• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA KLINIK KEL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA KLINIK KEL (1)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK

KELOMPOK III

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

(2)

KATA PENGNTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan RahmatNya kami dapat menyelesaikan LAPORAN AKHIR KIMIA KLINIK ini dengan baik. Kami berterimakasih kepada Bapak dan ibu Dosen yang telah membiming kami selama Praktikum Mata Kuliah Kimia Klinik ini.

LAPORAN AKHIR KIMIA KLINIK ini dibuat demi memenuhi tugas akhir kami di semester ini. LAPORAN AKHIR KIMIA KLINIK ini berisi mengenai praktikum yang kami jalankan selama 1 semester ini, mengenai pemeriksaan URIN, FESES, dan SPERMA, laporan ini akan memberikan informasi mengenai hasil praktikum kami, serta prosedur dan prinsip kerja yang digunakan dalam praktikum ini.

Kami sadar LAPORAN AKHIR kami masih jauh dari kata Sempurna, karena itu kami masih membutuhkan kritik serta saran dari Bapak dan Ibu Dosen serta para pembaca. Akhir kata kami mengucapkan Trimakasih untuk semua yang sudah membantu dan

mendukung kami selama proses perkuliahan kami di semester ini

Kupang, 11 Januari 2016

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah, urin, sputum (ludah, dahak), cairan otak, ginjal, sekret2 yang dikeluarkan.

Bahan klinik dalam arti sempit laboratorium adalah semua bahan-bahan berupa spesimen yang diperoleh dari pasien, baik dengan menampung, melakukan pungsi maupun dengan teknik khusus cara pengumpulannya yang digunakan untuk bahan pemeriksaan laboratorium. Bahan klinik dapat juga disebut dengan istilah material medik.

Bahan klinik sebaiknya diperlakukan sebagai bahan infeksius sehingga saat pengambilan, penanganan, penyimpanan hingga pemeriksaan harus menggunakan alat pelindung diri (APD). Teknik pengumpulan yang tepat dan baik, akan menentukan kualitas bahan klinik sebagai spesimen di laboratorium.

a. Urine

Urine merupakan bahan buangan tubuh berbentuk cair yang dikeluarkan melalui sistem urogenital. Urine yang didapatkan tidak perlu ada perlakuan secara khusus, kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara dimasukkan tabung dan sentrifuge selama 5 menit 1500-2000 rpm, supernatan dibuang dan diambil sedimennya. Suspensi sedimen ini dicampur dengan cat

Sternheirmer-Malbin Stain’s untuk menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.

Persiapan : Urine ditampung menggunakan wadah yang cukup lebar, bermulut, tutup ulir, diberikan label, terbuat dari kaca atau plastik, berukuran sedang antara 5 – 50 mL. apabila untuk keperluan urine 24 jam maka botol harus berkapasitas antara 500 – 2000 ml

(4)

gangguan pencernaan yang dapat diketahui penyebabnya pada pemeriksaan. Sebaiknya dipilih bagian faeces yang bercampur darah, nanah, lendir karena memiliki nilai diagnostik yang baik dan representatif.

Persiapan : Faeces yang dikumpulkan ditampung dalam wadah dengan bermulut cukup lebar, bertutup ulir, diberikan label dan segera dikirim ke laboratorium. Spesimen yang diambil tidak perlu banyak, cukup seukuran jempol dewasa

c. Mani/Semen/Sperma

Mani atau sperma atau semen merupakan cairan sekret ejakulat yang dikeluarkan oleh seorang pria berupa cairan kental dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan spermatozoa. Mani diperiksa di laboratorium bertujuan untuk melihat tingkat kesuburan seorang pria, apabila memiliki tingkat kesuburan rendah maka sulit mendapatkan keturunan. Mani yang dikeluarkan bervariasi warna, kekentalan, jumlah volume dan kekeruhannya, tergantung aktifitas pria tersebut, teknik pengumpulan dan abstinensia yang dilakukan.

Persiapan :

Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu melakukan pantangan (abstinensia) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya selama 3 hari (3 x 24 jam) dengan alasan menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar itu sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk sampel yang baik. Tetapi untuk baiknya pasien diminta supaya tidak mengadakan kegiatan seksual selama 3-5 hari. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum melakukan aktifitas, sedekat mungkin sebelum pemeriksaan laboratorium.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik Urin

2. Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik urin

3. Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik Semen Sperma

C. TUJUAN

1. mengetahui pemeriksaan Laboratorium untuk urin

2. mengetahui pemeriksaan Laboratorium untuk feses

(5)

A. PEMEREKSAAN MAKROSKOPIS URIN

I. Judul Pemeriksaan : Pemeriksaan Makroskopis Urin

a. Tujuan : - untuk memeriksa sampel urin berdasarkan bau, warna, kekeruhan, pH, dan Berat Jenis secara makroskopis.

II. DASAR TEORI :

Pemeriksaan urin pendahuluan merupakan beberapa macam pemeriksaan yang dianggap sebagai dasar dari pemeriksaan selanjutnya. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan jumlah urin dan makroskopis urin.

1. Pemeriksaan jumlah urin

Mengukur jumlah urin bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan faal ginjal, kelainan dalam keseimbangan cairan tubuh dan berguna manafsirkan hasil pemeriksaan semi kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan urin sebagai sampel.

Adapun mengukur jumlah urin dapat dilakukan dengan menggunakan sampel urin 24 jam, urin 12 jam, dan urin sewaktu.

2. Pemeriksaan Urin

a. Pemeriksaan warna urin

Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis, makin besar diuresis maka makin muda urin itu, biasanya warna normal urin antara kuning muda dan kuning tua. Warna ini disebabkan oleh beberapa macam zat warna terutama urochrom dan urobilin.

Beberapa faktor yang menyebabkan urin berubah warna yaitu : 1. Kuning

- Zat warna normal dalam jumlah besar : Urobilin dan urochrom - Zat warna abnormal : Bilirubin

- Obat-obatan dan diagnostic : Santonin, PSP, Riboflavin dll. 2. Hijau

- Zat warna normal dalam jumlah besar : Indikan

- Obat-obatan dan diagnostic : Methylen blue, Evan's blue - Adanya kuman : ps.Aeroogenosa (B.Pyncyaneus) 3. Merah

- Zat warna normal dalam jumlah besar : Ureorythrin - Zat warna abnormal : Hemoglobin, porfirin, porfobilin

- Obat-obatan dan diagnostic : Santonin, PSP, amidopyrin, congored - Adanya kuman : B.Prodigiosus

4. Cokelat

- Zat warna normal dalam jumlah besar : Urobilin - Zat warna abnormal : Bilirubin, Hematin, Porfobilin 5. Cokelat Tua atau Hitam

(6)

6. Serupa susu

- Zat warna normal dalam jumlah besar : Pospat, Urat

- Zat warna abnormal : Push, getah prostate, chylus, zat bacteria, protein yang beku

b. Bau urin yang normal

Disebabkan oleh asam organic yang mudah menguap. Bau yang berlainan dari normal dapat disebabkan karena makanan, misalnya : Jengkol, pete, durian dll, karena obat

misalnya : Turpentine, Menthol, Balsamun copaipae. Bau amoniak terjadi karena perombakan bakteri terutam pada urin yang sudah lama. Bau pada ketonuria disebabkan karena di dalam urin banyak terdapat Aseton, bau busuk terjadi karenan perombakan zat protein misalnya karena adanya kalsinoma.

3. Pemeriksaan Kejernihan

Pemeriksaan kejernihan dan kekeruhan dapat mengndikasisikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (Hematuria), penyakit hati, kerusakann otot atau eritrosit dalam tubuh.

Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urin normal pun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan, kekeruhan ringan itu disebabkan oleh nubekula dan terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap.

Sebab-sebab urine keruh dari mula-mula, fosfat amorf, carbonat, bakteri, lemak, benda-benda koloid.

Pemeriksaan pH urin dapat memberi petunjuk kearah etionlogi pada infeksi saluran kencing. Infeksi oleh E.coli biasanya menghasilkan urin asam, sedangkan infeksi oleh protein merombak ureum menjadi amoniak menyababkan urin menjadi undi. Reaksi pH urin

ditentukan dengan memakai kertas indicator.

Alat dan Bahan :Alat

Urin segar dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Miringkan cairan dan kipas-kipaskan tangan pada

permukaan cairan urin

(7)

2. Warna

Urin segar di masukkan ke dalam tabung reaksi

Amati warna urin pada cahaya yang cukup 3. Kejernihan

Urin segar di masukkan ke dalam tabung reaksi

Amati ada tidaknya kekeruhan pada cahaya yang cukup

4. pH

Urin segar di masukkan ke dalam tabung reaksi Celupkan kertas pH universal dan tiriskan

Amati ada perubahan warna pada carik pH

Bandingkan perubahan warna kertas pH terhadap standar pH

5. Berat Jenis

Urin segar di masukkan ke dalam labu urinometer

sebanyak ¾ bagian

Catat suhu tera urinometer Amati skala pada urinometer

Ukur suhu urin dengan termometer

Masukkan urinometer kedalamnya dan putar

Amati miniskus cairan pada skala berapa saat

urinometer berda di tengah cairan

Hitung berat jenis sebernarnya(BJ terukur) Pengamatan 1.Temperatur Tera Urinometer (TT) = 20 °C

2. Temperatur Urin (TU) = 34 °C 3. BJ terukur =1.007

Perhitungan BJ sebenarnya=BJ terukur + (TU-TT)x0,001 3

BJ sebenarnya=BJ terukur + (TU-TT)x0,001

3 BJ sebenarnya =1.007+(3 4 -20) x0,001

3

(8)

Hasil Pengamatan: Identitas pasien

- Nama : Tri Sari Tunglau - Umur : 19 tahun

- Jenis kelamin : Perempuan - Hasil pengamatan :

1) Bau :Tidak berbau 2) Warna :Kuning muda 3) Kejernihan :Jernih

4) pH :5 5) Berat Jenis :1.013

Kesimpulan : Makroskopi s

Bau Warna Kejerniha

n

pH Berat Jenis

Sampel 1= Tidak berbau menyenga t

Kuning Muda

Jernih 5 1.012

Kesimpulan= Normal Normal Normal Normal Normal

(9)

Pemeriksaan kimia urin ( protein dan glukosa )

I. Tujuan : Untuk mengetahui kadar protein dan glukosa dalam urin II. Metode : Bang dan kualitatif heller ( protein ) ; benedict ( glukosa ) III. Prinsip :

- Bang : Protein dalam urin akan membentuk kekeruhan atau gumpalan oleh asam karena mendekati titik isoelektrik protein dibantu dengan pemanasan, sehingga terbentuk kekeruuhan, butiran, kepingan atau gumpalan sesuai dengan banyaknya kandungan protein dalam urin.

- Kualitatif Heller : Adanya protein dalam urin akan bereaksi dengan HNO3 pekat membentuk cincin putih.

- Benedict : Glukosa akan mereduksi CUSO4 dalam suasana basa kuat dan panas membentuk CU2O yang mengendap dan berwarna kuning sampai merah bata sebanding dengan kadar glukosa dalam urin.

IV. Dasar teori :

Urine adalah suatu larutan kompleks yang mengandung bahan-bahan organik dan anorganik sisa dari metabolisme tubuh yang di filtrasi oleh gamerolus ginjal dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran kemih.

Adanya protein dalam urine dinyatakan berdasarkan timbulnya kekeruhan setelah penambahan sulfosalisil 20% dan asam asetat 6%. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan sehingga menggunakan sampel urine yang jernih betul. Pemeriksaan terhadap protein urine termasuk pemeriksaan rutin untuk menyatakan adanya kekeruhan. Sampel yang digunakan pada percobaan harus urine yg jernih betul untuk menjadi syarat penting terhadap tes – tes protein. Jika urine yang akan diperiksa jernih, boleh terus dipakai, kalau keruh pakailah cairan atas dari urine pusingkan atau fitrat urine.

Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda asasnya. Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Pada tes-test semacam itu terdapat suatu zat dalam reagens yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Di antara banyak macam reagens yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah banyak dipergunakan.

(10)

perubahan warna seperti yang dijelaskan di atas. Namun, bila tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari benedict tidak akan berubah. V. Alat dan bahan :

a. Alat :

- wadah urin - pipet tetes - rak tabung - penjepit tabung - tabung reaksi - bunsen

- pipet ukur -karet penghisap b. Bahan :

- sampel urin segar - tissue

- reagen Bang - HNO3 pekat - reagen Benedict

VII. Prosedur kerja :

1. Metode Bang

a. Dimasukkan 2,5 ml urin dalam tabuung reaksi b. Ditambahkan 0,25 ml pereaksi bang

c. Setelah itu dihomogenkan, lalu dipanaskan pada api bunsen selama 5 menit.

d. Setelah dipanaskan, diamkan dan amati kekeruhan yang terjadi dengan menggoyangkan cairan. Tentukan hasilnya.

2. Metode Kualitatif Heller

a. Dimasukkan 3 ml HNO3 pekat dalam tabung reaksi b. Ditambahkan 1-3 ml urin melalui dinding tabung c. Diamati perubahan yang terjadi.

d. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya cincin putih 3. Metode Benedict

a. Dimasukkan 0,25 ml dalam tabung reaksi b. Ditambahkan 2,5 ml pereaksi benedict

c. Setelah itu dihomogenkan dan dipanaskan pada api bunsen selama 5 menit

(11)

VI. Hasil dan pembahasan

a. Hasil pemeriksaan protein urin metode Bang

Tingkata

Positif 2 Kekeruhan jelas dengan butir – butir

0,05-0,2 Sampel P2

Positif 3 Kekeruhan jelas dengan keeping-keping

0,2-0,5 Sampel P3

Positif 4 Menggumpal >0,5 Sampel P4

b. Hasil pengamatan protein urin metode kualitatif heller

Dari pemeriksaan yang dilakukan dipakai dua sampel untuk pengujian, yaitu sampel P3 dan P5

- Sampel P3 : positif (+), terbentuk cincin putih

(12)

c. Hasil pemeriksaan glukosa urin metode benedict

Negatif Cairan biru jernih atau

Positif 1 Cairan hijau dengan

end.kuning

0,5-1 Sampel G4

Positif 2 End. Kuning

banyak 1-1,5 Sampel G2 Positif 3 End. orange 1,5-2,5 Sampel G1

Positif 4 Endapan merah bata

2,5-4 Sampel G3

 Pembahasan

Pemeriksaan dengan metode bang untuk pemeriksaan kandungan protein dalam urin dalam urin semuanya positif mengandung protein kecuali sampel P5, hasilnya negatif.

Pemeriksaan dengan metode kualitatif heller untuk pemeriksaan kandungan protein dalam urin, dari kedua sampel ( P3 dan P5) yang diuji hanya sampel P3 yang positif, yaitu tterbentuk cincin putih. Sedangkan sampel P5, hasilnyya negative.

Pemeriksaan dengan metode benedict untuk pemeriksaan kandungan glukosa dalam urin dari ke-5 sampel ( G1, G2, G3, G4, Dan G5 ) hasilnya positif, kecuali sampel G5, hasilnya negative.

VII. Kesimpulan

(13)

Judul Praktikum : Pemeriksaan Bilirubin

Tujuan Praktikum : Untuk mengidentifikasikan adanya Bilirubin di dalam urine

Prinsip Praktikum : Urobilinogen oleh iodium akan dioksidasikan menjadi urobilin,urobilinogen

Urobilin dengan R/Schlesinger akan membentuk suatu senyawa yang Berflouresensi hijau.

Dasar teori : Bilirubin adalah pigmen alami dari dalam urine yang menghasilkan warna kuning.

Ketika urin kental,urobilin dapat membuat tampilan warna oranye.Kemerahaan

yang intensitasinya bervariasi dengan derajat oksidasi dan kadang-kadang menyebabkan kencing terlihat merah atau berdarah.Banyak test urin (Urinalisis)

yang memantau jumlah urobilin dalam urin karena merupahkan zat penting

dalam metabolisme/produksi urin.

Tingkat Bilirubin dapat memberikan wawasan tentang efektivitas fungsi saluran

kemih.Urobilinogen adalah larut dalam air dan transparan produk yang merupahkan produk dengan pengurangan bilirubin dilakukan oleh interstinal

bakteri .Hal ini dibentuk oleh pemecahaan hemoglobin.Sementara setengah dari

urobilinogen beredar ke hati.Setengah lainnya diekskresikan melalui feses sebagai

urobilin .Ketika pernah ada kerusakan hati,kelebihaan itu akan dibuang keluar

melalui ginjal.Nilai rujukan Dewasa dan anak-anak uji keton negatif(kurang dari 15

Mg/dl) . Alat dan Bahan :

(14)

Tabung Reaksi Rak tabung reaksi Corong

Kotak dengan latar belakang gelap/hitam Kertas saring

 Bahan Urine segar

 Reagent

1. Reagent Fouchet

Asam Tricholar Acetat 25 g Fecl3 10 g

Aquadest 100 ml 2. Bacl2 10%

Prosedur Kerja :

1. Memasukan 5 ml urine yang terlebih dahulu di kocok,dan dimasukan ke dalam tabung reaksi.

2. Ditambahkan 5 ml Bacl2 10% dicampur dan disaring

3. Kertas saring berisi presipitat dan diangkat,dibuka lipatannya dan diletakkan di atas petri/gelas arloji.

4. Diteteskan 2-3 tetes reagen Fouchet,diatas kertas saring.

5. Diamati adanya bilirubin yang ditandai dengan warna hijau pada kertas saring tersebut.

Hasil Pengamatan :

Hasil yang di dapat dari tiga sampel adalah sebagai berikut : 1. Sampel A = Negatif dan terdapat warna Kuning

(15)

Tabel Hasil dan Gambar

Sampel Tingkatan Hasil

Terbentuk Gambar Sampel A Negatif Warna Kuning

Sampel B Positif Warna Hijau

Sampel C Negatif Warna Kuning

Pembahasaan : Pada praktikum pemeriksaan Bilirubin didapatkan hasil positif pada sampel B,karena Pada pemeriksaan Bilirubin sampel ditetesi pereaksi Fouchset kertas saring berubah Warna menjadi hijau,sedangkan kedua sampel yang lain tidak berwarna hijau.

(16)

Pemeriksaan : UROBILIN URINE Metode : Schlesinger

Tujuan : Untuk mengetahui urobilin dengan adanya fluoresensi hijau terang

Prinsip : Urobilinogen oleh iodium akan dioksidasi menjadi urobilin, Urobilin dengan reagen schlesinger akan membentuk suatu senyawa yang berfluoresensi hijau.

Dasar Teori :

Urobilin adalah pigmen alami dalam urin yang menghasilkan warna kuning. Ketika urin kental urobilin dapat membuat tampilan warna orange-kemerahan yang intensitasnya bervariasi dengan derajat oksidasi dan kadang-kadang menyebabkan urin terlihat merah atau bedarah.

Banyak tes urin yang memantau jumlah urobilin dalam urin. Karena, erupakan zat penting dalam metabolism atau produksi urin.

Alat & Bahan :

Alat :

(17)

- Kotak dengan Latar belakang gelap/hitam -kertas saring

Bahan : -Urine segar Reagen:

1). Reagen Schlesinger:

- Zn Acetat 10 gram - Alkohol 96% 100ml 2). Lrutan Lugol: - Iodium 1gram - KI 2 gram - Aquades 300ml

Prosedur :

1. Masukan 5ml urne ke dalam tabung reaksi, tambahkan 4 tetes lugol campur dan biarkan selam 5 menit atau lebih.

2. Tuangkan 5ml reagen schlesinger campur dan saring

3. Pembacaan hasil, periksalah adanya flouresensi dalam fitrat uji dengan cahaya berpantul dan dengan latar belakang hitam. Adanya flouresensi hijau terang menandakan hasil mpositif.

Hasil Pengamatan :

 Pemeriksaan Urobilin metode Schlesinger Pada percobaan ini, yang di uji ada tiga sampel:

(18)

cahaya matahari tidak menghasilkan pantulan atau fluoresensi hijau pada latar belakang hitam.

- Sampel B: positif (+) ditemukan urobilin pada sampel urin. - Sampel C: Negatif (-) tidak ditemukan urobilin pada

sampel urin. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada sampel B, ditemukan urobilin pada urin. Karena pada saat di filtrat ditemukan flouresensi hijau terang

I. Judul Praktikum : Pemeriksaan Mikroskopis Urine

II. Tujuan : Untuk Dapat Mengetahui Adanya Unsur-Unsur AnOrganik Dan Unsur Organik diDalam Urine

III. Prinsip Dan Metode :

 Prinsip : Unsur-unsur yang ada di dalam urine melalui sentrifuge dengan kecepatan 2000 Rpm selama 5 menit akan menyebabkan pengendapan unsur-unsur dibagian dasar tabung dan dengan perbesaran penglihatan dibawah mikroskop dapat ditemukan jenis unsur organik dan anorganik .

 Metode : Mikroskopis

IV. Dasar Teori :

(19)

Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secra semi kualitatif, yaitu jumlah rata-rata per Lpk untuk silinder dan Lpb untuk eritrosit dan leukosit.

Unsur – unsur sedimen yang kurang bermakna, seperti : epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan ( + ) ada, ( ++ ) banyak, dan ( +++ ) banyak sekali. Lazim nya unsur – unsur sedimen dibagi atas dua unsur yaitu unsur organik dan unsur anorganik dan unsur organik. Unsur anorganik ialah unsur yang berasal dari suatu organ atau jaringan, seperti asam urat, amorf, dan kristal sedangkan unsur organik ialah unsur-unsur yang berasal dari suatu organ seperti : epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,sperma, bakteri, parasit, epitel renal dan transisional, lemak, jamur dan trichomonas.

Adanya eritrosit atau leukosit didalam sedimen urine mungkin terdapat didalam urine wanita yang haid atau berasal dari saluran kemih. Dalam keadaan normal, tiadak dijumpai adanya eritrosit dalam sedimen urine, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 – 5 / Lpk dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. Adanya eritroisit dalam urine disebut Hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh pendarahan dalam saluran kemih, sperti infark ginjal, nephorolithiasis, infeksi saluran kemih, dan penyakit dengfan diatesa hemoragik. Terdapatnya jumlah leukosit dalam jumlah banyak didalam sedimen urine disebut

Piuria. Keadaan ini sering dijumpai padfa infeksi saluran kemih, atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor lobus.

(20)

Kristal didalam urine tidak ada hubungan langsung dengan batu didalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat,triple fosfat, dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan didalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal tersebut merupakan hasil metabolisme tubuh yang normal. Tardapatnya unsur-unsur tersebut tergantung banyaknya makanan yang dikomsumsi, kecepatan matbolisme dalam tubuh, dan kepekatan urine. Disamping itu, mungkin didapatkan kristal lain yang didapat dari obat-obatan seperti : kristal tirosin dan kristal leucin.

Epitel merupakan unsur organik yang ada dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urine. Dalam keadaan patologis, jumlah epitel ini mengikat seperti pada infeksi, radang, batu dalam saluran kemih. Pada sindrom nefrotik didalam sedimen urine mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubulus ginjal yang mengalami degenerasi lemak.

V. Alat dan Bahan

 Alat

 Wadah urine

 Centrifuge

 Tabung centrifuge

 Rak tabung mini

 Mikroskop

 Objeck glass dan cover glass

 Pipet tetes

 Gelas ukur

 Bahan

(21)

 Tissue

VI. Prosedur kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dikocok urin dalam wadah urine supaya homegen

3. Dipindahkan urine ke dalam tabung sentrifus sebanyak 7-8 ml

4. Urine tersebut disentrifyus dengan kecepatran 2000 Rpm selama 5 menit

5. Diangkat tabung sentrifus dan dituangkan supernatan urine dan disisakan bagian endapan sekitar 0,5 ml.

6. Dikocok urine supaya homogen ( bila pakai pewarna tambah 2 tetes ) dan diambil sedimen dengan pipet tetes.

7. Sedimen urine diteteskan pada objeck glass dan ditutup dengan cover glass.

8. Sediaan sedimen urine diamati dibawah mikroskop dari rata-rata 10 lapang pandang kaca objeck atau 9 kotak arah diagonal pada kamar hitung plastik khusus sedimen.

9. Digunakan lensa objektif perbesaran 10 X ( Lpk ) untik melihat silinder, epitel squamos, kristal abnormal dan bila perlu diganti dengan lensa objektif perbesaran 40 X ( Lpb ) untuk melihat eritrosit,leukosit, kristal normal, epitel renal, transisional, bakteri, jamur, trichomonas, lemak dan sperma.

BATAS PELAPORAN SEDIMEN ( mosby 1992 )

Jumlah Batasan Rata - Rata Unsur Dalam Sedimen Urine

Silinder (Lpk) - 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50  5 0 Kristal

abnormal (Lpk)

(22)

Kristal Normal (LPK)

- ( + ) ( ++ ) ( +++ )

Eritrosit ( Lpb ) 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100 Leukosit

( Lpb )

0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100

Squamos ( Lpk )

0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100

Epitel Lain ( Lpb )

0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100

Bakteri,Jamur, Trichomonas ( Lpb )

( + ) ( ++ ) ( +++ )

Sperma ( Lpb ) ( + ) ( ++ ) ( +++ ) (+) = Sedikit = ada beberapa

( ++ ) = cukup =mudah dilihat

( +++ ) = Banyak = tampak menyolok

PENGAMATAN :

Sedimen Kriteria Pengamatan

A. Organik Bentuk Jumlah

Lpb Lpk

Eritrosit Urin Normal, ȹ 7 µ dan tebal 2 µ. Bulat berbatas tegas, tampak

(23)

bercahaya kuning kehijauan 0-1/Lpb.

Urin hipertonik bergerigi, urin hipertonik, bengkak, mudah lisis dan lepas Hb. (ghost cell).

Leukosit < 5/Lpb (0-4), bundar, batasnya tepi kurang jelassitoplasma

bergranula sitoplasma abu – abu suram atau hijau

kekuningandengan inti berwarna gelap.

ɸ 10 – 12 µ. Urin hipotonik leukosit membengkak = blitter cell.

*

Epitel Epitel gepeng : (+) tampak datar, sitoplasma luas, ireguler inti besar

Dibagian tengah.sering dijumpai kurang bermakna

*

Epitel transisional : (-) bermakna, disebut sel berekor seperti buah

(24)

pear < kecil dari epitel gepeng, inti ditengah Epitel tubuler : (-) bermakna, tampak seperti leukosit, ukuran > besar dari leukosit dan mempunyai inti tunggal

_ *

Silinder a. Silinder Hialin : 0-2/Lpk

b. Silinder seluler : (-)

 Silinder eritrosit

 Silinder leukosit

 Silinder epitel

 Silinder berbutir

 Silinder lemak

 Silinder lilin

 Silinder pigmen

Silinder hialin *

(25)

Mocous thrends Ada sedikit (benang-benang lendir)

*

Silindroid Mirip silinder ujungnya seperti benang lendir

*

Ragi Berbentuk bulat *

Bakteri Batang

coccus

*

Parasit (-) *

Telur cacing (-) *

Spermatozoa (-)/(+)

Candida (-) *

Schistosoma haematobium

(-) *

C. ANORGANIK

Asam urat Urin asam, (+); seperti prisma, kuning kecoklatan

*

Calsium oxalat (+);okta hedral/amplop mengkillat

*

Tripel fosfat Urin netral/alkali; (+) tidak berwarna, mempunyai 3-6 sisi

Tyrocyne Crystals

VII. Hasil dan Pembahasan

No KESIMPULAN HASIL

A Makroskopis urin Sampel 1 Sampel 2

(26)

Warna Bening-kuning mudah Kuning tua

Kekeruhan jernih Keruh

Ph 6 6

Berat jenis 1,015 1,030

B KIMIA -

-Bang -

-Benedict -

-C MIKROSKOPIS Ditemukan unsur organik dalam urin seperti Hialin cast epitel cells, leucyne, amorf dan ragi

Ditemukan adanya unsur organik dalam sempel urin ini, seperti silinder Hialin, asam urat, dll.

Dari hasil pemeriksaan mikroskopis ini sempel urin diambil dari :

Sampel 1

Nama : Ny. Caroline

Umur : 70 tahun

Jemis kelamin : perempuan

Alamat : Oebobo

Sampel 2

Nama : Sofia Sugiat

(27)

Jenis kelamin : perempuan

Alamat : Osmok

Ketika sedimen urindibuatkan pada sediaan lalu diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x, ditemukan adanya unsur-unsur organik dan anorganik seperti sel-sel epitel, silinder Hialin, amorf, tyrosine crystals dan ragi

KESIMPULAN

Pada praktikum pemeriksaan secara mikroskopik sempel urin dari pasien Ny. karoline dan Ny. sofia sugiat positif mengandung unsur-unsur organik seperti silinder, hialin, sel epitel, amorf tyrosine crytal ragidll

C. PEMERIKSAAN FESES Judul : Pemeriksaan Feses (Tinja)

Pemeriksaan Makroskopis, Mikroskopis, dan Kimia Feses

Tujuan :

- untuk membantu klinisi menegakan diagnosa suatu penyakit - Untuk mengetahui cara pemeriksaan feses dengan baik dan benar

Prinsip :

Stercobilin/Urobilin bereaksi dengan HgCL2 membentuk zat warna merah

Dasar teori :

(28)

Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan

menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Feses merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma malabsorbsi.

Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur. Pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin

Warna

 Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak.

 Selain urobilin warna tinja

dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.

 Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

 Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.

 Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

 Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

Bau

 Pemeriksaan Bau Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.

 Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.

(29)

Konsistensi

 Pemeriksaan Konsistensi Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk.

 Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi.

 Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus

Lendir

 Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.

 Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.

 Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar.

 Lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.

 Lendir saja tanpa tinja terjadi pada ada disentri, intususepsi dan ileokolitis .

 Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.

 Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.

 Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.

 Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.

Darah dan Nanah

 darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

 Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.

 Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.

 Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalu abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari

 Pemeriksaan Nanah Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses

 Pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

(30)

 Pemeriksaan Parasit Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.

Sisa makanan

 Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan

keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.

 Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.

 Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

Bilirubin, Urobilin dan Urobilinogen

 Urobilin Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik

 Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.

 Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet

Pemeriksaan mikroskopis

 Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi.

 Protozoa Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.

 Telur cacing Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

 Leukosit Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.

(31)

 Epitel Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

 Kristal Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

 Makrofag Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.

 Sel ragi Khusus Blastocystis hominis jarang didapat.

 Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja. Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang.

Alat dan Bahan :

Alat : Bahan :

 Wadah feses - feses segar

 Lidi/pengaduk - zat warna eosin 1-2%

 Kaca objek - lugol

 Kaca penutup - asam asetat glasial

 Tabung reaksi - zudan III

 Penangas/ api spritus - HgCl2  Rak tabung

 Penjepit tabung

 Tissue

 Mikroskop

Prosedur Kerja :

a. Pemeriksaan Makroskopis Feses :

 Bau

1) Feses segar dalam wadah

(32)

 Warna

1) Amati warna fesse dalam wadah 2) Catat hasil pengamatan

 Konsisitensi

1) Amati konsisitensi feses daalm wadah 2) Catathasil pengamatan

 Lender

1) Angkat bagian fesess dengan lidi/pengaduk 2) Amati lendir yang terdapat dalam feses 3) Catat hasil pengamatan

 Darah

1) Amati ada tidaknya darah dalam feses 2) Catat hasil pengamatan

b. Pemeriksaan Mikroskopis Feses 1. Siapkan 4 kaca objek dan deretkan

2. Tetesi masing-masing 1 tetes zat warna eosin, lugol, asam asetat glacial, sudan III pada permukaan kaca objek

3. Ambilseujung lidi/sedikit feses , campurkan pada masing-masing tetesan zat warna 4. Aduk sampai menjadi suspense lalu tutup dengan kaca penutup

5. Amati masing-masing apusan dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x untuk pengamatan serat, lemak, karbohidrat, dan Kristal

6. Lanjutkan pengamatan dengan pembesaran 40 x untuk pengamatan telur cacing, sel eritrosit dan leukosit, sel epitel, makrofag, amoeba, dan sel ragi

7. Catat hail pengamatan

c. Pemeriksaan Kimia Feses (pemeriksaan stercobilin )

a) Beberapa gram feses ditambah dengan HgCl2 jenuh dan campur

b) Panaskan

c) Amati ada tidaknya stercobilin

d) Pengamatan hasil dinilai sebagai berikut : - : tidak ada perubahan warna

+ : terbentuk warna merah

Hasil :

Identitas Pasien :

(33)

Alamat : Alak

a. Pemeriksaan makroskopis :

 Bau : khas, bau indol (normal)

 Warna : kuning coklat

 Konsistensi : lembek

 Lendir : tidak berlendir (-)

 Darah : tidak berdarah (-)

b. Pemeriksaan mikroskopis

 Kaca objek asam asetat : Perbesaran 10 x : sisa serat otot

Perbesaran 40 x : sisa serat tumbuhan dan sisa serat otot

 Kaca objek eosin :

Perbesaran 10 x : kristal hematidin

Perbesaran 40 x : sisa makanan dan serat tumbuhan, leukosit

 Kaca objek lugol :

Perbesaran 40 x : terdapat serat tumbuhan

c. Pemeriksaan kimia

Stercobilin : negatif (-) , tidak ada perubahan warna

Pembahasan :

Hasil pemeriksaan dan pengamatan dilakukan bau : normal (bau indol), warna : kuning kecoklatan, konsistensi (lembek), lendir : tidak terdapat lendir (-), darah : tidak terdapat darah (-).

Pemeriksaan mikroskopis dengan menggunakan 3 zar warna tersebut semuanya ditemukan sisa serat otot, sisa serat tumbuhan, dan ada leukosit. Pemeriksaan kimia untuk stercobilin : tidak ada perubahan warna (-).

Kesimpulan :

Dari hasil pengamatan disimpilan bahwa, pasien tidak mengalami kelainan atau penyakit dalam tubuh. Pasien dalam keadaan normal, semua hasilnya normal.

I Makroskopis Hasil

Bau Khas (indol) Warna Kuning kecoklatan Konsistensi Lembek

Lendir Tidak ada lendir (-) Darah Tidak ada darah (-)

(34)

Sel epitel -Makrofag

-Leukosit 

Eritrosit

-Kristal-kristal Kristal hematoidin

Sisa-sisa makanan Sel tumbuhan dan serat otot Sel ragi

-Telur cacing

-II I

Kimia

Darah smear -

Stercobilin Tidak ada perubahan warna (-)

D. PEMERIKSAAN SPERMA

Judul : Pemeriksaan Makroskopis Spermatozoa

Tujuan : Untuk mengetahui pemeriksaan sperma secara makroskopis

Prinsip : Sperma diambil 20 menit sebelum praktek,langsung diperiksa secara Makroskopis

Dasar Teori :

(35)

Sperma sendiri hanya akan bertahan hidup dalam lingkungan yang hangat,sekali meninggalkan tubuh kelangsungan hidup sperma berkurang dan dapat menyebabkan sel mati sehingga mengurangi kualitas sperma.

Sel sperma terdiri daribeberapa bagianantara lain: a. kepala

kepala berisi inti dengan kromatin yang padat serat melingkar.dikelilingi oleh akrosom anterior yang berisi enzim yang digunakan untuk menembussel telur wanita.

b. bagian tengah

bagian tengah memiliki inti,berfilamen pusat dengan berputar.disekitar itu banyak mitokndria digunakan utuk produksi ATP untuk perjalanan melalui rahim,leher rahim,dan tabung rahim.

c. ekor flagel

ekor flagel mengekskresi gerakan cambukyang mendorongspermatosit tersebut seorang laki – laki umumnya mengevakulasi kurang lebih 2-5 ml semen.tiap mili mengandung 50-130 juta sel.

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi 3 tahap yaitu: 1. spermatocytogenesis

merupakan spermatogenia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.

 Spermatogenia

Merupakan struktur primitif dan dapat melakukan rprodusi dengan cara mitosis.

 Spermatosit primer

Mengandung kromosom dipluid (zn) pada inti sel nya dan mengalami mitosis. 2. Tahapan meiosis

Spermatosit 1 (primer) menjauh dari lamina basalis.sitoplasma makin banyak dan segara mengalami meiosis 1 yang kemudian diikuti dengan meiosis 2.

3. Tahapan spermiogenesis

Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang mengalami 4 fase yaitu:fase golgi,fase tutup,fase akrosom dan fase pematangan.

Hasil akir berupa 4 spermatozoa masak. Beberapa cara memperoleh sperma :

 Mansturbi/onani

 Coitus interuptus

 Coitus condomatosus

(36)

 Logam

 Plastik

Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan/kogulum diantara lendir putih yang cair.

 pengarahan pada pasien untuk melaksanakan masa abtinisia 3-4 hari.

 pengambilan/penampungan disarankan di labolatorium dengan penampungan gelas/botol steril.

 catatan yang harus dilaporkan :

 masa abtinensia

 penampungan semen

 cara pengeluaran semen

 waktu pengeluaran semen

 waktu pemeriksaan semen dengan cara:

(37)

Diukur setelah terjadi liduvaksi (pencairan) yang sempurna,terjadi.(isap semen dengan pipet,lepaskan/keluarkan sehingga cairan menetes.panjang tetesan diukur biasanya 3-5 cm.

Hasil:

 volume : 2,0

 Ph :10 (normal basah lemah 7,2 - 8,9)

 warna : putih kanji (normal putih keabuan)

 bau : khas dengan tajam (normal khas)

 viskositas : 3 cm 9 norml paling lambat 60 menit,panjang tetesan 3,5 cm).

Judul :

Pemeriksaan Mikroskopis Semen

Tujuan :

Untuk menentukan kalitas semen dengan melakukan analisis semen berupa pemeriksaan makroskopis dan pemeriksaan mikroskopis.

Prinsip:

Identifikasi jumlah spermatozoa yang gerak pada tetesan langsung/ sediaan basah dari cairan semen dengan catatan waktu secara tepat. Seperti pada jumlah sperma per lapang pandang.

(38)

Identifikasi bentuk/ morfologi spermatozoa pada sediaan kering yang di warnai dari cairan semen dan diamati bagian ekor, bagian tengah dan kepala per lapang pandang.

Dasar Teori:

Analisa semen dapat dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas (kesuburan) yang disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen. Dalam hal ini hanya beberapa parameter ejakulatif yang diperiksa (dievaluasi) berdasarkan buku petunjuk WHO “manual for the exmination of human semen and sperm-mucus interaction”.

Semen merupakan cairan putih atau abu-abu, yang dikeluarkan dari uretra pada saat ejakulasi. Sperma terdapat atau bagian dari semen di samping cairan-cairan lainnya. Kuantitas dan kualitas penting sekali dalam fungsi reproduksi. Pada semen yang baik, sperma akan dapat survive, berenang dan akhirnya mencapai sel ovum di saluran reproduksi wanita. Sperma dan ovum akan bersatu dalam suatu proses yang di sebut fertilisasi setengah ayah dan setengah sifat ibu.

Spermatogenesis merupakan peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus. Volume sperma normal sebesar 3 ml. Sesuai dengan lamanya tidak berejakulasi yaitu abstinensia 7 hari dan termasuk kategori normal.

Volume cairan ejakulasi (semen) terutama berasal dari cairan vesikula seminalis (60%) dan kelenjar prostat (15%), sebagai kecil dari kelenjar bulbouretralis dan epididimis.

Alat dan bahan:

 Alat:

Wadah cairan semen Timer

Pipet tetes Kamar hitung Kaca penutup Alat penghitung Kaca objek

(39)

Sampel semen

Reagen warna eosin yellow 0,5% Reagen pengencer untuk semen NaHCO3 5g

Formalin 1 ml Aqudes ad 100 ml Raegen giemsa

Cara kerja

Motilitas Spermatozoa

 Semen diteteskan pada kaca objek dan tutup dengan kaca penutup

 Amati di bawah mikroskop pembesaran 400x dalam lapang pandang

 Hitung jumlah rata-rata yang bergerak dan jumlah rata-ata yang tidak bergerak

 Hitng prosentase dari spermatozoa yang bergerak terhadap total jumlah yang bergerak dan tidak bergerak (1 jam pertama >= 60%)

Vitalitas spermatozoa

 Semen diteteskan pada kaca objek dan ditambah 1 tetes reagen eosin 0,5%, aduk.

 Buat sediaan hapus, dan keringkan di udara. Amati di bawah mikroskop pembesaran 400x dalam 100 spermatozoa, tentukan bentuk normal, kepala dua, kepala terlalu kecil, kepala terlalu besar, agian tengah ada/tidak, bagian ekor ada/tidak, panjang/pendek, bercabang/tidak

 Tentukan prosentasi dari setiap bentuk dalam 100 spermatozoa yang hidup (tida berwarna) dan yang mati (merah)

 Normal: <20% bentuk sel yang abnormal

Hitung jumlah dan total spermatozoa

Satu tetes semen ditambah 19 tetespengencer atau NaCl fisiologis dan campur. Satu sampai homogen (20x)

Masukan 1 tetes kedalam kamar hitung improve neubauerur sampai rata

Hitung dalam 5 kotak ke 2 Luas: 1/5 x 1/5 = 1/25 mm2

5 x 1/10 = 15

(40)

Jumlah spermatozoa = N buah

Maka jumlah dalam 1 mm3 (1/1000 ml) = 50/1 x N = 50 N

50 N x pegenceran = 50 N x 20 = 1000 N Dalam 1 ml = 1000 N x 1000 = 1.000.000 N

Misalkan volume semen 3 ml: Dalam : 1/5 x 1/5 = 1/25 mm2

5 x 1/10 = 1/5

Volume: 1/5 x 1/10 = 1/50 mm3

Ditemukan 125 buah spermatozoa

Konsentrasi spermatozoa = 1.000.000 x 125 = 125.000.000 spermatozoa/ml Total speratozoa = 3x 125 juta = 375 juta/ ejakulasi

Morfologi spermatozoa

 Semen diteteskan pada kaca objek dan di buat hapusan semen dan biarkan kering di udara

 Fiksasi hapusan dengan metanol selama 5 menit

 Warnai hapusan dengan pewarna giemsa selama 20 menit

 Amati dibawah mikroskop pembesaran 400x dalam 100 spermatozoa, tentukan bentuk normal, kepala dua, kepala terlalu kecil, kepala terlalu besar, bagian tengah ada/tidak, bagian ekor ada/tidak, panjang/pendek. Bercabang/tidak

 Tentukan prosentasi dari setiap bentuk dalam lapang pandang spermatozoa

Hasil Pengamatan

a. Motilitas Sperma

pengamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jmlh motil 32 54 39 30 22 25 21 20 80 59 382 Tdk baik 30 23 22 30 20 30 25 15 35 36 266 Non motil 57 49 42 45 56 75 41 15 6 46 432

Jumlah 1080

Perhitungan :

(41)

b. Tidak baik = 266 / 1080 x 100% = 24,62 % c. Tidak motil = 432/1080 x 100% = 40 %

b. Vitalitas Sperma

Spermatozoa tidak berwarna = 576 buah Spermatozoa berwarna merah = 385 buah c. Hitung jumlah dan total spermatozoa

Volume semen = 2 ml

Ditemuka 75 buah spermatozoa

Konsentrasi spermatozoa = 1.000.000 x 75 = 75.000.000 spermatozoa/ml Jadi total spermatozoa = 2x 75.000.000 = 150juta/ejakulasi

d. Morfologi spermatozoa Jumlah normal: 120 Abnormal: 296 Kepala dua: 36

Kepala terlalu kecil: 25 Kepala terlalu besar: 47 Bagian tengah ada/tidak: 51 Bagian ekor ada/ tidak: 52 Bagian ekor panjang/ pendek: 60 Bercabang/ tidak: 25

Jumlah abnormal:296

Pembahasan

Pada pemeriksaan mikroskopis spermatozoa untuk memeriksa mutiliti dari sperma, vitalitas spermatozoa, hitung jumlah dan total spermatozoa serta morfologi dari spermatozoa. Pada pengamatan motilitas sperma, sel sperma yang tidak bergerak lebih banyak dari pada sperma yang bergerak baik. Pada pemeriksaan vitalitas sel yang hidup lebih sedikit lebih dari pada sel yang mati. Pada pemeriksaan hitung jumlah dan total spermatozoa mendapatkan hasil yang normal. Lalu, pada pengamatan morfologinya jumlah spermatozoa yang abnormal lebih banyak dari pada yang normal.

(42)

Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan mikroskopis spermatozoa di dapatkan hasil yang tidak normal, antara lain: jumlah tidak motil 40%, sedangkan yang motil hanya 35,37%. Jumlah vitalitas Spermatozoa tidak berwarna = 576 buah, sedangkan Spermatozoa berwarna merah = 385 buah. Total dari spermatozoa = 2x 75.000.000 = 150juta/ejakulasi. Pada pemeriksaan morfologi spermatozoa hasilnya ialah: Jumlah normal: 120, Abnormal: 296, Kepala dua: 36, Kepala terlalu kecil: 25, Kepala terlalu besar: 47, Bagian tengah ada/tidak: 51, Bagian ekor ada/ tidak: 52, Bagian ekor panjang/ pendek: 60, Bercabang/ tidak: 25, Jumlah abnormal:296

Dan dari hasil pemeriksaan di atas dapat disimpulkan bahwa, spermatozoa tidak normal.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemeriksaan Kimia Klinik dapat meliputi pemeriksaan secara makroskopik dan mikroskopik dari sampel. Sampel yang masuk dalam pemeriksaan kimia klinik di laboratorium antara lain sampel urin, feses dan sperma. Pemeriksaan di Laboratorium dapat membantu dalam menegakkan Diagnosa suatu penyakit yang sedang di derita pasien, sehingga pemeriksaan di Laboratorium Klinik adalah salah satu pemeriksaan yang penting di dalam masyarakat.

B. SARAN

1. Sebaiknya alat yang di butuhkan dalam praktikum dan pemeriksaaan di laboratorium lengkap

2. Selama berada di laboratorium kelengkapan APD 9Alat Peindung Diri) harus lengkap dan digunakan

(43)

4. Praktikan harus mengganggap semua sampel bersifat infeksius dan harus berhati-hati

Gambar

Tingkatan  Hasil TerbentukGambar

Referensi

Dokumen terkait

Sama halnya dengan nilai rata-rata morfologi normal sperma terbanyak yaitu 25% dari jumlah total sperma ada pada sampel yang masuk dalam kelompok umur yang

Dimana untuk mengukur kadar protein total dan albumin dalam tubuh probandus cara kerjanya yaitu pertama disiapkan dulu serumnya dengan cara disiapkan alat

Metode yang digunakan untuk mengetahui kualitas pakan adalah uji fisik, kimia, maupun uji mikroskopis. Secara umum sifat fisik bahan tergantung dari jenis dan ukuran partikel

Cara praktis untuk menentukan jumlah komponen adalah dengan menentukan jumlah total spesi kimia dalam system dikurangi dengan jumlah-jumlah menentukan jumlah total

Penurunan titik beku dan kenaikan titik didih suatu larutan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti massa zat terlarut yang digunakan dan sifat dari larutan tersebut (

Bila energi yang dihasilkan oleh sel tubuh dari glukosa tidak digunakan seluruhnya maka kelebihannya akan diproses menjadi glikogen yang disimpan di hati, atau menjadi

Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar ureum plasma yang menunjukkan adanya disfungsi ginjal pada pasien karena ginjal tidak dapat lagi membuang urea keluar

pada dosis yang ditentukan tidak dapat mengurangi jumlah spermatozoa mencit tapi dapat menyebabkan abnormalitas pada morfologi sperma mencit Mus musculus L., sehingga ekstrak kulit