• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN FESES Judul : Pemeriksaan Feses (Tinja)

Pemeriksaan Makroskopis, Mikroskopis, dan Kimia Feses

Tujuan :

- untuk membantu klinisi menegakan diagnosa suatu penyakit - Untuk mengetahui cara pemeriksaan feses dengan baik dan benar

Prinsip :

Stercobilin/Urobilin bereaksi dengan HgCL2 membentuk zat warna merah

Dasar teori :

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Feses adalah salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang canggih, dalam beberapa kondisi pemeriksaan feses masih sangat penting yang tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain.

Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan

menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Feses merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma malabsorbsi.

Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur. Pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin

Warna

 Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak.

 Selain urobilin warna tinja

dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.

 Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

 Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.

 Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

 Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

Bau

 Pemeriksaan Bau Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.

 Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.

 Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.

Konsistensi

 Pemeriksaan Konsistensi Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk.

 Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi.

 Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus

Lendir

 Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.

 Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.

 Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar.

 Lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.

 Lendir saja tanpa tinja terjadi pada ada disentri, intususepsi dan ileokolitis .

 Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.

 Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.

 Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.

 Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.

Darah dan Nanah

 darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

 Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.

 Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.

 Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalu abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari

 Pemeriksaan Nanah Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses

 Pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

 Pemeriksaan Parasit Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.

Sisa makanan

 Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan

keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.

 Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.

 Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

Bilirubin, Urobilin dan Urobilinogen

 Urobilin Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik

 Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.

 Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet

Pemeriksaan mikroskopis

 Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi.

 Protozoa Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.

 Telur cacing Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

 Leukosit Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.

 Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

 Epitel Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

 Kristal Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

 Makrofag Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.

 Sel ragi Khusus Blastocystis hominis jarang didapat.

 Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja. Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang.

Alat dan Bahan :

Alat : Bahan :

 Wadah feses - feses segar

 Lidi/pengaduk - zat warna eosin 1-2%

 Kaca objek - lugol

 Kaca penutup - asam asetat glasial

 Tabung reaksi - zudan III

 Penangas/ api spritus - HgCl2  Rak tabung

 Penjepit tabung

 Tissue

 Mikroskop

Prosedur Kerja :

a. Pemeriksaan Makroskopis Feses :

 Bau

1) Feses segar dalam wadah

2) Kipas-kipaskan tangan pada permikaan wadah 3) Catat bau yang ada

 Warna

1) Amati warna fesse dalam wadah 2) Catat hasil pengamatan

 Konsisitensi

1) Amati konsisitensi feses daalm wadah 2) Catathasil pengamatan

 Lender

1) Angkat bagian fesess dengan lidi/pengaduk 2) Amati lendir yang terdapat dalam feses 3) Catat hasil pengamatan

 Darah

1) Amati ada tidaknya darah dalam feses 2) Catat hasil pengamatan

b. Pemeriksaan Mikroskopis Feses 1. Siapkan 4 kaca objek dan deretkan

2. Tetesi masing-masing 1 tetes zat warna eosin, lugol, asam asetat glacial, sudan III pada permukaan kaca objek

3. Ambilseujung lidi/sedikit feses , campurkan pada masing-masing tetesan zat warna 4. Aduk sampai menjadi suspense lalu tutup dengan kaca penutup

5. Amati masing-masing apusan dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x untuk pengamatan serat, lemak, karbohidrat, dan Kristal

6. Lanjutkan pengamatan dengan pembesaran 40 x untuk pengamatan telur cacing, sel eritrosit dan leukosit, sel epitel, makrofag, amoeba, dan sel ragi

7. Catat hail pengamatan

c. Pemeriksaan Kimia Feses (pemeriksaan stercobilin )

a) Beberapa gram feses ditambah dengan HgCl2 jenuh dan campur b) Panaskan

c) Amati ada tidaknya stercobilin

d) Pengamatan hasil dinilai sebagai berikut : - : tidak ada perubahan warna

+ : terbentuk warna merah

Hasil :

Identitas Pasien :

Nama : Nadin Umur : 12 tahun Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Alak

a. Pemeriksaan makroskopis :

 Bau : khas, bau indol (normal)

 Warna : kuning coklat

 Konsistensi : lembek

 Lendir : tidak berlendir (-)

 Darah : tidak berdarah (-) b. Pemeriksaan mikroskopis

 Kaca objek asam asetat : Perbesaran 10 x : sisa serat otot

Perbesaran 40 x : sisa serat tumbuhan dan sisa serat otot

 Kaca objek eosin :

Perbesaran 10 x : kristal hematidin

Perbesaran 40 x : sisa makanan dan serat tumbuhan, leukosit

 Kaca objek lugol :

Perbesaran 40 x : terdapat serat tumbuhan c. Pemeriksaan kimia

Stercobilin : negatif (-) , tidak ada perubahan warna

Pembahasan :

Hasil pemeriksaan dan pengamatan dilakukan bau : normal (bau indol), warna : kuning kecoklatan, konsistensi (lembek), lendir : tidak terdapat lendir (-), darah : tidak terdapat darah (-).

Pemeriksaan mikroskopis dengan menggunakan 3 zar warna tersebut semuanya ditemukan sisa serat otot, sisa serat tumbuhan, dan ada leukosit. Pemeriksaan kimia untuk stercobilin : tidak ada perubahan warna (-).

Kesimpulan :

Dari hasil pengamatan disimpilan bahwa, pasien tidak mengalami kelainan atau penyakit dalam tubuh. Pasien dalam keadaan normal, semua hasilnya normal.

I Makroskopis Hasil

Bau Khas (indol) Warna Kuning kecoklatan Konsistensi Lembek

Lendir Tidak ada lendir (-) Darah Tidak ada darah (-)

Sel epitel -Makrofag

-Leukosit 

Eritrosit

-Kristal-kristal Kristal hematoidin

Sisa-sisa makanan Sel tumbuhan dan serat otot Sel ragi -Telur cacing -II I Kimia Darah smear -

Stercobilin Tidak ada perubahan warna (-)

Dokumen terkait