• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

E. Pemilihan sampel

Pada penelitian ini sampel diambil dari suatu Apotek yang berada di daerah Yogyakarta. Sampel yang digunakan adalah sediaan cair Obat Herbal Terstandar (OHT) merk Kiranti dengan 3 nomor batch produksi yang berbeda dan dari setiap batch digunakan sebanyak 10 sampel dengan Expired date pada batch 1 September 20011, batch 2 Agustus 2011, batch 3 September 2011. Salah satu senyawa komposisi dari pada sediaan kiranti tersebut adalah Curcumae domesticae Rhizoma yang mengandung kurkumin yang memiliki fungsi farmakologis sebagai analgesik.

Pengambilan sampel ini dikontrol dengan cara pengambilan sampel hanya dilakukan pada satu apotek saja, karena penelitian bertujuan untuk membandingan kadar kurkumin pada setiap batch yang berbeda, maka diharapkan dengan pengambilan sampel pada satu apotek akan meminimalkan bias yang terjadi terhadap kadar kurkumin dalam sampel, dimana senyawa kurkumin merupakan senyawa yang sensitif yaitu peka terhadap perubahan kondisi lingkungan karena pengaruh suhu lingkungan dan terhadap cahaya, terutama bila di dalam bentuk larutan (Tonnesen dan Karsen, 1985). Senyawa kurkumin merupakan senyawa yang sensitif dalam bentuk larutan karena interaksi antar molekul di dalam larutan lebih lemah bila dibandingkan dengan interaksi molekul di dalam padatan sehingga bila terjadi perubahan baik karena suhu lingkungan ataupun cahaya, kestabilan kurkumin di dalam larutan akan sangat mudah terganggu. Dengan adanya kontrol terhadap tempat pengambilan sampel maka diharapkan sampel yang diteliti mengalami kondisi dan perlakuan yang sama, meliputi proses pembutan sediaan, proses pendistribusian maupun penyimpanan.

Agar hasil analisis yang diperoleh mewakili populasi sampel maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampel khususnya simple random sampling. Simple random sampling merupakan teknik pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam populasi tersebut, sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2008). Dalam penilitian ini digunakan sampel dari 3 batch yang berbeda dan dari setiap batch diambil sampel sebanyak 10 botol sampel

secara acak sehingga total sampel yang digunakan sebanyak 30 botol sampel. Banyaknya sampel yang digunakan sudah memenuhi syarat statistika, menurut Sugiono (2008) ukuran sampel yang layak untuk penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan di dalam penelitian ini sudah memenuhi parameter penelitian representatif sehingga hasil yang diperoleh mewakili populasi.

F. Optimasi preparasi sampel

Pada tahap optimasi preparasi sampel, larutan sampel disari dengan menggunakan ultrasonikator selama 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Proses penyarian dengan menggunakan ultrasonikator pada tahap preparasi sampel sangat penting, karena sampel yang digunakan pada penelitian ini merupakan sediaan cair OHT merk Kiranti yang mengandung banyak senyawa campuran selain kurkumin. Kiranti mengandung berbagai senyawanya kimia lain, oleh karena itu untuk memisahkan senyawa kurkumin dari senyawa kimia lainnya perlu dilakukan penarikan atau penyarian senyawa kurkumin pada sampel OHT merk Kiranti. Optimasi preparasi sampel ini dilakukan dengan cara mengoptimasi pada lamanya proses penyarian dengan tujuan agar kurkumin yang larut di dalam metanol pH 4 akan terpisah dari senyawa kimia lain yang tidak dapat larut dalam metanol pH 4 secara sempurna. Variasi waktu penyarian ini dibuat dengan range waktu 5 – 30 menit, dengan tujuan dalam range waktu 5 – 30 menit kurkumin yang terkandung dalam larutan sampel sudah tersari secara sempurna dalam pelarut yaitu metanol pH 4.

Setiap sampel yang sudah melalui tahap penyarian dengan menggunakan ulterasonikator dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse lalu disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Tahap sentrifugasi ini berfungsi untuk memisahkan antara kurkumin yang larut dalam metanol pH 4 dengan senyawa kimia lain yang tidak dapat larut dalam metanol pH 4 sehingga pada saat larutan sampel disentrifugasi, kurkumin akan masuk ke bagian supernatan sedangkan senyawa kimia lainnya akan mengendap. Hasil preparasi sampel ditotolkan dan dikembangkan dalam bejana yang telah dijenuhkan terlebih dahulu. Plat hasil pengembangan kemudian discan pada panjang gelombang serapan maksimum. Berikut adalah hasil kromatogram dari modifikasi lamanya penyarian dengan menggunakan ultrasonikator.

(b)

(a)

(e)

(d)

Gambar 14. (a) Baku kurkumin konsentrasi 50 ppm (konsentrasi rendah), (b) kromatogram penyarian kurkumin dari sampel dengan menggunakan ultrasonikator selama 5 menit, (c) selama 10 menit, (d) selama 15 menit, (e) selama

20 menit, (f) selama 25 menit, (g) selama 30 menit

Kurkumin diisolasi dari berbagai senyawanya dalam sampel menggunakan ultrasonikator dengan waktu penyarian selama 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Bila dilakukan perbandingan antara kromatogram sampel dengan kromatogram baku, dapat dilihat bahwa sampel dari keenam variasi waktu mengandung kurkumin hal ini dapat diketahui dengan cara membandingkan antara Rf dari baku kurkumin dengan Rf peak dari sampel. Peak yang dihasilkan baku memiliki nilai Rf 0,55 sedangkan nilai Rf peak (ke-3) yang dihasilkan dari setiap sampel memiliki nilai Rf yang bervariasi yaitu 0,51-0,53. Setiap sampel memiliki nilai Rf yang mendekati nilai Rf dari baku kurkumin, maka dapat

(f)

disimpulkan bahwa setiap sampel dengan waktu penyarain yang bervariasi mengandung kurkumin. Dari kromatogram yang diperoleh dapat dilihat bahwa semua sampel yang mengalami variasi waktu penyarian dengan menggunakan ultrasonikator terdapat 3 peak dimana nilai resolusi antara peak kurkumin dengan peak ke dua baik yaitu lebih dari 1,5. Harga resolusi yang diperoleh yaitu 1,60 dengan penyarian selama 5 menit; 1,79 dengan penyarian selama 10 menit; 2,47 dengan penyarian selama 15 menit; 2,63 dengan penyarian selama 20 menit; 2,43 penyarian selama 25 menit, 2,43 penyarian selama 30 menit. Dengan demikian dapat diketahui pemisahan dari dua puncak yang berdekatan sudah sempurna. Maka dapat disimpulkan bahwa pemisahan kurkumin dari senyawa lain dengan proses penyarian selama 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit sudah sempurna.

Untuk melihat nilai kuantitatif peak dalam sampel dengan variasai waktu penyarian menggunakan ultrasonikator maka dilakukan perhitungan kadar kurkumin dengan menggunakan nilai AUC. Maka diperoleh data yang ditunjukkan pada tabel V.

Tabel V. Hasil pengukuran kadar kurkumin sampel pada variasai waktu penyarian dengan menggunakan ultrasonikator

Waktu penyarian dengan ultrasonikator (menit) AUC Kadar (ppm) Rf Rs 5 6073,1 44,44 0,51 1,60 10 6720,9 49,94 0,53 1,79 15 7223,9 56,88 0,53 2,47 20 7162,1 56,22 0,53 2,63 25 6565,7 49,76 0,53 2,43 30 5738,4 40,82 0,53 2,43

Dari tabel V dapat dilihat bahwa kelima sampel memberikan profil kromatogram yang baik. Nilai resolusi yang dihasilkan dari setiap sampel baik

yaitu ˃ 1,5 dan Rf kurkumin dari kelima sampel mendekati Rf baku kurkumin. Namun demikian dari kelima sampel yang diukur tidak semua sampel memiliki kadar yang masuk ke dalam rentang kadar baku kurkumin 50-100 ppm (level rendah). Dari tabel data hasil optimasi waktu penyarian dapat dilihat bahwa waktu penyarian dengan menggunakan ultrasonikator selama 15 dan 20 menit memberikan nilai kadar kurkumin yang masuk kedalam rentang kadar baku kurkumin yaitu 56,88 dan 56,22 ppm. Oleh karena itu dapat disimpulkan waktu penyarian yang baik yaitu selama 15 – 20 menit karena dalam rentang waktu 15 – 20 menit kurkumin dapat diisolasi dari sampel secara maksimal hal ini dapat dilihat dari kadar kurkumin yang diperoleh tinggi. Tahap selanjutnya digunakan waktu penyarian selama 15 menit. Waktu penyarian dengan menggunakan ultrasonikator dipilih 15 menit karena kadar kurkumin yang dihasilkan dari penyarian dengan menggunakan ultrasonikator selama 15 menit paling tinggi bila dibandingkan dengan kadar kurkumin yang diperoleh dari variasi waktu penyarian yang lain. Maka dapat disimpulkan dengan dilakukan variasi waktu penyarian menggunakan ultrasonikator diperoleh waktu optimal penyarian kurkumin yaitu selama 15 menit.

Pada waktu yang optimal ini dilakukan replikasi sebanyak 5 replikasi untuk membuktikan apakah kadar yang diperoleh mempunyai keterulangan yang baik atau tidak. kemudian dilakukan pengukuran AUC pada 5 replikasi sampel kurkumin. Nilai AUC yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan baku kurkumin sehingga didapatkan kadar kurkumin pada setiap replikasi, pengukuran pada replikasi sampel ini bertujuan untuk melihat apakah nilai kadar

kurkumin yang dihasilkan antar setiap replikasi memiliki keterulangan yang baik atau tidak dengan cara mengitung nilai CV.

Tabel VI. Replikasi sampel kurkumin dengan waktu penyarian dengan menggunakan ultrasonikator 15 menit

Replikasi ke AUC Kadar (ppm)

1 7153,4 56,12

2 7181,5 56,43

3 7160,3 56,20

4 7158,3 56,17

5 7159,7 56,19

Kadar kurkumin yang diperoleh dengan waktu penyarian selama 15 menit dengan menggunakan ultrasonikastor pada setiap replikasi kurkumin (tabel VI) masuk kedalam range kadar rendah baku kurkumin yaitu 50-100 ppm dan memberikan nilai CV yang baik. Nilai CV yang didapatkan pada replikasi sampel kurkumin dengan waktu penyarian selama 15 menit sebesar 0,15% (kurang dari 2%) sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu penyarian selama 15 menit dapat digunakan dalam tahap penetapan kadar selanjutnya karena memiliki keterulangan yang baik.

Gambar 15. Kadar kurkumin pada 5 replikasi, lama penyarian 15 menit dengan menggunakan ultrasonikator

Kadar kurkumin pada lima replikasi dengan lama penyarian 15 menit memberikan grafik yang hampir membentuk garis lurus dapat dilihat pada gambar 16. Maka dapat disimpulkan bahwa pada setiap replikasi dengan lama penyarian 15 menit memberikan kadar kurkumin yang hampir sama (reprodusibel), dengan demikian cara pengambilan sampel dan cara penghomogenan sampel dapat digunakan dalam preparasi sampel selanjutnya.

G. Penetapan kadar kurkumin dalam sampel

Penetapan kadar kurkumin dengan menggunakan sampel sediaan cair OHT merk Kiranti dilakukan dalam kondisi yang sama seperti pada validasi metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT merk Kiranti dengan menggunakan metode KLT-Densitometri. Penetapan kadar dilakukan terhadap OHT merk Kiranti dari 3 batch yang berbeda, dilakukan replikasi sebanyak 5 kali untuk setiap batch. Berikut adalah hasil pengukuran volume sediaan cair OHT merk Kiranti dalam 30 botol sampel yang dianalisis.

Tabel VII. Data pengukuran volume sediaan cair OHT merk Kiranti

Batch Banyak sampel (botol) Volume rata-rata (mL)

1 10 145,65

2 10 145,67

3 10 145,66

Tabel VII menunjukkan data pengukuran volume sediaan cair OHT merk Kiranti pada ketiga batch, diperoleh CV sebesar 0,0069%. Nilai CV yang diperoleh < 2% maka dapat disimpulkan bahwa keseragaman volume antar batch baik.

Proses preparasi sampel dilakukan dengan menghomogenkan larutan 10 botol Kiranti sampel dari nomor batch yang sama terlebih dahulu melaui pengadukan menggunakan stirer selama 15 menit. Setiap sampel disari menggunakan ultrasonikator, lamanya proses penyarian ini disesuai dengan waktu hasil optimasi preparasi sampel. Replikasi sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang 425 nm kemudian ditentukan kadar kurkumin dalam setiap replikasi dengan menggunakan persamaan kurva baku dan didapatkan jumlah kurkumin dalam lima replikasi dengan tiga nomor batch seperti pada tabel VIII.

Tabel VIII. Kadar kurkumin pada sampel kurkumin di dalam setiap batch Batch Replikasi

ke

Area Kadar kurkumin (mg/mL) Keterangan 1 1 7377,3 0,05854 X rata- rata = 0,0589 Sd= 6,48x10-4 CV= 1, 0987 % 2 7352,9 0,05828 3 7487,1 0,05973 4 7466,2 0,05951 5 7379,4 0,05857 2 1 6390,1 0,04787 X rata – rata = 0,0479 Sd = 2,97x10-4 CV = 0, 6203% 2 6388,5 0,04785 3 6436,8 0,04837 4 6408,7 0,04807 5 6362,6 0,04757 3 1 7669,3 0,06170 X rata – rata = 0,0610 Sd = 6,31 x10-4 CV = 1,0333% 2 7565,1 0,06057 3 7577,3 0,06071 4 7671,4 0,06172 5 7552,9 0,06044

Pada tabel VIII didapat nilai CV dari setiap nomor batch < 2 % dengan demikian dapat disimpulkan bahwa preparasi sampel yang dilakukan memiliki presisi yang baik yaitu keterulangan pengambilan sampel dari setiap batch baik sehingga memberikan kedekatan hasil pengukuran dan dapat dikatakan sampel sudah tercampur homogen pada saat dilakukan preparasi. Dengan demikian kadar kurkumin yang diperoleh dari setiap batch dapat mewakili kadar kurkumin pada batch tersebut. Berdasarkan nilai AUC yang diperoleh dari setiap batch maka dapat dihitung kadar pada setiap replikasi dan kadar rata- rata dari setiap batch, maka didapatkan kadar rata – rata kurkumin pada setiap batch adalah sebagai berikut pada batch 1 dengan 5 replikasi yaitu 0,5893x10-1 mg/ml kurkumin; pada batch 2 dengan 5 replikasi 0,4794x10-1 mg/ml kurkumin, dan pada batch 3 dengan 5 replikasi yaitu 0,6103x10-1 mg/ml kurkumin.

Menurut Tonessen dan Karlsen (1995) Serbuk kering rhizome (turmerik) mengandung 3-5% kurkuminoid dan 77% dari kurkuminoid terdiri dari kurkumin. Berdasarkan jumlah Curcuma domesticae Rhizoma yang tertera pada label kemasan Kiranti maka diperoleh perhitungan kandungan kurkumin pada setiap sampel yaitu pada batch 1 kandungan kurkumin sebesar 2,9248 mg/ml sampai 7,9299 mg/ml; batch 2 kandungan kurkumin sebesar 2,9244 mg/ml sampai 7,9289 mg/ml; batch 3 kandungan kurkumin sebesar 2,9246 mg/ml sampai 7,9294 mg/ml (perhitungan dapat dilihat pada lampiran). Dari hasil perhitungan kadar rata-rata kurkumin pada setiap batch, menunjukkan bahwa kadar kurkumin di dalam sampel Kiranti tidak berada dalam range kadar kurkumin dalam sampel Kiranti secara teoritis. Kadar kurkumin di dalam sampel lebih kecil dengan kadar kurkumin seharusnya.

Tujuan dilakukan analisis mengenai penetapan kadar di dalam sediaan yaitu untuk penjaminan mutu dari sediaan tersebut. Pada penelitian ini dilakukan analisis berupa penetapan kadar kurkumin antar setiap batch dan dilakukan perbandingan kadar kurkumin dari setiap batch. Perbandingan kadar kurkumin dari setiap batch bertujuan untuk melihat apakah kadar kurkumin yang terdapat pada setiap batch reprodusibel atau tidak. Nilai reprodusibilitas dapat diperoleh melalui perhitungan nilai CV antar batch dan didapatkan nilai CV antar batch lebih dari 2% yaitu 10,65% dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kadar kurkumin dalam setiap batch tidak reprodusibel. Untuk mendukung analisis reprodusibilitas antar batch maka digunakan metode analisis statistik. Metode analisis statistik ini digunakan karena sampel yang kami gunakan berasal dari

pasaran oleh karena itu untuk mendapatkan data atau hasil yang mewakili populasi dalam pasar kami menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak atau random. Dimana pada saat pengambilan sampel nomor batch yang dipilih ditentukan secara acak tidak berdasarkan perhitungan ataupun interval tertentu. Selain itu juga digunakan analisis statistik karena statistik merupakan salah satu alat quality kontrol dimana dengan menggunakan analisis statistik dalam suatu penelitian dapat sebagai alat bantu sekaligus sebagai alat pengawas standarisasi kualitas dari sampel yang akan diteliti (Hasan, 2004).

Metode pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis komparatif, karena hipotesis komparatif merupakan pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih (pada penelitian ini yaitu kadar kurkumin) pada sampel yang berbeda. Pengujian hipotesis komparatif yang digunakan merupakan komparasi antara lebih dari dua sampel sering disebut komparasi k sampel. Untuk menganalisis reprodusibilitas dari 3 batch sekaligus yaitu antara batch 1, batch 2 dan dengan batch 3 digunakan model komparasi k sampel yaitu dengan menggunakan Independent One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95%. Tingkat kepercayaan yang digunakan digunakan pada kedua model analisis ini yaitu 95% karena jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sedikit yaitu kurang dari 50 sampel selain itu juga di dalam penelitian ini banyak faktor lain yang tidak bisa dikontrol yang dapat mempengaruhi perubahan kadar di dalam sampel salah satunya adalah proses distribusi.

Sebelum dilakukan uij tersebut, masing-masing data diuji dengan menggunakan uji Shapiro- Wilk untuk melihat normalitas data. Hal ini disebabkan karena uji ANOVA merupakan uji parametrik yang mensyaratkan distribusi data normal. Uji Shapiro- Wilk ini digunakan karena jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sedikit yaitu kurang dari 50 sampel.

Penentuan kesimpulan untuk uji ANOVA dilakukan berdasarkan nilai probabilitas atau signifikasi, karena lebih mudah dilakukan, lebih praktis, dan memberikan hasil yang sama jika dibandingkan pengambilan keputusan berdasarkan t tabel. Penarikan kesimpulan berdasarkan nilai probabilitas ini dilakukan dengan melihat tingkat signifikasi, dimana jika signifikasi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka data rata-rata antar batch tersebut adalah tidak berbeda bermakna dan jika signifikasinya lebih kecil dari 0,05 maka data rata-rata antar batch adalah berbeda bermakna.

Independent One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna antar kadar kurkumin yang di hasilkan dari ketiga nomor batch produksi yang dianalisis. Uji ANOVA ini mengunakan lebih dari dua sampel yaitu 3 batch produksi yang berbeda dan tidak saling berhubungan (independent).

Analisis ANOVA digunakan karena setiap populasi (batch) yang akan dilakukan penetapan kadar kurkumin memiliki distribusi yang normal, pengambilan sampel dilakukan secara acak dan setiap sampel tidak terikat sampel yang lain (independent), maksudnya setiap sampel tidak saling mempengaruhi.

Selain itu setiap populasi (batch) memiliki nilai varians populasi yang sama yaitu 10 botol.

Adapun hasil analisis statistik kadar kurkumin pada batch 1, batch 2, dan batch 3 menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Hasil ujinya adalah sebagai berikut.

Tabel IX. Data distribusi normal pada analisis statistik antar kadar kurkumin pada batch 1, batch 2, dan pada batch 3

Tests of Normality

Batch Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Kadar batch 1 ,310 5 ,130 ,854 5 ,208

batch 2 ,248 5 ,200* ,952 5 ,749

batch 3 ,296 5 ,175 ,794 5 ,073

Dari uji normalitas data (tabel IX), diperoleh nilai signifikasi untuk batch 1 sebesar 0,208; batch 2 sebesar 0,749 dan batch 3 sebesar 0,073. Ketiga batch mempunyai nilai signifikasi ˃ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi normal.

Distribusi kadar kurkumin pada ketiga batch menunjukkan distribusi normal sehingga analisis statistik dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji ANOVA. Analisis data kadar kurkumin dengan uji Independentone way ANOVA antar batch 1, dengan batch2, dan dengan batch 3 dapat dilihat pada tabel X.

Tabel X. Data Test of Homogeneity of Variances pada analisis statistik antar kadar kurkumin pada batch 1, batch 2, dan pada batch 3

Test of Homogeneity of Variances

Kadar

Levene Statistic df1 df2 Sig.

7,382 2 12 ,008

ANOVA

Kadar

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 509,986 2 254,993 857,778 ,000

Within Groups 3,567 12 ,297

Total 513,554 14

Dari tabel X dapat dilihat Signifikasi dari tes homogeneity of variance menunjukkan anggka 0,008. Karena nilai signifikasi <0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai varians data yang berbeda secara bermakna. Karena varians data tidak sama, maka hasil uji ANOVA pada tabel berikutnya tidak valid. Maka dilakukan transformasi data agar varians data sama.

Untuk mentransformasi data agar memiliki varians yang sama dapat dilakukan beberapa kali percobaan transformasi data dengan memperhatikan nilai slope dan power. Berdasarkan analisis yang dilakukan dan dengan memperhatikan nilai slope dan power maka didapat bentuk transformasi yang terbaik adalah 1/square root. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel XI.

Tabel XI. Data Test of Homogeneity of Variances pada analisis statistik 1/square root

Test of Homogeneity of Variances

trn_kadar

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3,267 2 12 ,074

ANOVA

trn_kadar

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups ,001 2 ,000 1103,669 ,000

Within Groups ,000 12 ,000

Total ,001 14

Dari tabel XI diketahui bahwa harga signifikasi 0,074. Terlihat bahwa tingkat signifikasi 0,074 ˃ 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan varians antara kelompok data yang dibandingkan dengan kata lain varians data adalah sama. Karena varians sama, maka uji ANOVA pada tabel berikutnya adalah valid. Pada uji ANOVA, diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000 yang artinya terdapat perbedaan kadar kurkumin yang bermakna pada kedua kelompok. Untuk mengetahui pada kelompok mana terdapat perbedaan bermakna maka dilakukan analisis Post-Hoc (tabel XII).

Tabel XII. Data analisis Post-Hoc

Multiple Comparisons

trn_kadar LSD

(I) batch (J) batch

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

dimension2 batch 1 dimension3 batch 2 -,01445* ,00039 ,000 -,0153 -,0136 batch 3 ,00227* ,00039 ,000 ,0014 ,0031 batch 2 dimension3 batch 1 ,01445* ,00039 ,000 ,0136 ,0153 batch 3 ,01672* ,00039 ,000 ,0159 ,0176 batch 3 dimension3 batch 1 -,00227* ,00039 ,000 -,0031 -,0014 batch 2 -,01672* ,00039 ,000 -,0176 -,0159

Dengan melihat hasil dari analisis Post-Hoc, diperoleh hasil antar batch 2 dengan batch 3, didapat nilai signifikasi sebesar 0,000; batch 1 dengan batch 3, didapat nilai signifikasi sebesar 0,000; dan antara batch 1 dengan batch 2, didapat nilai signifikasi sebesar 0,000. Kadar kurkumin pada setiap nomor batch produksi dapat disimpulkan berbeda secara bermakna (tidak reprodusibel), hal ini dapat dilihat dari nilai signifikasi yang diperoleh pada setiap perbandingan antar batch yaitu < 0,05.

BAB V

Dokumen terkait