• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN KADAR PENCEMARAN UDARA

PEMERIKSAAN KADAR

PENCEMARAN UDARA

A. Pendahuluan

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pembangunan dan pekerjaan di bidang teknik sipil akan terus berlangsung sepanjang kota berkembang, selama manusia hidup dan membutuhkan tempat tinggal serta melakukan aktivitas. Sebagai konsekuensi adalah adanya sejumlah lahan yang harus dikorbankan menjadi bangunan ataupun jalan. Perubahan lahan pada akhirnya akan mengakibatkan adanya pemanasan global yang ditandai dengan perubahan iklim dan peningkatan emisi karbon di udara.

Menurut Kobayashi (2010), beberapa pendekatan telah dikembangkan untuk mengurangi timbulnya emisi karbon di udara pada proses pra- konstruksi dan konstruksi melalui pembentukan masyarakat “Zero-Emission” yang mengedepankan gerakan hemat bahan bangunan melalui daur ulang material, penggunaan bahan bangunan tahan lama, perbaikan sistem bahan dan konstruksi bangunan, serta melalui optimalisasi sistem jaringan eksisting. Sementara itu pada tahap pascakonstruksi, upaya reduksi emisi CO2 dapat dilakukan terutama melalui konsumsi energi listrik dan bahan bakar dari keperluan rumah tangga (Priemus 2005). Salah satu solusi untuk mencegah atau mengurangi dampak tersebut adalah dengan penyediaan vegetasi.

Produksi emisi CO2 yang bersumber dari bangunan dapat direduksi dengan upaya penghijauan di sekitar bangunan. Mekanisme penghijauan tersebut berupa penanaman vegetasi penyerap CO2 di halaman atau pekarangan atau di tepi jalan kompleks. Setiap vegetasi memiliki kemampuan untuk penyerapan CO2 masing-masing. Untuk itu perlu adanya perhitungan penyerapan CO2 oleh vegetasi dengan metode Takaoki.

Maksud dari pengujian metode takaoki adalah untuk mengetahui tingkat serapan CO2 oleh vegetasi yang digunakan sebagai kompensasi terhadap produksi CO2 yang dikeluarakan dari prapembangunan, proses pembangunan dan pascapembangunan. Selain itu, maksud dari pengujian ini yaitu memberikan pembelajaran bagi mahasiswa agar mahasiswa menyadari bahwa pentingnya keadaan lingkungan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan khususnya dibidang teknik sipil dan merupakan salah satu cara untuk menangulangi dari maraknya pembangunan yang semakin tahun semakin tinggi.

Tingginya emisi CO2 yang dikeluarkan oleh aktivitas manusia

(anthoposentricemissions), baik secara statis ataupun dinamis memenuhi udara dan atmosfer. Terjadinya penumpukan gas CO2 di udara berakibat pada terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global yang akan diterangkan pada sub bab berikutnya. Untuk melakukan antisipasi akibat produksi CO2, terlebih dahulu dilakukan pengukuran berapa kandungan CO2 sebenarnya di udara.

Pengukuran ini dilakukan melalui sejumlah perhitungan yang berdasarkan pada beberapa teori lingkungan hingga penggunaan permodelan dan simulasi untuk mendapatkan hasil yang lebih detail tentang kandungan emisi di udara. Perhitungan atau prediksi kandungan emisi di udara merupakan suatu hal yang sangat kompleks karena kandungan emisi di udara tidak hanya diukur dari sumber emisinya saja tetapi juga harus mempertimbangkan aspek meteorologi (seperti arah dan kecepatan angin, curah hujan, kelembaban) dan aspek alamiah lainnya (seperti topologi dan jenis tanah). Dalam melakukan prediksi kandungan emisi di udara, harus diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut (Canter,1996):

1. Identifikasi dampak kualitas udara akibat adanya suatu kegiatan, yaitu melakukan kegiatan identifikasi jenis polutan apa saja yang mungkin teremisikan oleh suatu kegiatan pembangunan ataupun operasional. Pendekatan yang digunakan dalam tahap ini adalah Faktor Emisi (FE) yang merupakan jumlah rata-rata polutan yang dikeluarkan ke atmosfer sebagai hasil dari suatu kegiatan seperti pembakaran, produksi dan lain sebagainya, yang dibagi oleh level dari aktivitasnya.

2. Deskripsi kondisi udara eksisting, meliputi kegiatan pengumpulan data kualitas udara, pengembangan inventori emisi, dan perolehan data meteorologi. Pengumpulan data kualitas udara dan data meteorologi

dengan memanfaatkan data sekunder dari stasiun pengamat cuaca. Sementara inventori emisi yang dimaksud di sini merupakan informasi tentang besaran polusi udara dari seluruh sumber pada wilayah geografi yang masuk ke atmosfer dalam periode waktu tertentu (biasanya selama satu tahun).

3. Penentuan standar atau baku mutu yang relevan.

4. Prediksi dampak pencemaran udara, beberapa pendekatan yang digunakan: a. Keseimbangan massa, pendekatan yang berdasarkan pada

penggambaran keseimbangan massa dari total emisi pencemar udara yang masuk ke atmosfer yang dilepaskan oleh semua sumber aktivitas pada fase kegiatan konstruksi maupun operasional.

b. Model box, merupakan pendekatan yang digunakan untuk melakukan prediksi emisi udara yang dikeluarkan oleh sumber polutan satu titik, lebih dari satu titik, area, garis, dan hybrid type. Asumsi yang digunakan dalam pendekatan model box ini adalah (1) polutan yang diemisikan ke atmosfer dalam keadaan tercampur sempurna dalam sebuah volume atau box udara; (2) dimensi waktu dan fisik dalam kondisi steady state; (3) proses dilusi terjadi secara instan; dan (4) material yang diemisikan mempunyai kestabilan kimia dan tetap tinggal diam di udara.

c. Model dispersi kualitas udara, merupakan pendekatan dengan

melakukan klasifikasi menurut jenis sumber, ground level, jenis polutan, waktu rata-rata dan reaksi atmosferik.

d. Model pasquill, pendekatan ini untuk analisis dampak terhadap kualitas udara untuk sumber titik.

e. Model untuk sumber titik pada ground level

f. Model untuk sumber area pada ground level atau sumber garis g. Perhitungan dengan basis komputerisasi menggunakan software,

seperti SCREEN, FDM (Fugitive Dust Model), EDMS (Emission and DispersionModeling System), SLAB dan lain sebagainya.

h. Prakiraan dampak penting identifikasi upaya kontrol pencemaran udara, untuk meminimalkan dampak penting terhadap kualitas udara terkait pada aktivitas pembangunan maupun kegiatan operasional yang sedang dilakukan.

Pembangunan sebuah kota berikut aktivitas yang berlangsung di dalamnya membutuhkan sejumlah energi. Sebagian besar energi yang diperoleh berasal dari pembakaran karbon, atau dengan kata lain mengeluarkan emisi CO2.

Beberapa elemen yang memproduksi CO2 secara aktif dalam kehidupan

perkotaan adalah sebagai berikut (Rahmi dan Setiawan, 1999): 1. Bangunan

2. Transportasi 3. Infrastruktur 4. Industry

Dalam IPCC (2006) Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories

disebutkan bahwa emisi gas rumah kaca ke atmosfer dilepaskan oleh pembakaran statis (stationary combustion) dan pembakaran dinamis (mobile combustion). Pembakaran yang dimaksud adalah pembakaran karbon. Kegiatan yang termasuk dalam stationary combustion meliputi industri, kegiatan manufaktur, konstruksi,komersial, institusional, permukiman, dan kegiatan pertanian.

Namun, produksi emisi CO2 yang bersumber dari bangunan rumah dapat direduksi dengan upaya penghijauan di sekitar rumah. Mekanisme penghijauan tersebut berupa penanaman vegetasi penyerap CO2 di halaman atau pekarangan atau di tepi jalan kompleks. Pemilihan vegetasi untuk penghijauan pekarangan dipilih berdasar kriteria sebagai berikut (Fandeli, dkk., 2004) :

1. Kecepatan tumbuhnya bervariasi 2. Pemeliharaan relatif mudah 3. Jenis tanaman tahunan

4. Berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya

5. Jarak tanaman bervariasi, persentase area hijau disesuaikan dengan intensitas kepadatan bangunan.

Jika bangunan perumahan tidak memiliki halaman yang cukup luas, penghijauan dapat dilakukan dengan menggunakan metode penghijauan vertikal (vertical planting atau vertical gardening). Emisi CO2 akan naik ke lapisan udaraatas yang akan diserap oleh tanaman yang ada pada setiap lantai gedung bertingkat. Jenis tanaman yang ditanam pada gedung tinggi adalah jenis semak yang tahan terpaan angin keras pada ketinggian tertentu, tahan

panas, sedikit air, dan banyak daun untuk meningkatkan daya serap terhadap CO2 (Kwanda, 2003).

Menurut Ferial (2007), terdapat 3 (tiga) konsep penghijauan vertikal yang

dapat diterapkan pada bangunan tinggi, yaitu:

1. Penghijauan pada Dinding Luar (Fasade) Bangunan

Penghijauan pada dinding luar bangunan bisa dilakukan dengan menyediakan balkon atau teras untuk ditanami pohon-pohon bunga. Jenis tanaman dipilih berdasarkan keindahan bunga, tipe menjuntai atau merambat, serta perakaran tidak merusak struktur bangunan, contohnya

Bougenville, Scindapsus aureus, dan Passiflora violace.

2. Penghijauan pada Lantai Tingkat-tingkat Tertentu di Atas Bangunan Konsep ini memerlukan desain bangunan kreatif dengan penyediaan bagian terbuka dan tertutup. Penyediaan ruang terbuka (ditanami pepohonan) sesuai untuk bangunan tinggi yang memerlukan aliran masuk dan keluar angin yang mengalir ke kawasan hijau di atas bangunan. 3. Penghijauan Ruang Publik (Atrium) dalam Bangunan

Selain fungsi lobby dan rekreasi, atrium dapat digunakan sebagai perangkap angin dan penapis iklim yang optimal dengan melakukan penghijauan di area bangunan.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat untuk menghitung daun:

• Papan • Alat tulis Alat takaoki: • Tabung reaksi Ө 0,4 cm • Tabung kapiler Ө 0,2 cm • Nampan • Pincet Lancip • Suntikan 3 cc • Parameter pembaca

• Kertas Filter • Gunting • Penggaris • Millimeter blok • Cairan safranin

• Cairan buffer carbonat

2. Bahan

Jenis vegetasi yang akan diuji

C. Pelaksanaan

1. Langkah perhitungan daun sebagai berikut:

• Pilih dan amati vegetasi yang akan di uji

• Hitung jumlah cabang vegetasi dalam satu pohon • Hitung jumlah batang vegetasi dalam satu cabang

• Hitung jumlah sub batang vegetasi dalam tiga batang, kemudian

dirata-rata jumlah cabang

• Hitung jumlah ranting vegetasi dalam tiga sub batang, kemudian

dirata-rata jumlah sub batang

• Hitung jumlah sub ranting dalam tiga ranting, kemudian dirata-rata

jumlah ranting

• Hitung jumlah daun dalam tiga ranting, kemudian dirata-rata jumlah

ranting

• Tulis hasil perhitungan jumlah tersebut kemudian dikalikan

keseluruhan jumlah tersebut sehingga menghasilkan besaran jumlah daun

2. Langkah serapan CO2 oleh vegetasi menggunakan metode takaoki sebagai berikut:

• Siapkan satu lembar daun vegetasi yang akan diuji dan sudah dihitung

jumlah daunnya dalam satu pohon.

• Blat daun di kertas millimeter blok sesuai dengan bentuknya, potong

sesuai pola blat kemudian timbang, setelah itu timbang kertas dengan ukuran 5 x 5 cm untuk pembanding kertas.

• Potong daun dengan ukuran 0,4 x 4 cm, kemudian potong kerta

filter dengan ukuran yang sama.

• Masukan potongan daun dan kertas filter tersebut ke dalam cairan buffer carbonat dengan menggunakan pincet lancip, kemudian

masukan kedalam tabung reaksi.

• Masukan cairan safranin secukupnya dengan menggunakan suntikan

kedalam tabung kapiller (diusahakan cairan berada di ujung tabung dan sedikit saja sampai dapat terbaca)

• Sambungkan tabung reaksi dan kapiller dengan menggunakan selang

hingga rapat, usahakan ujung tabung kapiller tidak tertutup dan kenaikan cairan safranin tidak terlalu tinggi.

• Siapkan nampan yang berisikan air di dalamnya dan ditaruh di bawah

sinar matahari langsung, kemudian masukan parameter pembaca dan tabung. Sesuaikan pembacaan parameter setelah tabung dimasukan ke dalam nampan berisikan air.

• Tunggu selama 15-20 menit, catat kenaikan cairan safranin. Hitung

berapa besar serapan CO2.

• Lakukan kembali dengan benda uji lainnya

D. Hitungan

1. Perhitungan Produksi CO2 Listrik

Luas rumah (luas bangunan) : ... m2

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : … orang Penggunaan Listrik Selama Satu

Bulan Unit kWh Equivalent CO2 (kg CO2) (1) (2) (3) (4) 1 2 3 4 5 6 7 Penerangan AC Komputer Televisi Kulkas Mesin Cuci

8 9 10 11 12 Water heater/dispenser Pompa air Setrika Oven Lainnya (sebutk an):...

Total penggunaan listrik selama 1 bulan ...kWh

...kgCO2 Penggunaan bahan bakar untuk

memasak selama 1 bulan

Volume Penggunaan Equivalent CO2 (kg CO2) 1 2 Gas/LPG Minyak tanah Kg Liters

Total cooking coal ...kgCO2

TOTAL EMISSIONS ...kgCO2

Note : Conversion factors used for :

a. Electricity  1 kWh consumed = 0,8409 kg CO2

b. LPG  1 kg LPG = 2,99 kg CO2

c. Kerosene (minyak tanah)  1 liter = 2,5359 kg CO 2. Perhitungan Produksi Bermotor

Tipe kendaraan Total jarak tempuh (km)

selama 1 bulan Kg CO2 per unit Total kg CO2 (1) (2) (3) (4) 1. Petrol Car

(mobil dengan bahan bakar bensin)

a. < 1.400 cc 0,1798

b. 1.400 – 2.000 cc 0,2128

c. > 2.000 cc 0,2955

d. tidak diketahui 0,2057

2. Diesel Car

Tipe kendaraan Total jarak tempuh (km) selama 1 bulan Kg CO2 per unit Total kg CO2 (1) (2) (3) (4) a. < 1.700 cc 0,1510 b. 1.700 – 2.000 cc 0,1876 c. > 2.000 cc 0,2558 d. tidak diketahui 0,1965 3. Sepeda motor a. < 125 cc 0,0850 b. 125 – 500 cc 0,1032 c. > 500 cc 0,1372 d. tidak diketahui 0,1161 4. Taxi 0,1583 5. Bus 0,1035

Total transport emission Kg CO2

3. Perhitungan Serapan CO2

Pengujian serapan CO2 pada pohon dengan mengguakan metode takaoki dengan mengambil 3 (tiga) sampel daun yang masing-masing diambil 3 (tiga) kali uji serapan. Hasil dari rata-rata pegeseran tersebut sudah dikurangi dengan parameter penguapan tabung kosong. Setelah mendapatkan hasil pergeseran rata-rata, kemudian dapat menghitung volume serapan CO2nya sebagai berikut:

Volume Serapan CO2 1,6 cm2 (cm3/15 menit)

= Luas Pipa Kapiler x Pergeseran Rata2

Setelah didapatkan hasil rata-rata volume serapan CO2 tersebut kemudian mencari luasan daun dengan cara perbandingan berat sebagai berikut:

Setelah itu, hasil perhitungan luas daun akan digunakan untuk perhitungan mencari volume Serapan CO2 sebagai berikut:

Sesudah mendapatkan volume serapan CO2/ daun (cm3/15 menit) maka akan didapatkan volume serapan pohon dengan perhitungan sebagai berikut:

Pada perhitungan tersebut volume O2 masih dalam satuan kg/15 menit, untuk mendapatkan total serapan CO2 yang dapat pohon serap maka perlu dirubah menjadi kg/tahun

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM PEMERIKSAAN WARNA

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN SUHU

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM PEMERIKSAAN SUSPENSI DAN KANDUNGAN LUMPUR

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN 4. Kandungan Lumpur

Sampel Volume (ml) Volume Endapan % Kadar Lumpur Ket

5. Kandungan Suspensi

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN DHL

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KESADAHAN

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN 1. Kesadahan Ca++

Sampel Volume (ml) Titrasi EDTA Kesadahan Ca++ Ket

2. Kandungan Total

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN CL

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN Mn

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN pH

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN SO4

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM PEMERIKSAAN DETERGEN

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

Sampel Volume (ml) Kondisi Awal Kondisi Akhir Ket

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KMnO4

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

Sampel Volume (ml) Perbandingan Standar Angka KMnO4 Ket

Nilai KMnO4 ( mg/l ) = vol 1000

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN Fe

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN COD

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

Sampel Volume (ml) Tetrasi Stand. Ferro

Am.COD

Nilai COD

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN COD

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN Sampel Volume (ml) Titrasi Na2S2O3 Hari Nilai O2 Nilai BOD 1 2 3 4 5 Pengenceran = ……….. x

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN COD

TANGGAL : ……… NAMA NO. MHS

KELOMPOK : ……… 1. ……… ……… NAMA ASISTEN : ……… 2. ……… ……… 3. ……… ……… 4. ……… ……… 5. ……… ……… Laporan DATA LAPORAN

Sampel Volume (ml) Tetrasi Na2S2O3 Kandungan

O2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001, International Panel on Climate Change (IPCC). Inventory of U.S. Greenhouse Gas Emissions and Sinks, hal. 1990 –2006.

Anonim, 2006, “IPCC Guideline for National Greenhouse Gas Inventories,” IPCC national greenhouse gas inventories programme. Japan: IGES. Anonim, 2006, IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Fandeli, Chafid, dkk, 2004, “Perhutanan Kota”. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan

UGM, hal.31-32, 90, 155.

Ferial, Rudy, 2007, “Bangunan Tinggi dan Lingkungan Kota”. Jurnal Teknik A., No.28 Vol.1 Tahun XIV November.

<http://www.niwa.cri.nz/ncc/clivar/ipcc> (diakses pada 10 Mei 2008).

Johnson, D. W., Cole, D. W., Gessel, S. P., Singer, M. J. and Minden, R. V., 1997, “Carbonic Acid Leaching in a Tropical, Temperat, Subalpine, and Northern Forest Soil, Arctic Alpine Res”.

Kobayashi, 2010, dalam N. Siahaan (2012), Thesis, Universitas Sumatera Utara, hal.19

Kwanda, Timoticin, 2003, “Pembangunan Permukiman Yang Berkelanjutan Untuk Mengurangi Polusi Udara”, Dimensi Teknik Arsitektur, Vol. 31, No. 1, Juli.

Priemus, 2005, dalam N. Siahaan, 2012, “Thesis Universitas Sumatera Utara”. Hal. 17-18.

Rahmi, Dwita Hadi dan Setiawan, Bakti, 1999, “Perancangan Kota Ekologi”, Proyek Peningkatan Pusat Studi Lingkungan Hidup, Dirjen Dikti.

Hefni Effendi, 2003, “Telaah Kualitas Air”, Bagi Pengelolaan Sumber Daya

dan Lingkungan Perairan.

American Public Health Association (APHA).1976. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 4th edition. American Public Health

Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing. Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA, 359 p.

Cole,G.A. 1998. Textbook of Limnology. Third edition. Waveland Press, Inc., Illinois, USA. 401 p

Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Kumpulan SNI (Standar Nasional

Indonesia) Bidang Pekerjaan Umum Mengenai Kualitas Air. Departemen Pekerjaaan Umum, Jakarta.

Haslam, S.M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons, Chichester, UK. 253 p.

Peavy, H.S., Rowe, D.R., abd Tchobanoglous. 1985. Environmental Engineering. McGraw-Hill International Editions, Singapore. 699 p.

Sawyer, C.N and McCarty, P.L. 1978. Chemistry for Environmental Engineering. Third edition. McGraw-Hill Book Company, Tokyo. 532 p.

Tebbutt, T.H.Y. 1992. Principles of Water Quality Control. Fourth edition. Pergamon Press, Oxford. 251 p.

UNESCO/WHO/UNEP. 1992. Water Quality Assessments. Edited by Chapman, D. Chapman and Hall Ltd., London. 585.p

Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminants of Surface Water. Springer-Verlag, New York. 334 p.

McNeely, R.N., Nelmanis, V.P, and Dwyer, L. 1979. Water Quality Source Book A Guide to Water Quality Parameter. Inland Waters Directorate, Water Quality Branch, Ottawa, Canada. 89 p.

Mackereth, F.J.H., Heron, J. and Talling, J.F. 1989. Water Analysis. Freshwater Biological Association, Cumbria, UK. 120 p.

Eckenfelder, W.W.1989. Industrial Water Pollution Control. Second edition. McGraw-Hill, Inc., New York. 400 p.

Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold, New York. 1054 p.

Krist, H. and Rump, H.H. 1992. Laboratory Manual for the Examination of Water, Waste Water, and Soil. Second edition. VCH VerslagsgesellschaftmbH, Weinheim, Germany. 190 p.

Davis, M.L. and Cornwell, D.A.1991. Introduction to Environmental Engineering. Second edition. Mc-Graw-Hill, Inc., New York. 822p. Canadian Council of Resource and Environment Minister. 1987. Canadian

Water Quality. Canadian Council of Resource and Environment Minister, Ontarino, Canada.

Dokumen terkait