• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Praktikum Ilmu Bahan Makan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Akhir Praktikum Ilmu Bahan Makan"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK

Oleh :

MOHAMAD ZAKI NUFUS D0A0130069

KELOMPOK 8

LABORATORIUM BAHAN MAKANAN TERNAK PROGRAM STUDI DIII PRODUKSI TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

(2)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK

Oleh

MOHAMAD ZAKI NUFUS D0A013069

Kelompok 8

Diterima dan disetujui Pada tanggal:………

Koordinator Asisten

Akyas Manjaniq D1E011216

Asisten Pendamping

(3)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PENGESAHAN...i

DAFTAR ISI...i

DAFTAR GAMBAR...i

DAFTAR TABEL...i

I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan...2

1.3 Manfaat...2

II TINJAUAN PUSTAKA...3

2.1 Nomenklatur Pakan Hijauan Dan Konsentert...3

2.2 Pembuatan Silase Dan Jerami Amoniasi...4

2.3 Pembuatan Tepung Hiajuan...4

2.4 Evaluasi Silase Dan Jerami Amoniasi...5

III METODE DAN CARA KERJA...6

3.1 Metode...6

3.1.1 Nomenklatur Hijauan, Bahan Pakan dan Pengenalan Alat...6

3.1.2 Pembuatan Silase Dan Amoniasi...6

3.1.3 Pembuatan Tepung Hijauan...6

3.2 Cara Kerja...7

IV HASIL DAN PEMBAHASAN...10

4.1 Hasil...10

4.2 Pembahasan...25

V KESIMPULAN DAN SARAN...37

5.1 KESIMPULAN...37

(4)
(5)

DAFTAR GAMBAR

(6)

DAFTAR TABEL

(7)

I PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang

Alam telah memberikan beragam bahan pakan baik yang konvensional maupun yang baru dari hasil olahan industri pakan ataupun pangan. Dari berbagai bahan pakan yang ada agar bahan pakan tersebut tidak dikembari oleh bahan pakan yang lain untuk itu dilakukan pemberian nama bahan pakan ( nomenklature ) baik hijauan ataupun lainnya. Kesulitan dalam mengidentifikasi dengan cara pemberian nama kepada setiap bahan makanan dan memberi kepastian bagi standardisasi internasional dalam menentukan bahan makanan.

Nomenklatur juga perlu diketahui untuk memberi penjelasan tentang identifikasi bahan makan ternak. Pemberian tata nama Internasional didasarkan atas enam segi atau faset, yaitu: (1) asal mula, (2) bagian untuk ternak, (3) proses yang dialami, (4) tingkat kedewasaan, (5) defoliasi, (6) grade. Negara Indonesia merupakan negara agraris karena mempunyai berbagai jenis tanaman yang melimpah dan berpotensi untuk dijadikan bahan pakan ternak.

Metode yang digunakan untuk mengetahui kualitas pakan adalah uji fisik, kimia, maupun uji mikroskopis. Secara umum sifat fisik bahan tergantung dari jenis dan ukuran partikel bahan. Sekurang-kurangnya ada 6 sifat fisik bahan yang penting yaitu berat jenis, sudut tumpukan, daya ambang, luas permukaan spesifik, kerapatan tumpukan, dan kerapatan pemadatan tumpukan. Untuk mengetahui sifat fisik suatu bahan maka perlu dilakukan uji fisik pada bahan tertentu. Sehingga, mempermudah penanganan, dalam pengangkutan, mempermudah pengolahan, menjaga hemoginitas dan stabilitas saat pencampuran.

(8)

meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi keambaan, mengurangi tempat penyimpanan, menekan biaya transportasi, memudahkan penanganan dan penyajian pakan; 2) densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang tercecer; 3) mencegah "de-mixing" yaitu peruraian kembali komponen penyusun pelet sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar. Proses pengolahan pelet terdiri dari 3 tahap, yaitu pengolahan pendahuluan, pembuatan pelet dan perlakuan akhir.

I.2Tujuan

Tujuan dari seluruh rangkaian acara praktikum ilmu bahan pakan adalah sebagai berikut:

a. Praktikan dapat mengetahui dan memahami aturan pemberian nama bahan pakan

b. Praktikan dapat mengetahui dan memahami fungsi dan kegunaan peralatan laboratorium ilmu bahan pakan

c. Praktikan dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan silase serta evaluasinya

d. Praktikan dapat mengetahui cara pembuatan tepung hijauan dan konsentrat e. Praktikan dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan jerami amoniasi

serta evaluasinya

f. Praktikan dapat mengetahui cara pembuatan pelet dan evaluasinya. I.3Manfaat

a. Manfaat dari praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat memanfaatkan tanaman dan limbah pertanian disekitar sebagai bahan pakan ternak.

b. Mengetahui sudut tumpukan pada setiap bahan pakan. c. Mengetahui berat jenis pada setiap bahan pakan. d. Mengetahui daya ambang pada setiap bahan pakan

(9)

II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Nomenklatur Pakan Hijauan Dan Konsentert

Bahan makanan ternak adalah suatu bahan yang dapat dimakan oleh hewan yang mengandung energi dan zat gizi (atau keduanya) didalam makan tersebut (Hartadi, 1990). Sedangkan pengertian bahan pakan yang lebih lengkap yaitu segala sesuatu yang dapat dimakan hewan (ternak) yang mengandung unsur gizi dan atau energi, yang tercerna sebagian atau seluruhnya dengan tanpa mengganggu kesehatan hewan yang bersangkutan (Rahardjo, 2002).

Menurut Tillman (1993) umumnya makanan ternak mengandung sebagian serat kasar misalnya hijauan kering yang dicerna lebih lambat dan lebih sedikit dibandingkan dengan biji-bijian. Oleh karena itu, bahan makanan tersebut digolongkan menjadi hijauan kasar. Bahan pakan ternak terdiri dari hijauan dan konsentrat, serta dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan inkonvensional. Bahan pakan konvensional adalah bahan pakan yang lazim digunakan sebagai bahan pakan ternak, seperti hijauan, leguminosa, butiran, dan feed additive. Sedangkan bahan pakan inkonvensional adalah bahan pakan yang tidak lazim diberikan pada ternak, seperti limbah industri kue dan roti, bulu, darah, dan kulit nanas.

Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau tatanama bahan pakan. Pencirian bahan pakan dirancang untuk memberi nama setiap bahan pakan. Setiap pemberian tatanama bahan pakan atas enam faset. Cara pokok dalam perlakuan umum yang sering dijumpai dalam laboratorium agar memperoleh hasil analisa yang benar, antara lain dilakukan pengenalan mengenai alat-alat laboratorium dan cara penggunaannya (Sudarmadji, 1997).

(10)

II.2 Pembuatan Silase Dan Jerami Amoniasi

Saat pembuatan silase ada tiga faktor yang berpengaruh. Pertama: hijauan yang cocok dibuat silase adalah rumput, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi. Kedua : penambahan zat aditif untuk meningkatkan kualitas silase. Beberapa zat aditif adalah limbah ternak (manure ayam dan babi), urea, air, molases. Aditif digunakan untuk meningkatkan kadar protein atau karbohidrat pada material pakan.

Biasanya kualitas pakan yang rendah memerlukan aditif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Ketiga : kadar air yang tinggi berpengaruh dalam pembuatan silase. Kadar air yang berlebihan menyebabkan tumbuhnya jamur dan akan menghasilkan asam yang tidak diinginkan seperti asam butirat. Kadar air yang rendah menyebabkan suhu menjadi lebih tinggi dan pada silo mempunyai resiko yang tinggi terhadap kebakaran (Murni,2008) .

Sampel makanan ditimbang dan diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven pada temperature 105o C. pemanasan berjalan hingga sampel sudah tidak lagi turun beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel makanan ddisebut “sampel bahan kering” dan pengurangannya dengan sampel makanan disebut persen air atau kadar airnya (Tilman, 1989).

II.3 Pembuatan Tepung Hiajuan

Hijauan umumnya terdiri dari dari berbagai jenis rumput liar, limbah dan hasil ikutan pertanian, rumput jenis unggul yang dibudidayakan dan berbagai jenis leguminosa. Hijauan tersebut merupakan bahan pakan yang kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Pakan hijauan yang sudah tua mengandung serat kasar yang tinggi. Hal ini menunjukkan hijauan yang tua tersebut kurang bermutu. Hijauan yang bermutu baik adalah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Kandungan protein leguminosa lebih dari 20%, sedangkan rumput kurang dari 10%. Oleh karena itu, kombinasi keduanya merupakan bahan pakan yang bermutu (Parakkasi,1999).

(11)

dan silage. Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering (AAK, 1983)

II.4 Evaluasi Silase Dan Jerami Amoniasi

Saat pembuatan silase ada tiga faktor yang berpengaruh. Pertama: hijauan yang cocok dibuat silase adalah rumput, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi. Kedua : penambahan zat aditif untuk meningkatkan kualitas silase. Beberapa zat aditif adalah limbah ternak (manure ayam dan babi), urea, air, molases. Aditif digunakan untuk meningkatkan kadar protein atau karbohidrat pada material pakan.

Biasanya kualitas pakan yang rendah memerlukan aditif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Ketiga : kadar air yang tinggi berpengaruh dalam pembuatan silase. Kadar air yang berlebihan menyebabkan tumbuhnya jamur dan akan menghasilkan asam yang tidak diinginkan seperti asam butirat. Kadar air yang rendah menyebabkan suhu menjadi lebih tinggi dan pada silo mempunyai resiko yang tinggi terhadap kebakaran (Murni,2008)

Sampel makanan ditimbang dan diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven pada temperature 105o C. pemanasan berjalan hingga sampel sudah tidak lagi turun beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel makanan ddisebut “sampel bahan kering” dan pengurangannya dengan sampel makanan disebut persen air atau kadar airnya (Tilman, 1989).

(12)

III METODE DAN CARA KERJA III.1Metode

III.1.1 Nomenklatur Hijauan, Bahan Pakan dan Pengenalan Alat III.1.1.1. Nomenklatur Hijauan

Bahan-bahan yang digunakan pada nomenklatur hijauan adalah sataria ancep, sataria lampung, rumput benggala, jerami padi, rumput raja, jerami jagung, daun pepaya, daun pisang, daun singkong, daun gamal, daun lamtoro, kaliandra, daun waru, daun dadap, daun rami, rumput gajah.

III.1.1.2. Nomenklatur Konsnetrat

Bahan – bahan yang digunakan pada nomenklatur hijauan adalah milet, dedak, tepung jagung, onggok, pollard, tepung limbah soun, CGM, CGF, tepung ikan, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung udang, tepung kapur, tepung cangkang udang, tepung kepala udang, tepung cangkang telur, urea, vitachicks, mollases

III.1.1.3. Penngenalan Alat

Alat - alat yang digunakan pada pengenalan adalah Backer glass, Glass ukur, Erlenmeyer, Cawan porselin, Filler, Pipet seukuran, Pengaduk, SkapulaLabu didih dan shocklet, Labu kjedhal, Corong, labu seukuran, Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, Cawan petri, Statif,Inkubator, Oven, Waterbath, Condensor, Desikator, Hot plat, Autoclaf, Bombcalorimeter, Ohous, Destruktor, Pipet tetes, Seperangkat alat destilasi, Pompa fakum,SWB ( sektor waterbath ).

III.1.2 Pembuatan Silase Dan Amoniasi

Alat yang digunakan untuk membuat silase dan amoniasi adalah pisau, gunting, baskom, timbangan, toples, kantong plastik, lakban, tali rafia, label, alat tulis. Bahan yang digunakan dalam pembuatan silase dan amoniasi adalah rumput gajah, jerami padi, urea, dedak, mollases

III.1.3 Pembuatan Tepung Hijauan

(13)

III.1.4 Evaluasi Silase Dan Jerami Amoniasi

Alat yang digunakan untuk membuat pellt adalah penggilingan, timbangan, pemotong pellet dan menggunakan bahan tepung rumput alam, tepung jerami padi, tepung tulang ikan, tepung tulang sapi.

III.1.5 Pembuatan Pellet dan Complite Feed Blok

Alat yang digunakan dalam evaluasi hasil silase dan amoniati adalah penggiling,hardness sedangkan bahan yang digunakan adalah silase hijauan, jerami amoniasi dan pellet.

III.2Cara Kerja

III.2.1 .Nomenklatur Hijauan, Bahan Pakan dan Pengenalan Alat III.2.1.1. Nomenklatur Hijauan

Hijauan disediakan/dipersiapkan Hijauan disediakan/dipersiapkan

Hijauan digolongkan menurut jenisnya rumput, rambanan, dan limbah pertanian. Catat asal mula, bagian ,proses, tingkat kedewasaan, defoliasi, sumber, grade.

Bahan pakan diambil fotonya. III.2.1.2. Nomenklatur Konsentrat

Konsentrat disediakan

Ditulis nama ilmiah(asal mula), bagian, proses, grade, sumber. Bahan pakan diambil fotonya

III.2.1.3. Penegnalan Alat

Alat – alat laboratorim disiapkan. Alat – alat diamati dan ditulis fungsinya.

(14)

III.2.2.1. Pembuatan Silase

Rumput gajah dikeringkan Siapkan gunting/pisau dan toples

Potong rumput gajah

Masukkan kedalam toples sampai beratnya 125gr Tutup toples dan harus kedap udara

Ditimbang dan Di campur dengan 1% mollases dan 4% dedak Ditutup dan harus kedap udara

III.2.2.2. Pembuatan Jerami Amoniasi Jerami dikeringkan.

Siapkan gunting/Pisau dan siapkan karung plastik. Potong jerami dan Timbang jerami sampai beratnya 357gr.

Percikkan/campur dengan 4% urea sampai merata dan air urea harus habis. Masukkan jerami yang sudah dicampur urea kedalam kantong plastik

Tali kantong plastik yang sudah berisi jerami dengan tali pengikat. Dalam mengikaat harus kedap dengan udara.

III.2.3 Evaluasi Hasi Amoniasi Jerami, Silase dan Pellet III.2.3.1. Pengamatan Secara Fisik

Siapkan sampel bahan pakan

Amati secara makroskopis seperti bau, warna, rasa, dan perabaan Mencatat hasil dan ambil gambar/foto

III.2.3.2. Pengamatan menggunakan mikroskop Siapkan sampel bahan pakan Amati dengan menggunakan mikroskop

(15)

III.2.3.3. Pengamatan Secara Kimiawi

Siapkan sampel bahan pakan Amati menggunakan analisis proksimat

Mencatat hasil. III.2.4 Pembuatan Tepung Hijauan

siapkan daun lamtoro/daun bunga sepatu dikeringkan dengan cahaya matahari selama 3-4 jam

ditimbang ulang

dikeringkan dengan oven selama ±24 jam ditimbang ulang

digiling dengan mesin penggiling hingga bobot tepung 1 kg rumus-rumus :

BK air dry=AB

A ×100 BK Oven dry=AC

A ×100 Kadar air=100−BK

III.2.5 Pembuatan Pellet

Siapkan alat dan formulasi bahan yang akan dibuat(giling halus). Timbang bahan pakan sesuai formula dan campurkan secara merata.

Steam campuran pakan sampai gel keluar. Masukan campuran bahan dalam alat pellet. Potong pellet sesuai ukuran yang dikehendaki.

(16)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil

IV.1.1 Nomenklatur Pengenalan Alat, Konsentrat dan Hijauan IV.1.1.1. Pengenalan Alat Alat Laboratorium

N o

Nama Alat

Fungsi Gambar

1 Backer glass

Mencampur larutan

2 Glass ukur Mengukur larutan

3 Erlenmeyer Menaruh/mencampur larutan

4 Cawan porselin

Menaruh sampel untuk dioven

5 Filler Penyedot larutan

6 Pipet seukuran

Mengambil larutan

7 Pengaduk Untuk mengaduk campuran

(17)

9 Ladu didih Untuk uji lemak

10 Shocklet Untuk uji lemak

11 Labu kjendhal

Menguji energi bruto

12 Corong Mengalir larutan

13 Labu seukuran

Untuk mengukur larutan 14 Tabung

reaksi

Untuk mencampur larutan

15 Rak tabung reaksi

Untuk menaruh tabung reaksi

16 Cawan petri

Untuk menaruh sampel

17 Pipet tetes Untuk meneteskan larutan

18 Statif Untuk menitrasi

(18)

21 Oven Untuk mengeringkan sampel/alat

21 Waterbath Pemanas

22 Condensor Pendingin/menangkap uap air

23 Desikator Menstabilkan suhu selama 15-20 menit

24 Hot plat Untuk pemanas sampel

25 Autoclaf Untuk seterilisasi alat

26 Bom calorimeter

Menghitung energi bruto

27 Ohous Untuk menimbang sampel

28 Destruktor Uji protein kasar

29 Seperangka t alat destilasi

Memisahkan larutan berdasarkan titik didih

(19)

31 Pompa

33 Penjepit Menjepit sampel/alat

IV.1.1.2. Pengenalan Konsentrat N

1 Milet Penisetum

gcaucau Biji

jagung Zea Mays Biji

(20)

4 Onggok Maniha

5 Pollard Triticum

saticum Kulit

Zea mays Biji tanpa lembaga

Kedelai Glicenimax Biji

(21)
(22)

1

(23)
(24)
(25)

IV.1.1.4. Pengenalan Alat Alat laboratorium

IV.1.2 Pembuatan Silase Dan Pembuatan Amoniasi IV.1.2.1. Pembuatan jerami amoniasi

- Urea 3 %

- Berat Jerami 217 gram - Urea= 3

100x217gram=6,51gram

Gambar 1 jerami amoniasi

IV.1.2.2. Pembuatan Silase - Dedak 5%

- Berat rumput gajah 945 gram

- Dedak = 10045 x945gram=47,25gram

Gambar 2silase rumput

IV.1.3 Luas permukaan Spesifik dan Daya Ambang IV.1.3.1. Luas permukaan spesifik

- LPS Kulit Durian = luas berat=

73 1 =73m

2

/gram

- LPS Daun waru i = beratLuas=37

1 =37m 2

/gram

IV.1.3.2. Daya Apung

- Ketinggian 1 meter

(26)

- Daun Waru 1 menit 44 detik

- Daya ambang waru = Jarakwaktu= 1

1.44=0,69m/dt - Daya ambang durian = Jarak

waktu= 1

1,32=1,75m/dt IV.1.3.3. Uji Sudut Tumpuk

a. Durian

- T = 8,9 D = 4

- Tan a = 2.dt=2x8,5

21 =0,847 b. Waru

- T = 18 D = 22 - Tan a = 2.t

d = 2x10

22 =0,90 IV.1.3.4. Berat Jenis

- Diketahui :

Berat glass ukur kosong 127 gram

Berat setelah di isi T. Daun waru 145 gram Berat gelas ukur kosong 127 gram

Berat setelah di isi T.Kulit durian 151 gram Jawab :

a. Tepung rumput alam ¿Berat isiBerat kosong

100 ¿145−127

100 =0,18gr/ml

b. Tepung rumput alam ¿Berat isiBerat kosong

100 ¿151−127

(27)

IV.1.4 Pembuatan Compled Feed Blok atau Pellet

Tabel 1.Pembuatan complate feed blok

No Bahan Pakan Jumlah Kandungan nutrien 1 Kulit kacang 300 gram Protein(Pk; 32,4 %)

2 Limbah sayur 200 gram

-3 Soun 100 gram Energi (Pk;37,5 %)

4 Ampas kecap 150 gram

-5 Cangkang

telur itik

25 gram Mineral(Kh;7,6%,Ca;36%)

6 Molases 25 gram Energi

(abu;4,9%,Lk;16,6%,Sk:60%,BETN ; 26,1%, Pk ;32 %)

IV.1.5 Evaluasi Hasil Silase, Amoniasi Jerami dan Pembuatan wafer IV.1.5.1. Hasil Pengamatan Silase dan Amoniasi

Tabel 2 Pengamatan Jerami Amoniasi

Pengamatan Hasil

Bau Amonia

Warna Kecoklatan

Tekstur Alot

PH 7

Keberadaan Jamur Ada (sedikit)

Tabel 3 Pengamatan Silase Hijauan

Pengamatan Hasil

Bau Asam Segar

Warna Hijau Kecoklatan

Tekstur Remah

PH 4

(28)

22

IV.1.5.2. Tabel 4 Uji Pengamatan Pelet

Pengamatan Hasil

Warna Abu - abu

Tekstur Keras

Hardness 25 IBS

Keberadaan Jamur Berjamur IV.1.5.3. Uji Durabuliti

Pelet Kasar=272

300x100=90,66 IV.1.6 Pembuatan Wafer

Pengamatan

Hasil Kelompok (Nilai) Persentase

1 2 3 4 5 6 7 Dedak Molases

Persentase campuran silase dan jerami amoniasi

Silase Jerami

Amoniasi Silase

Jerami Amoniasi

Bau 3 3 Rumput Gajah (965 gr)

Molases 4% (39 gr)

(29)

Bagian yang diamati

Nilai hasil kelompok 8

Persentase campuran silase dan jerami amoniasi

Silase Jerami

Amoniasi Silase

Jerami Amoniasi

Total 17 17

Keterangan Penilaian :

Bau : Warna :

3 = Asam tapi segar 3 = Hijau alami / kekuningan

2 = Tidak asam / tidak busuk 2 = Hijau gelap / kecoklatan

1 = Busuk 1 = Coklat / kehitaman

Tekstur : Jamur :

3 = Padat 3 = Tidak ada / sedikit

2 = Agak lembek 2 = Cukup

1 = Lembek 1 = Banyak

pH Jerami : pH Silase :

3 = 7-8 (baik) 3 = 3-4,2 (baik sekali) 2 = 5-6 (sedang) 2 = 4,2-4,5 (sedang)

(30)

IV.2Pembahasan

IV.2.1 Nomenklatur Hijauan, Konsentrat Dan Pengenalan Alat leb Bahan pakan hijauan merupakan bahan pakan yang berasal dari tanaman dan dapat di makan ternak tanpa mengganggu kesehatan ternak. Secara garis besar bahan pakan hijauan di golongkan kedalam lima kelompok bahan pakan yaitu, gramine (rumput rumputan ), cypceae ( teki tekian ), leguminosa (kacang kacangan ), browse (ramban) dan limbah pertaniaan. Pada umumnya hijauan seperti rerumputan dan dedauanan merupakan bahan pakan berserat ( Sutardi, 2012).

Berdasarkan hasil praktikum di peroleh data seperti pengelompokan bahan pakan yaitu rerumputan, rambanan, kacang kacangan, dan limbah pertanian. Pada hasil praktium sesuai dengan pendapat sutardi, 2012 mengatakan untuk kelompok graminae atau rumput sebangsa padi di golongkan kedalam dua golongan yaitu rumput alam dan rumput potong atau budidaya. Jenis rumput yang tumbuh bersifat heterogen, misalnya rumput teki. Rumput alam merupakan salah satu hijauan pakan yang banyak di gunakan sebagai pakan ternak ruminansisa.

Ketersediaan dan kandungan nutrisi sanagt dipengharui jenis. Ternak dimana produksinya berlimpah dengan kualitas baik yaitu 7,8 % protein kasar pada musim hujan, ke kemarau akan menurun drastis menjadi snagat rendah. (rahadjo,2002). Sedangkan sesuai penjelasan dari asisten padasaat praktikum berlangsung, hiajuan yang baik merupakan sumber protein asam amino esensial, terutama leguminosa yang kaya akan protein zat zat meineral terutama kalsium pada kacang kacangan. Zat zat vitamin seperti karoten, atau vitamin D. Hiajuan dapat mengandung factor faktor repoduksi yan penting untuk memperbaiki fertilisasi ( praickasi, 1983).

(31)

Pertumbuhan ternak bisa dicapai dengan limbah industry pertanian, termassuk dari proses pengolahan produ perkebunan ( Guntoro, 2008). Berdasarkan hasil praktikum yang terletak dilakukan kandungan gizi dalam konsentrat di bagi menjadi tiga yaitu konsentrat sebagai sumber energy, protein dan ransum yang digunakan sebaiknya di tambahkan 1 % suplementasi 0,83 ml/ kg probiotik.

Penggunaan alat-alat laboratorium antara lain sebagai alat penimbangan, pengukuran volume cairan, melarutkan zat padat, penyaringan, pemijaran dan pengabuan serta penyaringan. Menurut Hartati (2002), Penimbangan menggunakan timbangan, penyaringan menggunakan kertas saring, dan corong, pengaturan volume cairan menggunakan gelas ukur, pipet ukur, pipet volume, labu ukur dan buret. Pemijaran menggunakan tanur dan cara sederhana pengeringan menggunakan oven.

Pemeliharaan bukan berarti alat disimpan dengan baik sehingga alatnya selalu utuh, akan tetapi alat tetap dipergunakan dan agar tahan lama, tentunya perlu dilakukan perawatan sehingga alat-alat tersebut tahan lama/awet. Jadi yang dimaksud dengan pemeliharaan/perawatan alat-alat adalah:

1. Menyimpan pada tempat yang aman 2. Perawatan termasuk menjaga kebersihan

3. Penyusunan, penyimpanan alat-alat yang berbentuk set IV.2.2 Pembuatan Jerami Amoniasi dan Silase Hijauan

Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi atau dibuat dari tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dan lain-lain, dengan kandungan air pada tingkat tertentu yang disimpan dalam suatu tempat yang kedap udara. Dalam tempat tersebut, bakteri anaerob akan menggunakan gula pada bah an material dan akan terjadi proses fermentasi dengan memproduksi asam-asam lemak terbang terutama asam laktat dan sedikit asam asetat, propionat, dan butirat (Salim dkk., 2002). Selama ensilase, sebagian protein bahan akan mengalami fermentasi menjadi asam-asam amino, non protein nitrogen, dan amonia (Hernaman dkk., 2007).

(32)

ketersediaan hijauan dan rendahnya kualitas jerami padi melatarbelakangi peningkatan ketersediaan dan kualitas dengan cara pembuatan silase dan amoniasi jerami. Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi atau dibuat dari tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dan lain-lain, dengan kandungan air pada tingkat tertentu yang disimpan dalam suatu tempat yang kedap udara.

Hijauan yang digunkan untuk pembuatan silase pada saat praktikum yaitu rumput gajah. Sebelum diproses menjadi silase, rumput gajah terlebih dahulu mengalami pencacahan dan pengeringan. Proses pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada dalam rumput gajah tersebut. Sebab, tingginya kadar air pada bahan pakan akan menyebabkan adanya proses pemanasan didalam silo sehingga menyebabkan silase beraroma sangat asam. Hal ini juga diungkapkan oleh Brotonegoro (1978), pembuatan silase pada hijauan harus mengandung kadar air sekitar 60% hingga 75%. Bila kadar air tersebut melebihi ketentuan tersebut akan menghasilkan silase yang terlalu asam sehingga kurang disukai ternak.

Ciri-ciri amoniasi yang baik yaitu memiliki bau yang khas amonia, berwarna kecoklat-coklatan seperti bahan asal, tekstur berubah menjadi lebih lunak dan kering. Hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami asalnya, tidak berjamur atau menggumpal, tidak berlendir dan pH yang dihasilkan sekitar 8 (Sumarsih, 2003).Penggunaan NH3 gas yang dicairkan biasanya relative mahal, selain harganya relatif mahal juga memerlukan tangki khusus yang tahan tekanan tinggi minimum (minimum 10 bar). Amoniasi mempunyai beberapa keuntungan antara lain sederhana cara pengerjaannya dan tidak berbahaya, lebih murah dan mudah dikerjakan dibanding dengan NaOH, cukup efektif untuk menghilangkan aflatoksin khususnya pada jerami, meningkatkan kandungan protein kasar dan tidak menimbulkan polusi dalam tanah (Siregar, 1996).

(33)

melainkan berfungsi sebagai katalisator dalam proses fermentasi (Zaman dan Sutrisno, 2010).

IV.2.3 Pembuatan Tepung Hijauan dan konsentrat

Pertumbuhan ternak akan relatif lambat jika peternak hanya mengandalkan pemberian hijauan. Optimalisasi pertumbuhan ternak bisa dicapai dengan pemberian konsentrat yang bisa diperoleh dari limbah industri pertanian, termasuk dari proses pengolahan produk perkebunan (Guntoro, 2008). Berdasarkan kandungan gizinya, konsentrat dibagi menjadi tiga golongan yaitu, konsentrat sebagai sumber energi, protein dan mineral.

Konsentrat sebagai bahan energi adalah semua bahan pakan yang mengandung PK kurang dari 20%. Bahan pakan tersebut banyak mengandung karbohidrat/pati/gula yang dapat digunakan sebagai sumber energi hewan monogastrik. Terdapat empat kelompok bahan pakan yang termasuk sumber energi yaitu : cereal grain, milling by product, special product, buah-buahan dan produk lainnya ( Sutardi, 2012 ).

Bagi ternak ruminansia, konsentrat termasuk pakan tambahan yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan atau produksi. Sementara itu bagi ternak monogastrik, konsentrat merupakan pakan utama. Semua cerelia mengandung karbohidrat yang tinggi kecuali gabah. Kandungan lemak cerelia bervariasi antara 3-8 %. Lemaknya mengandung asam lemak palmitat ( jenuh ), asam oleat dan linoleat. Kandungan mineral Ca sebesar 0,03 % dan P sebesar 0,3 %. Bahan pakan sumber energi dari jenis konsentrat sebagian besar terdapat dalam bahan pakan asal tumbuh-tumbuhan atau nabati dengan limbahnya, di antaranya jagung kuning, sorghum, pollard, millet, bekatul, onggok, dan gandum. Bahan pakan sumber energi asal nabati ini umumnya mempunyai kandungan serat kasar yang cukup tinggi (Rasyaf, 1994).

(34)

tersebut untuk mencapai dasar akan lebih cepat. Daya ambang yang terlalu lama akan menyulitkan dalam proses pencurahan bahan karena dibutuhkan waktu yang lebih lama. Bahan pakan berupa tepung hijauan dengan ukuran partikel halus mempunyai daya ambang sebesar 1,98 m/dt. Sedangkan tepung hijauan dalam bentuk pelet memiliki daya ambang 10,9 m/dt. Dedak merupakan jenis pakan yang berbentuk tepung dengan ukuran partikel halus. Hasil praktikum daya ambang sebesar 0,25 m/dt. Jika dibandingkan dengan literatur maka hasil praktikum daya ambang dedak lebih kecil. Jika daya ambang suatu bahan kecil itu artinya bahan pakan tersebut dapat lebih cepat mencapai dasar pada saat melakukan pencurahan.

Pengukuran sudut tumpukan atau angle of repose adalah dengan cara menjatuhkan suatu sampel ke corong, kemudian ukur diameter dan tingginya. Hasil pengukuran sudut tumpukan adalah 37,23° dengan tinggi bahan pakan 7,5 cm dan diameter 19,5 cm. Hal ini sesuai dengan Hartadi (1993), bahwa pakan berbentuk halus mempunyai sudut tumpukan kurang dari 20, selain itu besarnya sudut tumpukan dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan, bentuk, berat jenis, kerapatan tumpukan dan kadar air bahan. Ukuran bahan yang lebih kecil maka akan membentuk sudut tumpukan yang semakin besar. Pakan berbentuk padat mempunyai sudut tumpukan berkisar 20-50°.

Semakin tinggi tumpukan, maka semakin kurang bebas suatu partikel bergerak dalam tumpukan. Sudut tumpukan berperan antara lain dalam menentukan flowabivity (kemampuan mengalir suatu bahan, efisiensi pada pengangkutan atau pemindahan secara mekanik, ketepatan dalam penimbangan dan kerapatan kepadatan tumpukan (Thomson, 1993).

Sudut Tumpukan (Angle of Response)

(35)

ukuran partikel maka semakin tinggi sudut tumpukkannya (Retnani, 2001).

Sudut tumpukkan berfungsi untuk menentukan kemampuan mengalir suatu bahan efisiensi pada pengangkutan secara mekanik. Sudut tumpukkan merupakan kriteria kebebasan bergerak suatu partikel pakan dalam tumpukkan dimana makin tinggi tumpukkan maka kebebasan partikel untuk bergerak semakin berkurang. Hasil sudut tumpukkan adalah sudut yang diperoleh dari tinggi bidang yang terbentuk dibagi dengan diameternya (Noordiyansyah, 2007).

Besarnya sudut tumpukan sangat dipengaruhi oleh ukuran, bentuk dan karakteristik partikel, kandungan, berat jenis dan kepadatan tumpukan. Ukuran partikel mempengaruhi sudut tumpukan, yaitu semakin kecil ukuran partikel maka semakin tinggi sudut tumpukannya (Retnani, et al., 2011).

Praktikum mengenai sudut tumpukan (Angle of Response) diperoleh hasil sudut tumpukan untuk daun waru 29,680 dan untuk kulit durian 45,570. Hasil sudut tumpukan diperoleh dari tinggi bidang yang terbentuk dibagi dengan diameternya. Pengamatan sudut tumpukan dilakukan sebanyak dua kali dan setelah itu dihitung rata-ratanya. Hal ini sesuai dengan Mujnisa (2008), bahwa pakan berbentuk halus mempunyai sudut tumpukan kurang dari 20, selain itu besarnya sudut tumpukan dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan, bentuk, berat jenis, kerapatan tumpukan dan kadar air bahan.. Ketinggian tumpukan bahan harus selalu berada dibawah corong.

Berat Jenis (Dersity)

(36)

penyebaran partikel sitabilitas suatu campuran bahan pakan (Jaelani dan Firhami, 2007).

Berat jenis merupakan perbandingan antara massa bahan terhadap volume dan memegang peranan penting dalam pelbagai proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan. Berat jenis mempengaruhi kerapatan tumpukkan dengan daya imbang homogenitas dan stabilitas kecepatan (Sutardi, 2002).

Menurut Axe (2005), apabila bahan mempunyai berat jenis partikel yang berbeda jauh, maka cenderung memisahsetelah mixing dan handling. Partikel yang lebih padat atau rapat berpindah kebawah melewati partikel lain yang lebih halus atau ringan. Semakin tinggi berat jenis, maka akan semakin tinggi kapasitas ruang penyimpanan dan memudahkan pengangkutan. Maka dari itu, berat konsentrat harus didorong oleh berat dari hijauan pakan karena dapat langsung dicerna oleh cairan rumen (microba).

Perbedaan nilai berat jenis selain dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik permukaan partikel, juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Khalil, 1999) yang menyatakan bahwa adanya variasi dalam nilai berat jenis dipengaruhi partikel dan stabilitas suatu campuran pakan. Bahan pakan yang memiliki perbedaan berat jenis cukup besar, akan menghasilkan campuran tidak stabil dan mudah terpisah kembali (Chung, 1995). Semakin besar ukuran partikel sampel maka semakin berat jenisnya (Rahardjo, 2010).

Daya Ambang (Floating Rote)

(37)

menyulitkan dalam proses pencurahan bahan karena dibutuhkan waktu yang lebih lama (Jaelani, 2007).

Cara kerja pada praktikum yang telah dilaksanakan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Jaelani (2007) yaitu daya ambang diukur dengan cara menjatuhkan 10 gram (pada praktikum, sampel yang digunakan 1 gram) partikel bahan pada ketinggian 3 meter (pada praktikum, tingginya 1 meter) dari dasar lantai, kemudian diukur lamanya waktu (detik) yang dibutuhkan sampai mencapai lantai dengan menggunakan stopwatch. Lantai tempat jatuhnya bahan diberi alas dengan alumunium foil untuk memudahkan pengamatan saat bahan jatuh. Diupayakan pengaruh udara agar diperkecil, yaitu dengan menutup setiap lubang yang memungkinkan angin masuk (ventilasi, jendela, dan pintu).

Daya ambang dihitung dengan cara membagi jarak jatuh (meter) dengan lamanya waktu yang dibutuhkan (detik). Daya ambang pada praktikum ini, diperoleh dengan cara menjatuhkan bahan atau sampel dari nampan dengan ketinggian 1 meter dan dihitung waktunya dengan menggunakan stopwatch. Dengan menggunakan rumus jarak dibagi waktu, maka diperoleh nilai daya ambang, yaitu 0,69 m/s untuk tepung daun waru dan 0,75 m/s untuk tepung kulit durian.

Luas Permukaan Spesifik (LPS)

Rahardjo et al. (2004), menyatakan bahwa luas permukaan spesifik merupakan suatu berat tertentu mempunyai luas permukaan tertentu pula. Menurut Khalil (1997), luas permukaan spesifik adalah luas permukaan bahan pakan pada berat tertentu. Peran luas permukaan spesifik untuk mengetahui tingkat kehalusan dari bahan pakan tanpa diketahui distribusi ukuran kompos partikel secara keseluruhan.

(38)

berarti partikel yang semakin akan menutupi seluruh permukaan hingga tertutup rapat. Kadar sampel yang semakin halus juga akan semakin meningkatkan daya cerna oleh ternak. Dengan diketahui LPS suatu bahan pakan berarti menunjukan seberapa halus bahan pakan tersebut atau dalam bentuk apa bahan pakan tiap gramnya. Jika nilai LPSnya kecil dalam tiap gramnya, maka sampel tersebut berbentuk butiran – butiran kasar atau kristal (Raharjo, 2002), semakin halus kadar sampel, maka semakin baik daya cernanya bagi ternak.

LPS sendiri merupakan luas permukaan spesifik suatu bahan pakan dengan berat tertentu. Dengan mengukur LPS maka akan diketahui tingkat kehalusan yang dimiliki oleh bahan tersebut. Hal ini sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sutardi, et.al (2003) bahwa bahan pakan memiliki tingkat kehalusan dan ukuran komposisi. LPS juga dapat bermanfaat dalam pengefisenan bahan pakan, seperti yang diungkapkan oleh Jaelani (2007) bahwa efisien suatu proses penganganan, pengolahan dan penyimpanan dalam bahan pakan tidak hanya butuh nilai gizi dan unsur kimianya saja, melainkan juga sifat fisik.

IV.2.4 Evaluasi Silase dan Amoniasi Jerami

(39)

Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan dan leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Menurut Aak (1985) pembuatan silase hanya memiliki dua prinsip yaitu;

 Keadaan hampa udara

Prinsip ini dapat dilaksanakan dengan penyimpanan hijauan makanan ternak yang dilakukan di didalam tempat yang tertutup rapat dan dengan penimbunan hijauan yang dipadatkan.

 Suasana asam

Untuk mencegah adanya organisme di dalam penyimpanan yang tidak dikehendaki, karena organisme tersebut bisa mengakibatkan terjadinya pembusukan yakni pembentukan asam butirat yang tidak dikehendaki maka dapat diusahakan dengan penurunan pH di dalam silo secepat mungkin. Sedangkan menurut Nevy (2008) prinsip utama pembuatan silase adalah menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman, mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap uadara, menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk, dan mempercepat atau keadaan hampa udara (anaerob).

Hijauan yang digunkan untuk pembuatan silase pada saat praktikum yaitu rumput gajah. Sebelum diproses menjadi silase, rumput gajah terlebih dahulu mengalami pencacahan dan pengeringan. Proses pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada dalam rumput gajah tersebut. Sebab, tingginya kadar air pada bahan pakan akan menyebabkan adanya proses pemanasan didalam silo sehingga menyebabkan silase beraroma sangat asam. Hal ini juga diungkapkan oleh Brotonegoro (1978), pembuatan silase pada hijauan harus mengandung kadar air sekitar 60% hingga 75%. Bila kadar air tersebut melebihi ketentuan tersebut akan menghasilkan silase yang terlalu asam sehingga kurang disukai ternak.

(40)

sehingga dapat lebih efisien dimanfaatkan oleh ternak dan dapat memasok zat makanan khususnya energi lebih banyak pada ternak.

IV.2.5 Pembuatan Wafer

Wafer merupakan salah satu bentuk pakan yang berisi nutrisi yang lengkap. Menurut Noviagama (2002), wafer ransum komplit adalah suatu produk pengolahan pakan ternak yang terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan konsentrat dengan komposisi yang disusun berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentu selama waktu tertentu.

Pada pembuatan wafer saat praktikum memiliki formulasi tertentu. Formulasi tersebut terdiri atas konsentrat 300 gram dan silase hijauan 200 gram. Tujuan dari pembuatan wafer ini yaitu untuk memudahkan dalam distribusi pakan kepada ternak maupun saat pengangkutan pakan, mengurangi kadar air yang terkandung didalam bahan pakan, dan meningkatkan palatabilitas.

Wafer yang dibuat pada saat praktikum memiliki tekstur yang kompak dan sangat mudah hancur. Menurut Yuliana (2008), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pembuatan pakan yang berbentuk wafer. Hal-hal tersebut diantaranya adalah:Kadar air, kadar air yang ada dalam bahan pakan sangat berpengaruh terhadap kandungan nutrisi yang ada didalamnya.

Semakin tinggi kadar air bahan pakan, maka kandungan nutrien yang ada didalamnya semakin berbanding terbalik. Selain berpengaruh terhadap kandungan nutrisi yang ada dilamnya, kadar air juga berpengaruh dalam daya simpan suatu bahan pakan. Nurhidayah (2005) menyatakan bahwa, toleransi maksimal kadar air untuk bahan pakan pembuatan wafer sebanyak 14%. Hal ini berarti bahwa wafer ransum komplit yang dihasilkan diduga lebih awet dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama.

(41)

wafer adalah jenis bahan baku dan pemadatan hamparan pada mesin pengempaan

Kekerasan tekstur, kekerasn tekstur ini berpengaruh terhadap kemampuan ternak untuk mengkonsumsi wafer. Ketika tekstur wafer sanagt keras, maka ternak akan sangat kesulitan dalam mengkonsumsi wafer. Namun, ketika tekstur wafer keras maka daya simpan wafer akan semakin tinggi

Hardness Tester (Uji Kekerasan)

Uji ketahanan benturan dengan menggunakan Hardness

Tester digunakan untuk mengetahui ketahanan pellet terhadap

benturan atau tumbukkan pada saat pengepakan atau proses pengangkutan (Suryanagara, 2006). Menurut Widyastuti, et. al (2004), hardness ditetapkan dengan mengukur kekuatan/ daya yang dibutuhkan untuk memecah pellet menggunakan spring

hardness tester dengan ulangan pengukuran 10 kali (10

sampel pellet) untuk masing-masing unit percobaan. Kriteria ini digunakan untuk mengukur artisi tipe fragmentasi.

Hardness menggunakan satuan internasional dalam (lbs).

Menurut Widyastuti, et. al (2004), hasil penelitian menunjukkan rataan kekerasan pellet antara 13,25 lbs (6,02 kg) sampai 21,32 lbs (9,68 kg). Kekerasan pellet pakan dengan ukuran diameter 6-8 mm minimal 6,5 kg. Sedangkan, hasil menunjukkan variasi yang lebar yang disebabkan karena pengaruh formulasi dari bahan pengikat yang berbeda.

Durability (Uji Gesekan)

Durability ditetapkan dengan mengukur jumlah atau

berat pellet (300 gr) yang kembali dalam keadaan utuh setelah

di tumbling dengan kecepatan 50 rpm dalam jangka waktu 10

menit menggunakan alat pfost tumbling modified (Yulistianti, 2001).

(42)

terhadap jumlah pakan semula sebelum dimasukkan kedalam alat (Dozier, 2001).

(43)

37

V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN

1. Masing-masing bahan pakan baik hijauan maupun kosnsentrat memiliki kandungan nutrisi dan penamaan yang berbeda

2. Alat-alat yang ada didalam laboratorium memiliki fungsinya masing-masing sehingga memiliki bentuk, nama, dan spesifikasi yang berbeda

3. Silse hijauan dan amoniasi jerami terbukti dapat meningkatkan kualitas nutrisi bahan pakan

4. Pembuatan silase memiliki beberapa tahapan, yaitu pengeringan bahan pakan, penimbangan, formulasi bahan pakan dan pencampuran

5. Hasil silase hijauan dan amoniasi jerami pada pada saat praktikum masih memiliki beberapa kekurangan

6. Proses pembuatan pelet mengalami beberapa proses, yaitu pencampuran (mixing), pengaliran uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan pendinginan (cooling)

7. Wafer complete feed yang dibuat pada saat praktikum memiliki tekstur yang mudah hancur dan masih memiliki kadar air yang tinggi. Sehingga, berakibat pada daya simpan wafer yang semakin singkat

V.2 SARAN

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja Dan Perah. Kanisius. Yogyakarta

Anwar, Chairil, Hadi, M., Fadhilah, Risnawan, E. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. DIKTI. Jakarta. Brotonegoro, S., E. Yusuf Dan H. Sukiman. 1979. Pengawetan Bahan Makanan

Ternak Secara Fermentasi Asam Laktat. Seminar Penelitian Dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Biologi Nasional-LIPI Bogor.

Guntoro, Suprio. 2008. Membuat Pakan Ternak Dari Limbah Perkebunan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hartadi, H., Soedomo R., Dan A.D. Tillman. 1989. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hartadi, Hari. 1990. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Hartati, Sri. 2002. Nutrisi Ternak Dasar. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Hernaman, Iman. Atun. B. Rumasmana. 2007. Pembuatan Silase Campuran Ampas Tahu Dan Onggok Serta Pengaruhnya Terhadap Fermentabilitas Dan Zat-Zat Makanan. Jurnal Bionatura, Vol. 9, No. 2, 3uli 2007 : 172 -183 Jaelani, Achmad, DKK. 2007. “ Kualitas Sifat Fisik Dan Kandungan Nutrisi

Bungkil Inti Sawit Dari Berbagai Proses Pengolahan Trude Palm Oil (CPO). Jurnal AL-Ulum Vol. 33 No. 3.

Khalil. 1999. “Pengaruh Kandungan Air Dan Ukuran Partikel Terhadapsifat Fisik Pakan Lokal : Sudut Tumpukan, Kerapatan Tumpukan, Kerapatan Pemadatan Tumpukan, Berat Jenis, Daya Ambang, Dan Faktor Higroskopis”. Media Peternakan 22 (1) : 1 – 11.

Lado. L . 2007. Evaluasi Kualitas Silase Rumput Sudan (Sorghum Sudanense) Pada Penambahan Berbagai Macam Aditif Karbohidrat Mudah Larut. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

(45)

Munier,.F.F,. 2011. Evaluasi Karakteristik Silase Campuran Kulit Jagung Dan Daun Lamtoro (Leucaena Leucochepala) Tanpa Dan Dengan Molases. Murni, Dkk. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan.

Fakultas Peternakan Jambi. Jambi

Nevy, Hanafi D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. USU Respository. Medan.

Noviagama, V.R. 2002. Penggunaan Tepung Gaplek Sebagai Bahan Perekat Alternatif Dalam Pembuatan Wafer Ransum Komplit. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nugroho, F.D. 2001. Performans Sapi Batina Brahman Cross Yang Diberi Wafer Ransum Komplit Berbahan Baku Jerami Padi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nurhidayah, A.S. 2005. Pemanfaatan Daun Kelapa Sawit Dalam Bentuk Wafer Ransum Komplit Domba. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Parakkasi, A. 1999. Nutrisi Dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia

Press. Jakarta.

Rahardjo, T. 2002. Ilmu Teknologi Bahan Pakan . Purwokerto: UNSOED.

Rasyaf.1994. Bahan Makanan Di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Parakkasi, Aminuddin. 1983. Ilmu Gizi Dan Makanan Ternak. Bogor : IPB.

Rukmana, Rahmat. 2005. Silase Dan Permen Ternak Ruminansia.Kanisius. Yogyakarta

Salim, R., B. Irawan, Amirudin, H. Hendrawan, Dan M. Nakatani. 2002. Produksi Dan Pemanfaatan Hijauan. Penerbit Dairy Technology Improvement Project In Indonesia. Jakarta.

Siregar, M.E. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudarmadji,S. 1997. Prosedur Untuk Analisa Bahan Pakan Dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Sumarsih, S Dan B. I. M. Tampoebolon. 2003. Pengaruh Aras Urea Dan Lama Pemeraman Yang Berbeda Tehadap Sifat Fisik Eceng Gondok Teramoniasi. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 4: 298-301

Sutardi, T.R. 2012. Ilmu Bhan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

(46)

Thomson. 1993. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan. Bogor.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, Dan S. Lebdosukojo. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Tillman, A.D. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Yuliana, Siti. 2008. Uji Kualitas Fisik Ransum Komplit Dalam Bentuk Wafer Berbahan Baku Jerami Padi Produk Fermentasi Trichoderma Viride. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

(47)

LAMPIRAN

Wafer

Pellet Luas permukaan spesifik

Gambar

Gambar 1 jerami amoniasi
Tabel 1.Pembuatan complate feed blok

Referensi

Dokumen terkait

Suspensi farmasi adalah disperse kasar, dimana partikel padat yang tak larut terdispersi dalam medium cair (Anief,1993).. Evaluasi sediaan suspensi

lempung berliat; struktur : bentuk gumpal membulat dengan ukuran sangat halus serta memiliki tingkat perkembangan lemah (butir struktur mudah hancur);

Sifat fisik pakan yang penting untuk diketahui adalah ukuran partikel, berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan dan

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan tepung cangkang telur ayam dengan ukuran partikel yang berbeda terhadap sifat fisik, kimia dan

Parameter uji stabilitas fisik yang ditentukan adalah organoleptis sediaan, berat jenis, viskositas dan sifat alir, untuk gel maupun krim, serta tipe emulsi dan ukuran

Sifat Kimia Asam Asetat Banyak senyawa kimia berguna lain yang terbuat dari asam asetat sebagai salah satu bahan utamanya diantaranya etil asetat yang banyak dipakai sebagai pelarut

Supaya didapatkan informasi tentang frekuensi ukuran partikel pada setiap size interval tertentu, yang mana tidak tergantung dari mesh bidang ayak, maka OP% dibagi dengan lebar size

Supaya didapatkan informasi tentang frekuensi ukuran partikel pada setiap size interval tertentu, yang mana tidak tergantung dari mesh bidang ayak, maka OP% dibagi dengan lebar size