• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

D. Metode Pengolahan Data

7. Pemeriksaan Lapangan (Ground Check)

Kegiatan pengecekan lapangan dilaksanakan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan atau kondisi lapangan secara nyata sebagai pelengkap informasi dan pembanding bagi analisis selanjutnya. Adapun gambar hasil pemeriksaan lapangan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Tampilan Visual Hasil Interpretasi Tutupan Lahan

No Tampilan di Lapangan Tampilan Citra Landsat 7 ETM+ Kombinasi Band 5-4-2

Tampilan Citra ALOS PALSAR

kombinasi Band 1-2-1 Deskripsi

1 Tubuh air Tubuh air

Lahan yang tergenang air tanpa ada vegetasi yang menaunginya.

2 Vegetasi/hutan Rapat

Vegetasi/hutan rapat

Suatu satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

didominasi pepohonan dengan % penutupan tajuk >70%.

Tabel 9. Lanjutan

No Tampilan di Lapangan Tampilan Citra Landsat 7 ETM+ Kombinasi Band 5-4-2

Tampilan Citra ALOS PALSAR

kombinasi Band 1-2-1 Deskripsi 3 Vegetasi/hutan sedang

Vegetasi/hutan sedang

Suatu satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dengan % penutupan tajuk ± 40-70%. 4 Vegetasi/hutan jarang Vegetasi/hutan jarang

Suatu satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

didominasi pepohonan dengan % penutupan tajuk <40%.

 

Tabel 9. Lanjutan

No Tampilan di Lapangan Tampilan Citra Landsat 7 ETM+ Kombinasi Band 5-4-2 Tampilan Citra ALOS PALSAR kombinasi Band 1-2-1 Deskripsi 5 Permukiman

Permukiman

Lahan yang merupakan tempat tinggal dan pusat kegiatan manusia, serta jalan.

6 Awan

Awan

Areal yang diliputi oleh awan.

Tabel 9. Lanjutan

No Tampilan di Lapangan Tampilan Citra Landsat 7 ETM+ Kombinasi Band 5-4-2

Tampilan Citra ALOS PALSAR

kombinasi Band 1-2-1 Deskripsi

7 Sawah basah Sawah basah

Lahan sawah yang sudah ditumbuhi padi (sebelum panen) dan masih banyak mengandung air. 8 Semak Semak Lahan yang didominasi oleh tumbuhan kecil sampai sedang, tidak mempunyai batang yang jelas, banyak cabang, dan memiliki penutupan lahan yang rapat dan relatif sedang.

Tabel 9. Lanjutan

No Tampilan di Lapangan Tampilan Citra Landsat 7 ETM+ Kombinasi Band 5-4-2

Tampilan Citra ALOS PALSAR

kombinasi Band 1-2-1 Deskripsi

9 Sawah kering Sawah kering

Lahan sawah kering (pasca panen).

Tabel 10. Kategori Tutupan Lahan Berdasarkan Kunci Interpretasi Pada Citra Landsat 7 ETM+ (Kombinasi Band 5-4-2) No Kategori Tutupan

Lahan

Warna Ukuran Bentuk Tekstur Pola Bayangan

1 Badan air Biru tua Bervariasi Tidak beraturan Halus Acak mengelompok -

2 Sawah basah (awal tanam)

Ungu Tua Bervariasi Beraturan Agak halus Teratur -

3 Sawah kering (pasca panen)

Kuning- kehijauan

Bervariasi Beraturan Agak halus Teratur -

4 Permukiman Coklat kemerahan

Bervariasi Beraturan Kasar Acak mengelompok -

5 Semak atau PLK Hijau- kecoklatan

Bervariasi Tidak beraturan Agak kasar Acak -

6 Vegetasi/hutan rapat Hijau Tua Bervariasi Tidak beraturan Halus-kasar Acak - 7 Vegetasi/hutan sedang Hijau

muda-hijau tua

Bervariasi Tidak beraturan Halus-kasar Acak -

8 Vegetasi/hutan jarang Hijau muda Bervariasi Tidak beraturan Halus-kasar Acak - 9 Awan Putih Bervariasi Tidak beraturan Halus - kasar Acak menyebar Ada

Tabel 11. Kategori Tutupan Lahan Berdasarkan Kunci Interpretasi Pada Citra ALOS PALSAR (Kombinasi Band 1-2-1) No Kategori Tutupan

Lahan

Warna Ukuran Bentuk Tekstur Pola Bayangan

1 Vegetasi/hutan biomassa rendah

Hijau muda- ungu

Bervariasi Tidak beraturan Kasar, terlihat 3 dimensi Menyebar -

2 Vegetasi/hutan biomassa tinggi

Hijau muda- ungu cerah

Bervariasi Tidak beraturan Kasar, terlihat 3 dimensi Menyebar Ada

3 Tubuh air Hitam Bervariasi Beraturan Halus Menyebar -

4 Lahan pertanian Ungu muda Bervariasi Beraturan Agak halus Sebagian besar mengelompok

-

Tabel 12. Deskripsi Kelas Penutupan Lahan Pada Citra ALOS PALSAR No Tutupan lahan Deskripsi berdasarkan citra Landsat 7 ETM+ 1 Vegetasi/hutan biomassa

tinggi

Vegetasi/hutan rapat, vegetasi/hutan sedang 2 Vegetasi/hutan biomassa

rendah

Vegetasi/hutan jarang, semak belukar, pertanian lahan kering, urban area

3 Lahan pertanian Sawah basah, sawah kering

4 Tubuh air Tubuh air

Berdasarkan hasil klasifikasi secara visual proses identifikasi pada citra radar lebih sulit untuk diinterpretasi karena tampilan warna dari citra radar yang kurang menarik jika dilihat secara langsung. Citra radar tersusun atas banyak piksel yang merupakan hamburan balik atau backscatter dari obyek yang diamati. Warna yang lebih gelap menandakan hamburan balik yang rendah, dan memungkinkan tidak ada informasi yang diterima dari obyek, sedangkan warna yang lebih terang menandakan hamburan balik yang tinggi.

Instrumen PALSAR pada citra ALOS merupakan sensor radar yang menggunakan frekuensi saluran L (λ = 19.3~76.9 cm). Sensor ini mempunyai kemudi berkas cahaya (yang dapat diatur) pada elevasi (ketinggian) dan ScanSAR didisain untuk memperoleh cakupan atau sapuan yang lebih lebar dibandingkan SAR konvensional. Data ALOS PALSAR yang digunakan memiliki polarisasi ganda yaitu HH dan HV. Polarisasi HH mengirim dan menerima energi polarisasi secara horizontal (HH), sedangkan HV mengirim energi polarisasi horizontal dan

menerima energi polarisasi vertikal (HV). HH adalah polarisasi searah (co-polarization) dan HV adalah polarisasi silang (cross-polarization).

Karena rumitnya interaksi sinyal radar dengan obyek dan hasil baliknya (hamburan balik atau backscatter) yang dipengaruhi orientasi lereng, kekasaran permukaan, tutupan vegetasi/hutan, kandungan air pada tanah dan vegetasi/hutan , sehingga tidak selalu dapat diperkirakan apakah citra dengan polarisasi searah atau citra dengan polarisasi silang yang mempunyai informasi lebih baik untuk pengguna tertentu (Lillesand dan Kiefer, 1990). Polarisasi mempengaruhi kenampakan obyek pada citra yang dihasilkan oleh sistem radar. Pada kasus tertentu polarisasi HV menghasilkan citra dengan kontras yang lebih kecil dan menunjukan pembedaan vegetasi/hutan yang sedikit dari citra polarisasi HH.

Kekasaran permukaan adalah fungsi variasi relief permukaan bumi yang secara kuat mempengaruhi hamburan balik radar (Lillesand dan Kiefer, 1990). Kekasaran permukaan menyebabkan perbedaan pantulan pulsa radar. Perbedaan pantulan radar dapat digolongkan berdasarkan tiga jenis permukaan obyek, yaitu: pantulan baur (pantulan ke segala arah) menyebabkan rona cerah, pada permukaan kasar seperti daerah berbatu, vegetasi/hutan yang heterogen dan air. Pantulan cermin (arah pantulan berlawanan dengan arah datangnya sinar) menyebabkan rona gelap pada permukaan obyek yang halus, seperti permukaan air tenang dan permukaan tanah yang diratakan atau dikeraskan. Pantulan sudut (pantulan kembali kearah sensor) menyebabkan rona sangat cerah dan melebar pada obyek yang bersudut siku-siku seperti lereng terjal atau cliff (Purwadhi, 2001).

Radar melakukan perekaman dengan arah menyamping. Medan yang diindera juga tidak selalu memiliki arah yang sama, sehingga dalam mencitra berbagi relief atau topografi permukaan bumi akan memberikan hasil yang berbeda. Hal ini timbul melalui variasi geometri sensor terhadap medan. Variasi lokal medan mengkibatkan sudut datang sinyal radar yang berbeda-beda. Bila terjadi pada lereng, hasil balik tenaga radar bagi lereng yang menghadap ke arah sensor (lereng depan) akan memantulkan tenaga yang lebih besar dibandingkan lereng yang membelakangi sensor, hal ini menyebabkan citra pada bagian lereng depan akan lebih cerah dibandingkan dengan lereng belakang (Purwadhi, 2001).

Kelembaban benda (tanah, batu, vegetasi/hutan dan material lainnya) mempengaruhi seberapa jauh penetrasi energi gelombang mikro menuju ke benda tersebut. Jika tanah memiliki kelembaban yang tinggi, maka penetrasi energi hanya sampai pada kedalaman beberapa sentimeter saja (tidak dalam) sehingga energi akan menghambur lebih kuat dan secara umum menyebabkan rona terang pada citra dan sebaliknya. Pada vegetasi, terutama tanaman pertanian dan kanopi hutan biasanya memiliki kelembaban tinggi dan area permukaan yang relatif luas, sehingga dapat memberikan hamburan balik yang kuat. Kemampuan pulsa radar untuk melakukan penetrasi dipengaruhi oleh panjang gelombang atau frekuensi (parameter sistem).

Berdasarkan tampilan kenampakan setiap tutupan lahan dan deskripsinya pada Tabel 9 dapat diketahui :

a. Vegetasi/hutan biomassa tinggi, letak obyek secara umum tersebar dari areal datar (vegetasi/hutan sedang) hingga berlereng (vegetasi/hutan rapat). Penampakkan vegetasi/hutan pada bagian depan lereng akan lebih cerah dibandingkan dengan lereng belakang. Pada lereng yang terjal terjadi pantulan sudut, dimana pantulan pulsa radar mengenai permukaan datar sebagai pantulan cermin. Pantulan ini mengenai lereng terjal dan lereng tersebut memantulkan ke antena radar sehingga tampak rona sangat cerah pada citra radar. Bayangan radar terjadi apabila pancaran pulsa radar mengenai bukit. Efek pemendekan lereng depan (fore shortening) terjadi apabila lereng depan lebih landai dari garis tegak lurus terhadap arah pengamatan, karena pulsa radar mencapai bagian bawah terlebih dahulu dari puncaknya. Efek rebah ke dalam (layover) terjadi apabila pancaran pulsa radar membentur puncak terlebih dahulu karena jaraknya yang lebih dekat dari antena sehingga menyebabkan puncak lereng tergambar sebelum bagian bawahnya (terjadi perebahan).

b. Vegetasi/hutan biomassa rendah, letak objek secara umum tersebar pada areal yang datar hingga berlereng (vegetasi/hutan jarang, semak, pertanian lahan kering dan permukiman). Dengan kenampakan pola yang tidak teratur, pantulan baur permukaan kasar dan kelembaban sedang menghasilkan rona yang sedang. c. Tubuh air, letak objek yang umumnya pada daerah datar tidak banyak mempengaruhi kenampakan pada citra. Pantulan yang terjadi adalah pantulan cermin karena permukaan pada tubuh air halus dan memiliki kelembaban yang tinggi sehingga kenampakan rona pada citra gelap.

d. Lahan pertanian, letak obyek pada daerah datar (sawah basah dan sawah kering) dengan kenampakan pola yang teratur dapat dilihat, pantulan baur permukaan kasar dan kelembaban tinggi menghasilkan rona yang cerah.

Tabel 13 . Deskripsi Kelas Penutupan Lahan

No Kelas Penutupan Lahan Deskripsi

1 Badan air Lahan yang tergenang air tanpa ada vegetasi/hutan yang menaunginya.

2 Sawah basah (awal tanam) Lahan sawah yang sudah ditumbuhi padi (sebelum panen) dan masih banyak mengandung air.

3 Sawah kering (pasca panen) Lahan sawah kering (pasca panen).

4 Permukiman Lahan yang merupakan tempat tinggal dan pusat kegiatan manusia serta jalan.

5 Semak atau plk Lahan yang didominasi oleh tumbuhan kecil sampai sedang, tidak mempunyai batang yang jelas, banyak cabang, dan memiliki penutupan lahan yang rapat dan relatif sedang. 6 Vegetasi/hutan rapat Suatu satu kesatuan ekosistem

berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dengan % penutupan tajuk >70%. 7 Vegetasi/hutan sedang Suatu satu kesatuan ekosistem

berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dengan. % penutupan tajuk ± 40-70% 8 Vegetasi/hutan jarang Suatu satu kesatuan ekosistem

berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dengan % penutupan tajuk <40%.

Dokumen terkait