• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Dalam dokumen PELAKSANAAN OTONOMI LUAS DENGAN PEMILIHA (Halaman 48-53)

A. Pemilihan Anggota DPRD 1. Asas dan system

Pemilihan anggota DPRD merupakan satu rangkaian dengan pemilihan anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) dan dewan perwakilan daerah (DPD) yang diatur dalam UU No.12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dewan perwakilan daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah. Menurut undang undang ini, pemilu kita menganut asas langsung, umum, bebas dan rahasia, jujur dan adil. Kemudian oleh KPU ditambahkan dua asas lagi, yaitu transparan dan bertanggung jawab. Penerapan asas ini bertujuan untuk mewujudkan pemilu yang lebih dekokratis dan berkualitas. Pemilu yang lebih demokratis dilaksanakan dengan system pemilu secara langsung, dimana pemilih dapat memilih secara langsung, calon-calon yang akan mewakili mereka di dewa nantinya. Hanya saja dalam menerapkan system ini, pembuat undang- undang belum sepenuh hati menerimanya sehingga undang-undang ini

melahirkan suatu system yang bersifat kompromi, yang kemudian dikenal dengan “system proporsional dengan daftar calon terbuka” padahal sebenarnya yang diinginkan oleh masyarakat adalah pemilihan langsung dengan system distrik seperti yang berlaku dalam pemilihan anggota DPRD. System proporsional dengan daftar calon terbuka ini pada dasarnya tetap merupakan system proporsional, hanya saja diberikan sedikit peluang kepada pemilih untuk memilih, calonnya secara langsung.

Ternyata system ini melalui pasal 107 UU No. 12 Tahun 2003, menimbulkan banyak masalah dalam praktiknya dilapangan menurut ketentuan pasal 107 ayat (2), nama calon yang mencapai angka BPP, ditetapkan sebagai calon terpilih. Pengertian angka BPP disini adalah jumlah suara sah dalam satu daerah pemilihan dibagi dengan jumlah kursi yang tersedia di daerah pemilihan yang bersangkutan. Angka BPP ini ternyata relative sangat besar sehinga sulit bagi calon-calon yang tidak mencapai angka BPP. Penetapan sebagai calon terpilih ditentukan berdasarkan nomor urut. Di sinilah pangkal masalahnya, yaitu tidak konsistennya pembuat undang-undang di dalam menerapkan system pemilu langsung. Apabila tidak ada calon mencapai angka BPP, penentuan calon terpilih kembali ke nomor urut. Padahal seharusnya, bedasarkan suara terbanyak. Dari hal ini jelas bagi kita bahwa partai-partai politik yang duduk di DPR, yang ikut merumuskan Pasal 107 ini, belum sepenuhnya ikhlas menerima system pemilu langsung secara murni. Mereka masih tetap menginginkan perana partai politik dlaam menentukan calon-calon yang akan duduk di dewan, dengan tetap mempertahankan penetapan calon terpilih berdasarkan nomor urut. Apabila kita betul-betul menginginkan adalnya pemilu yang

lebih demokratis dan berkualitas, dimana anggota dewa betul-betul merasakan dirinya sebagai wakil rakyat, penetuan calon terpilih berdasarkan nomor urut ini harus ditinggalkan dan diganti dengan suara terbanyak.

B. Pencalonan Anggota DPRD

Calon anggota DPRD diusulkan oleh partai politik yang dinyatakan sebagai peserta pemilu setelah melaui verifikasi yang dilakukan oleh KPU berdasarkan UU No. 31 Tahun 2002. Seorang calon anggota DPRD, hanya dapat dicalonkan dalam satu lembaga perwakilan pada satu daerah pemilihan. Untuk dapat dicalonkan sebagai anggota DPR, seseorang harus: 1. Terdaftar sebagai anggota partai politik peserta pemilu yang dibuktikan

dengan kartu tanda anggota. 2. Memenuhi syarat:

a. Warga Negara Republik Indonesia yang berumur 21 tahun atau lebih; b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. Berdomisili di wilayah Negara kesatua republic Indonesia.

d. Cakap berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia; e. Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau sederajat;

f. Setia kepada Pancasila sebagai dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cinta Proklamasi 17 Agustus 1945;

g. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia termasuk organisasi massanya, atau bukan orang terlibat langsung G30S/PKI, atau organisasi terlarang lainnya; (syarat ini suda dinyatakan tidak berlaku oleh Mahkamah Konstitusi)

h. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap;

i. Tidak sedang menjalani pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih;

j. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dari dokter yang berkompeten; dan

k. Terdaftar sebagai pemilih.

Calon anggota DPRD yang diajukan oleh partai politik peserta pemilu merupakan hasil seleksi secara demokrasiti dan terbukan, sesuai dengan mekasnisme internal partai politik yang bersangkutan.

Partai-partai politik peserta pemilu yang mengajukan calon anggota DPRD, menyampaikan kepada KPUD yang bersangkutan dan wajib menyerahkan:

1. Surat pencalonan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik, sesuai dengan tingkatnya;

2. Surat pernyataan kesediaan menjadi calon anggota DPRD; 3. Daftar riwayat hidup setiap calon;

4. Surat pernyataan bertempat tinggal yang didatangani oleh calon yang bersangkutan;

5. Foto kopi tanda bukti penyerahan daftar kekayaan yang dimiliki setiap calon dari instansi yang berwenang;

6. Surat-surat keterangan sesuai dengan persyaratan.

C. Pemungutan Suara

Pemungutan suara pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD diselenggarakan serentakm yaitu pada hari libur atau hari yang diliburkan. Pemberian suara dilakukan dengan mecoblos salah satu tanda gambar partai politik peserta pemilu dan mecoblos salah satu tanda gambar partai politik peserta pemilu dan mecoblos satu calon dibwah tanda gambar partai politik peserta pemilu dalam surat suara. Surat suara dimaksud memuat nomor, dan tanda gambar

partai politik peserta pemilu dan calon untuk satu daerah pemiluhan. Untuk pemilu anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota, masing-masing ditetapkan daerah pemilhan sebagai berikut:

1. Daerah pemilihan anggota DPRD provinsi adalah kabupaten/kota atau gabungan kabupaten/kota.

2. Daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota adalah kecamatan atau gabungan kecamatan.

D. Penetapan Calon Terpilih

KPU menetapkan hasil pemilu DPR, DPD dan DPRD secara nasional dan diumumkan selambat lambatnya tiga puluh hari setelah pemungutan suara. Penentuan jumlah kursi anggota DPRD dari setiap partai politik peserta pemilu didasarkan atas seluruuh hasil penghitungan suara sah yang diperoleh di suatu daerah pemilihan. Dari hasil penghitungan suara sah yang diperoleh partai politik peserta pemilu di suatu daerah pemilihan, ditetapkan angka Bilangan Pembagi Pemilih (BPP), dengan cara membagi jumlah suara sah seluru partai politik peserta pemilu, dengan jumlah kursi anggota DPRD yang bersangkutan.

E. Keanggotaan DPRD

Susunan dan kedudukan DPRD diatur dalam UU No.22 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPRD, DPD dan DPRD. DPRD teridiri dari atas anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Anggota DPRD provinsi berjumlah sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak-banyak 100 (seratus) orang. Sementara itu, anggota DPRD kabupaten/kota sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak- banyaknya 40 orang. Keanggotaan DPRD provinsi diresmikan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri atas nama presiden dan anggota DPRD kabupaten/kota, dengan keputusan gubernur atas nama Menteri Dalam

negeri. Anggota DPRD berdomisili di masing masing ibu kota provinsi atau kabupaten/kota. Masa jabatan anggota DPRD adalah 5 tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji.

F. Pimpinan DPRD

DPRD dipimpim oleh seorang ketua dan sebanyaknya tiga orang wakil ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota DPRD dalam siding paripurna DPRD. Sebelum Pimpinan DPRD secara definisif ditetapkan, DPRD dipimpin oleh Pimpinan Sementara, yang terdiri dari satu orang ketua, dan seorang wakil ketua yang berasal dari dua partai politik peserta pemilu yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua. Dalam hal ini terdapat lebih dari satu partai politik peserta pemilu yang memperoleh kursi terbanyak sama, ketua dan wakil sementara ditentukan secara musyawarah oleh wakil partai politik yang bersangkutan. Pimpinan DPRD secara definitive sebelum memangku jabatannya, juga mengucapkan sumpah/janji dengan dipandu oleh ketua pengadilan tinggi setempat, dengan bunyi yang sama dengan sumpah/janji anggota DPRD.

Bab 8

Dalam dokumen PELAKSANAAN OTONOMI LUAS DENGAN PEMILIHA (Halaman 48-53)

Dokumen terkait