• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

D. Metode Analisis Data

1. Pemodelan

Pemodelan akan dibagi ke dalam 2 (dua) penjelasan yaitu definisi pemodelan, dan tahapan pemodelan .

a. Definisi

Pemodelan berasal dari akar kata model. Model itu sendiri mengandung beberapa arti antara lain model berarti pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan, model berarti orang yang digunakan sebagai contoh untuk ditulis atau digambar, model berarti orang yang memperagakan contoh pakaian baru yang akan dipasarkan, model juga berarti barang tiruan atau imitasi yang kecil menyerupai atau persis dengan aslinya.

Suatu penelaahan sangat diperlukan sebagai landasan pengertian pemodelan secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi model-model secara terperinci, sebelum sampai pada tahap pemodelan. Dalam bidang

ekonomi istilah modeling lebih merujuk kepada rumus matematika, yaitu pembuatan rumus matematika untuk menjabarkan hubungan-hubungan antara variabel dalam bisnis sebuah perusahaan atau dalam ekonomi sebuah negara. Sekali rumus ini terbentuk dapat memasukkan ke dalam program komputer. Kemudian rumus ini dapat diisi dengan berbagai pilihan untuk sejumlah variabel. Dari kegiatan ini secara langsung hampir dapat memperlihatkan pengaruh yang akan ditimbulkannya kepada variabel-variabel yang lainnya.

Sistem perlu digambarkan dalam suatu model dalam bentuk simbol. Pada hakekatnya, simbol yang digunakan bersifat bebas namun konsistensi dengan penggunaan simbol. Simbol yang digunakan belakangan ini dalam menggambarkan diagram alir suatu model cukup beragam. Pada awal perkembangan model matematik yang melibatkan komputer simbol Forester paling banyak digunakan seperti pada gambar 3.1 (Forrester,1971).

Gambar 3.1. Simbol Forester yang digunakan dalam diagram alir model Dalam pengembangan model simbol Forester bisa dijadikan pegangan dalam mengembangkan model. Tingkat (level) dengan simbol

kotak empat persegi digunakan untuk menggambarkan peubah keadaan pada suatu waktu tertentu. Peubah sistem yang dapat digolongkan menjadi peubah keadaan adalah bagian yang tetap ada apabila sistem tersebut tiba-tiba dihentikan. Simbol laju (rate) aliran menggambarkan tingkat aliran di antara bagian (komponen). Ada juga peubah lainnya yaitu peubah pembantu (auxiliary) dengan simbol lingkaran kecil mewakili faktor yang mempengaruhi laju aliran seperti masukan dan parameter.

Simulasi merupakan proses yang diperlukan untuk penanganan model untuk meniru tingkah laku sistem yang sesungguhnya meliputi diagram alir dan logika komputer serta penulisan kode dan penerapannya pada komputer.

b. Tahapan Pemodelan

Pola berpikir dalam suatu sistem untuk membentuk model dapat dijadikan acuan sebagai cara berpikir yang komprehensif dan teratur. Secara sistematis urutan dalam tahap pemodelan sebagai berikut:

1). Tahap Seleksi Konsep

Tahap pertama dari pemodelan abstrak yaitu seleksi alternatif konsepsi dari tahap evaluasi kelayakan. Pada tahap seleksi konsep penting dilakukan interaksi dengan para pengambil keputusan serta pihak lain yang terlibat pada sistem. Seleksi ini dilakukan untuk menentukan alternatif-alternatif mana yang bermanfaat dan bernilai

cukup untuk dilakukan pemodelan abstraknya. Hal ini erat kaitannya dengan biaya dan kinerja dari sistem yang dihasilkan.

2). Tahap Rekayasa Model

Tugas tahap pemodelan terpusat pada pembentukan model abstrak yang realistik. Hal ini dilakukan setelah menetapkan jenis model abstrak yang akan diterapkan yang sejalan dengan tujuan dan karakteristik sistem. Melalui berbagai teknik statistik dan matematik model diturunkan kemudian dicari yang paling cocok pada data operasional. Identifikasi model suatu sistem dilakukan dari informasi yang menggambarkan perilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan (past behaviour of the existing system). Melalui pemodelan karakteristik dari komponen sistem serta kendala-kendala yang disebabkan adanya keterkaitan antar komponen, maka model keseluruhan secara berantai dibentuk. Pendekatan struktur banyak dipakai pada rancang bangun dan pengendalian sistem fisik dan nonfisik, yang dapat diterapkan pula dalam penyusunan tata ruang kawasan. Metode ini dimulai dengan mempelajari secara teliti struktur sistem dari teori-teori guna menentukan komponen basis sistem serta keterkaitannya.

3). Tahap Implementasi Komputer

Tahap ini seolah-olah membentuk model dari suatu model yaitu tingkat abstraksi lain yang ditarik dari dunia nyata. Pada tahap

ini model abstrak diwujudkan pada berbagai bentuk persamaan, diagram alir, dan diagram blok.

Setelah program komputer dibuat untuk model abstrak dengan format/output yang telah dirancang serta telah memadai, selanjutnya dilakukan tahap pembuktian (verifikasi) bahwa model komputer tersebut mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji.

4). Tahap Validasi

Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem tersebut merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji dapat dihasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Umumnya validasi dimulai dengan uji sederhana, seperti tanda aljabar, tingkat kepangkatan dari besaran, format respons, linear, eksponensial, logaritmik, dan sebagainya. Arah perubahan peubah apabila input

atau parameter diganti-ganti, dan nilai batas peubah sesuai dengan nilai batas parameter sistem. Setelah uji-uji tersebut dilakukan pengamatan lanjutan sesuai dengan jenis model. Apabila model menyatakan sistem yang sedang berjalan, dipakai uji statistik untuk mengetahui kemampuan model di dalam mereproduksi perilaku terdahulu dari sistem.

Uji statistik ini dapat memakai perhitungan koefisien determinasi, pembuktian hipotesis melalui analisis ragam dan sebagainya. Pada permasalahan yang kompleks dan mendesak

disarankan proses validasi partial yang tidak dilakukan pengujian keseluruhan model sistem. Hal ini mengakibatkan rekomendasi untuk pemakaian model yang terbatas dan bila perlu menyarankan untuk pemakaian model pada pengkajian selanjutnya.

Model untuk perancangan keputusan dan menentukan kebijakan operasional akan mencakup sejumlah asumsi, misalnya asumsi tentang karakteristik operasional dari komponen serta sifat alamiah dari lingkungan. Asumsi-asumsi tersebut harus dimengerti betul dan dievaluasi bilamana model digunakan untuk perencanaan atau operasi.

Manipulasi dari model dapat menuju pada modifikasi model untuk mengurangi kesenjangan antara model dengan dunia nyata. Proses validasi sebaiknya dilakukan kontinyu sampai pada kesimpulan bahwa model telah didukung dengan pembuktian yang memadai melalui pengukuran dan observasi. Suatu model mungkin telah mencapai status validasi (absah), meskipun masih menghasilkan output yang kurang benar. Di sini model adalah absah karena konsistensinya, dengan hasilnya tidak bervariasi lagi.

5). Analisis Kebijakan

Pengambil keputusan merupakan bagian penting dalam tahap ini dengan model dioperasikan untuk mempelajari secara mendetail kebijakan yang dipermasalahkan. Hal ini berlaku sebagai pengarah pada proses kreatif-interaktif yang mencakup pula para analis sistem

serta spesialis dari berbagai bidang keilmuan. Apabila tidak ada kriteria keputusan yang khas seperti maksimisasi atau minimisasi, proses interaktif ini dapat menuju pada suatu kajian normatif yang bertalian dengan trade-off antar peubah-peubah sistem. Lebih jauh, dapat diterapkan pula kebijakan untuk secara efisien menilai kombinasi antar beberapa output sistem. Banyak teknik optimasi yang tersedia untuk memecahkan masalah praktis dan beberapa di antaranya dapat diterapkan langsung sebagai simulasi model.

Hasil dari proses pemodelan abstrak ini adalah gugus mendetail dari spesifikasi manajemen. Informasi yang timbul setelah proses ini dapat merupakan indikasi akan kebutuhan untuk pengulangan kembali proses analisis sistem dan pemodelan sistem.

Perancangan kebijakan menggunakan pendekatan model system dynamics terdiri atas empat tahap utama , yaitu: (Tasrif,2006) a. Mengidentifikasi perilaku persoalan.

b. Membuat suatu model komputer dari hubungan yang diyakini sebagai penyebab perilaku tersebut.

c. Mengembangkan suatu pemahaman tentang hubungan antara struktur dan perilaku.

d. Merancang kebijakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak diinginkan.

Dokumen terkait