• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR TABEL

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam berhubungan langsung dengan Samudera Hindia yang berada di sebelah ujung barat Pulau Sumatera mengandung berbagai jenis ikan bernilai ekonomis penting. Produksi perikanan laut Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 2004 tercatat 102.555 ton, dari produksi tersebut terdapat produksi cakalang dan tongkol sebesar 15.862 ton. Data produksi ikan cakalang dan tongkol yang didaratkan di pelabuhan perikanan pantai (PPP) Lampulo Kota Banda Aceh dari perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 793.462 kg cakalang dan 452.500 kg tongkol. Data di atas terlihat bahwa ikan cakalang dan tongkol yang termasuk ikan yang bernilai ekonomis penting cukup dominan tertangkap di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam dibandingkan ikan kembung, lemuru, kambing-kambing dan sunglir (PPP Lampulo, 2004).

Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan adalah ketepatan dalam menentukan suatu daerah penangkapan ikan (DPI) yang layak untuk dapat dilakukan operasi penangkapan ikan. Pada umumnya nelayan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mencari schooling ikan, karena dalam menentukan daerah penangkapan ikan hanya berdasarkan intuisi/insting sehingga tidak efektif karena hasil tangkapan tidak pasti.

Pendugaan daerah penangkapan ikan dapat didekati dengan mencari indikator-indikator yang dapat mempengaruhi daerah penangkapan ikan. Indikator tersebut antara lain adalah SPL dan kesuburan perairan (yang diamati dari kandungan klorofil di laut). SPL dan konsentrasi klorofil-a dapat diestimasi dengan teknik penginderaan jauh, dimana saat ini akurasi estimasi konsentrasi klorofil-a dengan menggunakan algoritma global untuk perairan lepas pantai adalah 70%, sedangkan untuk SPL lebih tinggi tingkat akurasinya.

Mengingat data parameter oseanografi di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam sangat sedikit, maka data dari penginderaan jauh sangat tepat dimanfaatkan baik untuk mempelajari proses yang terjadi di laut maupun untuk menentukan daerah yang potensial untuk penangkapan ikan. Dengan mengetahui pola distribusi spasial dan temporal parameter oseanografi di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam, maka dapat diketahui proses serta fenomena yang terjadi di perairan tersebut. Parameter-parameter oseanografi

seperti SPL dan klorofil-a diduga berhubungan dengan keberadaan ikan (Hela dan Laevastu, 1970; Adnan, 2008). Berdasarkan hubungan parameter oseanografi terhadap keberadaan ikan, maka dapat diperkirakan zona-zona potensial penangkapan ikan yang dibuat dalam bentuk peta-peta daerah penangkapan ikan.

1.2 Perumusan Masalah

Dewasa ini, para nelayan masih menghadapi kendala untuk dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi penangkapan ikan. Adapun kendala yang dihadapi nelayan diantaranya, nelayan kesulitan mencari daerah penangkapan ikan yang disebabkan oleh ketidaktahuan tentang faktor oseanografi yang berhubungan dengan kemunculan schooling ikan. Nelayan tidak dapat merencanakan operasi penangkapan ikan yang tepat. Nelayan berangkat dari pangkalan bukan untuk menangkap ikan akan tetapi untuk mencari schooling ikan. Dengan demikian, nelayan akan selalu berada dalam ketidakpastian tentang lokasi penangkapan ikan dan akhirnya hasil tangkapan juga menjadi tidak pasti.

Beberapa hal yang menyebabkan masalah tersebut adalah masih terbatasnya penelitian-penelitian parameter oseanografi (SPL, dan klorofil-a) sehingga distribusi dan kondisi indikator oseanografi di daerah ini belum banyak diketahui. Faktor ekologi yang mempengaruhi keberadaan suatu jenis ikan termasuk ikan cakalang dan tongkol berkaitan dengan kondisi oseanografi setempat. Nelayan purse seine di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam dalam mencari lokasi untuk melakukan operasi penangkapan ikan pelagis umumnya dengan teknik berburu ikan untuk mendapatkan schooling ikan. Teknik berburu ini banyak memakan waktu dan tidak efisien, sehingga produktivitas tangkapan rendah.

Untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan daerah penangkapan ikan, maka perlu diketahui : (1) kondisi faktor oseanografi seperti SPL, dan klorofil-a; (2) Hubungan antara faktor oseanografi terhadap produksi hasil tangkapan. Dengan mengetahui distribusi dan variasi faktor-faktor tersebut, serta hubungannya dengan keberadaan ikan, maka dapat diperkirakan daerah potensial penangkapan ikan yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi operasi penangkapan ikan.

3

1.3 Tujuan Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk :

(1) Menganalisis penyebaran dan variasi SPL dan klorofil-a secara spasial dan temporal.

(2) Menganalisis hubungan antara SPL dan klorofil-a terhadap jumlah hasil tangkapan ikan cakalang dan tongkol.

(3) Mengidentifikasi daerah potensial penangkapan ikan cakalang dan tongkol dengan membuat peta daerah penangkapan ikan potensial berdasarkan kondisi oseanografis di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan (nelayan dan lembaga penelitian) sebagai :

(1) Bahan informasi bagi nelayan setempat dan armada penangkapan dalam merencanakan operasi penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Euthynnus affinis).

(2) Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang daerah penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Euthynnus affinis).

(3) Memberikan informasi musim penangkapan yang tepat dalam usaha penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol

(Euthynnus affinis) di Perairan Utara Aceh Nanggroe Aceh Darussalam.

1.5 Hipotesis

Variasi spasial dan temporal SPL dan klorofil-a berpengaruh terhadap hasil tangkapan dan sebaran daerah penangkapan ikan (DPI).

1.6 Kerangka Pemikiran

Di dalam melakukan operasi penangkapan ikan, nelayan di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam dihadapkan dengan berbagai kendala dalam penentuan suatu daerah penangkapan ikan, yaitu : (1) Daerah penangkapan tidak pasti, (2) Waktu operasi lebih lama, (3) Hasil tangkapan tidak pasti, (4) Risiko operasi penangkapan tinggi. Akibat dari kendala di atas, maka biaya operasional penangkapan akan menjadi lebih tinggi, mutu hasil tangkapan menjadi rendah, dan produktivitas juga akan rendah.

Dengan berbagai kendala tersebut perlu dibuat peta-peta daerah penangkapan ikan potensial, melalui analisis parameter-parameter oseanografi yang mempengaruhi keberadaan ikan. Indikator-indikator daerah penangkapan ikan potensial diantaranya adalah SPL dan klorofil-a.

Berdasarkan analisis indikator-indikator daerah penangkapan ikan, maka perlu dilakukan pemetaan daerah penangkapan ikan potensial. Peta-peta ini dapat digunakan nelayan dalam menentukan daerah penangkapan ikan dengan lebih pasti, menghemat waktu dan biaya operasional yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas. Secara ringkas, diagram kerangka pemikiran ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram kerangka pemikiran. Pemetaan DPI potensial Operasi penangkapan ikan (OPI) Pemilihan DPI DPI 1

DPI tidak pasti

Waktu OPI lama

Hasil tangkapan tidak pasti

Risiko OPI tinggi

Biaya OPI tinggi

Mutu tangkapan rendah Produktivitas rendah Analisis indikator- indikator DPI S P L Klorofil-a Kegiatan penangkapan ikan Variasi SPL Variasi Klorofil-a

Variasi hasil tangkapan

DPI pasti Waktu sedikit Hasil tangkapan pasti Risiko rendah DPI 2 DPI 3 DPI …n Dugaan zona DPI

Dokumen terkait