• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN NERVUS VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)

Dalam dokumen BLOK KETERAMPILAN MEDIS DASAR 2 (Halaman 39-42)

PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL (NERVUS I-VI)

PEMERIKSAAN NERVUS VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)

Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.

Tes pendengaran sederhana adalah dengan menilai kemampuan pasien mendengar detik jarum jam yang didekatkan ke telinga, atau dengan membisikkan sejumlah angka pada satu telinga dengan menutup liang telinga kontralateral pada jarak kira-kira 1 meter dari telinga, dan meminta pasien mengulanginya (tes Whisper).

Untuk membedakan tuli konduktif (telinga luar dan telinga tengah) atau tuli sensorineural (telinga dalam), dapat digunakan garpu tala 512 Hz. Pada tes Rinne, konduksi udara dengan ujung garpu yang bergetar diletakkan di depan telinga, dibandingkan dengan konduksi tulang dengan cara meletakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus (dibelakang telinga) dan bila bunyi tidak lagi terdengar letakkan garpu tala tersebut sejajar dengan meatus akustikus oksterna. Normalnya, konduksi udara

Blok KMD 2 Keluhan FN Neurosensoris, Hemopoetik & Limforetikuler

lebih cepat dibandingkan dengan konduksi tulang yang ditandai dengan garpu tala masih terdengar pada meatus akustikus eksternus (Rinne +). Akan tetapi, pada tuli konduktif konduksi tulang lebih cepat dibandingkan konduksi udara yang ditandai dengan garpu tala tidak terdengar lagi (Rinne -). Pada tuli sensorineural, konduksi tulang juga lebih cepat dibandingkan dengan konduksi udara, tetapi keduanya akan berkurang jika dibandingkan dengan telinga normal.

Pada tes weber, dasar tangkai garpu tala diletakkan pada verteks. Dalam keadaan normal, bunyi akan terdengar sama keras pada kedua telinga. Pada tuli sensorineural akan terjadi lateralisasi bunyi kearah telinga yang normal, sedangkan pada tuli konduktif akan terjadi lateralisasi ke arah telinga yang sakit.

Pada Tes Schwabach, setelah garpu tala dibunyikan langsung diletakkan pada telinga pasien, pasien diminta untuk memberi tahu bila bunyi garpu tala berhenti. Setelah itu, pemeriksa menempatkan garpu tala di dekat lubang telinga dirinya. Bila pemeriksa masih dapat menangkap bunyi garpu tala maka pendengaran pasien berkurang.

Pemeriksaan komponen keseimbangan dapat dilakukan dengan tes Romberg atau memerhatikan nistagmus. Pada tes Romberg penderita diminta berdiri tegak lurus dengan kaki dirapatkan serta kedua mata di pejamkan. Tes Romberg positif apabila pada mata tertutup tidak bisa berdiri tegak lurus dengan kaki dirapatkan dan apabila mata terbuka probandus dapat beridir dengan kedua tungkai dirapatkan. Tes ini baik untuk menggambarkan gannguan keseimbangan karena gangguan penghantaran impuls proprioseptik (serebelum).

Nistagmus adalah gerakan osilasi ritmis involunter mata yang dapat terjadi pada lirikan dalam arah horizontal atau vertikal yang disengaja, atau kadang pada posisi primer.

Nistagmus vestibuler memiliki gerakan dua arah dengan kecepatan yang sama (nistagmus pendulum), tetapi seringkali terdapat fase lambat pada satu arah (pergeseran kembali ke posisi primer dari arah lirikan yang disengaja) yang bergantian dengan fase korektif cepat ke arah sebaliknya (jerk nystagmus) sebagai usaha kompensasi terhadap proses patologis komponen lambat. Jerk nystagmus dapat dikalsifikasikan menjadi pertama, terjadi hanya jika pasien melihat kearah komponen fase cepat; kedua, terjadi persisten pada posisi primer pandangan (menatap lurus ke depan); ketiga, terjadi juga bahkan pada saat mata melihat kearah komponen fase lambat.mengarah dengan komponen cepatnya ke sisi kontralateral terhadap lesi.

Blok KMD 2 Keluhan FN Neurosensoris, Hemopoetik & Limforetikuler

PEMERIKSAAN NERVUS GLOSOFARINGEUS (N. IX) DAN PEMERIKSAAN NERVUS VAGUS (N. X)

Nervus Glosofaringeus dan nervus vagus merupakan saraf kranial yang sangat berhubungan erat dan mempunyai fungsi yang mirip, sehingga pemeriksaan nervus IX dan nervus X tidak dapat diteliti sendiri-sendiri, kecuali mengenai bagian pemeriksaan otot-otot larings. Nervus Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut. Saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosus, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil, dan sepertiga posterior lidah.

Pemeriksaan fungsi motorik nervus IX dilakukan dengan menyuruh probandus membuka mulutnya dan mengucapkan: "ah-ah-ah" yang panjang. Maka tampaklah, bahwa langit-langit yang sehat akan bergerak ke atas. Apabila ada kelumpuhan nervus IX, maka lengkung langit-langit di sisi yang sakit tidak akan serta bergerak ke atas. Biasanya menelan dan fonasi tidak akan terganggu. Walaupun sewaktu-waktu ada pula penderita dengan lesi satu nervus IX yang juga memperlihatkan gangguan menelan dan fonasi.

Tetapi bila kedua nervus IX yang lumpuh maka dapat timbul gangguan menelan (misalnya air yang diminum keluar dari hidung apalagi bila ia minum air tergesa-gesa) serta gangguan fonasi, yaitu suaranya kedengaran "sengau." Suara "sengau" itu lenyap, bila hidungnya ditutup. Seperti terlihat pada gambar 7. berikut ini.

Gambar 7. Pemeriksaan nervus IX: posisi ovula

Blok KMD 2 Keluhan FN Neurosensoris, Hemopoetik & Limforetikuler

Walaupun nervus IX memiliki banyak fungsi, namun asfek klinis yang dinilai rutin pada pemeriksaan klinis adalah sensasi umum pada dinding posterior faring dan 1/3 posterior lidah. Stimulus pada regio tersebut dengan menggunakan spatel dapat merangsang refleks muntah (gag reflex). Lengkung eferen dari refleks muntah ini dihantarkan melalui nervus vagus.

Nervus vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior (jugulare) dan ganglion inferior (nodosum), keduanya terletak pada daerah foramen jugularis. Nervus vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru-paru.

Apabila satu nervus rekurentes terganggu, maka akan tampak kelumpuhan dari satu pita suara di sisi yang sakit. Sisi yang lumpuh itu tidak akan tampak bergerak sewaktu fonasi dan sewaktu inspirasi pula pita itu akan menjadi atonis dan lama kelamaan menjadi atrofis. Suara penderita akan menjadi parau. Bila kedua nervus rekurens kanan dan kiri mengalami kelumpuhan, maka pita suara itu akan berada di garis tengah dan pula tidak bergerak sama sekali, dan akan terdengarlah suara yang afonis dan stridor inspirasi.

Dalam dokumen BLOK KETERAMPILAN MEDIS DASAR 2 (Halaman 39-42)

Dokumen terkait