• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Pemeriksaan Kadar Kreatinin dan Ureum Serum

2. Pemeriksaan kadar ureum serum

Pada penelitian ini, juga dilakukan pemeriksaan kadar ureum serum dengan tujuan yang sama yaitu sebagai parameter biokimia untuk mengetahui ada atau tidak adanya gangguan fungsi ginjal setelah dipejankan sari wortel. Pemeriksaan kadar ureum juga dilakukan sebanyak tiga kali seperti pada pemeriksaan kadar kreatinin serum yaitu sebelum pemberian sari wortel, 24 jam dan 14 hari setelah pemberian sari wortel. Pemeriksaan kadar ureum serum pada waktu sebelum perlakuan dilakukan pada seluruh hewan uji. Analisis statistik dilakukan dengan One Way ANOVA. Berikut data kadar ureum serum sebelum pemberian sari wortel.

Tabel XI. Purata kadar ureum serum ± SE tikus betina galur Wistar pada waktu sebelum pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok N Mean Kadar Ureum

Serum (mg/dl) ± SE

Kontrol (tidak diberikan perlakuan apapun) 6 52,90 ± 3,81

Dosis I (66,55 g/kg BB) 6 50,30 ± 2,37tb

Dosis II (79,86 g/kg BB) 6 50,35 ± 2,52tb

Dosis III (95,83 g/kg BB) 6 46,13 ± 3,88tb

Dosis IV (115 g/kg BB) 6 49,07 ± 3,61tb

Keterangan :

tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p>0,05)

Berdasarkan analisis statistik, kadar ureum serum antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum pemberian sari wortel menunjukkan berbeda tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,698 (p>0,05). Kemudian setelah pemejanan sari wortel, pada waktu pengamatan 24 jam dilakukan pemeriksaan kadar ureum serum terhadap tiga hewan uji pada masing-masing kelompok, dan sisa hewan uji lainnya diperiksa setelah hari ke-14. Berikut data kadar ureum serum pada waktu 24 jam setelah perlakuan.

Tabel XII. Purata kadar ureum serum ± SE tikus betina galur Wistar pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus carotaL.)

Kelompok N Mean Kadar Ureum

Serum (mg/dl) ± SE

Kontrol (tidak diberikan perlakuan apapun) 3 21,53 ± 2,17

Dosis I (66,55 g/kg BB) 3 21,97 ± 3,32tb

Dosis II (79,86 g/kg BB) 3 19,70 ± 1,46tb

Dosis III (95,83 g/kg BB) 3 21,30 ± 4,99tb

Dosis IV (115 g/kg BB) 3 16,77 ± 0,49tb

Keterangan :

tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p>0,05)

Berdasarkan hasil analisis statistik, kadar ureum serum antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu 24 jam setelah perlakuan menunjukkan berbeda tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,719 (p>0,05).

Namun, saat dilakukan uji statistik dengan Paired T-Test untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan kadar ureum serum setelah pemejanan yang dibandingkan dengan kadar ureum serum pada waktu sebelum perlakuan, maka diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti berbeda bermakna. Artinya kadar ureum serum sebelum pemberian sari wortel dan 24 jam setelah pemberian sari wortel tidak sama. Analisis ini dapat diperjelas pada gambar 12, yang menunjukkan bahwa purata kadar ureum serum pada waktu 24 jam setelah perlakuan menunjukkan terjadinya penurunan dibandingkan kadar ureum serum sebelum pemberian sari wortel. Penurunann kadar ureum serum ini terjadi pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan.

Gambar 12. Diagram batang purata kadar ureum serum sebelum pemberian sari wortel dan 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus carota

Kemudian dilanjutkan analisis antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum pemberian dan 24 jam setelah perlakuan. Data kadar ureum serum dapat dilihat pada tabel VIII.

Tabel XIII. Purata kadar ureum serum ± SE pada tikus betina galur Wistar

sebelum pemberian sari wortel dan 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus carotaL.)

Kelompok N Mean Kadar Ureum Serum (mg/dl) ± SE

Sebelum pemberian sari wortel

24 jam setelah pemberian sari wortel Kontrol 3 54,20 ± 7,89 21,53 ± 2,17bb Dosis I 3 53,90 ± 2,93 21,97 ± 3,32bb Dosis II 3 48,17 ± 4,08 19,70 ± 1,46bb Dosis III 3 44,70 ± 3,87 21,30 ± 4,99bb Dosis IV 3 42,53 ± 3,18 16,77 ± 0,49bb Keterangan :

bb = berbeda bermakna terhadap kadar ureum serum pada waktu sebelum

pemberian sari wortel (p>0,05) Kontrol = tidak diberikan apapun

I = sari wortel dosis 66,55 g/kg BB

II = sari wortel dosis 79,86 g/kg BB

III = sari wortel dosis 95,83 g/kg BB

IV = sari wortel dosis 115 g/kg BB

Berdasarkan hasil analisis statistik yang diperoleh menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada kelompok kontrol maupun pada kelompok perlakuan (tabel XIII). Namun, penurunan kadar ureum serum yang terjadi pada kelompok perlakuan dan kontrol tidak mengindikasikan terjadinya gangguan ginjal, karena pada kelompok kontrol (tidak diberikan apapun) juga mengalami penurunan kadar ureum serum. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kadar ureum serum ini tidak dapat dikatakan karena pengaruh pemberian sari wortel. Penurunan kadar ureum serum yang terjadi dapat disebabkan karena kondisi patologis dari hewan uji.

Pemeriksaan kadar ureum serum dilanjutkan pada pengamatan hari ke-14 untuk melihat adanya reversibilitas. Analisis statistik dilakukan dengan

One Way ANOVA. Berikut data kadar ureum serum setelah hari ke-14.

Tabel XIV. Purata kadar ureum serum ± SE tikus betina galur Wistar pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel (Daucus carotaL.)

Kelompok N Mean Kadar Ureum

Serum (mg/dl) ± SE

Kontrol (tidak diberikan perlakuan apapun) 3 43,27 ± 4,09

Dosis I (66,55 g/kg BB) 3 39,70 ± 5,66tb

Dosis II (79,86 g/kg BB) 3 44,30 ± 2,76tb

Dosis III (95,83 g/kg BB) 3 42,63 ± 1,77tb

Dosis IV (115 g/kg BB) 3 44,03 ± 0,75tb

Keterangan :

tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p>0,05)

Berdasarkan analisis statistik, kadar ureum serum antar kelompok perlakuan dan kontrol pada hari ke-14 setelah perlakuan menunjukkan berbeda tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,882 (p>0,05). Kemudian, dilanjutkan analisis statistik kadar ureum serum sebelum perlakuan dan hari ke-14 setelah perlakuan dengan uji statistik Paired T-Test yang membandingkan kadar ureum pada waktu sebelum perlakuan dan hari ke-14 setelah perlakuan. Data dapat dilihat pada tabel XV.

Tabel XV. Purata kadar ureum serum ± SE pada tikus betina galur Wistar

sebelum pemberian sari wortel dan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel (Daucus carotaL.)

Kelompok N Mean Kadar Ureum Serum (mg/dl) ± SE

Sebelum pemberian sari wortel

14 hari setelah pemberian sari wortel Kontrol 3 51,60 ± 2,93 43,27 ± 4,09tb Dosis I 3 46,70 ± 2,54 39,70 ± 5,66tb Dosis II 3 52,53 ± 3,21 44,30 ± 2,76tb Dosis III 3 47,57 ± 7,62 42,63 ± 1,77tb Dosis IV 3 55,60 ± 3,49 44,03 ± 0,75tb Keterangan :

tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kadar ureum serum pada waktu sebelum

pemberian sari wortel (p>0,05) Kontrol = tidak diberikan apapun

I = sari wortel dosis 66,55 g/kg BB

II = sari wortel dosis 79,86 g/kg BB

III = sari wortel dosis 95,83 g/kg BB

IV = sari wortel dosis 115 g/kg BB

Gambar 13. Diagram batang purata kadar ureum serum sebelum pemberian sari wortel dan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel (Daucus carota

L.) pada tikus betina galur Wistar

Berdasarkan hasil analisis statistik, kadar ureum serum sebelum perlakuan terhadap kadar ureum serum pada hari ke-14 setelah perlakuan diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,001. Nilai p lebih kecil dari 0,05

menunjukkan bahwa berbeda bermakna. Artinya kadar ureum sebelum pemberian sari wortel dan 14 hari setelah pemberian sari wortel tidak sama. Bila dilihat pada gambar 13, menunjukkan adanya perbedaan kadar ureum serum pada kelompok kontrol, dosis II (79,86 g/kg BB), dan dosis IV (115

g/kg BB) pada waktu sebelum perlakuan dan 14 hari setelah perlakuan. Namun, setelah dianalisis secara statistik menggunakan Paired T-Test, kadar ureum serum antara kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum perlakuan dan 14 hari setelah perlakuan menunjukkan berbeda tidak bermakna (p>0,05) (tabel XV). Dengan demikian, menunjukkan bahwa pemberian sari wortel dari dosis terendah yaitu 66,55 g/kg BB hingga dosis tertinggi yaitu 115 g/kg BB tidak mempengaruhi kadar ureum pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel, dan dapat menunjukkan adanya reversibilitas kadar ureum serum dari hewan uji bila dibandingkan dengan kadar ureum serum pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel. Pemeriksaan kadar ureum serum menunjukkan adanya hubungan dengan hasil pemeriksaan histopatologi organ ginjal pada waktu 24 jam setelah perlakuan. Hal ini ditunjukkan bahwa setelah pemberian sari wortel tidak menyebabkan kerusakan jaringan organ ginjal dan tidak mempengaruhi kadar ureum serum karena penurunan kadar ureum serum juga terjadi pada kelompok kontrol sehingga dapat dikatakan penurunan yang terjadi karena kondisi patologis dari hewan uji.

Berdasarkan pemeriksaan darah melalui dua parameter biokimia yaitu kadar kreatinin dan ureum serum yang digunakan untuk mengidentifikasi

adanya gangguan fungsi ginjal menunjukkan bahwa pemberian sari wortel tidak mempengaruhi kadar kreatinin dan ureum serum. Menurut Rubenstein,

et al., (2003) bahwa kreatinin serum bukan merupakan indikator sensitif

untuk menunjukkan kerusakan ginjal gejala ringan sampai sedang. Sedangkan ureum serum kurang efektif dalam menggambarkan adanya gangguan fungsi ginjal dikarenakan ureum serum dapat dipengaruhi oleh banyak faktor di luar ginjal, seperti gangguan hati, diet, berkurangnya masukan protein, dll (Sutedjo, 2006).

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum pada penelitian ini, ada beberapa kekurangan yang menyebabkan data yang diperoleh berfluktuatif, yaitu:

1. Pengambilan darah sebelum perlakuan berjarak tiga hari dari pemejanan sari wortel sehingga tidak dapat mengetahui kondisi patologis dari hewan uji sehari sebelum pemejanan sari wortel.

2. Pengambilan darah pada waktu 24 jam setelah pemejanan hanya dilakukan pada 50% dari seluruh jumlah hewan uji pada tiap kelompok masing-masing sehingga kemungkinan fluktuasi data yang diperoleh menjadi besar.

3. Kemungkinan sampel darah yang diukur mengalami lisis.

Dokumen terkait