• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka

Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar (Glicine ururiencis) merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang dikenal sekarang, yaitu Glycine mac (L.) Merr. Kedelai berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara),tanaman kedelai kemudian menyebar ke daerah Mansyuria, Jepang dan negara-negara lain di Amerika dan Afrika. Di Indonesia, tanaman ini dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan. Selain itu kedelai juga dikenal sebagai pupuk hijau karena dapat meningkatkan kesuburan tanah (Purwono dan Heni, 2007).

Ketersediaan pangan merupakan kondisi pangan yang mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan serta turunannya yang digunakan penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. Sistem ketersediaan pangan merupakan rangkaian dari tiga komponen utama yaitu ketersediaan dan stabilitas pangan, kemudahan memperoleh pangan, dan pemanfaatan pangan. Hal ini berarti bahwa faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga kompenen ketahanan pangan.

Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan dari hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan (UU No.8, 2012).

Ketersediaan pangan yang cukup berarti terpenuhinya pangan yang cukup, bukan hanya beras melainkan juga mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan pangan (Suryana, 2003).

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial. Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dalam waktu tertentu (Farida dkk, 2010).

Konsumsi pangan menurut laura dipengaruhi oleh banyak faktor dan pemilihan jenis maupun banyaknya pangan yang dimakan, dapat berlainan dari masyarakat ke masyarakat dan dari negara ke negara. Akan tetapi, faktor-faktor yang tampaknya sangat mempengaruhi konsumsi pangan di mana saja di dunia adalah (Laura, dkk, 1985). :

1. Jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi dan tersedia. 2. Tingkat pendapatan.

3. Pengetahuan gizi

Secara umum, faktor faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga dimana keadaan ekonomi keluarga relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin, selain pendapatan, faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah harga pangan dan non pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli yang berarti pendapatan riil berkurang. Keadaan ini menyebabkan konsumsi pangan berkurang sedangkan faktor sosio-budaya dan religi yaitu aspek sosial budaya berarti fungsi pangan dalam masyarakat yang

berkembang sesuai dengan keadaaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan dan pendidikan masyarakat tersebut. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut pemilihan jenis bahan pangan, pengopanen, serta persiapan dan penyajiannya (Baliwati, 2004).

Landasan Teori Ketersediaan Pangan

Dalam Permentan Nomor 65 tahun 2010, ketersediaan pangan berfungsi menjamin impor pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu:

(1) produksi dalam negeri (2) pemasokan pangan (impor)

(3) pengelolaan cadangan pangan (stok pangan)

Jumlah penduduk yang besar dengan keadaan kemampuan ekonomi relatif lemah, maka kemauan untuk tetap menjadi bangsa yang mandiri di bidang pangan harus terus diupayakan dari produk dalam negeri. Hal yang perlu disadari adalah kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dari produksi sendiri, khususnya bahan pangan pokok juga menyangkut harkat martabat dan kelanjutan eksistensi bangsa. Sedangkan impor pangan merupakan pilihan akhir, apabila terjadi kelangkaan produksi dalam negeri.

Ketersediaan dalam lingkup pangan adalah tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup, aman, dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan, maupun bantuan pangan. Atau dapat diartikan sebagai jumlah pangan yang disediakan di suatu wilayah mencakup produksi, impor/ekspor, bibit/benih,bahan baku industri pangan dan non pangan,penyusutan/tercecer danyang tersedia untuk dikonsumsi.

Panen sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap

usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya panen yang digunakan (Mubyarto,1989).

Meskipun demikian, Soekartawi (1993) menyatakan bahwa bukan berarti semakin luas panen pertanian maka semakin efisien panen tersebut. Bahkan panen yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh :

1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat - obatan dan tenaga kerja.

2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja di sekitar daerah itu yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.

3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian tersebut. Sebaliknya dengan panen yang luasnya relatif sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

Tenaga kerja adalah semua penduduk dalam suatu negara ataupun daerah yang dapat memproduksi barang ataupun jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan merekapun berpartisipasi dalam kegiatan tersebut (Kusumosuwondo,1981).

Menurut (Simanjuntak ,1998), tenaga kerja adalah kelompok penduduk usia kerja dimana yang mampu bekerja atau yang melakukan kegiatan ekonomi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Nilai tukar (exchange rate) digunakan sebagai perbandingan nilai atau harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar dijadikan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap harga, tingkat suku bunga, neraca pembayaran dan transaksi berjalan. Kurs pertukaran valuta asing adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain adalah “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang dproduksi dalam negeri (Sukirno, 2006).

Nilai Tukar Mata Uang, Nilai tukar ada 2, yaitu:

1. Nilai tukar nominal, adalah nilai tukar yang ditulis dengan angka nominal. Misalnya US$ 1,00=Rp10.000. kurs antara dua Negara adalah yang dinamakan kurs nominal.

Nilai tukar Riil atau kurs riil (riil exchange rate) adalah harga relative dari barang- barang kedua Negara yang menyatakan tingkat dimanakita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang Negara lain. Oleh karena itu nilai tukar riil juga disebut terms of trade (Rahardja,2005).

Secara umum dapat dituliskan =

Harga barang luar negeri

Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologik, psikologik, maupun sosial.

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan:

C = a + bY

dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to

consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah

kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.

Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes

menyatakan bahwa pengaruh tingkat bungaterhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.Berdasarkan tiga dugaan ini,fungsi konsumsi keynes sering ditulis sebagai berikut : C = a + cY, C > 0, 0 < c < 1 Keterangan : C = konsumsi Y = pendapatan disposebel a = konstanta

c = kecenderungan mengkonsumsi marginal(N.G Mankiw, 2003).

Harga merupakan hal yang terpenting dalam sebuah bisnis, barang yang dijual harus ditentukan harganya sehingga seluruh pihak akan memperoleh keuntungan dari pemberian harga yang pas, dari mulai karyawan, pemilik perusahaan, sampai para pemegang saham juga mendapatkan hasil yang memuaskan karena strategi penetapan harga yang pas, berikut ini adalah beberapa pengertian tentang harga :

Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.

Harga dibentuk oleh pasar yang mempunyai dua sisi, yaitu penawaran dan permintaan.Harga merupakan sinyalkelangkaan (scarcity) suatu Sumberdaya yang mengarahkan pelaku ekonomi untuk alokasi Sumberdayanya.Perpotongan kurva penawaran dengan kurva permintaan suatu komoditi dalam suatu pasar

menentukan harga pasar komoditi tersebut, dimana jumlah komoditi yang diminta sama dengan jumlah komoditi yang ditawarkan. Dengan kata lain, keseimbangan harga pasar merupakan hasil interaksi kekuatan penawaran dan permintaan komoditi di pasar (Nicholson, 2002).

Harga impor turut dalam fungsi permintaan impor karena faktor harga merupakan faktor utama dalam fungsi permintaan ceteris paribus. Harga impor sejalan dengan fungsi permintaan memiliki hubungan negatif dengan permintaan impor itu sendiri. Dimana pada umumnya impor dilakukan dikarenakan tidak mampunya kebijakan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga harus turut menerima bantuan dari negara lain khususnya dalam perdagangan internasional itu sendiri. Jadi, meskipun harga barang impor naik, apabila impor dilakukan karena tingkat kebutuhannya yang bersifat penting maka permintaan akan tetap naik. (Sukirno, 2005).

Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi suatu negara dan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakatnya, perlu diketahui tingkat pertambahan pendapatan nasional dan besarnya pendapatan perkapita. Besarnya pendapatan nasional akan menentukan besarnya pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita sering dianggap sebagai gambaran tingkat kesejahteraan, sedangkan besarnya pendapatan perkapita sangat erat kaitannya dengan pertambahan penduduk. Sehingga apabila pertambahan pendapatan nasional lebih besar dari pada tingkat pertambahan penduduk, maka tingkat pendapatan penduduk meningkat. Sebaliknya apabila tingkat pertambahan pendapatan nasional lebih kecil dari pertambahan penduduk, maka pendapatan perkapita mengalami penurunan (Suryana, 2001).

Pendapatan perkapita sering kali digunakan sebagai indikator pembangunan selain untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antar negara- negara maju dengan negara sedang berkembang. Dengan kata lain, pendapatan perkapita selain bisa memberikan gambaran tentang laju perrtumbuhan kesejahteraan mayarakat di berbagai negara juga dapat menggambarkan perubahan corak tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi diantara berbagai negara.

Menurut Thomas Robert Malthus (Dwiyanto, 2001) bahwa penduduk cenderung meningkat secara deret ukur sedangkan penyediaan kebutuhan hidup riil dapat meningkat secara deret hitung. Artinya pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari pertumbuhan penyediaan kebutuhan hidup riil. Hal ini kemudian menciptakan suatu kegoncangan dan kepincangan antara jumlah penduduk dan kemampuan untuk menyediakan kebutuhan hidup seperti bahan pangan. Perubahan yang tak sebanding ini memberikan berbagai permasapanen kompleks yang memaksa otoritas kebijakanmemaksimalkan strategi dalammenghadapinya.

Industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku atau bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi-tingginya (Sandi, 1985).

Pembangunan sektor industri dipengaruhi oleh beberapa faktor penunjang yaitu (Sandi, 1985):

1. Tersedianya bahan mentah atau bahan baku 2. Bahan bakar atau energi

3. Pasar dan sarana untuk menjamin permintaan pasar dengan cepat 4. Tenaga kerja yang terampil dalam industri yang bersangkutan

5. Jaringan komunikasi yang mantap

6. Suasana industri yaitu masyarakat yang tahu barang yang dihasilkan atau suasana yang mendukung hidup produksi.

Adanya hubungan antara keberlangsungan suatu usaha industri dengan ketersediaan bahan baku membuat jumlah industri tahu/tempe termasuk di dalam faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kedelai di Sumatera Utara.

Penelitian terdahulu

Lestari, lisa (2013) dengan penelitian Yang Berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Dan Konsumsi Pangan Strategis Di Sumatera Utara” menggunakan metode penelitian regresi linier berganda dengan tahun periode 2001-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ketersediaan Beras Dan Cabai Di Sumatera Utara Secara Serempak Dipengaruhi Oleh Stok, produksi, impor dan ekspor, sedangkan secara parsial ketersediaan beras dan cabai hanya dipengaruhi produksi. Konsumsi beras dan cabai di Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh jumlah penduduk, harga dan PDRB, sedangkan secara parsial konsumsi beras dan cabai hanya dipengaruhi PDRB.

Purnamasari, Rika (2006) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai di Indonesia. Penelitiannya menggunakan data sekunder dalam bentuk time series (data deret waktu) dengan periode waktu 30 tahun yaitu dari tahun 1975 sampai 2004. Dalam metode penelitian, model analisis data yang digunakan adalah persamaan simultan. Masing-masing persamaan penelitian ini diduga dengan menggunakan metode Two-Stage Least Square (2SLS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah impor kedelai dipengaruhi secara nyata oleh harga kedelai internasional, jumlah populasi, luas panen dan jumlah konsumsi kedelai. Jumlah impor kedelai responsif terhadap perubahan jumlah produksi dan konsumsi kedelai baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Hasyim,Hasman (2008)Analisis Faktor Faktor Yang Menpengaruhi Ketersediaan Beras Di Sumatera Utara Penelitian bertujuan Untuk mengetahui pengaruh luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya

terhadap ketersediaan beras di Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 1987 hingga 2006. Dalam penelitian ini, analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Alat bantu dalam mengolah data sekunder ini adalah Program Eviews versi 4.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai koefisen determinasi (R2) sebesar 0.993 yang berarti bahwa variasi yang terjadi pada luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya dapat menjelaskan ketersediaan beras sebesar 99,3 % Secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel bebas yaitu luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras Secara parsial variabel luas panen dan variabel harga beras memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras sedangkan kedua variabel yaitu harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap ketersediaan beras.

Anggasari, Popy (2008) di dalam penelitiannya Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi VolumeImpor Kedelai Indonesia Rataratapeningkatan GDP (Gross Domestic Product) Indonesia adalah sebesar 5,19persen tiap tahunnya dan rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk Indonesiaadalah sebesar 2,34 persen tiap tahunnya. Peningkatan permintaan pangan terjadibaik dari segi kuantitas maupun kualitas. Indonesia memiliki ketergantungan impor kedelai yang cukuptinggi dikarenakan jumlah kedelai yang diimpor lebih banyak daripada produksidalam negeri. Pada tahun 2006, 60 persen kebutuhan kedelai dalam negeridipenuhi melalui impor. Metode yang digunakan untuk menganalisis perkembangan

produksi,konsumsi dan impor kedelai adalah metode analisis deskriptif. Metode yangdigunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume imporkedelai di Indonesia adalah metode analisis linear berganda dengan menggunakanmetode Ordinary Least Square (OLS) program eviews 4.1. Dalam penelitian ini,analisis regresi linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabelproduksi kedelai domestik, harga kedelai domestik, harga kedelai luar negeri, nilaitukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan dummy tarif impor sebesar 10 dan 5persen terhadap volume impor kedelai ke Indonesia. Selama kurun waktu 1997hingga 2006, secara umum produksi kedelai domestik cenderung mengalamipenurunan dengan hasil yang relatif rendah. Penurunan produksi tersebutdisebabkan oleh penurunan luas panen kedelai tiap tahunnya dan rendahnya nilaiproduktivitas. Sementara itu, pertumbuhan permintaan kedelai cukup pesat selamabeberapa tahun terakhir dan relatif tinggi, terutama untuk kebutuhan konsumsiyang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan bahan baku industri. Haltersebut memaksa Indonesia untuk melakukan impor. Dari tahun ke tahun imporkedelai relatif tinggi, sekitar 60 persen kebutuhan dalam negeri dipenuhi denganimpor. Volume impor kedelai secara nyata dipengaruhi oleh harga kedelaidomestik, harga kedelai luar negeri, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerikadan dummy penetapan tarif impor sebesar 10 persen.

Kerangka Pemikiran

Ketersediaan kedelai diantaranya dapat dipengaruhi oleh Luas Panen kedelai ,Tenaga Kerja, Pendapatan, dan Nilai Tukar. Luas Panen dan Tenaga Kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan produksi pertanian. Luas panen kedelai adalah luas areal pertanaman kedelai yang berproduksi atau menghasilkan. Tenaga kerja adalah sejumlah orang yang bekerja yang melakukan kegiatan ekonomi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan Pendapatan dan Nilai Tukar merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan impor. Impor yang digunakan untuk menambah kekurangan dari produksi dalam negeri untuk memenuhi ketersediaan kedelai sendiri

Konsumsi kedelai antara lain dapat dipengaruhi oleh harga kedelai, jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe, pendapatan dan nilai tukar. Harga kedelai impor juga merupakan salah satu faktor penentu konsumsi kedelai dikarenakan dengan melihat harga suatu barang dapat memperbesar kemampuan konsumsi kedelai yang ada. Baik jumlah penduduk maupun jumlah industri tahu/tempe berpengaruh terhadap keberadaan konsumsi kedelai. Perubahan pendapatan dan keberadaan nilai tukar yang terjadi juga mempengaruhi perubahan konsumsi pangan termasuk kedelai.

Keterangan:

= Menyatakan pengaruh = Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Jumlah Industri Tahu/Tempe Tenaga Kerja Jumlah Penduduk Pendapatan Pendapatan Nilai Tukar Luas Panen Kedelai Ketersediaan Kedelai Konsumsi Kedelai Harga kedelai impor Alternatif Kebijakan Ketersediaan dan Konsumsi

Kedelai

Rasio ketersediaan dan Konsumsi Kedelai

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian dapat diketahui sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan dari luas panen kedelai, tenaga kerja, pendapatan, dan nilai tukar terhadap ketersediaan kedelai baik secara parsial maupun secara agregat.

2. Ada pengaruh yang signifikan dari harga kedelai impor, jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe, pendapatan, dan nilai tukar terhadap konsumsi kedelai baik secara parsial maupun secara agregat.

Latar Belakang

Peranan sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak pada: Menyediakan surplus pangan yang semakin besar pada penduduk yang semakin meningkat, Meningkatkan permintaan akan produk industri, dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan sektor tersier, Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus menerus, Meningkatkan pendapatan masyarakat untuk dimobilisasi pemerintah, Memperbaiki kesejahteraan masyarakat (Jhingan, 2000).

Pangan yang merupakan hasil dari pertanian adalah kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia, pemenuhan kecukupan pangan bagi seluruh rakyat merupakan kewajiban, baik secara moral, sosial maupun hukum. Selain itu juga merupakan investasi pembentukan sumberdaya manusia yang lebih baik di masa datang untuk melaksanakan pembangunan nasional, dan prasyarat bagi pemenuhan hak-hak dasar lainnya (Dewan Ketahanan Pangan,2010).

Dari sekian banyak komoditas pangan pertanian, kedelai merupakan salah satu yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Pengembangan komoditas kedelai telah gencar dilakukan karena berkaitan dengan berbagai sektor. Namun demikian, petani masih sering menganggap kedelai sebagai tanaman sampingan setelah padi (Suprapto, 2001).

Menurut Badan Pusat Statistik (2012). Kedelai di Sumatera Utara sudah dikembangkan sejak zaman orde baru. Pengembangan komoditas kedelai dipusatkan di beberapa kabupaten diantaranya Deli Serdang, Langkat, dan Tapanuli Selatan. Di dalam 12 tahun terakhir terjadi fluktuasi jumlah produksi dan jumlah permintaan kedelai. Dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 1. Produksi, Permintaan, Impor dan Rasio kedelai Sumatera Utara tahun 2003-2013

Tahun Produksi (ton) Permintaan (ton) Impor (ton) Rasio

2003 10.466 14.706 4.240 0,30 2004 12.333 15.399 3.066 0,25 2005 15.793 80.866 65.073 0,29 2006 7.042 84.056 77.014 0,12 2007 4.345 56.580 52.235 0,08 2008 11.647 57.314 45.667 0,20 2009 14.206 58.111 43.905 0,24 2010 9.439 58.617 49.178 0,17 2011 11.426 61.302 49.876 0,19 2012 5.419 4.730 0 1,15 2013 3.229 4.815 1.586 0,67 Sumber : Diolah , 2014

Grafik 1. Produksi, Permintaan, dan Impor Kedelai Sumatera Utara tahun 2003-2013 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 Produksi (ton) Permintaan (ton) Impor (ton)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa secara umum terjadi penurunan kemampuan produksi tanaman kedelai dari tahun ke tahun. Penurunan terdrastis dari produksi kedelai Sumatera Utara adalah pada tahun ke 5 (2007) dan ke 11 (2013). Terjadinya fluktuasi dari keadaan produksi kedelai tersebut salah satunya dapat dipengaruhi oleh keberadaan luas panen pertanaman kedelai di Sumatera Utara. Penyusutan panen pertanaman kedelai pada umumnya diakibatkan oleh alihfungsi panen.

Permintaan kedelai di Sumatera Utara juga mengalami fluktuasi. Secara garis besar terjadi peningkatan dari tahun ke tahun terhadap permintaan kedelai. Permintaan kedelai dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat maupun Industri. Kebutuhan masyarakat dari kedelai dipakai untuk pemenuhan konsumsi pangan, sedangkan kebutuhan Industri dari kedelai dipakai untuk pemenuhan konsumsi industri opanen pangan maupun pakan.

Impor kedelai dilakukan karena tidak tercukupinya permintaan kedelai dari kemampuan produksi kedelai di dalam mendukung ketersediaan kedelai di Sumatera Utara.

Ketimpangan di dalam kemampuan untuk memenuhi ketersediaan kedelai dibandingkan dengan konsumsi kedelai yang besar mempengaruhi stabilitas

Dokumen terkait