• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksan penunjang

TINJAUAN PUSTAKA

6. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksan penunjang

a. Urine

1) Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada (anuria).

2) Warna: secara abnormal urine keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri,lemak,fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, hb, mioglobin, porfirin.

3) Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat. 4) Osmoalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjuksn kerusakan

ginjal tubular dan rasio urin/serum sering1:1. 5) Klirenskreatinin: mungkim agak menurun.

6) Nartium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium.

7) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM fragmen juga ada.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung b. Darah

1) BUN/kretinin normal laki-laki 0,6-1,2 mg/dl, wanita 0,5-1,0 mg/dl.

2) Hematologit: menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl.

3) SDM: menurun, defisiensi eritrtopoitin. 4) GDA: asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2. 5) Natrium: rendah.

6) Kalium: meningkat. 7) Kalsium: menurun.

8) Protein(albumin): menurun.

c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg.

d. Polegramretrogat: abnormalis pelvis ginjal dan ureter.

e. Ultrasono ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa kista, obstruksi saluran perkemihan bagian atas.

f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif.

g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstra vasekular, masa.

h. EKG: menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung 7. Penatalaksanaan

a. Obat-obatan

Anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih), transfusi darah.

b. Intake Cairan dan Makanan

Minum yang cukup, pengaturan diet rendah protein (0,4-0,8 gram/kg BB) bisa memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis.

c. Asupan garam biasanya tidak di batasi kecuali jika terjadi edema (penimbunan cairan di dalam jaringan) atau hipertensi. d. Tambahan vitamin D dan C di berikan jika penderita menjalani

diet ketat atau menjalani dialisa.

e. Pada penderita gagal ginjal kronis biasanya kadar trigliserida dalam darah tinggi yang akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi seperti stroke dan serangan jantung. Untuk menurunkan kadar trigliserida di berikan gemfibrozil.

f. Asupan cairan di batasi untuk mencegah terlalu rendahnya kadar garam (natrium) dalam darah.

g. Makan kaya kalium harus dihindari. Hiperglikemia sangat berbahaya karena meningkatkan resiko terjadinya gangguan irama jantung dan cardiacarrest.

h. Jika kadar kalium terlalu tinggi maka di berikan natrium polisteren sulfonat untuk mengikat kalium sehingga kalium dapat di buang bersama tinja.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung i. Kadar fosfat dalam darah di kendalikan dengan membatasi

asupan makanan kaya fosfat (misalnya produk olahan susu, hati, polong, kacang-kacangan dan minuman ringan).

(Rudi Haryono, 2012).

C. Konsep Nutrisi 1. Pengertian nutrisi

Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang di kosnumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, trasportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Supariasa, 2014). Nutrisi adalah nutrien yang terdapat dalam makanan karena mengandung nutrien esensial bagi kelangsungan metabolisme sel tubuh (Harwinda Widya Astuti, 2010)

2. Faktor yang mempengaruhi nutrisi

Masalah gizi utama di indonesia di dominasi oleh masalah gizi kurang energi protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan iodium (GAKY) dan masalah kurang vitamin A (KVA). Disamping itu di duga ada masalah gizi mikro lainnya seperti defisiensi zink yang sampai saat ini belom terungkapkan karena adanya keterbatasan iptek gizi. Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang kompleks membuat model faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung kesehatan. Konsumsi makanan di pengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan (Supriyasa, 2014).

3. Masalah Kebutuhan Nutrisi a. Keadaan nutrisi

Keadaan akibat dari ketidakseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.

b. Status Gizi

Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrien dalam bentuk variabel tertentu. Contoh: Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.

c. Malnutrisi

Keadaan patologis akibat dari kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolute satu atau lebih zat gizi.

Ada empat bentuk malnutrisi:

a. Under Nutrition: Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolute untuk periode tertentu.

b. Specifik Defisiency: kekurangan zat gizi tertentu, misal kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.

c. Over Nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu. d. Imbalance: karena disproporsi zat gizi, misanya: kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), Kurang Energi Protein (KEP).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung Kurang energi protein (KEP) adalah seseorang kurang gizi yang di sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.

(Supriyasa, 2014) 4. Definisi Masalah Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi adalah kondisi ketika mengalami atau beresiko mengalami ketidakefektifan asupan atau metabolisme dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan (Carpenito, 2012).

a. Batasan karakteristik

Kram abdomen, nyeri abdomen, menghindari makanan, berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal, kerapuhan kapiler, diare, bising usus hiperaktif, kurang makanan, kurang informasi, kurang minat pada makanan, penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat, kesalahan konsepsi, kesalahan informasi, membran mukosa pucat, ketidakmampuan memakan makanan,tonus otot menurun,mengeluh gangguan sensasi rasa, kelemahan otot untuk menelan, sariawan, mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommendeddaillyallowance).

b. Faktor yang berhubungan

Faktor biologis, faktor ekonomi, ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien, ketidakmampuan untuk mencerna makanan, ketidakmampuan untuk menelan makanan, faktor psikologis.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung 5. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Nutrisi

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi pengkajian fisik secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi.

1) Riwayat makanan

Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makan, tipe makanan yang dihindari atau di abaikan, makanan yang lebih di sukai, yang dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang, dan rencana makanan untuk masa selanjutnya.

2) Kemampuan makan

Beberapa hal yang perlu di kaji dalam hal kemampuan makan, antar lain kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.

3) Pengetahuan tentang nutrisi

Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.

4) Nafsu makan, jumlah asupan. 5) Tingkat aktivitas.

6) Pengonsumsian obat. 7) Penampilan fisik

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksan fisik terhadap aspek-aspek berikut: rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan bukan karena faktor usia; daerah di atas kedua pipi dan bawah mata tidak berwarna gelap, mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh darah; daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun mengalami pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna merah terang, dan tidak ada luka pada permukaannya; gusi tidak bengkak, tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat tidak tertarik kebawah sampai ke permukaan gigi: gigi tidak berlubang dan tidak berwarna; kulit tumbuh halus, tidak bersisik, tidak timbul bercak kemerahan atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan; kuku jari kuat dan berwarna merah muda.

8) Pengukuran antropometrik

Pemeriksaan ini terdiri atas pengukuran tinggi badan, berat badan, tebal lipatan kulit, lingkar tubuh di beberaapa area seperti kepala dada, dan lengan.

9) Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa, elektrolit, dan lain lain (Hidayat Alimul, 2011) b. Diit Gagal Ginjal Kronik

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung Pemberian diit gagal ginjal bertujuan untuk: Bagi pasien gagal ginjal kronik dalam mengendalikan keseimbangan cairan dan mengeluarkan berbagai produk limbah. Dalam diet ini harus dipertimbangkan kandungan protein, natrium, kalium pada makanan. Jumlah unsur-unsur gizi tersebut dikurangi bila eksresi terganggu dan ditingkatkan bila terjadi kehilangan yang abnormal lewat urine.

c. Syarat-syarat diit gagal ginjal kronik adalah:

1. Jumlah protein sesuai keadaan gagal ginjal, diliat dari hasil uji CCT.

2. Tinggi protein, seperti yang terkandung dalam telur dan daging. 3. Lemak dibatasi, diutamakan mengkonsumsi lemak tak jenuh

ganda.

4. Natrium dibatasi pada klien dengan gagal ginjal hipertensi berat. 5. Kalsium di batasi.

6. Cukup kalori.

7. Banyak asupan cairan maka banyak pengeluaran urin. (Harwina Widya Astuti, 2010)

d. Jenis diit dan indikasi pemberian

Ada tiga jenis diit yang di berikan menurut berat badan pasien,yaitu: 1) Diit Protein rendah I:30 g protein. Diberikan kepada pasien

dengan berat badan 50 kg.

2) Diit Protein Rendah II:35 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan 60 kg.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung 3) Diit Protein Rendah III:40 g protein. Diberikan kepada pasien

dengan betar badan 65 kg.

(Instalasi Gizi Perjan RS Dr.CiptoMangunkusumo& Asosiasi Dietisien Indonesia, 2004:179-180)

Tabel 2.1 Masukan nutrient rata–rata yang dianjurkan untuk penderita ginjal dibandingkan dengan orang normal Zat

Gizi Masukan normal Gagal Ginjal Menahun Dialisis

Energi 30 kkal per kg 35–45 kkalper kg 35–45 kkal per kg

Protein 80 –100 g 20–50 g 1 g per kg Natrium 3– 4 g 120–170 mEq 1-3 g 40–120 mEq 2 g Kalium 3– 4 g 75 –100 mEq 2–4 g 50–100 mEq 2–4 g 50–100 mEq Cairan 1.600 ml +

Cairan yang dikeluarkan

400– 600 ml + Cairan yang dikeluarkan

300–500 ml + cairan yang dikeluarkan e. Tujuan Diet

Gagal Ginjal Kronis :

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.

2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi. 3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus.

f. Syarat Diet

GagalGinjalKronis :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung 2. Protein rendah, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai

biologic tinggi.

3. Lemak cukup, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda

4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi jumlah energi yang diperoleh dari protein dan lemak.

5. Natrium dibatasi apa bila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1 – 3 g. 6. Kalium dibatasi (40 – 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium

darah> 5,5mEq), oliguria, atau anuria.

7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml). 8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam

folat, vitamin B6, C, dan D.

Jenis Diet Dan Indikasi Pemberian

Gagal GinjalKronis Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:

1) Diet Protein RendahI : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 50 kg.

2) Diet Protein RendahII : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 60 kg.

3) Diet Protein RendahIII : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 65 kg.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung pada keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari pada standar.Mutu protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino essensial murni.

Tabel 2.2 Bahan makanan

NilaiGizi

Energi 1801 kkal Besi 17,1 mg

Protein 51 g (11% energi total) Vitamin A 26449 RE Lemak 58 g (28% energi total) Tiamin 1 mg

Karbohidrat 286 g (61% energi total) Vitamin C 245 mg Kalsium 623 mg

Pagi Siang/malam

beras 50 g = 1 glstim nasi 50 g = 1 glstim telurayam 50 g = 1 btr ikan/ayam 50 g = 1 ptgsdg

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung sayuran 50g = 1/2 glstim tempe/tahu 25/50 g = 1 ptgsdg

minyak 5 g = 1/2 sdm sayuran 50 g = 1/2 glssusu 200 g = 1 gls tim sayuran 150 g = 11/2 papaya gula pasir 10 g = 1 sdm

minyak 150 g = 1 sdm

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Dokumen terkait