

6 23.1

14 12

14 27.9

32,7 23

20 53,5

46,5 0.213 4. Lama Kerja

- < 5 tahun - 6 – 15 tahun - > 15 tahun

0 1 0

0 2.3

0

5 5 6

11.6 11.6 14

5 15

6

11.6 35 14

10 21 12

23.1 49

27.9 0.916

Hasil penyajian pada table 4.3 diatas menunjukan dari segi pendidikan hampir setengahnya(44,3%) berpendidikan Ners memiliki LOS > 8 jam dengan hasil analisis data menggunakan uji Spearmen Rho diperoleh nilai p value (0.401) > α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho di terima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara pendidikan dengan LOS pasien di IGD.

Dari segi jenis kelamin hampir setengahnya(35%) berjenis kelamin laki laki memiliki LOS > 8 jam dengan hasil analisis data menggunakan uji Spearmen Rho diperoleh nilai p value (0.944) > α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho di terima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan LOS pasien di IGD.

Dari segi usia hampir setengahnya (32,7%) berada pada usia 41-60 tahun memiliki LOS > 8 jam dengan hasil analisis data menggunakan uji Spearmen Rho diperoleh nilai p value (0.213) > α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho di terima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara usia dengan LOS pasien di IGD.

Dari segi lama bekerja hampir setengahnya (35%) memiliki pengalaman kerja 6-5 tahun memiliki LOS > 8 jam dengan hasil analisis data menggunakan uji Spearmen Rho

(5)

diperoleh nilai p value (0.916) > α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho di terima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara lama bekerja dengan LOS pasien di IGD.

4.2

Pembahasan

4.2.1 Length Of Stay (LOS)

Length of Stay (LOS) pasien yang menjalani perwatan di IGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen ditemuakan sebanyak 87 orang dari 100 sampel yang diambil sudah dikategorikan sudah sesuai (kurang atau sama dengan 6 jam). Berdasarkan persebaran waktu LOS paling cepat selama 8 menit, dan memiliki rata-rata 200.69 menit atau setara dengan 3 jam 20 menit dan bisa dikatakan sesuai karena kurang dari 6 jam. Meskipun rata-rata waktu LOS pasien sudah dikatakan baik, namun belum dikatakan semua pasien sudah memiliki lama rawat (LOS) yang sesuai dengan standar. Dari 100 responden, masih terdapat 13 orang (13%) masih dikatakan memiliki LOS memanjang atau lebih dari 6 jam. Bahkan waktu LOS terlama yang ditemukan selama 709 menit (11 jam, 49 menit). Faktor yang mempengaruhi terjadinya pemanjangan LOS pasien yang dirawat di IGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen, yaitu, Keterbatasan Bed, Tenaga medis yang berjaga dalam shift, Konsultasi dokter spesialis, dan Jenis Kelompok Penyakit yang Dialami Pasien. Selama penelitian, terdapat kondisi dimana pasien yang datang dengan jumlah yang banyak dalam rentan waktu yang berdekatan atau sama. Terlebih lagi, pasien yang berada di ruangan mendapatkan penanganan yang tidak sebentar dalam hitungan menit. Namun hal ini juga tidak didukung dengan jumlah bed yang dapat menampung semua pasien yang datang dan dalam proses penanganan. Berdasarkan data ruang IGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen, terdapat 16 bed dan sudah termasuk bed cadangan yang siap digunakan untuk pasien yang datang ke ruangan tersebut. Sehingga apabila terjadi pelonjakan jumlah pasien melebihi jumlah yang

(6)

datang dan tidak ada pasien yang keluar maka terjadi overcrowded dan dapat mempengaruhi lama perawatan pasien dikarenakan menunggu untuk dilakukannya tindakan intervensi. Hal ini selaras dengan yang disebutkan oleh Ningsih (2015) bahwa kurangnya bed pasien akan berpengaruh secara signifikan sebagai faktor terjadinya overloaded disebabkan karena ketidakcukupan bed pasien akan menambah waktu tunggu sehingga dapat mempengaruhi memanjangnya waktu LOS pasien. Hal ini juga dapat mendukung teori dari Affleck, dkk (2013) yang menyatakan bahwa adanya keterbatasan jumlah bed di ruangan akan melakukan beberapa hal kompensasi berupa menunda/ menurunkan penanganan pasien sehingga mengakibatkan memanjangnya periode waktu pasien di rawat di ruang IGD. Tenaga kerja medis yang dimiliki oleh ruang IGD adalah 51 orang yang terdiri dari dokter, dokter spesialis, perawat dan bidan.

Namun untuk melakukan jaga di IGD antara lain hanya dokter umum, perawat dan bidan dengan jumlah kurang lebih 30 orang. Dari 30 orang tersebut terbagi menjadi kurang lebih 7 orang dalam satu shift. Namun dalam menangani pasien dengan berbagai macam jenis penyakit dan tindakan masih dikatakan kurang memadai. Salah satu hal yang berkontribusi karena tidak adanya dokter spesialis yang berjaga di ruang IGD. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat yang bertugas dalam ruangan tersebut, dokter spesialis yang bertugas di ruang IGD merupakan dokter spesialis yang memiliki tugas di ruangan lain selain ruang IGD. Sehingga apabila terdapat pasien dengan kondisi khusus harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis terkait. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Mentri Kesehatan No. 856 tentang Standar IGD di Rumah Sakit yang menyatakan Rumah Sakit Level III (Tipe B) seharusnya setidaknya memiliki dokter spesialis bedah, obgyn dan penyakit dalam on site. Jumlah perawat yang bertugas di ruangan tersebut juga masih dikatakan kurang mengingat beban dan tugas kerja yang dimiliki perawat di ruangan bukan hanya sebatas melakukan pengkajian dan memberikan

(7)

intervensi/tindakan kepada pasien melainkan beberapa hal administratif berupa menangani hal administrasi rujukan, pemindahan pasien ke ruang rawat inap dan lain-lain. Berdasarkan peneletian yang dilakuan oleh Nurmansyah, dkk (2014), bahwa selain memberikan pelayanan kepada pasien baru, perawat juga harus melaksanakan pelayanan lainnya seperti pelayanan rujukan, pemulangan, pelayanan administrasi yang berhubungan dengan jaminan kesehatan untuk perawatan selanjutnya di ruang rawat inap. Sehingga diperlukan rasio yang seimbang antara pasien dan perawat di ruang IGD. Hal ini didukung pula dengan temuan yang dinyatakan oleh Thungjaroenkul, dkk (2007), bahwa jumlah perawat yang cukup dapat mencegah efek samping pasien yang dalam hal ini adalah pemanjangan LOS. Pasien dengan kondisi yang komplek sangat membutuhkan saran dan konsultasi dengan spesialis merupakan aspek yang penting untuk tindakan gawat darurat, hasil dari konsultasi dan penambahan saran mengakibatkan memanjangnya LOS pasien (Baig, dkk, 2015). Berdasarkan hasil observasi, konsultasi dokter spesialis merupakan salah satu faktor pemberat memanjangnya LOS pasien di IGD, baik pada LOS yang memanjang atau yang sudah sesuai. Hal ini dikarenakan tidak adanya dokter spesialis yang jaga di ruangan seperti yang dijelaskan pada poin sebelumnya. Sehingga dokter umum yang jaga di ruang IGD terlebih dahulu melakukan konsultasi via media komunikasi kepada dokter spesialis yang berkaitan. Lamanya waktu tanggap/ balasan dari dokter spesialis akan mempengaruhi lamanya pengambilan tindakan selanjutnya kepada pasien di IGD.

Menurut Herkutanto (2007), ketersediaan tenaga kesehatan di IGD salah satunya dokter spesialis juga perlu guna dukungan dalam pemberian intervensi kepada pasien yang membutuhkan dan harus siap sedia dalam menerima pasien yang dirujuk dari fasilitas kesehatan lainnya. Meskipun sudah diantisipasi dengan tetap melakukan konsultasi dengan dokter spesialis media komunikasi lainya, masih terdapat sedikit kendala yang berdampak secara langsung terhadap memanjangnya

(8)

LOS pasien. Menurut salah beberapa perawat yang bertugas di ruangan tersebut menyatakan bahwa sebagian besar pasien di IGD yang mengalami pemanjangan LOS disebabkan karena lamanya menunggu respon dokter spesialis, terlebih lagi apabila waktu konsultasi pada malam hari sehingga mengakibatkan pasien harus menunggu lebih lama dari standar semestinya.

Penelitian yang serupa telah dilakukan oleh Fatimah, dkk (2016) menyebutkan pemanjangan waktu konsultasi dokter spesialis mengakibatkan memanjangnya waktu tunggu pasien dan terjadi penumpukkan pasien di ruangan sehingga dapat berdampak pada beban kerja dan LOS pasien di IGD. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, ditemukan LOS pasien berdasarkan kasus trauma dan non trauma yang dialami. Umumnya pada IGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada kasus trauma, pasien yang datang langsung dilakukan tindakan di ruang tindakan. Sehingga setelah dilakukan tindakan, pasien diobservasi sembari mempersiapkan pemindahan ke ruangan apabila pasien masuk ke rawat inap, atau mempersiapkan obatobatan dan edukasi yang perlu diberikan ke pasien dan keluarga apabila pasien diperbolehkan untuk rawat jalan. Umumnya berdasarkan kesimpulan yang disampaikan oleh Jensen, dkk (2015), ketika petugas menentukan masalah yang tepat pada pasien akan berakibat memberikan tindakan yang efektif sehingga berdampak dengan menekan angka LOS pasien dan mempertahanan pasien untuk tetap stabil. Namun kenyataanya, pada pasien yang mengalami kasus nontrauma umumnya memiliki LOS yang lebih panjang daripada dengan kasus trauma. Hal ini dikarena adanya beberapa perlakuan yang perlu di lakukan terlebih dahulu sebelum diberikan terapi/ tindakan selanjutnya memakan cukup waktu, antara lain pemeriksaan penunjang (cek darah, foto rongten, dan lain-lain), konsultasi dengan dokter spesialis, observasi, dan tindakan lainya. Selain itu umumnya pada kelompok penyakit dengan kasus yang ditemukan seperti pada gangguan pencernaan, kardiovaskuler, dan lain-lain, membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan kelompok penyakit lainnya

(9)

karena perlunya melakukan observasi kepada pasien. Umumnya pada kelompok penyakit yang mengalami pemanjangan waktu LOS selain dikarenakan adanya observasi, disebabkan karena perlunya beberapa tindakan lebih lanjut yang diberikan kepada pasien. Sehingga adanya pemeriksaan penunjang dan intervensi penting adanya karena pada pasien dengan kasus nontrauma membutuhkan monitor status dan tambahan tindakan yang intensif dengan harapan menemukan indikasi dari penyebab dari yang dikeluhkan oleh pasien guna menekan angka mortalitas pasien di IGD (Jensen, dkk, 2015).

4.2.2 Hubungan Karakteristik Perawat dengan Length Of Stay (LOS) di IGD RSUD dr.

Slamet Garut.

4.2.3.4 Hubungan Pendidikan Perawat dengan Length Of Stay (LOS) di IGD RSUD dr.

Slamet Garut

Dari segi pendidikan hampir setengahnya(44,3%) berpendidikan Ners memiliki LOS

> 8 jam dengan hasil analisis data menggunakan uji Spearmen Rho diperoleh nilai p value (0.401) > α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho di terima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara pendidikan dengan LOS pasien di IGD.

Data ini menggambarkan semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki perawat maka semakin tinggi pula tingkat kesempurnaan yang ingin dicapai termasuk dalam LOS di IGD.

Hasibuan (2005) dan Siagian (1995) mengungkapkan bahwa pengetahuan yang didapatkan seseorang dalam pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas keperibadian seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin besar pula keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir individu, sedangkan pola pikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang, dengan kata lain pola pikir seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda

(10)

dengan pola pikir seseorang yang berpendidikan tinggi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya menyebabkan orang lebih mampu dan bersedia menerima posisi yang bertanggung jawab (Rensis Linkert, 1967 dalam Gibson, 1994). Pendidikan keperawatan mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Pendidikan yang tinggi dari seorang perawat akan memberi pelayanan yang optimal (Asmadi, 2008).

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin bertambah pula pengetahuan yang dimiliki, semakin bertambah pula skill yang dimikili. Perawat dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan merasa percaya diri dan mulai menunjukkan bahwa peningkatan pendidikannya setara dengan kemampuan yang dimilikinya, hal seperti ini termasuk juga dalam LOS perawat untuk dapat lebih meningkatkan kualitas layanan asuhan keperawatan khususnya pada LOS pasien.

TAMBAHIN KATA2

4.2.3.5 Hubungan Jenis Kelamin Perawat dengan Length Of Stay (LOS) di IGD RSUD dr.

Slamet Garut

Dari segi jenis kelamin hampir setengahnya(35%) berjenis kelamin laki laki memiliki LOS > 8 jam dengan hasil analisis data menggunakan uji Spearmen Rho diperoleh nilai p value (0.944) > α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho di terima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan LOS pasien di IGD.

Jenis kelamin umumnya digunakan untuk membedakan seks seseorang, yaitu laki-laki atau perempuan. Penelitian psikologis telah menemukan bahwa laki-laki lebih agresif dan lebih besar kemungkinan dalam memiliki pengharapan untuk sukses, sehingga laki-laki lebih baik kinerjanya dibandingkan dengan perempuan (Robbins & Judge, 2001 dalam Elvarida, 2010).

(11)

Perbedaan yang berhubungan dengan jenis kelamin yang menarik adalah mengenai karir profesional dan manajerial, yaitu laki-laki akan menjadi manajer yang lebih baik karena mereka lebih tegas, bahwa perempuan kurang memiliki komitmen terhadap karir dalam organisasi akibat pertimbangan keluarga, atau karena laki-laki kurang sensitif terhadap perasaan orang lain, meskipun benar bahwa beberapa contoh yang mendukung setiap generalisasi tersebut dapat ditemui, tetapi juga dapat menemukan banyak contoh yang menentang hal tersebut. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar perbedaan stereotip yang sering kali digunakan untuk mendeskripsikan laki-laki dan perempuan dalam organisasi sebenarnya tidak valid (Ivancevich et al., 2008). Terdapat banyak perbedaan yang nyata antara laki-laki dan perempuan, diantaranya, laki-laki cenderung lebih tinggi dari wanita dan wanita cenderung hidup lebih lama dari pria. Terdapat juga perbedaan yang nyata dalam proporsi antara laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan tertentu, misalnya mayoritas perawat adalah perempuan. Sebagian besar tukang listrik adalah laki-laki, tetapi tidak terdapat perbedaan gender yang menyatakan bahwa perawat haruslah perempuan, atau bahwa tukang listrik haruslah laki-laki, masih banyak yang merasa yakin bahwa beberapa pekerjaan mutlak untuk wanita dan yang lainnya untuk laki-laki.

Pemimpin dan manajer harus memastikan semua karyawan atau anggotanya mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat berperan aktif (Ivancevich et al., 2008)

Peneliti berpendapat, bahwa sebagai seorang perawat, laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama pada saat berada dalam lingkungan kerja, sehingga tidak bisa dibedakan mana yang memili LOS singkat.

TAMBAHIN KATA2

4.2.3.6 Hubungan Usia Perawat dengan Length Of Stay (LOS) di IGD RSUD dr. Slamet Garut

(12)

Dari segi usia hampir setengahnya (32,7%) berada pada usia 41-60 tahun memiliki LOS > 8 jam dengan hasil analisis data menggunakan uji Spearmen Rho diperoleh nilai p value (0.213) > α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho di terima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara usia dengan LOS pasien di IGD.

Robbins & Judge (2008) mengungkapkan bahwa jika penelitian memisahkan antara profesional dan nonprofesional, maka akan didapatkan bahwa tingkat kinerja cenderung meningkat pada profesional dengan bertambahnya usia, sedangkan pada nonprofesional kinerja menurun seiring dengan pertambahan usia. Menurut penelitian Ismael (2009), usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas perawat. Kedewasaan adalah tingkat kemampuan teknis dalam melakukan tugas maupun kedewasaan psikologis, semakin bertambah lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan seseorang, demikian juga psikologisnya akan menunjukkan kematangan jiwa

Perawat dengan usia 41-60 tahun memiliki tingkat kematangan kedewasaan sehingga cenderung meningkat dari segi profesionalnya yang menyebabkan LOS di IGD banyak pada rentang usia ini.

TAMBAHIN KATA2

4.2.3.7 Hubungan Lama Kerja Perawat dengan Length Of Stay (LOS) di IGD RSUD dr.

Slamet Garut

Dari segi lama bekerja hampir setengahnya (35%) memiliki pengalaman kerja 6-5 tahun memiliki LOS > 8 jam dengan hasil analisis data menggunakan uji Spearmen Rho

(13)

diperoleh nilai p value (0.916) > α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho di terima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara lama bekerja dengan LOS pasien di IGD.

Lama kerja dari rentang 6 – 15 tahun sebanyak 15 orang dari 43 perawat memiliki angka LOS > 8 jam karena semakin lama seseorang bekerja, semakin berpengalaman maka keterampilan dan pengalamannya juga semakin meningkat (Robbins & Judge, 2008).

Pengalaman merupakan salah satu cara kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Secara psikologis seluruh pemikiran manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan pengalaman indera. Pikiran dan perasaan bukan penyebab tindakan tapi oleh penyebab masa lalu (Rakhmat, 2001 dalam Muksydayan, 2012). Apa yang dialami seseorang akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis untuk mempunyai tanggapan dan penghayatan, (Azwar, 2003 dalam Muksydayan, 2012). Kinerja masa lalu cenderung dikaitkan dengan keluarnya dalam posisi baru, maka senioritas itu sendiri tidaklah merupakan peramal yang baik produktivitasnya, jika semua hal sama, tidak ada alasan untuk meyakini bahwa orang- orang yang telah lama bekerja dalam suatu pekerjaan akan lebih baik produktivitasnya dibandingkan dengan mereka yang belum bekerja (Robbins, 2008 dalam Nurimi, 2010).

Hal ini memungkin perawat yang bekerja ketika pasien yang akan di pindahkan ke ruang rawat inap harus tertib dalam segi administrasi dan pemeriksaan penunjang hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Hassibuan dan Siagian (2016) yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja, maka keterampilan dan pengalaman bekerja semakin meningkat hal ini dapat mempengaruhi pada angka kejadian Length Of Stay (LOS) karena

(14)

semakin terampil seorang perawat akan semakin cepat waktu tindakan keperawatan yang dilakukan.

Perawat yang mempunyai masa kerja lebih lama tentunya mempunyai pengalaman yang lebih banyak. Pengalaman ini dapat berguna ketika perawat menghadapi masalah terkait LOS pasien di IGD. Pasien yang akan di pindahkan ke ruang rawat inap biasa harus tertib dalam administrasi, pemeriksaan penunjang yang mendukung serta sudah mendapatkan izin dari DPJP pasien.

(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang hubungan karakteristik perawat dengan LOS di Ruang IGD RSUD dr Slamet Garut yang dilaksanakan pada bulan Maret 2023 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik perawat di Ruang IGD RSUD dr Slamet Garut sebagian besar (67,4 %) memiliki tingkat pendidikan Ners, sebagaian besar (58,1 %) berjenis kelamin laki – laki, sebagian besar (53,5%) berada pada rentang usia 25-40 tahun dan hampir setenganya (48,5%) berada pada masa kerja 6-15 tahun.

2. Gambaran LOS sebagian besar (60,5 %) pasien di IGD memiliki lama waktu LOS > 8 jam.

3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik perawat (pendidikan, jenis kelamin, usia, lama bekerja ) dengan LOS di Ruang IGD RSUD dr Slamet Garut

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil dan pembahasan penelitian tersebut adalah analisa faktor – faktor yang dapat menyebabkan Length Of Stay (LOS) di IGD. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hal apa saja yang menjadi faktor pemicu terjadinya Length Of Stay (LOS) di IGD RSUD dr. Slamet Garut.

Referensi

Dokumen terkait

Menyediakan pelayanan yang berkaitan dengan pengobatan penyakit kusta yang lengkap, baik dalam rawat inap maupun rawat jalan... Disamping produk jasa layanan tersebut,

Hasil penelitian menunjukkan Komunikasi Terapeutik Perawat pada Tahap Terminasi, yaitu menurut penilaian responden, Komunikasi Terapeutik yang dilakukan oleh perawat

Dari grafik 2 didapatkan bahwa pada bagian pendahuluan dan pemberitaan seluruh Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman sudah membuat dengan baik walaupun masih ada beberapa

1) DRM rawat inap dari bangsal dikembalikan ke unit rekam medis setelah pasien pulang perawatan. 2) Di unit rekam medis DRM diterima oleh petugas penerimaan DRM

Tabel 5.9 Pengaruh kepemimpinan, motivasi dan beban kerja dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap penyakit dalam RS

Menurut peneliti, kemungkinan alasan yang melatarbelakangi perawat unit rawat inap memiliki tingkat stres kerja yang lebih besar dari perawat unit gawat darurat pada kedua

Gejala stres kerja antara perawat yang bekerja pada shift pagi, shift sore,. dan shift malam di Rumah

Pelayanan rekam medis di unit rawat inap bertujuan untuk memyediakan informasi hasil anamnesa pemeriksaan fisik, diagnosa, terapi, dan tindakan rawat inap, waktu