• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

A Pulo Nas

5.5 Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Potensial

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang melakukan pendaratan ikan di PPP Lampulo, daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol tersebar di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam yang meliputi tiga Kabupaten/Kota yaitu perairan Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda Aceh dan Kota Sabang. Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan di PPP Lampulo pada umumnya terdiri dari nelayan ketiga Kabupaten/Kota tersebut. Pada bulan April

58

sampai Agustus 2007, operasi penangkapan ikan cakalang dan tongkol yang dilakukan oleh nelayan purse seine tersebar di berbagai lokasi yaitu Selat Malaka, Laot Aceh, Sabang, Pulo Aceh dan Lhoknga (Tabel 7 ).

Dari lokasi yang disebutkan oleh nelayan (Tabel 7) berdasarkan data lapangan periode April-Agustus 2007, ikan cakalang dan tongkol hanya terdapat pada tiga lokasi yaitu Selat Malaka, Sabang dan Pulo Aceh. Dari ketiga lokasi tersebut terdapat hasil tangkapan cakalang tertinggi berada pada lokasi Sabang dengan CPUE sebesar 2.270 kg/trip dan tongkol pada lokasi Pulo Aceh dengan

CPUE sebesar 1.856 kg/trip.

Hasil tangkapan ikan cakalang dan tongkol yang diperoleh di lapangan diatas dianalisis lebih lanjut untuk memprediksi hubungan parameter oseanografi seperti SPL dan klorofil-a dengan CPUE. Adapun peta daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol berdasarkan hasil tangkapan periode April-Agustus 2007 di atas dapat di overlay dengan SPL dan klorofil-a untuk memprediksi daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol untuk bulan berikutnya selama satu tahun.

Gambar 25 Peta daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol berdasarkan data lapangan periode April – Agustus 2007 di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam.

Berdasarkan penyebaran SPL dan klorofil-a diduga daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol berasosiasi dengan SPL dan klorofil-a optimum, untuk ikan cakalang dan tongkol berada pada kisaran SPL antara 28,00-30,00oC dan klorofil-a 0,31–0,33 mg/m3. Hal ini tidak jauh bedanya dengan pendapat Gunarso (1985) yang menyatakan bahwa SPL optimum untuk penangkapan cakalang di perairan Indonesia adalah 28,00-29,00oC.

6o00 5o45 94o52’ 95o07’05 95o22’05 95o37’05 95o52’0 5o30 5o15 SEBARAN DPI DI PERAIRAN UTARA NAD Dibuat Oleh : MUKLIS (C451060211) Teknologi Kelautan Keteranga Cakalang Tongkol

Dinamika zona produktif tersebut tampaknya dipengaruhi oleh pola arus yang bekerja dan distribusi SPL di perairan tersebut (Zainuddin et al. 2006). dengan demikian arah pergerakan atau pola migrasi ikan sangat mungkin mengikuti dinamika tersebut, sehingga nelayan dapat menempatkan operasi penangkapannya pada posisi yang lebih tepat. Adapun peta daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol berdasarkan prediksi untuk bulan Januari sampai Nopember tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 26.

Memperhatikan kondisi oseanografi yang meliputi SPL dan klorofil-a serta kaitanya dengan CPUE ikan cakalang dan tongkol maka dapat diestimasi bahwa lokasi potensial penangkapan ikan bulanan di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam dapat dipetakan untuk setahun. Lokasi penangkapan ikan cakalang dan tongkol bulanan potensial (Gambar 26) dengan lokasi daerah penangkapan ikan oleh nelayan tradisional di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam (Gambar 21) sebagian sudah sesuai, namun sebagian lainnya belum. Pada bulan Januari dan Agustus lokasi penangkapan ikan cakalang sudah sesuai dan dapat diperluas ke lokasi Selat Malaka, sedangkan untuk lokasi yang disampaikan pada saat wawancara dengan nelayan belum menunjukkan hasil yang akurat sepenuhnya, karena lokasi penangkapan selalu berubah-ubah sesuai dengan parameter oseanografi diantaranya SPL dan klorofil-a.

Hasil analisis citra sebaran SPL dan klorofil-a dari bulan Desember 2006 sampai Nopember 2007 berdasarkan hasil overlay antara SPL dan klorofil-a dapat diestimasikan bahwa lokasi penangkapan ikan tongkol untuk bulan Desember 2006 berada di sisi barat daya Pulo Aceh. Lokasi penangkapan ikan cakalang untuk bulan Januari 2007 berada di Selat Malaka, sedangkan lokasi penangkapan ikan tongkol berada di daerah Lhoknga. Lokasi penangkapan ikan cakalang untuk bulan Februari 2007 berada di Laot Aceh, sedangkan lokasi penangkapan ikan tongkol berada di sisi barat Pulo Aceh. Lokasi penangkapan ikan tongkol untuk bulan Maret 2007 berada di sisi utara Pulo Aceh atau sisi barat Sabang. Lokasi penangkapan ikan tongkol untuk bulan April 2007 berada di sisi barat Pulo Aceh.

Lokasi penangkapan ikan cakalang untuk bulan Mei 2007 berada di Laot Aceh, sedangkan lokasi penangkapan ikan tongkol berada di sisi barat Sabang dan Pulo Aceh. Lokasi penangkapan ikan cakalang untuk bulan Juni 2007 berada di Sabang, sedangkan lokasi penangkapan ikan tongkol berada di sisi barat Pulo Aceh. Lokasi penangkapan ikan cakalang untuk bulan Juli 2007

60

berada di Laot Aceh, sedangkan lokasi penangkapan ikan tongkol berada di Sabang.

Gambar 26 Peta daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol berdasarkan prediksi Tahun 2007 di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam

Pulo Nasi S U M A T E R A A Pulo Nasi S U M A T E R A B Pulo Nasi S U M A T E R A C Pulo Nasi S U M A T E R A D Pulo Nasi S U M A T E R A E Pulo Nasi S U M A T E R A F Pulo Nasi S U M A T E R A G Pulo Nasi S U M A T E R A H

Gambar 26 (lanjutan) Peta daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol berdasarkan prediksi Tahun 2007 di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam

Lokasi penangkapan ikan cakalang untuk bulan Agustus 2007 berada di Laot Aceh dan barat laut Pulo Aceh dan Sabang, sedangkan lokasi penangkapan ikan tongkol berada di Sabang. Lokasi penangkapan ikan cakalang untuk bulan September 2007 berada di Selat Malaka, sedangkan lokasi penangkapan ikan tongkol berada di Sabang dan Lhoknga. Lokasi penangkapan ikan cakalang untuk bulan Oktober 2007 berada di barat laut Pulo Aceh dan Sabang, sedangkan lokasi penangkapan ikan tongkol berada di barat laut Lhoknga. Lokasi penangkapan ikan cakalang untuk bulan Nopember 2007 berada di Laot Aceh dan utara Sabang (Gambar 26 Lampiran 8).

Pulo Nasi S U M A T E R A I Pulo Nasi S U M A T E R A J Pulo Nasi S U M A T E R A K Pulo Nasi S U M A T E R A L Keterangan :

A : DPI bulan Desember 2006 B : DPI bulan Januari 2007 C : DPI bulan Februari 2007 D : DPI bulan Maret 2007 E : DPI bulan April 2007 F : DPI bulan Mei 2007

G : DPI bulan Juni 2007 H : DPI bulan Juli 2007 I : DPI bulan Agustus 2007 J : DPI bulan September 2007 K : DPI bulan Oktober 2007 L : DPI bulan Nopember 2007

62

Berdasarkan Gambar 26 dapat dipetakan suatu daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol potensial dengan melihat daerah yang dominan tertangkap ikan cakalang dan tongkol selama setahun menurut musim. Pada musim barat (Desember-Februari) ikan cakalang dominan tertangkap di daerah Selat Malaka dan tongkol di daerah Pulo Nasi, musim peralihan barat-timur ikan cakalang dominan tertangkap di daerah Laot Aceh dan tongkol di daerah Pulo Aceh, musim timur ikan cakalang dominan tertangkap di Laot Aceh dan tongkol di daerah Sabang, dan musim peralihan timur-barat ikan cakalang dominan tertangkap di daerah Selat Malaka dan tongkol di daerah Sabang. Untuk lebih jelas daerah penangkapan berdasarkan musim dapat dilihat pada Gambar 27.

Gambar 27 Peta daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol berdasarkan musim Tahun 2007 di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam

D Keterangan : A : Musim Barat B : Musim Peralihan B-T C : Musim Timur D : Musim Peralihan T-B

DPI Cakalang DPI Tongkol

Pulo Nasi S U M A T E R A A Pulo Nasi S U M A T E R A B Pulo Nasi S U M A T E R A C Pulo Nasi S U M A T E R A D

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

(1) Secara spasial variasi SPL di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam berkisar antara 27,00-30,10oC dengan kisaran dominan 29,00oC, dan klorofil- a berkisar antara 0,26-0,33 mg/m3 dengan kisaran dominan 0,30 mg/m3, secara temporal SPL dan klorofil-a bervariasi setiap minggunya.

(2) Hubungan SPL dengan CPUE cakalang dan tongkol menunjukkan hubungan yang erat dengan koefisien korelasi 0,75 dan 0,72 untuk tongkol, dan hubungan konsentrasi klorofil-a dengan CPUE cakalang dan tongkol juga menunjukkan hubungan yang erat dengan koefisien korelasi 0,74 dan 0,75. (3) Daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol di perairan bervariasi

secara spasial dan temporal.

6.2 Saran

Mengacu pada keterbatasan yang ditemukan selama penelitian, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :

(1) Perlu dilakukan validasi daerah potensial yang dianalisis berdasarkan citra SPL dan klorofil-a dengan melakukan percobaan operasi penangkapan ikan di laut dengan menggunakan alat penentu posisi penangkapan.

(2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan hasil tangkapan terhadap faktor oseanografi lainnya seperti salinitas dan arus.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2008. Variabilitas Hasil Tangkapan Ikan Hubungannya dengan Sebaran Klorofil-a dan Suhu Permukaan Laut Data Inderaja di Perairan Kalimantan Timur. Tesis (tidak dipublikasikan). Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor. 81 hlm.

Amri, K. 2002. Hubungan Kondisi Oseanografi (SPL, Klorofil-a dan Arus) dengan

Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan Selat Sunda. Tesis

(tidak dipublikasikan). Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor. 126 hlm.

Anonymous. 2007. Forum Remote Sensing dan GIS Indonesia.

www.rsgisforum.net (12 Desember 2007).

Apel, JR. 1987. Principle of ocean physics. Chapter Nine. Academic Press Harcourt Brace Jovanovich, Publisher. P. 512-610.

Arinardi. 1995. Sebaran Seston, Klorofil-a dan Bakteri di Teluk Jakarta. Atlas Oseanologi Teluk Jakarta. Bab VI : 101-9. Jakarta.

Ayodhyoa, AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 95 hlm.

Barmes, H. 1988. Oceanography and marine Biology. An Annual Review Volume 22. Aberdeen University Press. Aberdeen.

Birowo, A. 1983. Upwelling atau penaikan massa air. Pewarta Oceana. II (3). Jakarta: LON-LIPI.

Blackburn, M. 1965. Oceanography and The Ecology of Tunas. In H. Barnes (editor), Oceanography Marine Biology Ann. Rev. 3. George Allen and Unwin LTD. London.

BRR NAD-Nias. 2007. Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Pesisir Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Pasca Tsunami. Draft Laporan Akhir 427 hlm.

Burhanuddin, R. Moelyanto. Sularso. M dan Asakin, D. 1984. Tinjauan Mengenai Ikan Tuna, Cakalang dan Ikan Tongkol. Jakarta : LON-LIPI. 65 hal.

Close CH dan Hall BG. 2006. A GIS-based protocol for the collection and use of

local knowledge in fisheries management planning. Journal of

Environmental Management Vol.78, Issue 4. hlm. 341-352.

Collette, BB., dan Nauen, CE. 1983. Scmrids of The World. FAO Fish Syn. 2(125), 137 p.

Curran, PJ. 1985. Principles of Remote Sensing. Longman Scientific and Technical. England.

Departemen Pertanian. 1993. Pedoman Teknis Pengelolaan dan Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Cakalang di Indonesia. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumberdaya

Perikanan Laut Bagian I Jenis-Jenis Ikan Ekonomis Penting. Jakarta:

Departemen Pertanian.

FAO. 1983. FAO Species Identification Sheet for Fishery Purposes. Food and Agriculture Organization of United kingdom : 25-33p.

FAO.1991. Interaction of Pacific Tuna Fisheries. Vol.2. Paper on Biology and Fisheries. FAO.Rome. 137p

Gabric, AJ. dan Parslow, J. 1989. Effect of Physical Factor on the Vertical Distribution of Phytoplankton Eutrophyc Coastal Water. Aust. J. Mar. Freshwater Res.

Gaol, JL. 1997. Pengkajian Kualitas Perairan Pantai Utara Jawa dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat-TM : Hubungan Radiasi Spektral dengan Konsentrasi Klorofil-a dan Muatan padatan Tersuspensi.

Thesis. (tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 58 hlm.

Gaol J.L. 2006. Kondisi Lingkungan Laut Arafura dari Hasil Kajian Multi Sensor Satelit. In Monintja, D.R, Sularso, A, Sondita, M.F.A dan Purbayanto, A (ed). Presfektif Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap Laut Arafura. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Bogor. 222 hlm.

Graham, S. 2005. Aqua Project Science. Retrived October 3, 2005. 03:25 PM. From The World Wide Web : http//aqua.nasa.gov/

Gulland. 1983. Fish Stock Assesment, A manual basic methods. 223 hal.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan – Dalam Hubungannya dengan Alat,

Metoda dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 149 hlm.

Hasyim B. 1999. Analisis distribusi suhu permukaan laut dan kaitannya dengan

lokasi penangkapan ikan. Prosiding Seminar Validasi Data Inderaja

untuk Bidang Perikanan. Jakarta 14 April 1999. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Jakarta. ISBN: 979-95760-1-6: III-22 – III-46.

Hasyim, B. 2003. Kajian Daerah Penangkapan Ikan dan Budidaya Laut Berdasarkan Data Pengideraan Jauh dan SIG di Wilayah Situbondo (tesis). Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 136 hlm.

66

Hayes LM, Laevestu T. 1982. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News Books Ltd. England. 199 p.

Hela, I, dan Laevastu, T. 1970. Fisheries Oceanography. Fishing News (Books) LTD. London. 238 p.

Hendiarti, N. 2003. Investigation on Ocean Color Control Remote Sensing in

Indonesia Water Using SeaWiFs. PhD Thesis. The Fakulty of

Mathematics and Natural Science. Universitai Rostock.

Laevastu T and Hela I. 1970. Fisheries Oceanography and Ecology. London: Fishing News Books Ltd. 199 hlm.

Laevastu T, Hayes ML. 1981. Fisheries Oseanography and Ecology. London: Fishing News(Books) Ltd. 199 p.

Lillesand, TM, Kiefer, RW. 1987. Remote Sensing and Image Interpretation.

Second edition.

Lo, CP. 1996. Penginderaan Jauh Terapan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Maccherone, B. 2005. About MODIS. Retrived October 3, 2005. 03:20 PM. From The World Wide Web : http//Modis.gsfc.nasa.gov/about/

Matsumoto, MW. 1974. The Skipjack Tuna an Underrutilized Resources. MFR Paper 107. Technical Information Division Environmental Science Information Center, NOAA Washington. 180 p.

McClain EP, Pichel WG, Walton CC. 1985. Comaparative preformance of

AVHRR-based multichannel sea surface temperatures. Journal of

Geophysical Research. 90, 11587-11601.

McClain, C and Feldman, G. 2004. MODIS/Aqua Evaluations. NASA Ocean Color Research Team Meeting. April 14-16, 2004. Washington, DC. Retrived October 3, 2005. 03 : 40 PM. From the World Wide Web : http//Oceancolor.gsfc.nasa.gov/DOCS/Science Team/OCRT_Apr2004/ mccl ain_aqua_ocrt04.pdf

Mustafa, J.A. 2004. MODIS Mengamati Lingkungan Global dari Angkasa. http://www.kompas.com/berita iptek/artikel iptek/MODIS.html.(12 Desember 2005)

Nikolsky, G. V. 1963. The Ekology of Fishes. Academic press, London. 352 p. Nontji A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 360 hlm.

Nontji A. 1993. Laut Nusantara Cetakan kedua. Penerbit Djambatan. Jakarta. 368 hlm

Nontji A. 2002. Laut Nusantara. Cetakan ketiga. Penerbit Djambatan. Jakarta. 368 hlm.

Nybakken, dan James W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi (Terjemahan : Moh. Eidman dan Kuesoebiono). PT. Gramedia. Jakarta. 459 p.

O’Reilly, JE. Maritorena, S. Mueller, JL. O’Brien, MC. Siegel, DA. Toole, D. Mitchell, BG. Kahru, M. Chaves, FP. Strutton, P. Cota, GF. Hooker, SB. McClain, CR. Carder, KL. Carger, FM. Harding, L. Magnuson, A. Phinney, D. Moore, GF. Aiken, J. Arrigo, KR. Letelier, R. and Culver. M. 2000. Sea WiFS Postlaunch Calibration and Validation Analyses, Part 3. NASA Technical Memorandum. 11(2).9-23.

Parson, T. R, M. Takahashi, and B. Hargrave. 1984. Biological Oceanographyc

Processes. Pergamon Press. 3rd Edition. New York-Toronto. 439 p. Prahasta E. 2004. Sistem Informasi Geografis Tools dan Plug-Ins. Bandung:

Penerbit Informatika. 450 hlm.

Prasasti, I., Sambodo, KA dan Ismaya, H. 2003. Pengembangan Model Aplikasi Data Satelit Lingkungan Terra/MODIS untuk Penentuan Suhu

Permukaan Laut dan Klorofil. LAPAN. Jakarta.

Priyanti, NS. 1999. Studi Daerah Penangkapan Rawai Tuna di Perairan Selatan Jawa Timur-Bali pada Musim Timur Berdasarkan Pola Distribusi Suhu Permukaan Laut Citra satelit NOAA-AVHRR dan Data Hasil Tangkapan.

Skripsi. (tidak dipublikasikan). Program Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Putro SME. 2002. Studi Daerah Penangkapan Ikan (Fishing Ground) Kapal

Purse Seine di Perairan Utara Laut Jawa [Laporan Ilmiah]. Semarang:

Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. 80 hlm.

Reddy MP. 1993. Influence of the Various Oceanographic Parameters on the Abundance of Fish Catch. [lecture note]. Proceeding of International workshop on Apllication of Satellite Remote Sensing for Identifying and

Forecasting Potential Fishing Zones in Developing Countries;

Hyderabad, December 11-17, 1993. India: National Remote Sensing Agency. 25 hlm.

Robinson, IS., 1991. Satellite Oceanography. An Introduction for Oceanographer

and Remote Sensing Scientists. Ellis Horwood Ltd, England.

Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I. Bandung: Bina Cipta. 245 hlm.

Setiapermana, D., Santoso dan Riyono, SH. 1992. Chlorophyll Content in Relation to Physical structure in East Indian Ocean. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.

Susilo, SB, 1997. Penginderaan Jauh Warna Air Laut (Ocean Color Remote

68

Syahdan, M. 2005. Hubungan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Terhadap Hasil Tangkapan Cakalang (Katsuwonus pelamis, Linnaeus) di Perairan Bagian Timur Sulawesi Tenggara. Thesis. (tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 119 hlm.

Tadjuddah, M. 2005. Analisis Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis) Dan Madidihang (Thunnus albacares) Dengan Menggunakan

Data Satelit di Perairan Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. Thesis. (tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 110 hlm.

Waldron, KD and King, JE. 1963. Food of Skipjack in the Central Pacifik. FAO Fisheries Report. 1457 p.

Walpole, RE. 1995. Pengantar Statistika. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Williamson. 1970. Little Tuna Euthynnus affinis Hongkong Area. Bull. Jap. Soc. Sci. Fish : 36 (1): 9-18p.

Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of The South East Asian Waters. Naga Report. Vol. 2. Scripps Institution of Oceanography. The University of California. La Jolla. California.

Yamaji, I. 1966. Illustrations of the Marine Plankton of Japan. Hoikusha, Osaka, Japan. 192 p.

Zainuddin, M. 2006. Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Penelitian Perikanan dan Kelautan. Makalah Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kabupaten Selayar (9-10 September 2006).

Zainuddin, M., H. Kiyofuji, K. Soitoh and S. Soitoh. 2006. Using multi-sensor satellite remote sensing to detect ocean hotspots for albacore tuna

(Thunnus alaluga) in the northwestern North Pacific. Journal of Deep-

tongkol di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam periode April-Agustus 2007 Waktu Operasi

(Tgl/Bln/Thn) Kisaran Dominan Kisaran Dominan

26/04/2007 Selat Malaka 24-30,2 29-29,6 210-440 410-490 03/05/2007 Selat Malaka 27,5-34,2 33,1-33,5 460-730 700-710 20/05/2007 Sabang 27,5-37,2 36,1-36,2 420-900 800-805 24/05/2007 Selat Malaka 24,1-33,2 28,1-28,6 200-620 460-470 28/05/2007 Sabang 27,4-31,6 29,1-29,4 350-510 420-470 18/06/2007 Sabang 29,5-37,4 33-35,8 520-750 640-660 21/06/2007 Selat Malaka 29,2-38,2 32,2-33,7 430-920 550-690 23/06/2007 Sabang 31,6-38,1 35,1-35,8 640-720 670-690 25/06/2007 Sabang 25,9-36,8 36,2-36,6 470-810 810-830 17/07/2007 Sabang 29,3-35,3 31,1-31,6 420-670 440-510 23/08/2007 Sabang 28,7-38,4 32,3-32,7 390-950 420-480 29/08/2007 Selat Malaka 27,1-36,3 32-32,6 240-680 520-530 Waktu Operasi

(Tgl/Bln/Thn) Kisaran Dominan Kisaran Dominan

22/04/2007 Sabang 17,7-27 22,2-22,6 70-300 150-160 25/04/2007 Pulo Aceh 22-26,8 25,1-25,9 150-300 240-220 29/04/2007 Pulo Aceh 22,9-26,9 25-25,9 180-300 250-290 30/04/2007 Pulo Aceh 19-28,4 25-25,9 120-320 220-240 05/05/2007 Pulo Aceh 19,6-29,6 22-22,6 80-400 160-170 12/05/2007 Pulo Aceh 21,6-27,2 25,1-25,9 150-310 240-280 15/05/2007 Pulo Aceh 19-27,2 23,3-23,6 70-310 230-240 09/06/2007 Pulo Aceh 20-27,1 23-23,2 80-260 230-235 12/06/2007 Sabang 20,6-30,5 24-24,2 90-300 180-185 13/06/2007 Pulo Aceh 21,2-27,8 26,2-26,9 210-320 270-300 19/06/2007 Sabang 21,3-29,2 23,1-23,5 120-270 120-130 26/06/2007 Selat Malaka 19,3-26,5 21,1-21,9 120-210 150-160 28/06/2007 Pulo Aceh 21,7-26,4 23,2-23,9 230-310 250-260 01/07/2007 Selat Malaka 18,9-23,2 21-21,8 120-180 140-150 02/07/2007 Selat Malaka 21,1-30,4 28,2-28,8 140-340 280-310 05/07/2007 Selat Malaka 19,7-29,1 26,5-26,7 90-320 250-255 09/07/2007 Selat Malaka 22,1-26,9 23,2-23,9 170-300 170-200 15/07/2007 Selat Malaka 18,7-28,1 23,2-23,6 80-310 240-270 19/07/2007 Sabang 20,1-28,9 25,1-25,9 130-300 250-260 22/07/2007 Selat Malaka 21,1-27,6 24,1-24,9 150-280 230-240 01/08/2007 Selat Malaka 24,3-35 29,1-29,8 250-370 300-320 11/08/2007 Pulo Aceh 19-28 26-26,7 120-310 270-280 13/08/2007 Selat Malaka 19,3-29,4 22-22,4 200-310 200-230 16/08/2007 Selat Malaka 20,7-27,9 26,2-26,8 210-300 270-290 20/08/2007 Sabang 20,1-29,9 22,4-22,9 220-320 230-270 26/08/2007 Selat Malaka 20,1-33,7 22,1-22,7 200-360 220-230

Nama DPI Ukuran Panjang Cakalang (cm) Berat Cakalang (gram)

82

Lampiran 8 Hasil overlay citra SPL dan klorofil-a Tahun 2007

Pulo Nasi S U M A T E R A A Pulo Nasi S U M A T E R A B Pulo Nasi S U M A T E R A C Pulo Nasi S U M A T E R A D Pulo Nasi S U M A T E R A E Pulo Nasi S U M A T E R A F Pulo Nasi S U M A T E R A G Pulo Nasi S U M A T E R A H

Lampiran 8. (Lanjutan)

Keterangan :

A : Citra tanggal 3-10 Desember 2006 B : Citra tanggal 9-16 Januari 2007 C : Citra tanggal 2-9 Februari 2007 D : Citra tanggal 22-29 Maret 2007 E : Citra tanggal 7-14 April 2007 F : Citra tanggal 17-24 Mei 2007 G : Citra tanggal 2-9 Juni 2007 H : Citra tanggal 4-11 Juli 2007

I : Citra tanggal 28 Juli – 4 Agustus 2007 J : Citra tanggal 22-29 September 2007 K : Citra tanggal 8-15 Oktober 2007 L : Citra tanggal 17-24 Nopember 2007

Pulo Nasi S U M A T E R A I Pulo Nasi S U M A T E R A J Pulo Nasi S U M A T E R A K Pulo Nasi S U M A T E R A L Chlo SPL

PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN CAKALANG

Dokumen terkait