• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil perhitungan probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber- sumber risiko produksi, pada usaha budidaya jamur tiram putih telah dihitung dan dianalisis nilai-nilainya. Kemudian dapat dilakukan pemetaan risiko yaitu dengan maksud untuk mengukur risiko dan menghasilkan apa yang disebut dengan status

63 risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko dari beberapa sumber risiko produksi yang telah teridentifikasi sebelumnya. Nilai dari status risiko diperoleh dari perkalian antara probabilitas dan dampak dari masing- masing sumber risiko produksi. Hasilny dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi

No Sumber Risiko Produksi Probabilitas (%) Dampak (Rp) Status Risiko 1. Kesalahan proses sterilisasi 45,22 10.272.182 4.645.080

2. Perubahan suhu udara 5.48 17.053.516 934.532

3. Hama 34,9 10.492.030 3.661.718

4. Penyakit 31, 56 1.970.068 621.753

Pada Tabel 10 dapat dilihat tingkatan risiko dari empat sumber risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram di Yayasan Paguyuban Ikhlas. Dari informasi status risiko tersebut dapat diketahui urutan dari risiko, mulai dari yang paling besar hingga paling kecil. Kesalahan pada saat proses sterilisasi log merupakan sumber risiko produksi dengan risiko terbesar diikuti dengan gangguan hama, perubahan suhu udara, dan penyakit. Perubahan suhu udara memiliki dampak kerugian yang paling besar yaitu sebesar Rp. 17.053.516 dengan nilai probabilitas yang paling kecil juga yaitu sebesar 5,48 persen.

Perubahan suhu udara berkaitan dengan cuaca dan musim, sedangkan pertumbuhan jamur tiram sangat bergantung dari suhu udara, karena jamur tiram tumbuh baik pada kondisi suhu udara yang sejuk dan lembab. Kerugian besar dapat terjadi apabila kondisi suhu udara meningkat dan menjadi panas maka pertumbuhan jamur tiram dapat terganggu. Jika tidak segera ditangani suhu udara yang demikian dapat memberikan kerugian dalam skala besar dan nilainya pun tidak sedikit. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko hingga yang paling tidak berisiko. Setelah diketahui status risikonya dapat dilakukan pembuatan peta risiko, yang akan menunjukkan posisi risiko pada peta risiko guna menentukkan strategi penanganan risiko yang sesuai.

64 Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Penempatan posisi risiko dilakukan berdasarkan hasil perhitungan probabilitas dan dampak risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Probabilitas terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil, sementara itu dampak risiko juga dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu dampak besar dan dampak kecil.

Batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil serta dampak besar dan dampak kecil ditentukkan pihak Yayasan Paguyuban Ikhlas. Berdasarkan data yang didapat dengan wawancara bahwa nilai yang membatasi probabilitas besar kecil adalah sebesar 20 persen, sedangkan nilai yang membatasi dampak besar dan kecil adalah sebesar Rp.12.355.200. Target produksi minimal adalah sebanyak 23.000 log, dengan meminimalkan kegagalan pada saat pembuatan log. Dalam satu bulan Yayasan Paguyuban Ikhlas biasa memproduksi 28.800 log, selama masa pemeliharaan log Yayasan Paguyuban Ikhlas menyadari adanya risiko produksi dan menentukkan probabilitas terjadinya risiko produksi dengan batas toleransi sebesar 20 persen. Sementara itu penentuan batas antara dampak besar dan kecil ditentukan berdasarkan batas toleransi risiko produksi, yaitu sebanyak 20 persen dari 28.800 log yaitu sebanyak 5.760 log dengan produktivitas per log menghasilkan 0,33 kilogram jamur tiram dan pada tingkat harga Rp 6.500 per kilogram, sumber risiko dengan dampak lebih besar dari Rp.12.355.200 akan masuk dalam kategori dampak besar.

Peta risiko sendiri terdiri dari empat kuadran untuk memisahkan antara probabilitas besar dan probabilitas kecil serta dampak besar dan kecil. Berdasarkan hasil perhitungan probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi, selanjutnya dapat dilakukan pemetaan sumber-sumber risiko pada peta risiko yang dapat dilihat pada Gambar 20.

65 Probabilitas (%) - Kesalahan proses

sterilisasi Besar - Hama

- Penyakit 20%

- Perubahan suhu udara Kecil

Kecil Rp. 12.355.200 Besar Dampak (Rp) Gambar 20. Hasil Pemetaan Sumber Risiko Produksi

Gambar 20 menunjukan posisi dari masing-masing sumber risiko pada peta risiko. Kesalahan pada saat proses sterilisasi log, hama, dan penyakit masuk dalam kuadran satu yang merupakan tempat untuk sumber risiko produksi dengan probabilitas besar, namun memiliki dampak yang kecil. Kuadran dua yang merupakan tempat untuk sumber risiko produksi dengan probabilitas dan dampak besar tidak terisi oleh sumber risiko produksi, begitu juga dengan kuadran tiga yang merupakan tempat bagi sumber risiko produksi dengan probabilitas dan dampak kecil tidak terisi oleh sumber risiko produksi apapun. Sementara itu perubahan suhu ruangan kumbung masuk pada kuadran empat yang merupakan tempat untuk sumber risiko produksi yang memiliki probabilitas kecil, tetapi memiliki dampak yang besar. Dari hasil pemetaan tersebut dapat dilihat prioritas untuk menanggulangi risiko lebih awal, mulai dari status risiko dilihat mana yang paling tinggi tingkat risikonya agar risiko tersebut dapat ditanggulangi lebih awal.

Strategi penanganan sumber-sumber risiko dapat dilihat dari hasil pemetaan risiko, acuan dari membuat strategi risiko adalah dengan melihat status risiko dan menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko hingga yang paling tidak berisiko mulai dari yang paling besar hingga paling kecil. Untuk meminimalkan risiko produksi akibat suhu udara, dapat dilakukan kontrol terhadap suhu ruangan yaitu dapat dilakukan dengan cara memasang alat bantu ukur suhu ruangan atau

66 termometer karena saat ini di area rumah kumbung belum terdapat alat termometer. Selain itu, jika suhu udara sedang tinggi atau panas dapat dilakukan penyemprotan air secara berkala atau proses pengkabutan, tujuannya agar suhu udara di kumbung dapat dijaga selalu lembab dan sejuk. Untuk meminimalkan proses kesalahan sterilisasi dapat dilakukan cara, yaitu dengan memberikan arahan kepada para pekerja dalam hal ini supervisor untuk menekankan agar memuat log sesuai dengan kapasitas steamer yaitu 1200 log, tidak lebih dari itu agar proses sterilisasi dapat merata dan maksimal. Dalam proses sterilisasi untuk menghindari kerusakan log lebih awal, mungkin waktu pengukusan log dapat ditambah lagi agar mikroorganisme yang terkandung didalam log dapat benar-benar mati.

Risiko akibat Hama atau penyakit dapat diminimalisir dengan melakukan pembersihan secara berkala di seluruh area budidaya termasuk kebersihan para pekerja, antara lain dengan membersihkan lantai kumbung pemeliharaan, dan meningkatkan kebersihan sanitasi pekerja. Kebersihan pekerja sangat penting, tindakan minimal yang harus dilakukan adalah dengan mencuci tangan, terutama pada saat proses inokulasi. Untuk mencegah hama atau mikroorganisme yang mungkin berpotensi merusak log jamur dapat digunakan kapur anti serangga yang ditaburkan di area kumbung. Faktor lain yang juga sangat penting adalah meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, dengan cara memberikan pelatihan serta ketrampilan secara kontinyu yang bertujuan untuk memberikan kemampuan sesuai dengan kebutuhan.

67 VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1) Risiko produksi yang terjadi secara umum di Yayasan Paguyuban Ikhlas adalah berupa rusaknya media log tempat tumbuhnya jamur tiram putih akibat dari hama penyakit ataupun kontaminasi dan rendahnya produktivitas panen. Risiko tersebut terjadi disebabkan karena beberapa faktor. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui beberapa hal yang teridentifikasi sebagai sumber timbulnya risiko produksi, antara lain: 1) Kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log , 2) Hama, 3) Penyakit, dan 4) Perubahan suhu udara di dalam kumbung. Sumber-sumber risiko produksi tersebut menjadi tolak ukur untuk menganalisis risiko produksi yang ada di Yayasan Paguyuban Ikhlas. 2) Hasil identifikasi sumber risiko produksi dihitung dari analisis probabilitas

Hasil dari analisis probabilitas log yang rusak akibat kesalahan penanganan saat proses sterilisasi memiliki tingkat probabilitas risiko terbesar, yaitu sebesar 45,2 persen. Menunjukkan nilai akibat kesalahan sterilisasi melebihi batas 4000 log adalah sebesar 45,2 persen. Probabilitas sumber risiko terkecil berasal dari sumber risiko pengaruh suhu udara pada rumah kumbung. Probabilitas pengaruh suhu udara ini memiliki tingkat probabilitas sebesar 5,48 persen. Batas normal produktivitas jamur tiram yang ditetapkan Yayasan Paguyuban Ikhlas adalah 4000 kilogram per bulan.

Nilai kerugian maksimal (Value at Risk) yang diderita dari sumber risiko produksi perubahan suhu menghasilkan nilai terbesar yaitu Rp.17.053.516. berarti kemungkinan kerugian maksimal, yang diderita akibat perubahan suhu udara adalah sebesar Rp.17.053.516, dengan demikian perubahan suhu merupakan sumber risiko yang jika terjadi risiko tersebut maka kemungkinan kerugiannya sangat besar, dan dapat merugikan petani jamur tiram. Dampak paling rendah dari sumber risiko akibat penyakit. Jika terjadi maka kemungkinan kerugian maksimal yang diderita sebesar Rp.1.970.068. Jumlah ini memang tidak terlalu besar karena sumber risiko penyakit, dapat

68 ditanggulangi lebih awal dengan selalu menjaga kebersihan kumbung sehingga kemungkinan terjadinya dapat diminimalisir.

3. Strategi penanganan sumber-sumber risiko pada penelitian ini dapat dilihat dari hasil pemetaan risiko, dari hasil tersebut dapat dilakukan beberapa strategi antara lain strategi preventif, dapat dilakukan salah satunya adalah mengembangkan sumber daya manusia dalam hal ini pekerja dan supervisor sebagai pengawas langsung dilapang, memperbaiki fasilitas fisik yang sudah ada terutama fasilitas fisik seperti bangunan yang sudah tidak layak. Strategi mitigasi juga dapat dilakukan dengan melakukan penggabungan (merger), proses ini dapat dilakukan dengan menggabungkan diri dengan pembudidaya lain di wilayah setempat, terutama pembudidaya skala kecil yang belum terlalu kuat. Dengan adanya penggabungan ini diharapkan dapat memberikan kekuatan kebersamaan untuk memajukan secara bersama-sama usaha budidaya jamur ini.

7.2 Saran

1) Pengawasan perlu dilakukan oleh supervisor, mulai dari proses pengantongan sampai dengan proses pemanenan jamur, sepanjang alur proses produksi harus dilakukan pengontrolan yang ketat agar penyimpangan di setiap proses dapat dihindari. Ditambah dengan kesadaran dan kedisiplinan para pekerja sebaiknya ditingkatkan lagi, agar hasil pekerjaan dapat maksimal dan meminimalisir kesalahan bekerja, terutama akibat dari kesalahan manusia (human error) yang disengaja.

2) Selalu melakukan pengecekan suhu udara serta kelembaban ruangan kumbung dengan memasang thermometer atau hygrometer. Agar suhu udara dan kelembaban di dalam kumbung mudah dikontrol, mengingat jamur tiram merupakan jenis tumbuhan yang sensitif terhadap perubahan suhu udara secara tiba-tiba. Harapannya jika suhu dan kelembaban dapat dijaga, maka dapat menekan salah satu sumber risiko produksi. Resiko ini dapat diredam dampaknya dengan melakukan frekuensi penyiraman ruangan kumbung terlebih jika masuk musim kemarau. Untuk mencegah hama atau mikroorganisme yang

69 mungkin merusak log jamur dapat digunakan kapur anti serangga yang ditaburkan di area kumbung jamur, dan rajin membersihkan area kumbung dari kemungkinan dijadikannya kumbung sebagai sarang hama dan penyakit.

3) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia yang ada dengan cara memberikkan pelatihan serta ketrampilan secara kontinyu, yang tujuannya untuk memberikan kemampuan sesuai dengan kebutuhan.

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

Dokumen terkait