• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Neurologis Lainnya: Patrick dan Kontra Patrick

Dalam dokumen PAND UAN KE TR AMP (Halaman 31-110)

BAB V. Sistem Saraf

24. Pemeriksaan Neurologis Lainnya: Patrick dan Kontra Patrick

25. Anamnesis Psikiatri 26. Diagnosis Multiaksial 27. Penilaian Status Mental

28. Penilaian Mini Mental State Examination (MMSE) 29. Indikasi Rujuk pada Kasus Psikiatri

30. Menentukan Prognosis pada Kasus Psikiatri VII. Sistem Indera

Indera Penglihatan

31. Penilaian Penglihatan pada Bayi dan Anak 32. Penilaian Refraksi atau Tajam Penglihatan 33. Pemeriksaan Lapang Pandang

34. Pemeriksaan Eksternal Mata 35. Pemeriksaan Media Refraksi 36. Pemeriksaan Posisi Bola Mata

37. Pemeriksaan Tekanan Intraokular dengan Tonometer Schiotz 38. Penilaian Penglihatan Warna (dengan Buku Ishihara 12 Plate) 39. Pemberian Obat Tetes Mata, Salep Mata dan Aplikasi Eye Dressing 40. Pencabutan Bulu Mata

41. Membersihkan Benda Asing pada Mata Indera Pendengaran

42. Pemeriksaan Fisik Telinga 43. Penilaian Tajam Pendengaran

44. Penilaian Tajam Pendengaran pada Anak 45. Manuver Valsava

46. Pembersihan Meatus Auditorius dan Pengambilan Benda Asing pada Telinga

Indera Pengecapan

47. Penilaian Pengecapan Indera Penciuman

48. Pemeriksaan Fisik Hidung

49. Pemeriksaan Transluminasi Sinus Frontalis dan Maksilaris 50. Penatalaksanaan Perdarahan Hidung

51. Pengambilan Benda Asing pada Hidung VIII. Sistem Respirasi

52. Pemeriksaan Leher 53. Pemeriksaan Dada 54. Dekompresi Jarum

IX. Sistem Kardiovaskular

56. Pemeriksaan Jantung (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi) 57. Pemeriksaan JVP

58. Palpasi Arteri Karotis dan Deteksi Bruit 59. Pemeriksaan Tredelenberg

60. Palpasi Denyut Arteri Ekstremitas 61. Elektrokardiografi (EKG)

X. Sistem Gastrohepatobilier

62. Pemeriksaan Mulut dan Tenggorokan (Tonsil) 63. Pemeriksaan Fisik Abdomen

64. Pemeriksaan Shifting Dullness dan Undulasi

65. Pemeriksaan Fisik untuk Mendiagnosis Apendisitis 66. Pemeriksaan Inguinal (Hernia)

67. Pemasangan NGT 68. Prosedur Bilas Lambung 69. Pemeriksaan Colok Dubur

70. Prosedur Klisma/Enema/Huknah (Irigasi Kolon) 71. Perawatan Kantung Kolostomi

XI. Sistem Ginjal dan Saluran Kemih

72. Pemeriksaan Fisik Ginjal dan Saluran Kemih 73. Pemasangan Kateter Uretra

XII. Sistem Reproduksi

74. Pemeriksaan Fisik Ginekologi Wanita 75. Asuhan Partus Normal

76. Penilaian Post Partum 77. Perawatan Luka Post Partum 78. Kompresi Bimanual

79. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

80. Pemeriksaan Payudara dan Konseling Sadari 81. Pemeriksaan Genitalia Pria

82. Insisi Abses Bartholini 83. Konseling Kontrasepsi 84. Pemasangan Kontrasepsi 85. Konseling prakonsepsi 86. Pemeriksaan ANC

87. Resusitasi Bayi Baru Lahir

XIII.Sistem Endokrin, Metabolisme dan Nutrisi 88. Pengaturan Diet

89. Pemberian Insulin pada Diabetes Mellitus (DM) Tanpa Komplikasi 90. Penilaian Kelenjar Tiroid: Hipertiroid dan Hipotiroid

91. Konseling Kasus Gangguan Metabolisme dan Endokrin XIV. Sistem Hematologi dan Imunologi

92. Palpasi Kelenjar Limfe

XV. Sistem Muskuloskeletal

94. Pemeriksaan Tulang Belakang 95. Pemeriksaan Ekstremitas Atas 96. Pemeriksaan Ekstremitas Bawah

97. Penilaian dan Stabilisasi Fraktur (tanpa Gips) 98. Melakukan Dressing (sling, bandage)

XVI. Sistem Kulit dan Integumen

99. Pemeriksaan Fisik Kulit, Mukosa dan Kuku

100. Pemeriksaan Efloresensi Kulit dan Pemeriksaan Jaringan Penunjang XVII.Lain-lain

Pemeriksaan dan Tatalaksana Khusus Bayi dan Anak 101. Penilaian Skor APGAR

102. Palpasi Fontanella

103. Pemeriksaan Refleks Primitif

104. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan 105. Tes Rumple Leed

106. Tatalaksana Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) 107. Peresepan Makanan Untuk Bayi

108. Tatalaksana Gizi Buruk 109. Pungsi Vena pada Anak 110. Finger Prick

Kegawatdaruratan

111. Bantuan Hidup Dasar 112. Resusitasi Jantung Paru 113. Penilaian Status Dehidrasi 114. Resusitasi Cairan

115. Tatalaksana Dehidrasi pada Anak 116. Manuver Heimlich

Bedah Minor

117. Anestesi (Infiltrasi, Blok Saraf Lokal, Topikal) 118. Jahit Luka dan Pengambilan Benang

119. Pemberian Analgesik 120. Sirkumsisi

121. Incisi/Drainase Abses

122. Eksisi Tumor Jinak Kulit (Bursa/Ganglion) 123. Perawatan Luka

124. Ekstraksi Kuku

125. Kompres terbuka dan tertutup, serta Compressive Bandage Therapy 126. Bebat kompresi pada vena varikosum

Keterampilan Prosedural Lain 127. Peresepan Rasional 128. Pungsi Vena pada Dewasa

129. Injeksi Intramuskular, Intravena, Subkutan 130. Transpor Pasien

131. Prosedur Skin Test Sebelum Pemberian Obat Injeksi 132. Insersi Kanula pada Vena Perifer Anak

Kesehatan Masyarakat, Kedokteran Pencegahan dan Kedokteran Komunitas 133. Program Jaminan Mutu

134. Identifikasi dan Modifikasi Gaya Hidup 135. Diagnosis Komunitas

136. Diagnosis Holistik dan Keluarga 137. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja 138. Surveilans

139. Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut 140. Rehabilitasi Medis

141. Rehabilitasi Sosial Pemeriksaan Penunjang Medis

142. Interpretasi X-ray Tengkorak dan Tulang Belakang 143. Interpretasi Rontgen Toraks

144. Uji Fungsi Paru 145. Spesimen Darah 146. Spesimen Urin 147. Spesimen Dahak 148. Swab Tenggorok 149. Goresan Kulit 150. Kerokan Kulit 151. Swab Anal 152. Spesimen Tinja 153. Pemeriksaan Hematologi

154. Pemeriksaan Hitung Jenis Apus Darah Tepi 155. Pembuatan Sediaan Darah Tepi (Tebal dan Apus) 156. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED

157. Pemeriksaan Pembekuan Darah 158. Pemeriksaan Masa Perdarahan

159. Pemeriksaan Golongan Darah dan Antigen Rhesus 160. Pemeriksaan Tinja

161. Pemeriksaan Urin 162. Pemeriksaan BTA 163. Pemeriksaan Duh Genital 164. Pemeriksaan Jamur Permukaan 165. Pemeriksaan Fertilitas Sederhana

166. Tes Kehamilan Rapid/ Imunokromatografi (ICT) 167. Fern Test

169. Pemeriksaan Glukosa 170. Pemeriksaan Protein

Kedokteran Forensik dan Medikolegal 171. Deskripsi Luka

172. Pemeriksaan Luar pada Mayat 173. Pembuatan Visum et Repertum

BAB I. Universal Precaution

1. Cuci Tangan 7 Langkah

Tingkat Keterampilan: 4A.

Tujuan: Dokter mampu melakukan cuci tangan 7 langkah yang baik dan benar untuk

perlindungan dokter dan pasien. Alat dan Bahan: -

Teknik Pemeriksaan

1. Basahkan kedua telapak

tangan setinggi

pertengahan lengan dengan air mengalir, kemudian ambil sabun.

2. Usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut, kemudian gosok

juga kedua punggung

tangan secara bergantian.

3. Gosok sela-sela jari hingga

bersih.

4. Bersihkan ujung jari secara

bergantian dengan mengatupkan.

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

6. Letakkan ujung jari ke

telapak tangan kemudian gosok perlahan.

7. Bilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu. Kemudian, matikan kran dengan tisu dan tangan bersih terjaga.

Gambar 1. Teknik mencuci tangan

Antisepsis Tangan untuk Tindakan Operasi

1. Lepaskan cincin, jam tangan, dan gelang sebelum memulai cuci tangan untuk operasi.

2. Bersihkan debris dari bawah kuku dengan mengunakan pembersih kuku. Lakukan dibawah air mengalir.

3. Lakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun antimikroba atau hand rub berbahan dasar alkohol sebelum menggunakan sarung tangan steril ketika melakukan tindakan bedah.

4. Cuci tangan (dengan langkah diatas) dan lengan bawah selama 26 menit (sesuai yang direkomendasikan oleh manufaktur sabun antimikroba).

5. Jika menggunakan hand scrub berbahan dasar alkohol dengan aktivitas persisten, ikuti instruksi dari manufakturnya. Sebelum menggunakan larutan alkohol, cuci

tangan dan lengan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun non-antimikroba lalu keringkan tangan dan lengan bawah. Setelah menggunakan produk, biarkan tangan dan lengan kering sempurna sebelum menggunakan sarung tangan steril. Analisis Tindakan/Perhatian

1. Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun cair sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang maksimal.

2. Tujuh (7) langkah mencuci tangan di atas umumnya membutuhkan waktu 15 – 20 menit. Mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun penting untuk mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke tubuh anda.

3. Cuci tangan dilakukan untuk dekontaminasi tangan saat: a. Sebelum kontak langsung dengan pasien.

b. Sebelum menggunakan sarung tangan steril.

c. Sebelum memasukkan alat invasif yang tidak membutuhkan prosedur operasi.

d. Setelah kontak dengan kulit pasien yang intak.

e. Setelah kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa, kulit yang tidak intak, dan pembalut luka.

f. Saat berpindah dari bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian yang bersih saat merawat dan memeriksa pasien.

g. Setelah kontak dengan peralatan medis dan benda lainnya yang berada disekitar pasien.

h. Setelah melepas sarung tangan.

i. Sebelum makan dan setelah menggunakan toilet. Referensi

1. World Health Organization. WHO guidelines on Hand hygiene in health care.First Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safer Care. 2009.

2. Boyce JM, Pittet D. Guideline for hand hygiene in health-care settings, recommendations of the healthcare infection control practices advisory committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA hand hygiene task force. MMWR 2002:51(16):19-31.

3. 3M Health Care. Recommendations from the CDC Guideline for Hand Hygiene in Healthcare Settings [Internet]. Available at: http://www.cdc.gov/handhygiene/.

2. Prinsip Aseptik dan Antiseptik

Tingkat Keterampilan: 4A 1. Definisi

Sterilisasi: tindakan untuk membuat suatu alat/bahan menjadi bebas hama. Asepsis: keadaan bebas hama/bakteri

Antisepsis: tindakan untuk membebas-hamakan suatu bahan, alat ataupun ruangan terhadap bakteri/kuman pathogen untuk mencegah sepsis.

2. Cara sterilisasi

a. Pemanasan, dilakukan tanpa tekanan dan dengan tekanan.

b. Kimiawi dengan menggunakan tablet formalin, gas etilen oksida, larutan antiseptik.

c. Radiasi: menggunakan sinar X dan sinar ultraviolet.

3. Antiseptik: zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman.

a. Bersifat sporisial dan nonsporisidal. b. Fungsi:

- Mensucihamakan kulit sebelum operasi untuk mencegah infeksi - Mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang - Mencuci luka, terutama pada luka kotor

- Sterilisasi alat bedah

- Mencegah infeksi pada perawatan luka - Irigasi daerah-daerah terinfeksi - Mengobati infeksi local

c. Antiseptik terbagi atas: - Alkohol

- Halogen dan senyawanya: yodium, povidon yodium, yodoform, klorheksidin

- Oksidansia: kalium permanganat, perhidrol

- Logam berat dan garamnya: merkuri klorida, merkurokrom - Asam: asam borat

- Turunan fenol: trinitrofenol, heksaklorofen - Basa ammonium kuarterner: etakridin Referensi

Siegel JD,et al. 2007 guideline for isolation precautions: preventing transmission of infectious agents in healthcare settings [Internet]. Available from: http:// www.cdc.gov/ncidod/dhqp/pdf/isolation2007.pdf

3. Alat Pelindung Diri

Tingkat Keterampilan: 4A Tujuan

Mengetahui indikasi pemakaian alat pelindung diri untuk dokter dan petugas kesehatan lainnya.

Alat dan Bahan

1. Sarung tangan (hand schoen) 2. Gown isolasi

3. Proteksi wajah: masker, goggle (kacamata), pelindung wajah. Indikasi Penggunaan

1. Masker:

a. Untuk melindungi petugas kesehatan dari kontak dengan bahan infeksius dari pasien.

b. Ketika petugas kesehatan melakukan prosedur yang membutuhkan teknik steril untuk melindungi pasien dari pajanan agen infeksius yang dibawa mulut dan hidung petugas kesehatan.

c. Pada pasien yang batuk untuk mencegah penyebaran sekret infeksius ke orang lain.

2. Goggle, pelindung wajah:

a. Mencegah pajanan agen infeksius yang ditransmisikan melalui droplet pernapasan.

b. Digunakan bersama masker dan sarung tangan. 3. Sarung tangan:

a. Antisipasi kontak langsung terhadap darah atau cairan tubuh pada membrane mukosa, kulit yang tidak intak, dan bahan infeksius lainnya. b. Pada orang yang kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi oleh

pathogen yang ditransmisikan melalui kontak langsung. 4. Gown Isolasi:

a. Digunakan untuk melindungi lengan dan bagian tubuh yang dapat terpapar dan mencegah kontaminasi darah, cairan tubuh, dan bahan infeksius lainnya pada baju.

Referensi

Siegel JD,et al. 2007 guideline for isolation precautions: preventing transmission of infectious agents in healthcare settings [Internet]. Available from: http:// www.cdc.gov/ncidod/dhqp/pdf/isolation2007.pdf

BAB II. Keterampilan Komunikasi

Komunikasi Dokter-Pasien

Bentuk komunikasi dalam profesi dokter dapat dibedakan menjadi 3 bagian berdasarkan sasaran dari komunikasi tersebut, yaitu komunikasi dokter-pasien, dokter-rekan sejawat, dan dokter-komunitas. Dari setiap bagian dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk komunikasi lainnya, yaitu:

a. Komunikasi Dokter – Pasien

- Proses konsultasi

a) Membuka sesi konsultasi b) Mengumpulkan informasi

c) Memberikan penjelasan dan rencana tata laksana d) Menutup sesi konsultasi

- Edukasi individu dan kelompok - Konseling

- Pertemuan keluarga (Family Conference)

- Menyampaikan kabar buruk (breaking bad news) - Meminta persetujuan tindakan medis (informed consent)

b. Komunikasi Dokter - Rekan Sejawat Tenaga Kesehatan

- Rujukan dan Konsultasi

- Komunikasi interprofesional dalam pelayanan kesehatan - Presentasi di forum ilmiah

c. Komunikasi Dokter – Komunitas

- Penyuluhan masyarakat - Menyusun tulisan ilmiah

Dalam buku ini, keterampilan komunikasi yang dibahasa adalah komunikasi dokter dan pasien.

4. Proses Konsultasi

a. Membuka Sesi Konsultasi

a.1 Bangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman,

memperkenalkan diri dan mengkonfirmasi identitas dan karakteristik pasien

a.2 Jelaskan tujuan sesi, meminta persetujuan pasien bila diperlukan

a.3 Identifikasi masalah utama pasien atau hal yang ingin dibicarakan pasien

menggunakan pertanyaan pembuka yang sesuai (misal:”ada masalah apa?” atau ”apa yang bisa saya bantu?” atau “ada keluhan apa?”)

a.4 Dengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan pasien tanpa memotong atau mengarahkan jawaban pasien.

a.5 Konfirmasi masalah yang ada dan menanyakan adakah masalah lainnya

(mis: ”jadi ada sakit kepala dan capek-capek, ada lagi yang lain?” atau “apakah ada perubahan dengan berat badan?”, dan lain-lain)

b. Mengumpulkan Informasi

b.1 Dorong pasien menceritakan perjalanan penyakitnya mulai awal sampai

saat ini menggunakan kata-katanya sendiri (menggali apa yang menyebabkan kedatangannya hari ini)

b.2 Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat, dimulai dengan

pertanyaan terbuka dilanjutkan dengan pertanyaan tertutup.

b.3 Dengarkan pasien dengan penuh perhatian, membiarkan pasien

menyelesaikan perkataannya tanpa diinterupsi, memberikan waktu bagi pasien untuk berpikir sebelum menjawab, atau meneruskan pembicaraan setelah jeda sejenak.

b.4 Amati respon pasien secara verbal maupun non-verbal (mis: mendorong

pasien berbicara, memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengatur apa yang akan diutarakan, melakukan refleksi isi, membuat interpretasi bahasa tubuh, ucapan, ekspresi wajah)

b.5 Klarifikasi kembali pernyataan pasien bila kurang jelas atau meminta

penjelasan lebih lanjut (misalnya: ”bisa dijelaskan apa yang dimaksud dengan kepala terasa melayang?”)

b.6 Rangkum pada akhir satu bagian konsultasi untuk memastikan bahwa

pengertian dokter sama dengan pasien sebelum pindah ke bagian berikutnya; meminta pasien mengoreksi bila ada interpretasi yang kurang tepat, atau meminta pasien memberikan penjelasan lebih lanjut.

Jika membaca, mencatat atau menggunakan komputer, tidak mengganggu jalannya sesi konsultasi.

Saat melakukan pemeriksaan fisik menjelaskan prosesnya dan meminta izin.

Berikan perhatian khusus terhadap hal-hal sensitif yang dapat membuat

pasien merasa malu atau menyakitkan pasien, termasuk pemeriksaan fisik.

Jelaskan alasan pertanyaan atau pemeriksaan fisik yang mungkin dirasa

tidak masuk akal.

c. Memberikan Penjelasan & Rencana Tata Laksana

c.1 Berikan informasi yang terukur dan terstruktur dalam kalimat-kalimat singkat yang dapat dimengerti dan buat urutan yang logis; pastikan

pengertian pasien; gunakan respon pasien sebagai panduan untuk

memberikan informasi selanjutnya

c.2 Nilai pengetahuan awal pasien: tanyakan apa yang sudah diketahui pasien

sebelumnya pada awal pemberian informasi, tentukan sampai seberapa jauh pasien menginginkan informasi.

informasi, dan harapan yang terlalu dini.

c.4 Berikan pernyataan dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas;

hindari penggunaan istilah medis atau berikan penjelasan istilah tersebut dapat dengan menggunakan metode visual untuk menyampaikan informasi: diagram, model, informasi dan petunjuk tertulis.

c.5 Pastikan pemahaman pasien terhadap informasi (atau perencanaan) yang

diberikan: misalnya dengan meminta pasien mengulangi dengan kata-katanya sendiri, melakukan klarifikasi bila perlu.

c.6 Berikan kesempatan dan dorong pasien untuk berpartisipasi dalam

perencanaan tata laksana: meminta pasien untuk mengajukan pertanyaan,

meminta klarifikasi serta menyatakan keraguannya, dan dokter merespon dengan tepat.

c.7 Jelaskan secara detil pilihan penatalaksanaan.

c.8 Negosiasikan rencana yang dapat disepakati kedua belah pihak:

o Informasikan apa yang menjadi pilihan terbaik dari beberapa pilihan yang tersedia

o Bantu pasien menentukan pilihan

c.9 Pastikan apakah

o Pasien dapat menerima rencana penatalaksanaan o Kekhawatiran pasien telah teratasi

d. Menutup Sesi Konsultasi

d.1 Rangkum sesi secara singkat dan klarifikasi rencana penatalaksanaan.

d.2 Lakukan perjanjian dengan pasien tentang langkah selanjutnya yang akan

dilakukan baik oleh pasien maupun dokter.

d.3 Antisipasi: jelaskan hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi, apa yang harus

dilakukan jika rencana tidak berjalan sebagaimana mestinya, kapan dan bagaimana mencari bantuan dengan menghubungi .

d.3 Pastikan terakhir kali apakah pasien setuju dan merasa nyaman dengan

rencana yang telah disusun, tanyakan apakah masih ada pertanyaan atau hal- hal lain yang masih perlu didiskusikan. (Mis: ”ada pertanyaan lagi atau masih ada hal yang ingin didiskusikan?”).

d.4 Tutup sesi dengan ucapan terima kasih dengan bersalaman.

5. Edukasi Individu dan Kelompok

Edukasi adalah upaya untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada pasien,

keluarga dan masyarakat agar mempunyai pandangan, sikap, dan perilaku yang lebih sehat.

a. Membuka sesi dengan menyapa peserta (membangun sambung rasa) b. Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan edukasi

d. Menyampaikan materi edukasi secara ringkas, padat, dan menggunakan bahasa yang sederhana

e. Apabila diperlukan dapat menggunakan alat bantu dan media yang sesuai tujuan edukasi

f. Beberapa kali mengecek pemahaman peserta

g. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan h. Menyampaikan kesimpulan & penutup

Sebagai edukator yang baik, diharapkan:

a Mampu menjalin interaksi yang baik dengan peserta selama proses berlangsung b Penguasaan materi dengan baik

c Ekspresi wajah (senyum, kontak mata), bahasa tubuh dan gerak-gerik sesuai d Volume dan Intonasi suara cukup

e Penggunaan bahasa yang sesuai dengan peserta

6. Konseling

Konseling adalah upaya pemberian bantuan informasi yang dibutuhkan pasien

dalam rangka mengklarifikasi, memperjelas, memberikan motivasi serta memberikan alternatif pilihan yang diakibatkan oleh ketidaktahuan/keraguan pasien atau keluarga terhadap status kesehatannya.

Kisi-kisi proses

1 Membangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman,

memperkenalkan diri

2 Mengkonfirmasi identitas pasien

3 Menjelaskan tujuan pertemuan serta memberitahukan perannya

4 Memberikan penjelasan tentang beberapa alternatif (misalnya jenis alat kontrasepsi dan pengobatan) yang dapat dipilih pasien untuk menyelesaikan masalahnya. Memberikan penjelasan yang terorganisir dengan baik.

5 Menjelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif

tersebut secara objektif

6 Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, tidak menggunakan jargon medik dan kalimat yang membingungkan

7 Menjawab pertanyaan pasien dengan tepat

8 Mengecek kembali pemahaman pasien/keluarga tentang hal yang dibicarakan

dan menanggapi komunikasi non-verbal pasien dengan tepat

9 Memberi kesempatan/waktu kepada pasien untuk bereaksi terhadap

ucapan petugas kesehatan (berdiam diri sejenak)

10 Mendorong pasien untuk menyampaikan reaksinya, keprihatinannya serta

perasaannya serta menyampaikan penerimaannya terhadap keprihatinan, perasaan dan nilai-nilai pasien

11 Mendorong pasien untuk menentukan pilihannya dan menyatakan

dan keinginan untuk membantu)

12 Membuat perencanaan tindak lanjut bersama pasien

7. Menyampaikan Kabar Buruk

a. Membangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman,

memperkenalkan diri

b. Menjelaskan tujuan pertemuan untuk menginformasikan berita yang kurang

menyenangkan

c. Memperlihatkan perilaku verbal dan non-verbal kepada pasien yang

mengindikasikan bahwa informasi yang akan disampaikan selanjutnya adalah informasi yang penting

d. Menanyakanpasien ingin mendengarkan sendiri atau perlu pendampingan

e. Menanyakan pasien mengenai hal-hal yang telah diketahui, dan perasaannya

terhadap masalah yang dialami

f. Menanyakan sejauh mana informasi tentang masalahnya yang ingin

diketahui oleh pasien (apakah pasien ingin mengetahui secara umum atau

mendalam)

g. Menjelaskan informasi secara sistematis dengan bahasa yang sederhana,

mudah dimengerti dan menunjukkan empati

h. Menanggapi komunikasi non-verbal yang ditunjukkan oleh pasien dengan

mempertimbangkan perasaan, keprihatinan dan nilai-nilai yang dianutnya.

i. Memberikan waktu pada pasien untuk bereaksi (dengan cara hening atau

berdiam diri sejenak)

j. Mendorong pasien untuk memberikan tanggapan serta mengungkapkan

keprihatinan dan perasaannya

k. Menunjukkan perilaku non-verbal yang baik (kontak mata, posisi dan postur

tubuh yang sesuai, gerakan tubuh, ekspresi wajah, suara termasuk kecepatan dan volume)

l. Menyatakan dukungan kepada pasien (contohnya mengekspresikan

keprihatinan, pengertian dan keinginan untuk menolong)

m. Menyusun rencana tindak lanjut bersama pasien

8. Persetujuan Tindakan Medik

Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau

keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi baik proses preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang akan dilakukan terhadap pasien.

Tujuan

Melaksanakan proses persetujuan tindakan medik dengan baik Proses

1. Membangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman,

memperkenalkan diri kepada pasien dan pasangan/keluarganya

2. Menjelaskan tujuan pertemuan

3. Menanyakan pada pasien dan pasangan/keluarganya mengenai hal-hal yang

telah diketahui mengenai masalah yang dialami

4. Memberikan penjelasan mengenai:

 Tujuan tindakan medis atau tata laksana yang diajukan.

 Risiko dan manfaat dari tindakan medis atau tata laksana yang diajukan termasuk rencana tindak lanjut dan antisipasi kemungkinan terjadinya hal-hal di luar estimasi.

 Alternatif pengobatan (harga pengobatan atau tindakan tersebut, dibiayai oleh asuransi atau tidak, dll).

 Risiko dan manfaat dari tindakan medis atau tata laksana alternatif yang diajukan.

 Risiko dan manfaat bila tidak menjalani atau menjalani pengobatan atau tata laksana.

5. Penjelasan tersebut termasuk alasan mengapa akhirnya diputuskan untuk

tindakan medis tersebut termasuk komplikasi yang mungkin timbul apabila

tindakan tidak dilakukan.

6. Memastikan bahwa pasien memahami penjelasan yang diberikan dan

menghargai keputusan yang dipilih pasien dan pasangan/keluarganya.

7. Meminta tanda tangan pasien atau pasangan/keluarga sebagai tanda

persetujuan atau penolakan terhadap tindakan medis. 8. Mengucapkan terima kasih.

Penjelasan Kepentingan Persetujuan Tindakan Medis

1. Persetujuan yang diberikan pasien atau pasangan/keluarga yang berhak, dilakukan setelah memperoleh informasi lengkap dan memahami tindakan medik atau tata laksana yang akan dilakukan.

2. Informed consent merupakan suatu proses.

3. Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar kertas, tetapi bukti jaminan informed consent telah terjadi.

4. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981, PP No. 8 Tahun 1981 5. Merupakan dialog antara dokter dengan pasien dan pasangan/keluarga didasari

keterbukaan akal pikiran, dengan bentuk birokratisasi penandatanganan formulir.

6. Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan penolakan setelah mendapat informasi secukupnya sehingga yang diberi informasi sudah cukup mengerti akan segala akibat dari tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil keputusan.

tuntutan, pada intinya adalah dokter harus berbuat yang terbaik bagi pasien atau klien.

Referensi

1. Ali, M. Sidi. I. P. S. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2006.

2. American Medical Association. 2013. http://www.ama-assn.org. Diakses pada tanggal 30 Juli 2013.

BAB III. General Survey

9. Penilaian Kesadaran

Tingkat Keterampilan: 4A

Tujuan pemeriksaan: Melakukan penilaian kesadaran

Alat dan bahan: - Teknik Pemeriksaan

Penilaian Kesadaran secara Kualitatif A (Alert): pasien sadar

V (Verbal): penderita bereaksi terhadap rangsang bunyi P (Pain): penderita bereaksi terhadap rangsang nyeri U (Unresponsive): penderita tidak bereaksi

Penilaian Kesadaran secara Kuantitatif

Lakukan penilaian kesadaran pasien secara kuantitatif dengan menggunakan skala

Dalam dokumen PAND UAN KE TR AMP (Halaman 31-110)

Dokumen terkait