• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1. Pemeriksaan Bahan

Pemeriksaan bahan pada Tugas Akhir ini meliputi pemeriksaan bahan agregat kasar dan halus, pemeriksaan limbah beton, serta pemeriksaan aspal. Tujuan dari pemeriksaan adalah untuk mengetahui karakteristik dari bahan yang akan digunakan untuk Mix Design campuran Laston serta pengaruhnya terhadap hasil yang didapatkan.

A. Pemeriksaan Aspal

Aspal yang digunakan merupakan aspal keras Shell Bitumen Pen 60/70 curah. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pengujian penetrasi, daktilitas dan titik nyala. Adapun beberapa data yang diambil berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh perusahaan PT. Buntara Megah Inti yaitu Titik Lembek, Berat Jenis dan Viskositas. Hasil tersebut tidak dilakukan karena keterbatasan alat yang ada di Laboratorium Struktur dan Transportasi Universitas Pertamina. Berikut merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

a. Pengujian Penetrasi

Pengujian Penetrasi yang dilakukan bertujuan untuk menentukan tingkat kekerasan aspal. Hasil yang didapatkan dari tiga benda uji untuk penelitian ini adalah 61. Nilai penetrasi pada aspal tersebut memenuhi ketentuan untuk aspal Pen 60/70. Rerata yang dihasilkan benda uji 1 hingga benda uji 3 berturut-turut yaitu 60, 57 dan 66. Tabel 4. 1 adalah hasil dari penetrasi dalam bentuk 0,1 mm dan perhitungan rata-rata dari penetrasi aspal pen 60/70. Tabel 4. 1 Hasil Penetrasi untuk Aspal Bitumen 60/70

Berdasarkan nilai yang didapatkan dari Tabel 4. 1 perbedaan nilai yang didapatkan dari setiap benda uji dapat dilihat sehingga dapat dievaluasi untuk pelaksanaan yang dilakukan di laboratorium. Perbedaan nilai yang dihitung adalah nilai tertinggi dan nilai terendah. Ketentuan yang ditentukan oleh SNI 2456:2011 untuk penetrasi dengan hasil 50-149 sekurang-kurangnya nilainya tidak berbeda lebih dari 4. Perbedaan yang didapatkan dari

Penetrasi 25℃, 100 gr, 5 Detik ANGKA PENETRASI

I (0,1 mm) II (0,1 mm) III (0,1 mm) Pengamatan 1 58 55 63 Pengamatan 2 62 58 69 Pengamatan 3 63 59 72 Rerata 60 57 66 Rata-rata 61

Universitas Pertamina - 27 benda uji pertama hingga ketiga berturut-turut adalah 5, 4, dan 9. Nilai pada benda uji 1 dan 3 melebihi persyaratan yang disyaratkan oleh SNI 2456:2011. Perbedaan tersebut terjadi karena jarak antar titik kurang dari 1 cm, jarak antara benda uji dan jarum penetrasi tidak menempel, serta pemanasan aspal yang terlalu lama.

b. Pengujian Daktilitas

Tujuan dari pengujian daktilitas adalah mengetahui sifat dari bitumen terhadap ketahanan uluran beban lalu lintas tanpa mengalami keretakan yaitu dengan cara mengukur jarak dari dua cetakan berisi aspal yang ditarik sebelum putus pada suhu dan kecepatan tarik tertentu. Hasil dari pengujian daktilitas dengan kecepatan penarikan 5 cm/menit adalah aspal tidak putus saat ditarik hingga 125 cm sehingga nilai tersebut memenuhi persyaratan SNI 2432:2011 dengan minimal 100 cm tarikan untuk aspal Pen 60/70. Hasil yang didapatkan mengategorikan aspal dalam kondisi plastis dalam kekenyalan. Semakin besar nilai daktilitas yang didapatkan, kemampuan untuk mengikat agregat lebih tinggi tetapi lebih peka terhadap perubahan temperatur.

c. Pengujian Titik Nyala

Pengujian ini berfungsi untuk menentukan titik nyala dari aspal pen 60/70 serta mengetahui suhu acuan bahaya kebakaran yang dapat timbul akibat aspal. Standar acuan yang dilakukan untuk pengujian ini adalah SNI 2433:2011. Hasil pengujian untuk titik nyala pada penelitian ini adalah 332ºC. Hasil tersebut sesuai dengan spesifikasi titik nyala yaitu minimum 232.

Hasil pemeriksaan primer yang dilakukan untuk Aspal 60/70 dirangkum dalam Tabel 4. 2 beserta hasil pengujian sekunder yang dilakukan oleh PT. Buntara untuk Aspal Pen 60/70.

Tabel 4. 2 Hasil pemeriksaan Aspal Pen 60/70 untuk Laston Lapis Aus Jenis Pemeriksaan Hasil SPESIFIKASI Satuan Ket

Min Max Penetrasi 25℃, 100

gr, 5 detik 61 60 70 0,1 mm Hasil Pengujian Primer

Titik Nyala 332 232 - ºC Hasil Pengujian Primer

Daktilitas >100 100 - Hasil Pengujian Primer

Titik Lembek 51 48 - ºC Hasil Pengujian Sekunder Berat Jenis pada

25℃ 1,034 1 - Hasil Pengujian Sekunder

Viskositas 410 300 - cSt Hasil Pengujian Sekunder

B. Pemeriksaan Agregat

Pemeriksaan agregat bertujuan untuk memeriksa kualitas dari agregat yang akan digunakan sebagai campuran di dalam Laston apakah sesuai dengan standar yang berlaku atau tidak. Hal pemeriksaan yang dilakukan akan sangat mempengaruhi hasil perhitungan dari campuran laston. Pemeriksaan yang dilakukan adalah analisis saringan, berat jenis dan penyerapan, kelekatan pada agregat serta kadar lumpur yang terjadi pada agregat. Berikut merupakan hasil dari pengujian agregat yang dilakukan.

Universitas Pertamina - 28 a. Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan berat jenis agregat kasar dan penyerapan yang terjadi pada agregat tersebut. Nilai dari berat jenis akan mempengaruhi perhitungan untuk volume di dalam campuran, serta penyerapan akan berpengaruh dalam perhitungan kadar aspal optimum. Dalam standar yang ditetapkan pada Tabel 2. 3 subbab 2.6.Standar Perencanaan nilai maksimal penyerapan adalah 3%. Hasil pemeriksaan berat yang dilakukan di Laboratorium mendapatkan hasil pada Tabel 4. 3.

Tabel 4. 3 Hasil Pemeriksaan berat untuk perhitungan berat jenis dan penyerapan dari BP maksimal ½” dan BP maksimal ¾”

BP Maks ¾”

(gram)

BP Maks ½” (gram)

Berat benda uji kering oven (BK) 981 984 Berat benda uji kering

permukaan jenuh (BJ) 1004 1008

Berat benda uji dalam air (BA) 635 635

Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan berat jenis dan penyerapan berdasarkan dari hasil yang di dapatkan pada Tabel 4. 3. Persamaan dalam perhitungan yang dilakukan berdasarkan SNI 1969:2016 yang telah ditetapkan untuk melakukan pemeriksaan berat jenis dan penyerapan dari agregat kasar. Berikut merupakan perhitungan yang dilakukan untuk menentukan berat jenis Bulk, berat jenis kering permukaan jenuh (ssd), berat jenis semu (Apparent) serta penyerapan yang terjadi pada agregat kasar.

1) BP Lolos saringan ¾” - Berat Jenis Bulk = 𝐵𝐾

(𝐵𝐽−𝐵𝐴) = 981

(1004−635) = 2,659 - Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) = 𝐵𝐽

(𝐵𝐽−𝐵𝐴) = 1004

(1004−635) = 2,721 - Berat Jenis Semu (Apparent) = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐵𝐴) = 981 (981−635)= 2,835 - Penyerapan = (𝐵𝐽−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 × 100% =(1004−981) 981 × 100% = 2,3% 2) BP Lolos saringan ½” - BJ Bulk = 𝐵𝐾 (𝐵𝐽−𝐵𝐴) = 984 (1008−635) = 2,638

- Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) = 𝐵𝐽

(𝐵𝐽−𝐵𝐴) = 1008

(1008−635) = 2,702 - Berat Jenis Semu (Apparent) = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐵𝐴) = 984

(984−635) = 2,835 - Penyerapan =(𝐵𝐽−𝐵𝐾)

𝐵𝐾 × 100% = (1008−984)

984 × 100% = 2,4%

Berdasarkan hasil yang didapat, BP lolos saringan ¾” dan ½” memenuhi standar yang ditetapkan oleh Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 yaitu nilai berat jenis berada di antara 2,500 – 2,750 dan penyerapan kurang dari 3%. Hasil perhitungan yang dilakukan terangkum pada Tabel 4. 4.

Universitas Pertamina - 29 Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan untuk BP ukuran ½” dan ¾”

BP Maks ¾” BP Maks ½”

Berat Jenis (Bulk) 2,659 2,638

Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) 2,721 2,702

Berat Jenis Semu (Apparent) 2,835 2,819

Penyerapan (Absorbtion) 2,3% 2,4%

b. Pengujian Berat Jenis Agregat Halus

Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari agregat halus yang digunakan adalah berat jenis, penyerapan, dan kadar lumpur yang ada di dalam agregat halus. Ketiga pemeriksaan tersebut hasilnya sangat berpengaruh dengan perhitungan pada campuran yang akan diolah. Acuan standar yang digunakan untuk pemeriksaan ini berada pada Tabel 2. 4 subbab 2.6.Standar Perencanaan. Hasil yang didapatkan pada saat pemeriksaan di Laboratorium terdapat pada Tabel 4. 5.

Tabel 4. 5 Hasil Pemeriksaan laboratorium untuk Agregat Halus

Pasir

(gram)

Abu Batu (gram)

Berat benda uji kering permukaan

jenuh (SSD) 491 483

Berat benda uji kering oven (BK) 460 463

Berat Erlenmeyer diisi air 25℃ (B) 649 649

Berat Erlenmeyer + Benda Uji SSD +

air 25℃ (Bt) 943 934

Berdasarkan hasil yang didapatkan, perhitungan dapat dilakukan untuk menentukan hasil berat jenis Bulk, berat jenis kering permukaan jenuh (ssd), berat jenis semu (Apparent) serta penyerapan yang terjadi pada agregat halus yang berdasarkan pada persamaan yang ditentukan oleh SNI. Berikut merupakan perhitungan dari hasil yang didapatkan untuk agregat halus yang dibagi menjadi pasir dan abu batu.

1) Pasir

- Berat Jenis Bulk = 𝐵𝐾

𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑡 = 460

649+491−943 = 2,335 - Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) = 𝑆𝑆𝐷

𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑡 = 491

649+491−943 = 2,492 - Berat Jenis Semu (Apparent) = 𝐵𝐾

𝐵+𝐵𝐾−𝐵𝑡 = 460 649+460−943 = 2,771 - Penyerapan =(𝑆𝑆𝐷−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 × 100%= (491−460) 460 × 100% = 6,7% 2) Abu Batu

- Berat Jenis Bulk = 𝐵𝐾

𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑡 = 463

649+483−934 = 2,338 - Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) = 𝑆𝑆𝐷

𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑡 = 483

Universitas Pertamina - 30 - Berat Jenis Semu (Apparent) = 𝐵𝐾

𝐵+𝐵𝐾−𝐵𝑡 = 463

649+463−934 = 2,601 - Penyerapan =(𝑆𝑆𝐷−𝐵𝐾)

𝐵𝐾 × 100%= (483−463)

463 × 100% = 4,3%

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, nilai berat jenis dari kedua jenis agregat halus tidak memenuhi standar yang ditetapkan yaitu di antara 2,500 – 2,750, nilai tersebut lebih rendah dari standar. Hal tersebut akan mempengaruhi hasil penyerapan yang terjadi pada agregat tersebut. Tabel 4. 6 merupakan rangkuman hasil dari perhitungan yang dilakukan.

Tabel 4. 6 Hasil perhitungan Pemeriksaan Berat jenis dan penyerapan untuk Agregat Halus

Pasir Abu Batu

Berat Jenis (Bulk) 2,335 2,338

Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) 2,492 2,439

Berat Jenis Semu (Apparent) 2,771 2,601

Penyerapan (Absorbtion) 6,7% 4,3%

c. Pemeriksaan Kelekatan terhadap Aspal

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengamati agregat yang lolos saringan 3/8” dan tertahan di saringan No. 4 memiliki kelekatan terhadap aspal. Tujuan pemeriksaan ini adalah mengetahui persentase luas permukaan agregat yang terselimuti aspal terhadap keseluruhan permukaan. Hasil kelekatan yang diamati untuk agregat kasar adalah luas permukaan agregat terlapisi aspal, sehingga hasil kelekatan pada Gambar 2. 3 lebih dari 95% karena seluruh bagian dari agregat terselimuti aspal.

Gambar 2. 3 Kelekatan Agregat alami terhadap aspal d. Pemeriksaan Kadar Lumpur pada Agregat Halus

Pemeriksaan yang dilakukan bertujuan untuk menentukan persen kadar lumpur terhadap keseluruhan agregat halus yang dilakukan pengujian. Gambar 4. 1 merupakan hasil pengujian kadar lumpur yang dilakukan untuk agregat halus.

Universitas Pertamina - 31 Gambar 4. 1 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur pada Agregat Halus

Berdasarkan hasil yang di amati pada Gambar 4. 1, kadar lumpur yang terkandung pada campuran dengan total volume 500 ml yaitu 100 ml. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kadar lumpur yang terkandung dalam agregat lumpur adalah 20% atau melebihi yang disyaratkan oleh Bina Marga 2018 untuk kadar lumpur yaitu kurang dari 1%. Berdasarkan Sukirman (1992) kadar lumpur yang tinggi akan mempengaruhi mutu campuran lapisan aspal beton karena akan menyelimuti partikel-partikel agregat sehingga luas daerah yang terselimuti aspal bertambah. Hal tersebut akan menyebabkan tebal lapisan yang lebih tipis sehingga ikatan agregat dan aspal berkurang sehingga mengakibatkan stripping/lepasnya ikatan antara aspal dan agregat. Selain itu lumpur yang terkandung dalam campuran dapat mengakibatkan lapisan aspal hancur karena mudah untuk menyerap air.

e. Analisis Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui gradasi dari agregat yang akan digunakan untuk membuat Mix Design campuran laston lapis aus. Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan serta spesifikasi yang digunakan terdapat pada Tabel 4. 7. Untuk perhitungan yang dilakukan dari masing-masing agregat dijabarkan pada subbab berikut.

Tabel 4. 7 Hasil pemeriksaan Analisa saringan dan Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 yang digunakan untuk Campuran Laston AC-WC

Ukuran Saringan

BP Maks

¾” BP Maks ½” Batu Abu Pasir

Spesifikasi Bina Marga 2018 Bawah Atas 1" 100 100 100 100 100 100 ¾” 100 100 100 100 100 100 ½“ 72,7 100 100 100 75 100 3/8” 47,5 84,85 100 100 60 85 No. 4 5,55 2,1 100 98 38 55 No. 8 0,6 0,15 99,8 71,2 27 40 No. 16 0,35 0,1 72,1 51,3 - - No. 30 0,35 0,1 48,8 36,4 14 24 No. 50 0,35 0,1 29,1 23,5 9 18 No. 100 0,35 0,1 14,5 12,9 5 12 500 ml 400 ml Kadar Lumpur

Universitas Pertamina - 32 Ukuran Saringan BP Maks ¾” BP Maks ½” Abu Batu Pasir Spesifikasi Bina Marga 2018 Bawah Atas No. 200 0,35 0,1 6 5,8 2 8

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui gradasi dari agregat yang akan digunakan untuk membuat Mix Design campuran laston lapis aus. Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan serta spesifikasi yang digunakan terdapat pada Tabel 4. 7. Untuk perhitungan yang dilakukan dari masing-masing agregat dijabarkan pada subbab berikut.

1) Analisis Saringan BP Lolos Saringan ¾” (19 mm)

Jumlah yang digunakan untuk analisis saringan BP lolos saringan ¾” adalah 2000 gram. Setelah dilakukan analisis saringan dengan mengurangkan agregat yang terdapat pada saringan dengan setiap nomor saringan mendapatkan hasil 1994 gram. Terdapat 0,003% agregat yang tidak terhitung dalam analisis saringan yang dilakukan. Tabel 4. 8 merupakan hasil perhitungan kumulatif dari berat tertahan, persen tertahan dan persen lolos agregat BP lolos saringan ¾” atau 19 mm.

Tabel 4. 8 Hasil perhitungan kumulatif analisis saringan BP lolos saringan ¾” atau 19 mm Ukuran Saringan Berat Tertahan (gram) Kumulatif Berat Tertahan (gram) % Tertahan % Lolos 1” 0 0 0 100 ¾” 0 0 0 100 ½“ 546 546 27,3 72,7 3/8” 504 1050 52,5 47,5 No. 4 839 1889 94,45 5,55 No. 8 99 1988 99,4 0,6 No. 16 5 1993 99,65 0,35 No. 30 0 1993 99,65 0,35 No. 50 0 1993 99,65 0,35 No. 100 0 1993 99,65 0,35 No. 200 0 1993 99,65 0,35 PAN 1 1994 99,7 0,3 Jumlah 1994 100 Berat Contoh (gram) 2000

2) Analisis Saringan BP Lolos Saringan ½” (12,5 mm)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk analisis saringan BP lolos saringan ½” menggunakan agregat dengan jumlah 2000 gram. Setelah dilakukan penyaringan dengan menggunakan Sieve Analysis hasil yang didapatkan adalah 1999 gram. Terdapat 0,0005% dari jumlah agregat yang tidak terhitung dalam analisis tersebut. Tabel 4. 9 merupakan perhitungan kumulatif untuk menentukan berat tertahan, persen kumulatif dan persen lolos dari BP ukuran ½” atau 12,5 mm.

Universitas Pertamina - 33 Tabel 4. 9 Hasil Pemeriksaan Analisis Saringan BP ukuran ½” atau 12,5 mm

Ukuran Saringan Berat Tertahan (gram) Kumulatif Berat Tertahan (gram) % Tertahan % Lolos 1” 0 0 0 100 ¾” 0 0 0 100 ½“ 0 0 0 100 3/8” 303 303 15,15 84,85 No. 4 1655 1958 97,9 2,1 No. 8 39 1997 99,85 0,15 No. 16 1 1998 99,9 0,1 No. 30 0 1998 99,9 0,1 No. 50 0 1998 99,9 0,1 No. 100 0 1998 99,9 0,1 No. 200 0 1998 99,9 0,1 PAN 1 1999 99,95 0,05 Jumlah 1999 100 Berat Contoh (gram) 2000

3) Analisis Saringan Pasir / Lolos Saringan No.4 (4,5 mm)

Analisis saringan pada pasir atau agregat halus yang lolos saringan No. 4 (4,5 mm) menggunakan agregat pasir sebanyak 1000 gram. Hasil jumlah yang didapatkan setelah penyaringan dilakukan adalah 998 gram. Sebanyak 0,002% dari total agregat yang berkurang saat dilakukan penyaringan.

Tabel 4. 10 Hasil Pemeriksaan Analisis Saringan Pasir atau Agregat Halus Lolos Saringan No.4 (4,5 mm) Ukuran Saringan (mm) Berat Tertahan (gram) Kumulatif Berat Tertahan (gram) % Tertahan % Lolos 9,5 0 0 0 100 4,75 20 20 2 98 2,36 268 288 28,8 71,2 1,18 199 487 48,7 51,3 0,6 149 636 63,6 36,4 0,3 129 765 76,5 23,5 0,15 106 871 87,1 12,9 0,075 71 942 94,2 5,8 PAN 56 998 99,8 0,2 Jumlah 998 100 Berat Contoh (gram) 1000

Universitas Pertamina - 34 4) Analisis Saringan Abu Batu / Lolos Saringan No.8 (2,36 mm)

Pemeriksaan analisis saringan yang dilakukan untuk abu batu menggunakan agregat halus yang lolos saringan No. 8 atau 2,36 mm dengan jumlah 1000 gram. Jumlah yang didapatkan setelah penyaringan dilakukan adalah 1000, dapat diartikan bahwa agregat awal sebelum penyaringan sama dengan agregat setelah disaring. Tabel 4. 11 merupakan perhitungan kumulatif yang dilakukan untuk menentukan berat tertahan, persen tertahan dan persen lolos dari agregat halus abu batu.

Tabel 4. 11 Hasil Pemeriksaan Analisis Saringan Abu Batu atau Lolos Saringan No. 8 (2,36 mm) Ukuran Saringan (mm) Berat Tertahan (gram) Kumulatif Berat Tertahan (gram) % Tertahan % Lolos 9,5 0 0 0 100 4,75 0 0 0 100 2,36 2 2 0,2 99,8 1,18 277 279 27,9 72,1 0,6 233 512 51,2 48,8 0,3 197 709 70,9 29,1 0,15 146 855 85,5 14,5 0,075 85 940 94 6 PAN 60 1000 1000 0 Jumlah 1000 0 100 Berat Contoh (gram) 1000

f. Pemeriksaan Limbah Beton

Limbah beton yang digunakan untuk penelitian ini yaitu lembah beton yang berasal dari pengujian kuat tekan pada Laboratorium Teknik Sipil Universitas Pertamina. Rentang kekuatan yang dihasilkan oleh beton pada pengujian yang dilakukan yaitu 15-25 MPa. Kategori limbah beton pada penelitian ini yaitu limbah beton yang lolos saringan No. 4 dan tertahan di saringan No. 4. Pembagian tersebut didasari dari mesin Crusher yang digunakan untuk menghancurkan limbah beton menjadi partikel yang lebih kecil. Beberapa penelitian menggunakan Crusher untuk menghancurkan limbah beton dengan ukuran bukaan 20 mm, sementara dalam penelitian ini digunakan bukaan Crusher yang digunakan adalah 10 mm, sesuai dengan kemampuan Crusher yang dimiliki Pusat Penelitian Material dan Metalurgi LIPI. Fungsi dari pembagian yang dilakukan adalah untuk mempermudah pengkategorian agregat sesuai yang akan digunakan untuk campuran laston. Limbah beton yang tertahan di saringan No. 4 dikategorikan sebagai agregat kasar, sedangkan yang lolos saringan No. 4 dikategorikan sebagai agregat halus. Pemeriksaan yang dilakukan untuk limbah beton adalah pemeriksaan analisis saringan, berat jenis dan penyerapan yang terjadi pada limbah beton.

Universitas Pertamina - 35 Gambar 2. 4 merupakan hasil crusher limbah beton yang dikategorikan menjadi limbah beton lolos saringan No. 4 dan limbah beton tertahan saringan No. 4.

(a) Limbah beton lolos saringan No. 4 (b) Limbah beton tertahan saringan No. 4 Gambar 2. 4 Limbah beton lolos saringan No. 4 dan tertahan saringan No. 4

1) Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan berat jenis dari limbah beton dan penyerapan yang terjadi pada limbah beton. Pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku pada Spesifikasi Umum Bina Marga 2010. Standar yang berlaku agregat yaitu memiliki berat jenis di antara 2,5 – 2,75 serta memiliki penyerapan kurang dari 3%.

a) Limbah Beton Lolos di Saringan No. 4

Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan untuk menghitung berat jenis terdapat pada Tabel 4. 12. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung hasil dari berat jenis limbah beton dan penyerapan yang terjadi pada limbah beton.

Tabel 4. 12 Hasil Pemeriksaan berat untuk berat jenis dan penyerapan pada limbah beton lolos saringan no. 4

Limbah Beton Lolos

saringan No. 4 (gram) Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) 600

Berat benda uji kering oven (BK) 559,3

Berat elenmeyer diisi air 25℃ (B) 787,6

Berat elenmeyer + Benda Uji SSD + air 25℃ (Bt) 1125,6 Perhitungan yang dilakukan berdasarkan hasil yang didapatkan pada Tabel 4. 12 untuk menentukan berat jenis adalah sebagai berikut :

- BJ Bulk = 𝐵𝐾

𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑡 = 600

787,3+600−1125,6 = 2,135 - Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) = 𝑆𝑆𝐷

𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑡 = 559,3

Universitas Pertamina - 36 - Berat Jenis Semu (Apparent) = 𝐵𝐾

𝐵+𝐵𝐾−𝐵𝑡 = 559,3

787,6+559,3−1125,6 = 2,527 - Penyerapan =(𝑆𝑆𝐷−𝐵𝐾)

𝐵𝐾 × 100%= (600−559,3)

559,3 × 100% = 7,3%

Hasil yang didapatkan untuk berat jenis Bulk tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 yaitu di antara 2,5 – 2,75; sedangkan untuk berat jenis semu memenuhi. Nilai penyerapan yang didapatkan berdasarkan perhitungan di atas melebihi dari standar yang ditentukan. Hal tersebut disebabkan karena rongga pori pada limbah beton yang masih terkandung semen mortar. Hasil tersebut akan mempengaruhi perhitungan KAO yang ditentukan. Tabel 4. 13 Hasil Perhitungan Pemeriksaan Berat jenis dan penyerapan untuk limbah

beton lolos saringan no. 4

Limbah Beton Lolos

saringan No. 4

Berat Jenis (Bulk) 2,135

Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) 2,290

Berat Jenis Semu (Apparent) 2,527

Penyerapan (Absorbtion) 7,3%

b) Limbah Beton Tertahan di Saringan No. 4

Hasil berat yang diuji untuk pemeriksaan berat jenis dan penyerapan terdapat pada Tabel 4. 14. Nilai yang didapatkan digunakan untuk menghitung berat jenis dan penyerapan yang terjadi pada limbah beton tertahan di saringan no. 4.

Tabel 4. 14 Hasil Pemeriksaan berat untuk berat jenis dan penyerapan pada limbah beton tertahan saringan no. 4

Limbah Beton Tertahan

saringan No. 4

Berat benda uji kering oven (BK) 1916,7

Berat benda uji kering permukaan jenuh (BJ) 2106,5

Berat benda uji dalam air (BA) 1230

Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan berat jenis dan penyerapan dari limbah beton tertahan di saringan no. 4 adalah sebagai berikut :

- BJ Bulk = 𝐵𝐾

(𝐵𝐽−𝐵𝐴) = 1916,7

(2106,5−1230) = 2,187

- Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) = 𝐵𝐽

(𝐵𝐽−𝐵𝐴) = 2106,5

(2106,5−1230) = 2,403 - Berat Jenis Semu (Apparent) = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐵𝐴) = 1916,7

(1916,7−1230)= 2,791 - Penyerapan = (𝐵𝐽−𝐵𝐾)

𝐵𝐾 × 100% = (2106,5−1916,7)

1916,7 × 100% = 9,9%

Nilai berat jenis Bulk tidak memenuhi spesifikasi di antara 2,5 – 2,75. Nilai tersebut berpengaruh terhadap hasil perhitungan volumetrik dari campuran laston. Begitu pun dengan hasil penyerapan yang terjadi, nilainya 9,9% atau lebih dari 3%,

Universitas Pertamina - 37 sehingga hal tersebut mempengaruhi perhitungan kadar aspal yang digunakan. Nilai penyerapan yang besar disebabkan oleh volume limbah yang lebih besar dibandingkan dengan limbah beton lolos saringan No. 4 sehingga pori-pori yang terkandung di dalam limbah beton lebih besar. Hasil dari perhitungan pemeriksaan berat jenis dirangkum dalam Tabel 4. 15.

Tabel 4. 15 Hasil Perhitungan Pemeriksaan Berat jenis dan penyerapan untuk limbah beton tertahan saringan no. 4

Limbah Beton Tertahan

saringan No. 4

Berat Jenis (Bulk) 2,187

Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) 2,403

Berat Jenis Semu (Apparent) 2,791

Penyerapan (Absorbtion) 9,9%

Hasil yang didapatkan untuk berat jenis serta penyerapan berdasarkan Tabel 4. 13 dan Tabel 4. 15 tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh Bina Marga 2018. Kedua hasil tersebut jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh El-Tahan et al., (2018) dan Andhikatama (2013) mendapatkan hasil yang tidak memiliki perbedaan signifikan. Penelitian El-Tahan et al., (2018) berat jenis dan penyerapan yang didapatkan untuk agregat kasar New RCA yaitu 2,237 dan 7,7%, sedangkan untuk agregat halus yaitu 1,787 dan 17,01% untuk jenis beton yang berasal dari pecahan kubus beton pada pengujian quality control. Hasil yang didapatkan oleh Andhikatama (2013) dari sisa pengujian limbah beton mutu K350 memiliki nilai berat jenis dan penyerapan yatu 2,300 dan 5,99%. Dapat diartikan bahwa hasil limbah beton untuk berat jenis dan penyerapan tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bina Marga 2018.

2) Kelekatan Limbah Beton terhadap Aspal

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengamati limbah beton yang lolos saringan 3/8” dan tertahan di saringan No. 4 memiliki kelekatan terhadap aspal. Hasil kelekatan limbah beton terhadap aspal yang diamati adalah luas limbah beton yang terlapisi aspal. Limbah beton dianggap diselimuti aspal jika yang didapatkan terdapat selaput tipis kecokelatan, atau bidang transparan. Berdasarkan pengamatan visual Gambar 2. 5, limbah beton memiliki kelekatan >95% karena terdapat selaput kecoklatan pada permukaan limbah beton.

Universitas Pertamina - 38 Gambar 2. 5 Kelekatan Limbah Beton terhadap Aspal

3) Analisis Saringan Limbah Beton

Pemeriksaan analisis saringan limbah beton digunakan untuk menentukan jumlah limbah beton yang terdapat pada campuran laston lapis aus. Analisis tersebut dibagi menjadi dua, ukuran saringan 25 – 4,75 dan PAN, serta 4,75 hingga PAN. Pembagian tersebut berfungsi untuk mempermudah penggunaan limbah beton dalam campuran laston lapis aus.

a) Limbah Beton Tertahan di Saringan No. 4

Jumlah limbah beton tertahan di saringan no. 4 yang digunakan untuk analisis saringan adalah 2000 gram. Setelah dilakukan penyaringan berat limbah beton setelah di total dari berat tertahan di setiap saringan adalah 1999,9 gram, dapat diartikan bahwa hanya 0,1 gram limbah beton yang tidak terhitung dalam analisis tersebut.

Tabel 4. 16 Hasil Pemeriksaan Analisis Saringan Limbah Beton Tertahan di Saringan No. 4 Ukuran Saringan (mm) Berat Tertahan (gram) Kumulatif Berat Tertahan (gram) % tertahan % Lolos 25 0 0 0 100 19 0 0 0 100 12,5 81,7 81,7 4,1 95,9 9,5 310,5 392,2 19,6 80,4 4,75 1555 1947,2 97,4 2,6 PAN 52,4 1999,6 100,0 0,0 1999,6 100

Berat Contoh = 2000 gram

Universitas Pertamina - 39 Pemeriksaan yang dilakukan untuk analisis saringan Limbah Beton Lolos di Saringan No. 4 menggunakan limbah beton dengan jumlah 1000 gram. Setelah dilakukan penyaringan hasil yang didapatkan adalah 999,9 gram. Terdapat 0,1 gram dari jumlah agregat yang tidak terhitung dalam analisis saringan tersebut.

Tabel 4. 17 Hasil Pemeriksaan Analisis Saringan Limbah Beton Lolos di Saringan No. 4 Ukuran Saringan (mm) Berat Tertahan (gram) Kumulatif Berat Tertahan (gram) % tertahan % Lolos 4,75 3 3 0,3 99,7 2,36 391,4 394,4 39,4 60,6 1,18 265,3 659,7 66,0 34,0 0,6 140,7 800,4 80,0 20,0 0,3 82,2 882,6 88,3 11,7 0,15 50,2 932,8 93,3 6,7 0,075 31,4 964,2 96,4 3,6 PAN 35,7 999,9 100,0 0,0 999,9 100

Berat Contoh = 1000 gram

Dokumen terkait