• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.5. Pengujian Durabilitas

Pengujian perendaman yang dilakukan memiliki perlakuan yang sama dengan Marshall Test, yang membedakan adalah lama waktu perendaman yang dilakukan. Untuk pengujian durabilitas, kadar aspal yang digunakan adalah KAO dari masing-masing campuran dan dilakukan perendaman selama 30 menit dan 24 jam dalam suhu 60ºC. Hasil yang didapatkan untuk kedua campuran tersebut tidak memenuhi spesifikasi yaitu >90%, nilai ISS yang didapatkan untuk campuran tanpa limbah adalah 83% dan campuran dengan limbah beton adalah 114,7%. Tabel 4. 25 dan Tabel 4. 26 merupakan hasil yang didapatkan untuk pengujian durabilitas yang dilakukan. Tabel 4. 25 Hasil Pengujian Durabilitas Campuran tanpa limbah beton dan campuran dengan

limbah beton

Data Marshall

Tanpa Limbah Beton Dengan Limbah Beton

KAO 6,5% KAO 7%

30 menit 24 Jam 30 menit 24 Jam

I II III I II III I II III I II III H (cm) 6,6 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 7,2 7,1 7,2 7,3 7,0 7,0 Stabilitas (kg) 1008 909 790 854 730 662 791 954 601 647 1016 1028 Flow (mm) 3,8 4,4 4,2 5,3 4,6 4,5 3,6 4,0 4,1 4,7 5,6 6,1

Universitas Pertamina - 47 Tabel 4. 26 Hasil Perhitungan Durabilitas Campuran tanpa limbah beton dan campuran dengan

limbah beton Sifat-sifat campuran Hasil Perhitungan tanpa Limbah Beton dengan Limbah Beton Kadar Aspal; % 6,50% 7%

Stabilitas perendaman standar (S1); kg 902 782

Stabilitas perendaman 24 jam (S2); kg 749 897

ISS (S2/S1); % 83,01 114,7

Pembahasan

4.2.1. Pemeriksaan Bahan

a. Aspal

Pengujian yang dilakukan untuk menentukan karakteristik aspal yang digunakan dalam campuran dibagi menjadi pengujian primer yang dilakukan di Laboratorium Perkerasan Jalan Universitas Pertamina dan pengujian sekunder yang dilakukan PT. Buntara Megah Inti. Pengujian primer meliputi pengujian daktilitas, penetrasi dan titik nyala. Sedangkan untuk pengujian sekunder yang dilakukan adalah berat jenis, titik lembek dan viskositas. Spesifikasi Aspal Pen 60/70 pada Tabel 4. 2 yang digunakan memenuhi spesifikasi Bina Marga tahun 2018.

b. Agregat Alami

Agregat alami dalam penelitian yang dilakukan dibagi menjadi empat kategori yaitu BP ¾”, BP ½”, Pasir dan Abu Batu. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui dari karakteristik dari agregat alami yaitu berat jenis, penyerapan, kadar lumpur untuk agregat halus dan kelekatan aspal terhadap agregat untuk agregat kasar. Hasil yang didapatkan untuk berat jenis agregat kasar dan halus, penyerapan agregat kasar serta kelekatan terhadap aspal memenuhi spesifikasi yang ditentukan oleh Bina Marga 2018. Nilai yang tidak memenuhi spesifikasi yaitu penyerapan agregat halus nilainya lebih dari 3% dan kadar lumpur agregat halus yaitu 20%. Kandungan lumpur yang tinggi di dalam agregat halus menyebabkan penyerapan pada agregat halus meningkat.

c. Limbah Beton

Pemeriksaan yang dilakukan pada limbah beton yaitu berat jenis dan penyerapan, kelekatan aspal terhadap agregat dan analisis saringan. Hasil yang didapatkan untuk berat jenis dan penyerapan yang terjadi pada limbah beton tidak memenuhi spesifikasi dari Bina Marga untuk campuran laston lapis aus, sedangkan untuk kelekatan aspal terhadap agregat memenuhi spesifiaksi. Pengaruh dari limbah beton yang tidak memenuhi spesifikasi Bina Marga dapat dilihat dengan membandingkan hasil berat jenis dan penyerapan yang terjadi pada limbah beton dengan agregat penyusun limbah beton tersebut. Tabel 4. 27 dan Tabel 4. 28 merupakan perbandingan yang terjadi pada limbah beton lolos saringan No. 4 dan agregat penyusun limbah beton.

Universitas Pertamina - 48 Tabel 4. 27 Perbandingan Berat jenis Agregat halus penyusun limbah beton dengan Limbah

Beton Lolos saringan No. 4 Limbah Beton Lolos saringan No. 4 Agregat Halus Keterangan

Berat Jenis (Bulk) 2,135 2,437 Menurun 12%

Berat Jenis Kering

Permukaan Jenuh (SSD) 2,290 2,500 Menurun 8%

Berat Jenis Semu

(Apparent) 2,527 2,600 Menurun 3%

Penyerapan (Absorbtion) 7,3% 2,5% Meningkat >100%

Tabel 4. 28 Perbandingan Berat jenis Agregat Kasar penyusun limbah beton dengan Limbah Beton Lolos saringan No. 4

Limbah Beton Tertahan saringan No. 4 Agregat Kasar Keterangan

Berat Jenis (Bulk) 2,187 2,592 Menurun 16%

Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD)

2,403 2,630 Menurun 9%

Berat Jenis Semu (Apparent) 2,791 2,698 Meningkat 3% Penyerapan (Absorbtion) 9,9% 1,52% Meningkat >100%

Berat jenis kondisi bulk, ssd serta semu pada limbah beton lolos saringan No. 4 memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan agregat halus penyusun beton tetapi memiliki nilai penyerapan yang lebih besar. Sedangkan berat jenis dalam kondisi ssd agregat kasar yang berada di limbah beton tertahan saringan No. 4 mengalami penurunan tetapi memiliki nilai penyerapan yang tinggi. Pengamatan yang dilakukan oleh (Parekh & Modhera, 2011) terhadap penurunan berat jenis ssd dan peningkatan penyerapan terjadi karena sifat berpori yang dimiliki oleh limbah beton yang disebabkan oleh mortar yang masih menempel pada partikel agregat.

4.2.2. Pengujian Marshall

Pengujian Marshall yang dilakukan dengan alat Marshall pada penelitian ini mendapatkan hasil stabilitas, flow dan Marshall Quotien. Sedangkan untuk hasil volumetrik seperti Kepadatan (density), VIM, VMA dan VFA didapatkan dari benda uji yang diperiksa sebelum Marshall Test dilakukan. Berikut merupakan pembahasan dari hasil Marshall dan volumetrik yang telah didapatkan dalam penelitian yang telah dilakukan.

a. Kepadatan Campuran

Kepadatan campuran merupakan hasil yang didapatkan dari massa campuran yang dibagi dengan volume dari campuran. Nilai kepadatan suatu campuran menurut Roberts, et. al (1996) meningkat seiring bertambahnya kadar aspal sampai batas maksimal kepadatan lalu akan menurun dengan bertambahnya kadar aspal. Batas maksimal dari kepadatan akan terjadi ketika campuran mencapai kadar aspal optimumnya dan batas maksimal dari stabilitas suatu campuran. Peningkatan nilai kepadatan seiring dengan peningkatan kadar aspal disebabkan karena aspal menyelimuti keseluruhan agregat sehingga jarak antar agregat lebih padat. Saat penurunan terjadi disebabkan karena bertambahnya aspal menghasilkan lapisan tipis di sekitar agregat dan menjadikan jarak antar agregat tidak padat.

Universitas Pertamina - 49 Gambar 4. 2 Grafik perbandingan kadar aspal dengan kepadatan campuran (kg/cc)

Nilai spesifikasi untuk Kepadatan campuran adalah 1,95 gr/cc. Campuran laston tanpa limbah beton memiliki peningkatan nilai dari kadar 5% - 7% dan nilainya berada di atas spesifikasi yang ditentukan. Sedangkan untuk campuran laston dengan limbah beton nilai kepadatan kadar aspal 6% - 6,5% memiliki nilai dibawah spesifikasi yang ditentukan. Kepadatan yang dihasilkan pada campuran dengan limbah beton memiliki nilai yang fluktuatif.

b. Stabilitas

Stabilitas merupakan kekuatan campuran menahan deformasi akibat beban lalu lintas. Nilai yang didapatkan sangat berpengaruh dengan fraksi antar agregat, agregat yang saling mengunci dan daya kohesi aspal. Fraksi antar agregat bergantung pada tekstur permukaan, gradasi agregat, kepadatan campuran dan kadar aspal yang terkandung pada campuran.

Nilai stabilitas meningkat seiring dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas maksimumnya, dan akan mengalami penurunan ketika kadar aspal yang ditambahkan semakin meningkat. Hal tersebut terjadi karena fungsi aspal pada campuran sampai batas maksimumnya adalah sebagai pengikat antar agregat, sedangkan ketika stabilitas turun dengan kadar aspal yang tinggi menjadi pelicin sehingga menyebabkan gaya yang saling mengunci pada agregat akan menurun. Pengujian Marshall yang didapatkan dari laboratorium adalah pembacaan stabilitas yang dikoreksi dengan angka korelasi beban dan

flow saat campuran sudah mencapai kemampuannya untuk menerima beban. Grafik hasil

stabilitas rata-rata setiap kadar aspal dari kedua campuran dapat dilihat pada Gambar 4. 3.

Gambar 4. 3 Grafik perbandingan kadar aspal dengan hasil stabilitas (kg) 2,047 2,121 2,133 2,133 2,145 1,924 1,958 2,001 2,006 2,017 1,900 1,950 2,000 2,050 2,100 2,150 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 K epa da ta n C am pur an ( gr /cc ) Kadar Aspal (%)

tanpa Limbah Beton dengan Limbah Beton Minimum Kepadatan

780 742 900 902 957 651 720 782 694 774 600 700 800 900 1000 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 S ta b il it as ( kg) Kadar Aspal (%)

Universitas Pertamina - 50 Persyaratan yang ditetapkan oleh Bina Marga untuk nilai stabilitas adalah 800 kg. Berdasarkan gambar di atas, nilai yang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Bina Marga adalah Campuran tanpa limbah beton dengan kadar aspal 6%; 6,5% dan 7%. Hasil stabilitas campuran tanpa limbah beton mengalami kenaikan yang signifikan antara kadar aspal 5,5% - 6% dan 6,5% -7%. Hal yang mempengaruhi nilai stabilitas yang didapatkan pada campuran tanpa limbah beton adalah gradasi dari agregat. Pengambilan agregat yang tidak merata mempengaruhi gradasi dari campuran yang digunakan.

Nilai stabilitas yang didapatkan untuk campuran dengan limbah beton tidak sesuai spesifikasi yang ditentukan. Pasadin & Perez (2015) me-review beberapa penelitian bahwa penambahan limbah beton yang dilakukan untuk campuran aspal dapat meningkatkan stabilitas dan dapat menurunkan stabilitas. Stabilitas yang meningkat dapat terjadi pada campuran yang menggunakan limbah beton sebagai agregat halus dan filler, sedangkan stabilitas menurun apabila menggunakan limbah beton sebagai agregat kasar. Nilai stabilitas yang didapatkan untuk campuran dengan menggunakan limbah beton dipengaruhi oleh proses Analisa campuran dan pemadatan yang dilakukan, karena campuran yang menggunakan limbah beton akan mengalami perubahan distribusi ukuran partikel yang disebabkan oleh pemadatan sehingga berpotensi memecah partikel agregat yang terpasang mortar pada permukaan limbah beton.

Hasil stabilitas yang didapatkan oleh penelitian Andhikatama (2013) pada substitusi agregat kasar dengan proporsi 20% hingga 80% mendapatkan hasil melebihi spesifikasi yang ditetapkan oleh Bina Marga 2018. Limbah beton yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan adalah sisa beton dengan mutu K350. Hasil penelitian stabilitas yang dilakukan El-Tahan et al,. (2018) pada substitusi agregat kasar dengan New RCA memiliki hasil 1008 kg atau diatas dari persyaratan yang ditentukan oleh ECP yaitu 900 kg. LImbah beton yang digunakan yaitu pecahan kubus beton pada pengujian quality control.

c. Flow

Kelelehan plastis (flow) merupakan penurunan yang menyebabkan perubahan bentuk terjadi akibat menahan beban yang diterima. Faktor yang mempengaruhi nilai flow adalah kadar aspal yang terkandung dalam campuran, mutu aspal, proses pemadatan dan temperatur saat pemadatan dilakukan. Semakin bertambahnya kadar aspal, nilai flow semakin meningkat. Berdasarkan Roberts et al., (1996) nilai flow yang tinggi mengindikasikan bahwa campuran akan beresiko tinggi untuk mengalami deformasi permanen, sedangkan nilai flow yang rendah dapat mengidentifikasi bahwa campuran memiliki rongga yang tinggi dan kadar aspal tidak cukup untuk menahan durabilitas serta mudah mengalami keretakan karena kerapuhan campuran.

Universitas Pertamina - 51 Gambar 4. 4. Grafik perbandingan kadar aspal dan flow dari campuran (mm)

Batas nilai yang ditentukan oleh Spesifikasi Umum Bina Marga terkait flow adalah di antara 2 – 4 mm. Hasil yang didapatkan berdasarkan Gambar 4. 4 menunjukkan hanya 2 kadar aspal dari setiap campuran yang memiliki nilai diantara 2- 4 mm, yaitu kadar aspal 5% dan 5,5% pada campuran tanpa limbah beton serta kadar aspal 6,5% dan 7% pada campuran dengan limbah beton. Hasil yang didapatkan pada campuran tanpa limbah beton mengalami peningkatan yang terjadi dari kadar aspal 5,5% - 7%. Sedangkan nilai flow pada campuran dengan kadar aspal mengalami hasil yang fluktuatif seiring bertambahnya kadar aspal.

d. Marshall Quotien

Marshall Quotien merupakan hasil bagi antara stabilitas dan flow yang didapatkan pada

saat pengujian dilakukan. Hasil dari marshall Quotien dari suatu campuran dapat menentukan fleksibilitas campuran tersebut atau kemampuan campuran menahan lendutan (defleksi) dan tanpa menimbulkan retak. Nilai yang berpengaruh terhadap hasil marshall

Quotien adalah yang berpengaruh juga terhadap hasil stabilitas dan flow seperti kadar aspal,

mutu dari agregat, gradasi agregat, kepadatan campuran dan temperatur pemadatan. Nilai

marshall Quotien yang didapatkan jika terlalu tinggi akan menyebabkan campuran

mengalami retak dan memiliki sifat kaku.

Gambar 4. 5 Grafik Kadar Aspal (%) dengan Marshall Quotien (kg/mm) setiap campuran Spesifikasi yang ditentukan oleh Bina Marga untuk nilai minimum dari Marshall

Quotien adalah 250 kg/mm. Nilai Marshall Quotien pada kedua campuran tidak memenuhi

spesifikasi yang ditentukan, sehingga memiliki kemungkinan untuk mudah berubah bentuk 4,1 3,5 3,9 4,4 4,5 3,8 3,5 4,1 4,1 4,4 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 Fl o w (m m ) Kadar Aspal (%)

dengan Limbah Beton tanpa Limbah Beton Maksimal Flow Minimum Flow

209 216 220 220 219 159 207 202 158 207 150 170 190 210 230 250 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 M ar sh al l Quo ti en ( kg/m m ) Kadar Aspal (%)

Universitas Pertamina - 52 dalam menahan beban lalu lintas. Campuran tanpa tambahan limbah beton memiliki nilai

Marshall Quotien yang lebih besar dibandingkan dengan campuran dengan tambahan limbah

beton, hal tersebut terjadi karena stabilitas yang dihasilkan oleh campuran limbah beton memiliki nilai yang lebih kecil tetapi memiliki nilai flow yang tidak signifikan berbeda. e. VIM

Void in Mixture menunjukkan berapa banyak rongga yang terdapat pada suatu campuran

yang dinyatakan dalam persen. Peningkatan kadar aspal yang terjadi pada campuran menyebabkan penurunan pada nilai VIM. Hal tersebut terjadi karena semakin banyak aspal yang berada di campuran akan mengurangi rongga udara. Standar yang ditentukan oleh Bina Marga 2018 terkait rongga didalam campuran yaitu diantara 3-5%. Jika nilai VIM pada campuran memiliki nilai yang >5% maka campuran tersebut mudah teroksidasi sehingga campuran akan menjadi lebih getas, sementara jika nilainya lebih rendah maka kegemukan (bleeding) dapat terjadi pada campuran.

Penuaan yang terjadi pada aspal dapat diamati dengan hilangnya komponen yang mudah menguap, penuaan jangka pendek dengan oksidasi selama konstruksi campuran dan penuaan jangka panjang dengan oksidasi progresif selama masa pakai di lapangan. Oksidasi pada aspal terjadi saat bitumen bersentuhan dengan udara/ oksigen sehingga meningkatkan viskositas dan membuat bitumen menjadi lebih keras dan kurang fleksibel. Derajat viskositas sangat berpengaruh dengan suhu, waktu dan ketebalan lapisan aspal.

Rongga udara dalam campuran/ VIM dalam Sarsam & Adbulmajeed (2018) merupakan parameter penting karena dapat memprediksi sifat dan kinerja campuran selama masa layan perkerasan dan berkaitan dengan ketahanan campuran. Nilai VIM yang didapatkan pada penelitian yang dilakukan untuk pemeriksaan penuaan jangka pendek dan jangka panjang mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa VIM sangat berpengaruh terhadap oksidasi yang terjadi dalam aspal pada proses penuaan. Pemeriksaan yang dilakukan pada penuaan jangka pendek yaitu campuran dimasukkan kedalam oven dan ditunggu selama 4 dan 8 jam pada suhu 135ºC. Sedangkan pemeriksaan campuran untuk penuaan jangka panjang dilakukan pada suhu 85 ºC selama 48 dan 120 jam.

Proses pemeriksaan penuaan jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh terhadap nilai stabilitas serta flow. Pemeriksaan penuaan dapat meningkatkan nilai stabilitas sehingga menjadikan campuran memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang tinggi pada penuaan jangka pendek dan panjang. Sedangkan untuk nilai flow pada masing-masing pemeriksaan penuaan mengalami penurunan nilai, hal tersebut terjadi karena pada proses penuaan campuran aspal lebih kaku dan memiliki gaya ikat aspal dan agregat yang baik serta mengurangi fluiditras pada aspal.

Universitas Pertamina - 53 Gambar 4. 6 Grafik Void in Mixtures (%) dengan Kadar Aspal (%) setiap campuran

Nilai VIM yang didapatkan untuk kedua campuran berdasarkan Gambar 4. 6 menunjukkan penurunan dari setiap penambahan kadar aspal, tetapi nilai yang didapatkan tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga 2018. Pertambahan kadar aspal yang terjadi menurunkan nilai VIM pada campuran, tetapi hal tersebut perlu dihindari karena dengan meningkatnya kadar aspal dapat mengakibatkan turunnya stabilitas dan beresiko

bleeding/kegemukan.

Dalam campuran laston dengan limbah beton nilai VIM pada campuran berkaitan dengan porositas dari mortar. Aspal yang terkandung didalam campuran akan terserap oleh limbah beton yang memiliki porositas yang tinggi, sehingga ketebalan film aspal menjadi semakin tipis untuk menghalangi keterikatan agregat setelah dilakukan pemadatan (Pasadin & Perez, 2015). Nilai yang didapatkan untuk VIM pada campuran dengan limbah beton memiliki kecenderungan lebih tinggi dibandingkan dengan campuran tanpa limbah beton. Semakin bertambahnya kadar aspal menyebabkan aspal mengisi rongga dan meningkatkan jarak antar partikel agregat (Motter, Miranda, & Bernucci, 2015).

f. VMA

Void in Mineral Aggregate (VMA) merupakan persen banyak pori di antara agregat

yang terkandung dalam campuran aspal atau rongga yang tersedia untuk mengisi aspal dan udara yang diperlukan dalam campuran antara agregat dan aspal. Nilai VMA akan menurun dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas penurunan dan meningkat setelah terjadinya batas minimum penurunan. Persen VMA yang terlalu kecil akan menyebabkan masalah durabilitas pada campuran dan tidak ekonomis untuk diproduksi, sehingga nilai VMA harus melebihi nilai yang ditetapkan standar karena perlu ada ruang untuk aspal dan udara di dalam suatu campuran. Faktor yang mempengaruhi nilai VMA adalah gradasi agregat, jumlah tumbukan dan kadar aspal.

16,6 13,0 11,8 11,2 10,1 16,8 15,3 13,8 13,5 11,2 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 7 9 11 13 15 17 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 V IM (% ) Kadar Aspal (%)

Universitas Pertamina - 54 Gambar 4. 7 Grafik VMA (%) dengan Kadar Aspal (%) setiap campuran

Spesifikasi yang ditentukan oleh Bina Marga 2018 terkait dengan VMA adalah campuran memiliki nilai minimum persen VMA adalah 15%. Nilai yang didapatkan untuk kedua campuran memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan oleh Bina Marga 2018. Nilai yang didapatkan untuk kedua campuran fluktuatif atau naik turun, tetapi tren dari kedua campuran tersebut sama, yaitu turun dari kadar aspal awal sampai batas minimum dari nilai VMA, meningkat pada kadar aspal selanjutnya dan mengalami penurunan kembali di kadar aspal maksimal dari setiap campuran. Roberts et al., (1996) menjelaskan bahwa nilai VMA sangat penting untuk ketahanan campuran, karena berfungsi untuk menentukan ketebalan lapisan film aspal yang ada di sekitar partikel agregat. Jika nilai film aspal di sekitar agregat tidak memadai maka aspal akan teroksidasi lebih cepat, lapisan film aspal mudah ditembus oleh air serta kuat tarik dari campuran akan menurun.

g. VFA

Voids Filled with Asphalt (VFA) merupakan persentase rongga dalam agregat padat

yang terisi aspal. Nilai VFA akan meningkat dengan bertambahnya kadar aspal dari setiap campuran. Persen VFA yang besar menunjukkan bahwa campuran memiliki banyak rongga yang terisi aspal menyebabkan campuran kedap terhadap air dan udara lebih tinggi. Jika nilai dari persen VFA kecil maka campuran memiliki sifat berkurang terhadap air dan udara karena rongga dalam campuran banyak yang kosong sehingga menyebabkan air dan udara mudah untuk melarutkan bagian aspal yang teroksidasi.

Gambar 4. 8 Grafik Voids Filled With Asphalt (%) dengan Kadar Aspal (%) setiap campuran 22,6 20,3 20,2 20,7 20,7 22,0 21,6 21,1 21,8 20,6 15 15 15 15 15 15 15 15,0 17,0 19,0 21,0 23,0 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 V MA (% ) Kadar Aspal (%)

tanpa Limbah Beton dengan Limbah Beton Minimum VMA

23,8 29,0 34,7 38,0 45,7 26,7 36,3 41,6 45,8 51,2 65 65 65 65 65 65 65 23,0 30,0 37,0 44,0 51,0 58,0 65,0 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 VF A (% ) Kadar Aspal (%)

Universitas Pertamina - 55 Hasil yang didapatkan untuk kedua campuran laston tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh Bina Marga 2018 yaitu 65%, tetapi hasil yang didapatkan meningkat sesuai dengan penambahan kadar aspal dari masing-masing campuran. Nilai yang didapatkan untuk kedua campuran tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Pasadin & Perez (2015) menjelaskan bahwa peningkatan persen limbah beton di dalam campuran laston akan menyebabkan penurunan terhadap VFA.

Dokumen terkait