• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULER

Dalam dokumen PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL (Halaman 46-49)

C. Denyut Nad

9. PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULER

SISTEM KARDIOVASKULAR TERHADAP JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

 Inspeksi dan Palpasi

1. Area jantung (prekordial) diinspeksi secara silmutan untuk mengetahui adanya ketidak normalan denyutan/dorongan (heaves).

2. Palpasi dilakukan secara sistematis mengikuti struktur anatomi janttung mulai dari area aorta, area pulmonal, area trikuspidalis, area apikal dan area epigastrik.

3. Hasil palpasi di jelaskan mengenai lokasi , yaitu pada spasi interkostale ke berapa ,jarak dari garis midsternal , midklavikula , dan garis aksilaris. CARA KERJA PALPASI :

1. Bantu pasien mengatur posisi supinasi dan pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien.

2. Tentukan lokasi sudut louis dengan palpasi. Sudut ini terletak di antara manubrium dan badan sternum. Ini akan terasa seperti bagian dari sternum. 3. Pindah jari-jari ke bawah ke arah tiap sisi sudut sehingga akan teraba

spasium interkostalis ke-2. Area aorta terletak di spasium interkostalis ke-2 kanan dan area pulmonal terletak pada spasi interkostale ke-2 kiri.

4. Inspeksi dan palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada/tidaknya uplsasi.

5. Dari area pulmonal, pindahkan jari-jari anda kebawah sepanjang 3 spasi Interkostale kiri menghadap ke sternum. Amati thd ada tidaknya pulsasi. 6. Dari area trikuspidalis, pindah tangan anda secara lateral 5-7 cm ke garis

midklavikularis kiri dan akan ditemukan area apikal/pmi (point of maximal impulse).

7. Isnpeksi dan palpasi pulsasi pada area apikal. Sekitar 50% orang dewasa akan memperlihatkan pulpasi apikal. Ukuran jantung dapat diketahui dengan mengamati lokasi pulsasi apikal. Apabila jantung membesar, maka pulsasi ini bergeser secara lateral ke garis midklavikula.

8. Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palsasi pada area epigastrik.

 Perkusi

1) Perkusi jantung dilakukan untuk mengetahu ukuran dan bentuk jantung secara kasar.

2) Perkusi jantung dilakukan hanya dalam keadaan yang sangat diperlukan. 3) Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai

plesimeter (landasan) rapat-rapat di dinding dada.

4) Perkusi dapat dikerjakan dari semua arah menuju letak jantung.

5) Untuk menentukan batas sisi kanan dan kiri, perkusi dikerjakan dari arah samping ke tengah dada. Batas atas jantung diketahui dengan perkusi dari atas ke bawah.

6) Pemeriksa hendaknya mengetahui lokasi redup jantung. Batas kiri umumnya tidak lebih dari 4,7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada spasium interkostalis ke 4,5 dan 8.

7) Perkusi dapat pula dilakukan dariarah sternum keluar dengan jari yang stasioner secara paralel pada spasium interkostalis sampai suara redup tidak terdengar. Ukurlah jarak dari garis midsternal dan tentukan dalam cm.

8) Dengan adanya foto rontogen, maka perkusi pada area jantung jarang dilakukan karena gambaran jantung dapat diihat pada foto thorak antero posterior.

 Auskultasi

1. Jantung dapat didengar dengan auskultasi.

2. Bunyi jantung dihasilkan oleh penutupan katup-katup jantung.

3. Bunyi jantung I (s1) timbul akibat penutupan katub mitralis trikuspidalis.

4. Bunyi jantung ii (s2) timbul akibat penutupan katup aorta dan pulmonalis.

5. Biasanya s1 terdengar lebih keras dari pada s2, namun nada s1 lebih rendah sedangkan s2 tinggi.

6. S1 didiskripsikan sebagai bunyi “lub” dan s2 bunyi “dub”. Jarak kedua bunyi adalah 1 detik/kurang.

7. Periode yang berkaitan dengan bunyi jantung s1 dan s2 adalah periode sistole dan diastole.

8. Periode sistole adalah periode saat ventrikel berkontraksi, yang dimulai dari s1 sampai s2.

9. Periode distole adalah periode saat ventrikel relaksasi, yang dimulai dari s2 dan berakhir pada saat/mendekati s1. Sistole biasanya lebih pendek dari diastole.

10. Secara normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode-2 diatas, tetap pemeriksa yang sudah berpengalaman dapat mendengar bunyi tambahan (s3 dan s4) selama periode diastole.

11. S3 dan s4 dapat didengar lebih jelas pada area aplikal dengan menggunakan bagian sungkup (bell) stetoskop.

12. S3 timbul pada awal diastole yang terdengar seperti “lub-dub-ee”. S3 normal terdengar pada anak-anak dan dewasa muda. Bila didapatkan pada orang dewasa, maka dapat pertanda adanya kegagalan jantung. 13. S4 jarang terdengar pada orang normal. Bila ada, ini terdengar saat

mendekati akhir diastole sebelum s1 dan dinyatakan kira2 seperti “dee- lub-dub” (s4-s1-s2). S4 dapat sebagai tanda adanya hipertensi

14. Aukultasi harus dilakukan paada area auskultasi utama dengan menggunakan stetoskop bagian diafragma kemudian dengan bagian bell. Gunakan tekanan yang lembut sewaktu menggunakan bagian diafragma dan tekanan yang mantap sewaktu menggunakan bagian bell.

BUNYI/ FASE

CIRI AORTA PULMONAL

IS TRIKUSPIDALI S APIKAL S1 Tumpul,nad a < s2 “lub” Intensitas > s2

Intensitas > s2 Lebih keras/ = s2 Lebih keras/=s2 S2 Nada tinggi > pendek dari s1 “dub” Lebih keras dari pada s1 Lebih keras dari pada s1 Intensitas kurang/=s1 Intensitas kurang/=s1

SISTOLE PD INTERVAL S1 & S2 DISTOLE ANTARA S2 & S1

15. Lima area utama yang digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung : katup aorta, pulmonalis, trikus pidalis, apikal dan epigastrik.

CARA KERJA :

1. Kaji ritme dan kecepatan jantung secara umum, perhatikan dan tentukan area aukutasi

2. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal dan kemudian tahan nafas saat ekspirasi. Dengarkan s1 sambil melakukan palpasi nadi karotis. Bunyi s1 seirama dengan saat nadi korotis berdenyut. Perhatikan intensitas, adanya kelainan/variasi, pengaruh respirasi, dan adanya spilittin s1 (bunyi s1 ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat berhimpitan).

3. Konsentrasikan pada sistole, dengarkan secara saksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan/murmur s1 pada awal sistole.

4. Konsentrasikan pada sistole, yang mirip interval yang lebih panjang dari sistole, perhatikan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan/murmur (durasi sistole dan diastole adalah sebanding pada saat kecepatan jantung meningkat).

5. Anjurkan pasien bernafas secara normal, dengarkan s2 secara seksama untuk mengetahui apakah ada spilitting s2 saat inspirasi.

6. Anjurkan pasien untuk menghembuskan dan menahan nafas, kemudian menghirup/inhalasi dan menahan. Dengarkan s2 untuk mengetahui apakah s2 menjadi bunyi tunggal.

Dalam dokumen PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL (Halaman 46-49)

Dokumen terkait