• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan untuk Curah Hujan Rata-rata Musim Kering Musim Kering

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan/Penggunaan Lahan daerah Indramayu 5.1 Penutupan/Penggunaan Lahan daerah Indramayu

5.2 Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan

5.2.2 Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan untuk Curah Hujan Rata-rata Musim Kering Musim Kering

Sebaran curah hujan rata-rata per bulan dari tiga bulan terkering (Juli – September) dapat dilihat pada Gambar 11. Peta tersebut menunjukkan bahwa wilayah dari Kabupaten Indramayu didominasi oleh curah hujan pada musim kering dengan besaran 30-40 mm/bulan. Curah hujan rata-rata musim kering sebesar 25 mm/bulan dengan curah hujan terendah adalah 13 mm/bulan dan tertingginya sebesar 51 mm/bulan.

Gambar 11. Peta Curah Hujan Rata-Rata Musim kering

a. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Musim Kering

Pada peta rawan kekeringan dengan bobot berbeda hanya terdapat tiga kelas, yaitu kelas tidak rawan, cukup rawan dan rawan. Hampir semua kecamatan pada peta yang berbobot beda berpotensi rawan kekeringan dengan kelas cukup rawan dan rawan, sedangkan untuk kelas tidak rawan hanya dialami oleh sedikit wilayah kecamatan (Lampiran 5). Bentuk peta dengan bobot parameter beda untuk curah hujan musim kering ditunjukkan pada Gambar 12.

1. Kelas Tidak Rawan

Daerah dengan kelas kekeringan tidak rawan mempunyai luasan paling kecil yaitu 1.523 ha (0,74%) dari total luasan daerah penelitian. Daerah ini

Daerah cukup rawan ini memiiliki luasan yang paling besar yaitu 175.938 ha (85,20%). Curah hujan yang dominan di daerah ini adalah <20 dan 21 - 30mm/bulan. Penggunaan lahan yang banyak dijumpai dalam kelas ini adalah sawah, kebun campuran, permukiman, perkebunan, dan tambak dengan kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk lahan adalah dataran Aluvial, mempunyai drainase buruk sampai dengan sangat buruk, dan berada pada buffer sungai >500 m.

3. Kelas Rawan

Kelas rawan mempunyai luasan sebesar 29.033 ha (14,06%) dengan curah hujan yang dominan adalah <20mm/bln dan 21 - 30 mm/bulan. Penggunaan lahan yang berpotensi rawan kekeringan adalah sawah, permukiman, tanah terbuka, perkebunan, dan semak. Kemiringan lereng untuk kelas ini adalah 0 - 8% dan mempunyai drainase baik sampai buruk. Kelas ini didominasi oleh bentuk lahan dataran Aluvial dan berada pada buffer sungai >500m.

Adapun luas dari masing-masing tipe penggunaan lahan menurut kelas rawan kekeringan disajikan pada Tabel 12.

Kecamatan terluas yang berpotensi rawan kekeringan untuk kelas cukup rawan sampai rawan adalah Kecamatan Gantar, Kecamatan Trisi, Kecamatan Cikedung, Kecamatan Kroya, Kecamatan Losarang, Kecamatan Anjatan, Kecamatan Tukdana, dan Kecamatan Sukra. Dari kecamatan-kecamatan ini penggunaan lahan yang akan mendapat dampak paling besar terhadap kekeringan adalah sawah. Karakteristik utama yang ditemukan pada kecamatan-kecamatan

33

tersebut adalah bentuk lahan dataran aluvial, kemiringan lereng 0 - 3%, curah hujan 30 - 40mm/bulan, drainase sangat buruk untuk kelas cukup rawan dan drainase baik untuk kelas rawan, dan buffer >500m.

Gambar 12. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Musim Kering

Tabel 12. Penggunaan Lahan/Penutupan Lahan yang Berpotensi Rawan

Kekeringan dengan Bobot parameter Beda untuk Curah Hujan Musim Kering

Penggunaan lahan

Kelas (ha)

Tidak rawan Cukup rawan Rawan

Hutan 7.091 421

Kebun Campuran 23.893 623 297

Lahan Terbangun 677 138

Perkebunan 14.861 916 132

Permukiman 16.274 4.945 92

Pertanian Lahan Kering 10

Sawah 96.580 19.869 1

Semak 829 687

Tambak 14.596 12

Tanah Terbuka 222 1.388

Tegalan 901 30

Total 175.938 29.033 1.523

b. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Musim Kering

Gambar 13 menunjukkan peta rawan kekeringan dengan bobot parameter sama dan dimana terdapat empat kelas kekeringan, yaitu kelas tidak rawan, kelas cukup rawan, kelas rawan, dan sangat rawan. Sebagian besar kecamatan termasuk ke dalam kelas cukup rawan dan rawan kekeringan, sedangkan kelas tidak rawan dan sangat rawan hanya terjadi di beberapa kecamatan saja (Lampiran 6).

1. Kelas Tidak Rawan

Daerah tidak rawan ini memiiliki luasan 979 ha (0,47%) dengan curah hujan 20 - 40 mm/bln. Bentuk lahan yang banyak dijumpai dikelas ini adalah dataran Aluvial bentuk lahan lain yang berada pada kondisi tidak rawan adalah daerah pantai, rawa pasang surut dan dataran. Penggunaan lahan yang tidak berpotensi kekeringan tambak, kebun campuran dan perkebunan. Kemiringan lereng kelas ini 0 - 3%, mempunyai drainase buruk sampai dengan sangat buruk, dan berada pada buffer sungai 0 - 100 m.

2. Kelas Cukup Rawan

Kelas cukup rawan mempunyai luasan sebesar 173.711 ha (84,12%) dengan curah hujan berkisar antara 30 - 40mm/bln. Kelas ini didominasi oleh bentuk lahan dataran Aluvial dan dataran dengan kemiringan lereng 0 - 8% dan mempunyai drainase buruk sampai dengan sangat buruk. Penggunaan lahan yang banyak berpotensi cukup rawan kekeringan adalah sawah, kebun campuran, permukiman, perkebunan, dan tambak dengan berada pada buffer sungai >500m.

3. Kelas Rawan

Kelas rawan mempunyai luasan sebesar 31.559 ha (15,28%) dengan curah hujan berkisar antara 20 - 40mm/bln. Kelas ini didominasi oleh bentuk lahan dataran Aluvial dengan kemiringan lereng 0 - 8% dan mempunyai drainase buruk sampai baik. Penggunaan lahan yang berpotensi adalah sawah, permukiman, tanah terbuka, perkebunan, dan semak dengan berada pada buffer sungai >500m.

4. Kelas Sangat Rawan

Luasan wilayah yang berpotensi kekeringan pada kelas sangat rawan adalah 244 ha (0,47%) dengan kisaran curah hujan 20 - 30mm/bln. Kelas ini

35

didominasi oleh bentuk lahan perbukitan dengan kemiringan lereng 8 - 15% dan mempunyai drainase baik. Penggunaan lahan yang berpotensi sangat rawan kekeringan adalah tanah terbuka dan berada pada buffer sungai >500m.

Adapun luas dari masing-masing tipe penggunaan lahan menurut kelas rawan kekeringan disajikan pada Tabel 13, dimana penggunaan lahan yang dominan berpotensi kekeringan adalah penggunaan lahan sawah.

Secara umum karakteristik wilayah dari kelas cukup rawan sampai sangat rawan kekeringan untuk bobot parameter sama dengan curah hujan musim kering adalah bentuk lahan dataran aluvial, dengan penggunaan lahan sawah, kelas kelerengan 0 - 3%, drainase buruk sampai dengan sangat buruk, curah hujan 30 - 40mm/bulan, dan pada buffer sungai >500m. Kecamatan terluas yang berpotensi kekeringan adalah Kecamatan Gantar, Kecamatan Trisi, Kecamatan Losarang, Kecamatan Cikedung, Kecamatan Kroya, Kecamatan Anjatan, Kecamatan Tukdana, Kecamatan Sukra, dan Kecamatan Haurgeulis.

Tabel 13. Penggunaan Lahan/Penutupan Lahan yang Berpotensi Rawan Kekeringan dengan Bobot parameter Sama

Penggunaan Lahan

Kelas (ha)

Cukup Rawan Rawan Sangat Rawan

Hutan 7.091 421

Kebun Campuran 23.968 621

Lahan Terbangun 393 422

Gambar 13. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Musim Kering

5.3 Perbedaan Antara Peta dengan Bobot Parameter Beda dan Bobot

Dokumen terkait