BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
H. Rangkuman Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sari wortel terhadap wujud efek toksik yang ditimbulkan setelah pemberian sari wortel
(Daucus carota L.) dengan kajian histologi organ ginjal dan kadar kreatinin serta
ureum serum. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi sifat reversibilitas efek toksik yang ditimbulkan akibat pemberian sari wortel secara akut.
Berdasarkan hasil pengamatan secara kualitatif terhadap gejala-gejala toksik selama waktu pengamatan mulai dari 3 jam dan sampai pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel menunjukkan bahwa tidak ada gejala-gejala toksik yang ditimbulkan oleh hewan uji pada kelompok kontrol dan semua kelompok perlakuan yang diberikan sari wortel. Setelah itu, dilakukan pengamatan secara kuantitatif terhadap jumlah kematian dari hewan uji yang dinyatakan dengan harga LD50. Harga LD50 yang diperoleh berupa LD50 semu yaitu >115 g/kg BB. Jika dikonversikan ke manusia maka dosis 115 g/kg BB pada tikus betina galur
Wistar setara dengan 18,4 g/kg BB pada manusia. Hasil tersebut mempunyai
makna toksikologi bahwa potensi ketoksikan akut pemberian sari wortel menurut kriteria Loomis (1978) termasuk dalam kategori relatif kurang berbahaya.
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan makroskopis dengan mengamati kondisi organ ginjal secara langsung. Berdasarkan hasil pengamatan pada waktu 24 jam dan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel menunjukkan bahwa organ ginjal tikus betina galur Wistar masih dalam kondisi normal, karena antara kelompok kontrol dan perlakuan tidak menunjukkan perbedaan, yaitu konsistensi kenyal, warna merah agak tua, tidak ada pembengkakan, atau kelainan lainnya.
Kemudian dilanjutkan pengamatan secara mikroskopik untuk melihat adanya kerusakan jaringan organ dalam ginjal.
Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi organ ginjal pada waktu pengamatan 24 jam setelah pemberian sari wortel menunjukkan hasil yang normal, yaitu tidak adanya kerusakan organ ginjal. Sedangkan hasil analisis histopatologi pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel, menunjukkan adanya kerusakan organ ginjal yaitu degenerasi vakuoler pada dosis III (95,83 g/kg BB); dosis IV (115 g/kg BB). Kerusakan jaringan organ ginjal berupa degenerasi vakuola pada penelitian ini tidak diketahui penyebabnya karena hanya ditemukan pada dosis III (95,83 g/kg BB) pada replikasi II, III; dan dosis IV (115 g/kg BB) pada replikasi III. Sehingga kerusakan jaringan organ ginjal yang terjadi tidak dikarenakan pemberian sari wortel terhadap hewan uji. Dengan demikian, kerusakan jaringan organ ginjal yang diperoleh setelah hari ke-14 pemberian sari wortel pada dosis 95,83 g/kg BB dan dosis 115 g/kg BB, dapat disebabkan karena kondisi patologis dari hewan uji yang tidak dapat dikendalikan. Terkait dengan pemeriksaan histopatologi, maka tidak dapat menentukan sifat reversibilitas (terbalikkan) maupun irreversibilitas (tak terbalikkan). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberian sari wortel mulai dari dosis 66,55 g/kg BB; dosis 79,86 g/kg BB; dosis 95,83 g/kg BB; dosis 115 g/kg BB tidak mempengaruhi histopatologi organ ginjal.
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan darah terhadap kadar kreatinin dan ureum serum untuk mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal. Berdasarkan analisis statistik, kadar kreatinin serum pada waktu sebelum perlakuan dan 24 jam
setelah perlakuan menunjukkan berbeda bermakna dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,012 (p<0,05). Kemudian dilanjutkan analisis statistik terhadap antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna tersebut. Dari hasil analisis, kadar kreatinin serum antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Walaupun terlihat pada purata kadar kreatinin serum yang menunjukkan bahwa pada dosis 66,55 g/kg BB dan 79,86 g/kg BB adanya perbedaan kadar kreatinin serum sebelum perlakuam dan 24 jam setelah perlakuan, tetapi secara statistik dikatakan berbeda tidak bermakna.
Kemudian analisis kadar kreatinin serum dilanjutkan dengan membandingkan kadar kreatinin serum pada waktu sebelum perlakuan dan hari ke-14 setelah perlakuan. Dari hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p)=1,000 (p>0,05). Kemudian dilanjutkan analisis terhadap antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum perlakuan dan hari ke-14 setelah perlakuan. Dari hasil uji statistik yang diperoleh menunjukkan berbeda tidak bermakna (p>0,05).
Dengan demikian, pemberian sari wortel tidak mempengaruhi kadar kreatinin serum mulai dari dosis terendah yaitu 66,55 g/kg BB sampai dosis tertinggi yaitu 115 g/kg BB. Berdasarkan data yang diperoleh dengan uji statistik yang digunakan, menunjukkan bahwa pada pemeriksaan kadar kreatinin serum tidak dapat menentukan sifat reversibilitas, karena secara statistik setelah sari
wortel dipejankan tidak mempengaruhi kadar kreatinin pada waktu 24 jam setelah perlakuan.
Selain pemeriksaan kadar kreatinin serum juga dilakukan pemeriksaan terhadap kadar ureum serum. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan kadar ureum serum pada waktu sebelum perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan diperoleh nilai signifikansi (p)=0,000 (p<0,05). Hal ini berarti berbeda bermakna. Demikian halnya analisis terhadap antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan yang menunjukkan perbedaan bermakna. Analisis ini dapat diperjelas pada gambar 14, yang menunjukkan bahwa purata kadar ureum serum pada waktu 24 jam setelah perlakuan terjadi penurunan dibandingkan kadar ureum serum sebelum pemberian sari wortel. Penurunann kadar ureum serum ini terjadi pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Namun, hal ini tidak mengindikasikan terjadinya gangguan ginjal, karena pada kelompok kontrol (tidak diberikan apapun) juga mengalami penurunan kadar ureum serum. Dengan demikian, penurunan kadar ureum serum tidak dapat dikatakan karena pengaruh pemberian sari wortel. Penurunan kadar ureum serum yang terjadi dapat disebabkan karena kondisi patologis dari hewan uji.
Pemeriksaan kadar ureum serum dilanjutkan pada pengamatan hari ke-14 untuk melihat adanya sifat reversibilitas. Berdasarkan hasil analisis statistik, kadar ureum serum sebelum perlakuan terhadap kadar ureum serum pada hari ke-14 setelah perlakuan diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,001. Nilai p lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa berbeda bermakna. Namun, setelah dianalisis
secara statistik menunjukkan kadar ureum serum antara kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum perlakuan dan 14 hari setelah perlakuan berbeda tidak bermakna (p>0,05). Dengan demikian, pemberian sari wortel dari dosis terendah yaitu 66,55 g/kg BB hingga dosis tertinggi yaitu 115 g/kg BB tidak mempengaruhi kadar ureum pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel, dan dapat menunjukkan sifat reversibilitas kadar ureum serum dari hewan uji bila dibandingkan dengan kadar ureum serum pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel.
Berat organ ginjal relatif merupakan indikator terjadinya kerusakan ginjal secara makroskopik. Berdasarkan analisis statistik, menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan untuk waktu pengamatan 24 jam diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,246 (p>0,05). Demikian halnya dengan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel, diperoleh nilai signikansi (p) sebesar 0,790 (p>0,05). Hal ini berarti pemberian sari wortel tidak mempengaruhi berat organ ginjal relatif yang merupakan salah satu pemeriksaan secara makroskopis yang menunjukkan adanya gangguan organ ginjal.
Berat badan sering digunakan sebagai indikasi sensitif adanya efek merugikan. Perubahan berat badan hewan uji berkaitan erat dengan kondisi fisik hewan tersebut. Berdasarkan data yang ada, menunjukkan bahwa berat badan hewan uji pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan mulai dari dosis terendah 66,55 g/kg BB hingga dosis tertinggi 115 g/kg BB setelah hari ke-7 dan hari ke-14 terjadi peningkatan berat badan. Berdasarkan data analisis statistik, berat badan hewan uji pada pengamatan hari ke-0, ke-7, dan ke-14, diperoleh nilai
signifikansi (p) sebesar 0,372; 0,104; 0,329. Nilai p lebih besar dari 0,05 menunjukkan berat badan pada hari ke-0, ke-7, dan ke-14 berbeda tidak bermakna. Dengan demikian, pemberian sari wortel pada dosis 66,55 g/kg BB hingga dosis 115 g/kg BB tidak mempengaruhi berat badan dari hewan uji.
Bila penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thejo (2009) tentang Pengaruh Pemberian Akut Jus Wortel (Daucus carota L.) pada Tikus Jantan Wistar: Kajian terhadap Organ Ginjal dan Kadar Kreatinin Serum, diperoleh nilai LD50 semu jus wortel lebih besar dari 8,750 g/kg BB dengan efek toksik pada organ ginjal yang ditimbulkan setelah 24 jam berupa
hemorrhagic, nekrosis tubulus dan glomerulus mulai pada kelompok kontrol (25
ml/kg BB), kelompok perlakuan dari dosis I (1,094 g/kg BB) hingga dosis IV (8,750 g/kg BB). Sedangkan pada penelitian ini LD50 semu sari wortel yang diperoleh lebih besar dari 115 g/kg BB dan tidak menunjukkan efek toksik pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel. Berdasarkan perbandingan LD50
semu dan hasil histopatologi organ ginjal setelah diberikan wortel dalam bentuk jus dan sari, maka kemungkinan efek toksik jus wortel lebih besar dibandingkan dengan sari wortel. Hal ini diduga jumlah kandungan senyawa yang terdapat pada jus wortel berbeda dengan sari wortel.
Namun, pemberian jus wortel maupun sari wortel tidak menunjukkan adanya gejala-gejala klinis, tidak mempengaruhi berat organ ginjal relatif, berat badan hewan uji, serta kadar kreatinin serum yang secara statistik yaitu berbeda tidak bermakna (p>0,05) pada kelompok perlakuan terhadap kontrol.
87
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Tidak ada gejala toksik yang ditunjukkan oleh hewan uji setelah
pemejanan sari wortel (Daucus carota L.) dari dosis terendah 66,55 g/kg
BB hingga dosis tertinggi 115 g/kg BB.
2. Potensi efek toksik yang diperoleh dinyatakan dengan harga LD50 semu
yaitu >115 g/kg BB.
3. Pemberian sari wortel (Daucus carota L.) tidak menyebabkan efek
toksik berdasarkan pemeriksaan histopatologi organ ginjal secara mikroskopis pada tikus betina galur Wistar. Selan itu, tidak dapat
menentukan sifat terbalikkan dan tidak terbalikkan pada pemeriksaan histopatologis.
4. Pemberian sari wortel (Daucus carota L.) terhadap tikus betina galur
Wistar tidak mempengaruhi kadar kreatinin serum sehingga tidak dapat
menentukan sifat reversibilitas. Demikian halnya dengan kadar ureum serum. Namun, pada pemeriksaan kadar ureum serum dapat menentukan sifat reversibilitas terkait penurunan kadar ureum serum yang disebabkan kondisi patologis hewan uji.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyarankan : 1. Perlu dilakukan penelitian tentang uji farmakologi untuk mengetahui
ED50 sari wortel (Daucus carota L.) terkait khasiatnya sebagai diuretik,
gagal ginjal, dan batu ginjal.
2. Perlu dilakukan identifikasi senyawa yang terkandung pada jus wortel dan sari wortel (Daucus carota L.) secara kualitatif dan kuantitatif.
3. Perlu dilakukan uji toksisitas akut sari wortel (Daucus carota L.) kajian
terhadap histologi ginjal, kadar kreatinin serta ureum serum dengan pengambilan darah praperlakuan sehari sebelum pemejanan sari wortel, dan pengambilan darah terhadap seluruh hewan uji pada waktu
89 2009.
Anonim, 1979, The Merck Index An Encyclopedia of Chemical and Drugs, 9thedition, 313-314, Merck and Co, INC, USA.
Anonim, 2000, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, 15-20, DepKes RI, DitJen POM Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.
Anonim, 2003, Beta Karoten, http://www.nusaindah.tripod.com, diakses tanggal 15 Desember 2009.
Backer, C.A., & van den Brink, R.C.B., 1968, Flora of Java,Volume I, 3-9, 11, N.V.P., Noordroff, Goningen, Netherlands.
Backer, C.A., & van den Brink, R.C.B., 1968, Flora of Java, Volume III, 171-172, 178, N.V.P., Noordroff, Goningen, Netherlands.
Baron, D. N., 1990, Kapita Selekta Patologi Klinik, edisi ke-4, diterjemahkan oleh Andrianto P dan Gunawan J, Terjemahan dari: A Short Textbook of Chemical Pathology, 113-231, EGC, Jakarta.
Cahyono, B., 2002, Wortel, Teknik Budidaya dan Analisis, 15-20, 27-31, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Cockroft, D. W., and Gault, M. H. 1976, Prediction Creatinine Clearence
from Serum Creatinine, Nephron, 31-34, Atlanta, USA.
Dahlan, M.S., 2001, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, edisi 3, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Dalimartha, S., 2007, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid 2, 197-199, Trubus Agriwidya, Jakarta.
Donatus, I. A., 1990, Toksikologi Dasar, 95-100; 125-132; 163-168, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta.
Donatus, I. A., 2001, Toksikologi Dasar, 1-5, 200-211, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Doull and Bruce, 1986,The Basic Science of Poisons, 3rdedition, 11-15; 35-39, Elmwood Avenue & Rochester, New York.
Gad, S.C., 2001, Statistics for Toxicologists, in Hayes, A. W., (Ed), Principles and Methods of Toxicology, 4thedition, 349, Francis and Taylor, Philadelphia.
Garcia, M.N., 1998, Vitamin A and β-Carotene Can Improve Nonheme Iron Absorption From Rice, Wheat and Corn by Humans, Journal of Nutrition, 128, 646-650.
Ghozali, I., 2008, Desain Penelitian Eksperimen, Teori, Konsep, dan
Analisis Data dengan SPSS 16.0, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Glaister, J. R., 1986, Priciples of Toxicologycal Pathology, 95-103, Francis and Taylor, London.
Guyton, A. C. and Hall, J. E., 1997, Textbook of Medical physiology, 9nd edition, 287-294, diterjemahkan oleh Irawati Setiawan, Alex Santoso, Ken Ariata Tengadi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Himawan S, 1992,Kumpulan Kuliah Patologi, 12-34, UI Press, Jakarta.
Hodgson, E., and Levi, P.P., 2000, A Text Book of Modern Toxicology, 161, Toxicology Program North Carolina State University Raleigh, Mc. Graw Higher Education, North Carolina.
Karlina, 2009, Toksisitas Akut Sari Wortel (Daucus carota L.) Kajian terhadap Organ Lambung, Ginjal, Hati pada Mencit Putih Betina Galur Balb/c, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.
Khairani, M., 2008, Pengaruh Pemberian Larutan Wortel (Daucus carota) Terhadap Jumlah Sel Radang Limfosit Submukosa Bronkiolus Tikus (Rattus norv), Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
Koeman, J.H., 1987, Pengantar Umum Toksikologi, diterjemahkan oleh Yudono, R.H., 60, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Krinsky, N. I., 1989, Antioxidant Functions of Carotenoids, Free Radical Biol. Med., 7, 617-635.
Loomis, 1978, Toksikologi Dasar, diterjemahkan oleh Imono Argo Donatus, edisi 3, 3; 16; 22; 228-230, IKIP Semarang Press, Semarang.
Lu, F. C., 1995, Basic Toxicology Fundamental Target Organ, and Risk Assesment, Toksikologi Dasar, 85-97, edisi 2, alih bahasa oleh : Edi Nugroho, UI Press, Jakarta.
Lu, F.C., 2006, Toksikologi Dasar, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko, Edisi II, 86-88, UI-Press, Jakarta.
Masotti, L., Casali, E., Galeotti, T., 1988, Lipid Peroxidation in Tumor Cells, Free Radical Biol. Med., 4, 377-386.
Metzger, B.T., Barnes, D.M., Reed, J.D., 2008, Purple Carrot (Daucus carota L.) Polyacetylenes Decrease Lipopolysaccharide-Induced Expression of Inflammatory Proteins in Macrophage and Endothelial Cells, Journal of Agricultural and Food Chemistry, 56, 3554-3560.
Muhlisah, F., 1999, Temu-Temuan dan Empon-empon Budidaya dan
Manfaatnya, 11, Kanisius, Yogyakarta.
Murata, M., and Kawanishi, 2000, Oxidative DNA Damage by Vitamin A and Its Derivate Via Superoxide Generation, J. Boil Chem, 275, 2003-2008.
Mutschler, E, 2000, Arzneimittelwirkungen, diterjemahkan oleh Widianto, M. B, dan Ranti, A. S, Dinamika Obat, edisi 5, 177-178, Penerbit ITB, Bandung.
Novianti, 2009, Pengaruh Pemberian Akut Jus Wortel (Daucus carota L.) pada Tikus Jantan Wistar : Kajian terhadap Organ Hati dan Kadar SGPT, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.
Null, G., 2000, Beta Carotene, New England Journal Medicine, www.Garynul.com/document/beta_carotene.htm, diakses tanggal 17 Desember 2009.
Nuraeni, E., 2003, Efek Hepatoprotektif Air Perasan Umbi Wortel (Daucus carota L.) Pada Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Perry and Metzger, 1980, Clinical Manifestations of Human Vitamin and Mineral Disorders: A Resume Williams and Wilkins, Modern Nutrition in Health and Disease, 9th edition, A Waverly Company, Baltimore.
Pitojo, S., 2004, Benih Wortel,12, 33 – 36, Kanisius, Yogyakarta.
Price, C.A., and Wilson, L.M., 1985, Patofisiologi, Konsep Klinik Proses – Proses Penyakit,edisi ke- 2, bagian 1 EGC, Jakarta.
Price, C.A., dan Wilson, L.M., 2006, Pathophisiology, Clinical Concepts of Disease Processes, diterjemahkan oleh Peter Anugrah, edisi IV, 426, C.V. EGC, Jakarta.
Priyanto, 2007, Toksisitas Obat, Zat Kimia dan Terapi Antidotum,1, 65, Lenkofi, Jakarta.
Putra, A. D. K., 2003, Efek Analgesik Air Perasan Umbi Wortel (Daucus carota L.) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Rubenstein, D., Wayne, D., Bradley, J., 2003, Lecture Notes on Clinical Medicine, Lecture Notes Kedokteran Klinis, 6th ed., 229, alih bahasa oleh dr. Annisa Rahmalia, Erlangga, Yogyakarta.
Rukmana, R., 1995, Bertanam Wortel, 14-17; 27, Kanisius, Yogyakarta.
Setiabudy, R., 2007, Farmakologi dan Terapi, edisi V, 820-842, Universitas Indonesia, Jakarta.
Siems, W., Sammerburg, O., Schild, I., Augustin, W., Langhans, C. D., and Wiswedel, I., 2002, Beta Carotene Cleavage Product Induce Oxidative Stress In Vitro by Impairing Mitochondria Respiration,
FASEB J, 10, 1096.
Soesilo, S., 1992, Peranan Jamu dan Obat Tradisional dalam Pelayanan
Kesehatan Masyarakat dalam Antropologi Kesehatan Indonesia,
Stine, K. B., and Brown, T. M., 1996, Priciples of Toxicology, 74-80, Lewis Publishers, CRC Press. Inc, USA.
Sukmarini, 2008, Nefrologi Klinik, 2ndedition, 68, Penerbit ITB, Bandung.
Sutedjo, A. Y., 2006, Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, 77-82, Amara Books, Yogyakarta.
Thejo, D., 2009, Pengaruh Pemberian Akut Jus Wortel (Daucus carotaL.) pada Tikus Jantan Wistar : Kajian terhadap Organ Ginjal dan Kadar Kreatinin Serum, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, edisi V, 295-298, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Wehbe, Mroueh, and Daher, 2009, The Potential Role of Daucus carota Aqueous and Methanolic Extracts on Inflammation and Gastric Ulcers in Rats, Journal of Complementary and Integrative Medicine, 6 , 1553-3840.
Widmann, F. K.,1995, Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, edisi 9, diterjemahkan oleh Siti B. K., R.
Gandasubrata., J. Latu., Penerbit Buku Kedokteran EGC, 254-257, Jakarta.
Lampiran 2. Surat pembelian tikus putih betina galur Wistar sebanyak 30 ekor di LPPT, Universitas Gadjah Mada
Lampiran 3. Hasil pemeriksaan histopatolgi organ ginjal tikus betina galur Wistarpada pengamatan 24 jam setelah pemberian sari wortel
Lampiran 4. Hasil pemeriksaan histopatolgi organ ginjal tikus betina galur Wistar pada pengamatan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel
Lampiran 5. Surat hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum sebelum pemberian sari wortel yang dilakukan oleh LPPT-Unit I-UGM
Lampiran 6. Surat hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum 24 jam setelah pemberian sari wortel yang dilakukan oleh LPPT-UGM
Lampiran 7. Surat hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum 14 hari setelah pemberian sari wortel yang dilakukan oleh LPPT-UGM
Lampiran 8. Data penimbangan Wistar
Lampiran 9. Data penimbangan berat badan tikus
Kel Hari ke Rep I Rep II Kontrol 147,4 153,6 Dosis I 158,4 153,4 Dosis II 145,4 138,6 Dosis III 134,2 153,4 Dosis IV 144,4 149,2
Lampiran 10. Skema proses penomoran hewan uji dengan cara random
kontrol 18 3 14 29 10 2 dosis 1 4 Rep. 24 jam setelah pe
Kontrol Dosis I
I 0,77 0,77
II 0,76 0,80
III 0,66 0,81
Data penimbangan berat organ ginjal relatif tikus istar
. Data penimbangan berat badan tikus betina galur
Penimbangan berat badan (gram)
Hari ke-0 Hari ke-7
Rep II Rep III Rep I Rep II Rep III Rep I
153,6 142,0 153,4 148,8 151,6 167,4
153,4 149,6 160,4 162,6 157,4 177,6
138,6 146,6 144,6 148,8 160,2 155,8
153,4 143,2 156,8 146,4 151,4 174,8
149,2 148,2 161,6 156,2 157,2 178,0
Lampiran 10. Skema proses penomoran hewan uji dengan cara random
subyek uji (30 ekor)
Randomisasi dosis I 15 9 8 25 dosis II 6 5 27 13 19 16 dosis III 7 12 26 11 28 24 dosis
Penimbangan berat organ ginjal relatif (%)
jam setelah pemberian sari wortel 14 hari setelah pemberian sari wortel Dosis Dosis II Dosis III Dosis IV Kontrol Dosis I Dosis 0,77 0,76 0,86 0,72 0,85 0,91 0,75 0,80 0,81 0,85 0,72 0,79 0,69 0,84 0,81 0,88 0,70 0,75 0,82 0,71 0,79
relatif tikus betina galur
betina galur Wistar
Hari ke-14
Rep II Rep III 163,4 164,0 184,6 166,6 163,2 176,6 159,2 168,4 170,0 169,8
Lampiran 10. Skema proses penomoran hewan uji dengan cara random
28 24 dosis IV 30 17 23 21 20 22 14 hari setelah pemberian sari wortel
Dosis II Dosis III Dosis IV 0,75 0,80 0,71 0,84 0,81 0,79 0,79 0,78 0,78
Lampiran 11. Gambar umbi wortel
Lampiran 12. GambarJuice Extractor
Lampiran 13. Tikus putih betina galur Wistardan foto timbangan
Foto timbangan
Lampiran 14. Sari wortel yang diperoleh dengan menggunakan Juice Extractor
Lampiran 15. Sari wortel disaring menggunakan saringan teh biasa (penyaringan 1)
Lampiran 16. Penyaringan sari wortel menggunakan kertas saring (penyaringan 2)
Lampiran 18. Pemberian sari wortel pada tikus betina galur Wistar
Lampiran 19. Gambar makroskopis organ ginjal pada kelompok kontrol dan perlakuan
Pada pengamatan 24 jam setelah pemberian sari wortel
kontrol dosis 66,55 g/kgBB dosis 95,83 g/kgBB
Pada pengamatan 14 hari setelah pemberian sari wortel
Kontrol dosis 66,55 g/kgBB dosis 95,83 g/kgBB
dosis 79,86 g/kg BB dosis 115 g/kgBB Lampiran 20. Data berat organ ginjal relatif
Uji Distribusi Normal
Case Processing Summary
3 100.0% 0 .0% 3 100.0% 3 100.0% 0 .0% 3 100.0% 3 100.0% 0 .0% 3 100.0% 3 100.0% 0 .0% 3 100.0% 3 100.0% 0 .0% 3 100.0% 3 100.0% 0 .0% 3 100.0% 3 100.0% 0 .0% 3 100.0% 3 100.0% 0 .0% 3 100.0% 3 100.0% 0 .0% 3 100.0% 3 100.0% 0 .0% 3 100.0% KELOMPOK kontrol Dosis I Dosis II Dosis III Dosis IV kontrol Dosis I Dosis II Dosis III Dosis IV sehari (24jam) setelah
pemberian sariwortel
14 hari setelah pemberian sariwortel
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
a. Pengamatan berat organ ginjal yang dilakukan pada 24 jam setelah pemberian sari wortel Explore Kelompok Descriptives 3 .7300 .06083 .03512 .5789 .8811 .66 .77 3 .7933 .02082 .01202 .7416 .8450 .77 .81 3 .8167 .06028 .03480 .6669 .9664 .76 .88 3 .8033 .08963 .05175 .5807 1.0260 .70 .86 3 .7300 .01732 .01000 .6870 .7730 .72 .75 15 .7747 .06151 .01588 .7406 .8087 .66 .88 3 .8200 .03000 .01732 .7455 .8945 .79 .85 3 .7700 .12166 .07024 .4678 1.0722 .69 .91 3 .7933 .04509 .02603 .6813 .9053 .75 .84 3 .7967 .01528 .00882 .7587 .8346 .78 .81 3 .7600 .04359 .02517 .6517 .8683 .71 .79 15 .7880 .05759 .01487 .7561 .8199 .69 .91 kontrol Dosis I Dosis II Dosis III Dosis IV Total kontrol Dosis I Dosis II Dosis III Dosis IV Total sehari (24jam) setelah pemberian sariwortel
14 hari setelah pemberian sariwortel
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for
Mean Minimum Maximum Tests of Normality .356 3 . .818 3 .157 .292 3 . .923 3 .463 .211 3 . .991 3 .817 .365 3 . .797 3 .107 .385 3 . .750 3 ,728 .175 3 . 1.000 3 1.000 .356 3 . .818 3 .157 .196 3 . .996 3 .878 .253 3 . .964 3 .637 .343 3 . .842 3 .220 KELOMPOK kontrol Dosis I Dosis II Dosis III Dosis IV kontrol Dosis I Dosis II Dosis III Dosis IV sehari (24jam) setelah
pemberian sariwortel
14 hari setelah pemberian sariwortel
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correction a.
Descriptives .7300 .03512 .5789 .8811 . .7600 .004 .06083 .66 .77 .11 . -1.680 1.225 . . .7933 .01202 .7416 .8450 . .8000 .000 .02082 .77 .81 .04 . -1.293 1.225 . . .8167 .03480 .6669 .9664 . .8100 .004 .06028 .76 .88 .12 . .492 1.225 . . .8033 .05175 .5807 1.0260 . .8500 .008 .08963 .70 .86 .16 . -1.708 1.225 . . .7300 .01000 .6870 .7730 . .7200 .000 .01732 .72 .75 .03 . 1.732 1.225 . . Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence
Interval for Mean
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence
Interval for Mean
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence
Interval for Mean
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence
Interval for Mean
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence
Interval for Mean
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Kelompok kontrol dosis I dosis II dosis III dosis IV 24 jam setelah
pemberian sari wortel
One way
Post Hoc Test
Descriptives
24 jam setelah pemberian sari wortel
3 .7300 .06083 .03512 .5789 .8811 .66 .77 3 .7933 .02082 .01202 .7416 .8450 .77 .81 3 .8167 .06028 .03480 .6669 .9664 .76 .88 3 .8033 .08963 .05175 .5807 1.0260 .70 .86 3 .7300 .01732 .01000 .6870 .7730 .72 .75 15 .7747 .06151 .01588 .7406 .8087 .66 .88 kontrol dosis I dosis II dosis III dosis IV Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum
ANOVA
24 jam setelah pemberian sari wortel
.021 4 .005 1.613 .246 .032 10 .003 .053 14 Between Groups Within Groups Total Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Berat Organ Ginjal Relatif 24 jam setelah pemberian sari wortel Scheffe -,06333 ,04633 ,759 -,2361 ,1095 -,08667 ,04633 ,512 -,2595 ,0861 -,07333 ,04633 ,655 -,2461 ,0995 ,00000 ,04633 1,000 -,1728 ,1728 ,06333 ,04633 ,759 -,1095 ,2361 -,02333 ,04633 ,991 -,1961 ,1495 -,01000 ,04633 1,000 -,1828 ,1628 ,06333 ,04633 ,759 -,1095 ,2361 ,08667 ,04633 ,512 -,0861 ,2595 ,02333 ,04633 ,991 -,1495 ,1961 ,01333 ,04633 ,999 -,1595 ,1861 ,08667 ,04633 ,512 -,0861 ,2595 ,07333 ,04633 ,655 -,0995 ,2461 ,01000 ,04633 1,000 -,1628 ,1828 -,01333 ,04633 ,999 -,1861 ,1595 ,07333 ,04633 ,655 -,0995 ,2461 ,00000 ,04633 1,000 -,1728 ,1728 -,06333 ,04633 ,759 -,2361 ,1095 -,08667 ,04633 ,512 -,2595 ,0861 -,07333 ,04633 ,655 -,2461 ,0995 (J) kelompok dosis I dosis II dosis III dosis IV kontrol dosis II dosis III dosis IV kontrol dosis I dosis III dosis IV