PEMODELAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH
DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS
Diajukan Oleh :
SAHRIA
106084003589
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRACT
This study aims to make modeling System Dynamics in simulation Certificate Bank Indonesia Sharia, make predictions in the future and determine policy analysis of Certificate Bank Indonesia Sharia development. This study uses time series data from January 2006 to December 2009 period. The method used in the study is System Dynamics. The results obtained by simulation Certificate Bank Indonesia Sharia indicate a valid model, so it can be used to make future predictions of Certificate Bank Indonesia Sharia development. Based on the simulation scenarios used with low inflation and high Islamic banking financing shows the value of Certificate Bank Indonesia Sharia in December 2014 will increase become Rp 35.900 billion. While the policy scenario under normal condition the value of Certificate Bank Indonesia Sharia was Rp 19,101 billion, the government policies for the development of Certificates Bank Indonesia Sharia must consider the rate of inflation and the Islamic banking financing.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemodelan System Dynamics dalam simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah, membuat prediksi ke depan dan menentukan analisis kebijakan pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Penelitian ini menggunakan data time series periode Januari 2006 sampai Desember 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah System Dynamics. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah menunjukkan model yang valid, sehingga dapat digunakan untuk membuat prediksi kedepan dari perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Berdasarkan simulasi yang digunakan dengan skenario laju inflasi rendah dan pembiayaan perbankan syariah tinggi menunjukkan nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Desember 2014 akan meningkat menjadi Rp 35.900 milyar. Sedangkan pada skenario kebijakan kondisi normal nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah sebesar Rp 19.101 milyar, maka kebijakan pemerintah untuk pengembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah harus memperhatikan laju inflasi dan pembiayaan perbankan syariah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, sembah sujud dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “PEMODELAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH
DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS”, Serta shalawat dan salam semoga
Allah SWT, melimpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membawa petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia, menegakkan kalimat laa Ilaaha Illallah di muka bumi dan dapat memberikan syafaat dihari kiamat nanti, juga kepada keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang untuk mewariskan nilai
Islam kepada kita semua.
Skripsi ini merupakan salah satu kebahagian terbesar bagi penulis. Sebuah
tugas yang menghantarkan penulis menjadi seorang sarjana. Satu tahap perjalanan
akademis yang penulis lakukan merupakan satu perjalanan kecil dari bagian
kehidupan yang begitu panjang dan berliku. Penulis menyadari skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun susunan bahasanya. Hal ini
karena keterbatasan penulis baik dari segi waktu, tenaga maupun ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu penulis sangat membutuhkan saran dan masukan
atas skripsi yang telah dibuat ini, dengan harapan agar skripsi ini menjadi lebih
baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membuka lembaran ini.
Perjuangan ini senantiasa diiringi cahaya doa-doa orang yang tulus,
dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan ungkapan terima kasih yang
sebesar-besarnya terutama kepada:
1. Ibunda tercinta yang senantiasa dengan ketulusan dan keikhlasan hati
membesarkan, mendidik, menyayangi dan memberikan dukungan serta doa
yang tak putus-putusnya untuk kesuksesan anak-anaknya.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembantu dekan bidang akademik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM, selaku Dosen Pembimbing
I, juga Dosen Pengampu mata kuliah Pasar Modal Syariah dan Moneter
Syariah, serta penemu Number Of Everything (NOE) 319913616 dan
Symbol Of Everything (SOE) sinlammim , yang dengan sabar
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dukungan yang tak
henti-hentinya, serta selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis
hingga terselesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Lukman, M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan sekaligus selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar
mengoreksi skripsi yang penulis ajukan serta dukungan dalam memberi
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dan memberikan ilmunya
kepada penulis selama belajar dibangku kuliah.
8. Kakak-kakakku yang tercinta Dr. Abraham Padlan Patarai, Mkes, Dra. Lena
Maryana Mukti dan Sahraeni, SE yang selalu memberikan dukungan baik
materiel maupun spiritual.
9. Ponakanku yang tercinta Raihan, Gibran dan Adinda yang selalu
memberikan keceriaan dan menghibur dikala penulis sedang suntuk.
10. Keluarga Bapak H. Yayat Hidayat yang menghiasi kehidupan penulis
dengan canda tawa serta dukungan moral yang diberikan.
11. Sahabat-sahabat terbaikku seperjuangan Yeni, Yunita, Saras, Lia, Winda,
Yanti, Iwas, Laras, Oliet, Friska dan Ovi yang selama ini menemani dan
mewarnai dengan suka dan duka, dan mendoakan penulis. Thank’s ya say
semoga persahabatan kita tetap terjaga.
12. Teman-teman IESP angkatan 2006 konsentrasi Ekonomi Islam dan
konsentrasi Ekonomi Pembangunan, Andra, Bakar, Beny, Dafi, Fadli, Ipin,
Safitri, ifad dan yang tidak disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa
persaudaraan penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila
penulis melakukan kesalahan dan kekurangan. Semoga sukses selalu.
13. Pihak-pihak lain yang tidak disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa
Akhirnya dengan keikhlasan dan ketulusan hati, penulis memanjatkan doa
untuk semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis. “ Ya Allah
limpahkanlah rahmat dan ampunan kepada mereka, kekayaan ilmu yang tiada
terhitung, rezeki yang berkah, dan keimanan yang sempurna, Amin”. Penulis
berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah setitik
khazanah ilmu pengetahuan.
Jazakumullah Khoiron Katsiro.
Jakarta, 10 Desember 2010
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GRAFIK... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Permasalahan ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Filosofi Ekonomi Islam ... 11
B. Investasi Dalam Perspektif Syariah ... 20
1. Landasan Investasi Syariah ... 23
2. Proses Investasi Syariah ... 25
3. Prinsip-Prinsip Umum Investasi syariah ... 27
4. Norma Dalam Berinvestasi Syariah ... 29
5. Risiko Dalam Investasi Syariah ... 30
C. Fungsi Investasi Dalam Perekonomian Islam ... 33
D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ... 36
2. Lelang SBIS ... 38
3. Repo SBIS ... 39
4. Penatausahaan SBIS... 39
5. Sanksi SBIS ... 40
E. Inflasi ... 41
F. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 46
G. Pembiayaan Perbankan Syariah ... 51
1. Pembiayaan Produktif ... 51
2. Pembiayaan Konsumtif ... 53
H. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)... 57
1. Pasar Uang Antar Bank Syariah dan Landasannya ... 57
2. Transaksi Pasar Uang Antar Bank Syari’ah ... 58
3. Mekanisme Operasi Pasar Uang Antar Bank Syariah ... 61
I. Penelitian Terdahulu ... 62
J. Kerangka Pemikiran ... 69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 70
B. Metode Pengumpulan Data ... 72
C. Variabel Penelitian ... 71
1. Variabel Independen (X) ... 71
D. Metode Analisis Data ... 71
1. Pemodelan ... 72
a. Definisi ... 72
b. Tahapan Pemodelan ... 74
2. System Dynamics ... 79
a. Sejarah System Dynamics ... 79
b. Definisi System Dynamics ... 81
3. Metodologi System Dynamics ... 82
4. Uji Statistik ... 87
a. Pengujian Absolute Error ... 87
b. Pengujian Root Means Square Error ... 87
c. Proses Uji Statistik ... 89
E. Definisi Variabel Penelitian ... 90
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 91
1. Sejarah Bank Indonesia (BI) ... 91
2. Sejarah Kelembagaan Bank Indonesia (BI) ... 92
3. Kedudukan Bank Indonesia (BI) sebagai Lembaga Negara ... 93
B. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah ... 94
C. Penemuan Dan Pembahasan ... 96
1. Tahapan Pemodelan ... 96
a. Tahap Seleksi Konsep ... 96
c. Tahap Implementasi Komputer ... 99
d. Tahap Validasi ... 103
e. Analisis Kebijakan ... 105
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 116
B. Implikasi ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah ... 6
Tabel 1.2 Pembiayaan Perbankan Syariah ... 6
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 67
Tabel 4.1 Simulasi Model SBIS... 102
Tabel 4.7 Validasi AVE, AME, dan RMSE ... 104
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Simulasi Model SBIS ... 102
Grafik 4.2 Analisis Skenario A Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Pada saat Normal ... 105
Grafik 4.3 Analisis Skenario B pada saat laju inflasi rendah dan
Pembiayaan Perbankan Syariah rendah ... 107
Grafik 4.4 Analisis Skenario C pada saat laju inflasi rendah dan
Pembiayaan Perbankan Syariah tinggi ... 109
Grafik 4.5 Analisis Skenario D pada saat laju inflasi tinggi dan
Pembiayaan Perbankan Syariah rendah ... 110
Grafik 4.6 Analisis Skenario E pada saat laju inflasi tinggi dan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Inflasi Biaya Produksi (cost push inflation) ... 44
Gambar 2.2 Inflasi Tekanan Permintaan (demand pull inflation) ... 45
Gambar 2.3 Stagflasi ... 46
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ... ... . 69
Gambar 3.1 Simbol Forester yang digunakan dalam diagram alir model ... 73
Gambar 4.1 Model Mental Sertifikat Bank Indonesia Syariah ... ... . 97
Gambar 4.2 CLD Sertifikat Bank Indonesia Syariah ... .. 98
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Indikator Ekonomi Makro dan Perbankan Syariah ... 124
Lampiran 2 : Data PDB dan SBIS ... 128
Lampiran 3 : Stock Flow Diagram Sertifikat Bank Indonesia Syariah ... 130
Lampiran 4 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada SBIS ... 131
Lampiran 5 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada Inflasi ... 132
Lampiran 6 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada PDB ... 133
Lampiran 7 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada Pembiayaan Perbankan Syariah ... 134
Lampiran 8 : Validasi AVE, AME, dan RMSE pada PUAS ... 135
Lampiran 9 : Analisis Skenario A Sertifikat Bank Indonesia Syariah Pada Saat Normal………... 136
Lampiran10 : Analisis Skenario B Pada Saat Laju Inflasi Rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah Rendah ... 137
Lampiran 11 : Analisis Skenario C Pada Saat Laju Inflasi Rendah dan Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi ... 138
Lampiran 12 : Analisis Skenario D Pada Saat laju Inflasi Tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah Rendah ... 139
Lampiran 13 : Analisis Skenario E Pada Saat Laju Inflasi Tinggi dan Pembiayaan Perbankan Syariah Tinggi... 140
Lampiran 14: Aplikasi Model Komputer Powersim ... 141
Lampiran 15 : Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dalam Kondisi Normal ... 142
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem ekonomi Islam awal kehadirannya di Indonesia hanya dijadikan
sebagai alternatif solusi krisis moneter, namun saat ini ekonomi syariah tidak lagi
hanya sekedar menjadi alternatif, tetapi ekonomi syariah menjadi solusi dalam
berbagai persoalan umat manusia. Sistem ekonomi konvensional yang selama ini
diterapkan banyak negara di dunia tidak hanya merugikan tetapi juga
membahayakan umat manusia. Sebaliknya ekonomi syariah justru membawa
perbaikan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Ekonomi syariah mengajarkan
tegaknya nilai-nilai keadilan, kejujuran, transparansi, antikorupsi dan eksploitasi,
artinya misi utamanya menegakkan nilai-nilai akhlak dalam aktifitas bisnis, baik
individu, perusahaan, ataupun negara. Indonesia adalah negara berpenduduk
muslim terbesar di dunia, maka dapat dipastikan bahwa instrumen-instrumen
syariah akan laris. Perekonomian syariah mempunyai komitmen untuk menjadi
sebab kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia. (Muhammad Sholahuddin
dan Lukman Hakim, 2008).
Islam memerintahkan umatnya untuk meraih kesuksesan dan berupaya
meningkatkan hasil investasi serta meninggalkan investasi yang tidak
Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka ia termasuk golongan yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka ia termasuk golongan yang celaka”. (HR. Thabrani). (Muhamad Nafik, 2009).
Islam menghendaki aktifitas perekonomian yang didasarkan atas prinsip
saling menguntungkan. Dalam investasi risiko kegagalan sangat mungkin terjadi.
Setiap pihak yang terlibat dalam investasi harus menanggung bersama setiap
risiko yang terjadi. Berdasarkan inilah Islam mengharamkan sistem bunga (riba).
Investasi yang adil adalah investasi dengan sistem profit dan loss sharing. Kedua pihak yang terlibat dalam investasi sama-sama menanggung keuntungan atau
kerugian sesuai dengan perjanjian pembagian hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Segala kegiatan ekonomi di Indonesia khususnya dalam hal ini berinvestasi
diatur oleh hukum dan norma-norma yang berlaku agar dapat berjalan dengan
baik. Hubungan hukum dengan ekonomi bukan hubungan satu arah, tetapi
hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Kegiatan ekonomi yang tidak
didukung oleh hukum akan mengakibatkan terjadi kekacauan, sebab apabila para
pelaku ekonomi dalam mengejar keuntungan tidak dilandasi dengan norma hukum
maka akan menimbulkan kerugian salah satu pihak dalam melakukan kegiatan
ekonomi. Ahli hukum mengatakan bahwa hukum selalu berada dibelakang
kegiatan ekonomi, setiap kegiatan ekonomi dilakukan oleh seseorang pasti
kegiatan itu diikuti oleh norma hukum yang menjadi rambu pelaksanaannya.
mengatur hubungan kegiatan ekonomi dan ini selalu dipengaruhi oleh sistem
ekonomi yang dianut oleh suatu negara. (Salim dan Budi Sutrisno, 2007).
Investasi ibarat menebar benih bukan saja tergantung pada beberapa butir
yang ditabur diatas lahan akan tetapi yang mungkin lebih penting adalah
penyebaran pada lahan-lahan yang tepat. Lahan yang dapat digunakan investor
dalam menanamkan uangnya termasuk baik buruknya lahan-lahan tersebut.
Ketepatan memilih lahan sebenarnya bukan cuma masalah pengembangbiakan
modal dan akumulasi keuntungan akan tetapi juga masalah pengamanan asset.
Banyak faktor-faktor yang sebagian besar saling terkait satu sama lain
dengan pola yang sangat kompleks sehingga berdampak pada peningkatan
investasi syariah dalam perbankan syariah di Indonesia, baik dilihat dari segi
makro maupun dari segi mikro.
Investasi syariah dapat mengembangkan kegiatan perekonomian di berbagai
bidang. Berkembang pesatnya kegiatan ekonomi diikuti pula dengan
berkembangnya lembaga keuangan (bank) baik yang konvensional maupun yang
menggunakan prinsip syariah, dan dalam dunia perbankan sering kali
menggunakan fasilitas pasar uang dalam kegiatan operasionalnya, karena dalam
keadaan tertentu terkadang bank dapat mengalami kelebihan ataupun kekurangan
likuiditas dalam jangka pendek yaitu kurang dari satu tahun. Bila terjadi kelebihan
maka bank melakukan penempatan kelebihan likuiditas, sehingga bank
memperoleh keuntungan. Dan sebaliknya bila bank mengalami kekurangan
dalam rangka pembiayaan sehingga kegiatan operasional bank dapat berjalan
dengan baik.
Bank Islam merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar
mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual
beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana
dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro.
Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, bebas dari
bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan
syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW yaitu
shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah.
Sistem perbankan merupakan institusi pemerintah yang otonom yang
bertanggung jawab untuk merealisasikan sasaran-sasaran sosio-ekonomi
perekonomian Islam dalam,dan melalui medan perbankan. Perkembangan dunia
perbankan telah terlihat kompleks dengan berbagai macam jenis produk dan
sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Suatu perkembangan yang
boleh dikatakan sangat menggembirakan, khususnya bagi umat Islam yang selama
ini menginginkan investasi dan pendanaan tanpa unsur riba. Perkembangan
Syariah (SBIS) yang merupakan instrumen moneter berbasis syariah dan
berfungsi sebagai wadah atau instrumen alternatif sementara alternatif investasi
disaat bank mengalami kelebihan likuiditas. Pesatnya pertumbuhan perbankan
syariah diimbangi dengan tetap dipertahankannya prinsip kehati-hatian dalam
mengelola usahanya. (M. Luthfi Hamidi, 2003).
Kehadiran Sertifikat Bank Indonesia syariah setidaknya merupakan langkah
awal dan sinyal untuk memantapkan dan meningkatkan pertumbuhan perbankan
syariah dari berbagai masalah. Instrumen khusus untuk perbankan syariah ini
menggantikan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang selama ini berlaku
sebagaimana Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang krusial yang
harus segera diselesaikan oleh pemerintah, DPR, dan BI. Selama ini instrumen
yang digunakan adalah SWBI, Namun bagi bank-bank syariah instrumen ini tidak
menguntungkan karena bonusnya kecil sekitar 3-4 persen, sedangkan bank
konvensional mendapat bunga SBI sebesar 8 persen. Hal ini tentu tidak kondusif
bagi bank syariah ketika terjadi kelebihan likuiditas, karena itulah Bank Indonesia
merubah skimnya menjadi ju’alah dengan nama Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Terlebih SBIS dengan tingkat return yang setara atau mendekati bunga Sertifikat Bank Indonesia konvesional akan menjadi pilihan instrumen investasi
yang menarik disaat perbankan mengalami kelebihan likuiditas.
Perkembangan perbankan syariah yang menggembirakan juga dapat dilihat
dari total asetnya yang menunjukkan peningkatan secara signifikan melalui
terlihat pada tabel 1.1 demikian halnya dengan pembiayaan yang dilakukan dalam
perbankan syariah dapat terlihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah
(Dalam Milyar Rupiah)
Indikator Tahun
2006 2007 2008 2009
Bank Umum Syariah 21,151 27,286 34,036 48,041 Unit Usaha Syariah 5,571 9,252 15,519 18,076
[image:25.612.113.505.162.636.2]Sumber: Statistik Perbankan Syariah
Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan asset perbankan syariah pada kurun
waktu 2006-2009 mempunyai kecenderungan yang terus meningkat. Asset
Perbankan Syariah melalui indikator Bank Umum Syariah tahun 2006 sebesar Rp
21,151 Milyar hingga tahun 2009 sudah mencapai Rp 48,041 Milyar dan melalui
indikator Unit Usaha Syariah tahun 2006 sebesar Rp 5,571 Milyar hingga tahun
2009 sudah mencapai Rp 18,076 Milyar. Maraknya BUS dan UUS akan semakin
menarik investor baru dan mendorong inovasi produk.
Tabel 1.2 Pembiayaan Perbankan Syariah
(Dalam Milyar Rupiah)
Indikator Tahun
2006 2007 2008 2009
Pembiayaan Musyarakah 2,335 4,406 7,411 10,412 Pembiayaan Mudharabah 4,062 5,578 6,205 6,597 Piutang Murabahah 12,624 16,553 22,486 26,321
Piutang Istishna' 337 351 369 423
Lainnya 1,087 1,056 1,724 3,134
Total 20,445 27,944 38,195 46,886
Sumber: Statistik Perbankan Syariah
Tabel 1.2 Menunjukkan pembiayaan perbankan syariah yang jika dilihat
secara nominalnya dari tahun 2006-2009 mengalami peningkatan. Pada tahun
2009 sudah mencapai Rp 46,886 Milyar. Pada sisi pembiayaan tahun 2006-2009
dapat dilihat bahwa pembiayaan didominasi oleh pembiayaan berprinsip jual beli
yaitu pembiayaan yang cenderung digunakan oleh nasabah peminjam untuk tujuan
konsumtif, walaupun tidak menutup kemungkinan ada juga yang dimanfaatkan
untuk tujuan usaha produktif.
Berdasarkan prospek kondisi makro ekonomi, maka dapat diprediksikan
pertumbuhan industri perbankan syariah pada tahun berikutnya masih akan
menikmati high-growth dibandingkan pertumbuhan perbankan secara nasional. Kondisi pertumbuhan ekonomi secara umum akan mempengaruhi pendapatan
masyarakat dan kemampuannya dalam melakukan konsumsi dan saving
(tabungan). Pada saat yang sama kapasitas perbankan untuk melakukan
pembiayaan sektor riil banyak dipengaruhi oleh besarnya dana masyarakat yang
mampu diserap dalam bentuk tabungan.
Untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi diperlukan suatu usaha
yang sungguh-sungguh dan terbatas dari kemaksiatan. Dalam Islam pertumbuhan
ekonomi tidak dapat hanya dinilai dengan materi saja tetapi juga diimbangi
dengan nilai-nilai moral dan rukhiyah. Oleh karena itu dalam berinvestasi juga
harus mempersiapkan generasi yang kuat, baik dalam aspek intelektualitas, fisik,
maupun aspek keimanan sehingga terbentuklah sebuah kepribadian yang utuh,
disamping itu berinvestasi hanya dapat dilakukan pada asset atau kegiatan usaha
yang halal, spesifik, dan bermanfaat.
Dalam berinvestasi tidak dapat dipungkiri akan selalu ada
tidak pernah berkesudahan, yang berkaitan dengan geopolitik dan perubahan
perekonomian. Sebagai investor yang andal harus mengabaikan
gangguan-gangguan ini dan berfokus pada fundamental bisnis yang Islami.
Dewasa ini kesempatan berinvestasi semakin terbuka, keterbukaan ini
sejalan dengan era perdagangan bebas yang akan dihadapi. Pada tahun 2020
jumlah total populasi muslim di dunia diperkirakan akan mencapai 2,5 milyar dari
posisi 1,5 milyar saat ini. Sebesar 40-50% dana yang dimiliki oleh penduduk
muslim diseluruh dunia tersebut akan memanfaatkan layanan jasa investasi
syariah. Walaupun investasi syariah memberikan return duniawi yang sedikit saja dibawah konvensional, namun nilai falah atau kemenangan dunia akhiratnya jauh
melebih return duniawinya, maka nilai falah ini menjadi daya jual yang tinggi untuk diserap pasar yang terdiri dari orang-orang muslim. Iklim investasi syariah
yang sangat komplek sehingga kebijakan investasi yang diambil pemerintah tidak
dapat berdiri sendiri akan tergantung pada banyak faktor lain diluar wilayah
kebijakan investasi karena faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi keputusan
seseorang untuk melakukan investasi. Investasi syariah yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Dengan melihat latar
belakang diatas maka penulis akan mengambil judul “Pemodelan Sertifikat
B. Rumusan Permasalahan
Dari latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, muncul
permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana membuat pemodelan pada Sertifikat Bank Indonesia
Syariah?
2. Bagaimana membuat prediksi ke depan dengan beberapa perubahan
laju variabel independen?
3. Bagaimana membuat analisis kebijakan pengembangan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh penjelasan yang
komprehensif mengenai Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang sejalan
dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Sedangkan tujuan
khusus adalah untuk:
1. Membuat pemodelan dengan metode System Dynamics dalam
simulasi Sertifikat Bank Indonesia Syariah dari data aktual Januari
2006 sampai Desember 2009.
2. Membuat prediksi ke depan dengan beberapa analisis skenario
perubahan laju variabel independen.
3. Menentukan analisis kebijakan pengembangan Sertifikat Bank
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk memperkaya khasanah dunia ilmu pengetahuan sebagai bahan
referensi bagi pakar ekonomi maupun pengamat ekonomi yang
tertarik dengan instrumen keuangan Sertifikat bank Indonesia Syariah.
2. Penelitian ini merupakan media dan wahana bagi peneliti untuk belajar
dan mengembangkan ilmu memecah masalah secara ilmiah
berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan
penerapannya di lapangan yang dilandasi prinsip ekonomi Islam.
3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi para pengambil kebijakan
perekonomian, agar dalam mengambil kebijakan perekonomian
terutama mengenai kebijakan investasi lebih mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatinvestasi syariah.
4. Menjadi bahan kajian bagi otoritas perbankan syariah, Badan Usaha
Syariah, Unit Usaha Syariah, dan lembaga keuangan lainnya dalam
mengembangkan Sertifikat Banki Indonesia Syariah di Indonesia.
5. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi bagi para pelaku
pasar maupun investor dalam mengambil keputusan investasi di
industri perbankan, bursa surat berharga, serta lembaga keuangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Filosofi Ekonomi Islam
Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu
“oikos” yang berarti keluarga, rumah tangga dan “nomos” yang berarti peraturan,
hukum kemudian bila digabung bermakna aturan rumah tangga. Sedangkan kata
Islam berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari 3 akar kata yaitu “sin” yang
berarti alam, “lam” yang berarti Allah, dan “mim” yang berarti ibadah,
kemudian bila digabung menjadi “sinlammim” bermakna alam dicipta
Allah untuk ibadah.
QS Adz-Dzariat [51]: 56
Artinya: “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.
Kata Islam dapat ditemukan dalam beberapa surat di Al-Qur’an antara lain:
1. QS. Ali Imran [3]: 19.
Artinya: “Sesungguhnya Din di sisi Allah adalah Islam”. 2. QS. Ali Imran [3]: 85.
3. QS. Al-Shaf [61]: 7.
Artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah padahal dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
Sedangkan berdasarkan kata jadian “salama” bermakna keselamatan,
kedamaian. Sehingga jika digabungkan maka kata “Ekonomi Islam” secara
harfiah berarti aturan rumah tangga untuk keselamatan. Di dalam filosofinya
Ekonomi Islam terkandung tiga hal yaitu Ontologi Ekonomi Islam, Epistemologi
Ekonomi Islam, dan Aksologi Ekonomi Islam (Mochamad Aziz, 2009).
Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut sebagai Ontologi Ekonomi
Islam yaitu berupa alasan mendasar adanya Ekonomi Islam. Sesuai dengan sistem
kehidupan yang ada pada diri manusia, keluarga, lingkungan, dan alam semesta
maka elemen dasar penciptaan terdiri dari 3 unsur yaitu manusia, Allah, dan
ibadah. Kemudian perpaduan 3 hal ini membentuk alasan besar penciptaan yaitu
Islam, sehingga ontology dari Ekonomi Islam adalah Islam.
QS. Ali-Imran [3]: 19.
Artinya: ”Sesungguhnya Din (sistem) di sisi Allah adalah Islam”.
Sesuai dengan firman Allah tersebut bahwa sistem atau Din yang diciptakan
Allah itu hanya Islam. Sehingga sistem ekonomi yang ada seharusnya juga
Islam dalam Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu sistem
yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang menjadi
epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang berkembang yaitu
kaffah. Ekonomi Islam yang kaffah muncul sebagai konsep dasar ekonomi dengan
batasan Islam sebagai suatu sistem.
QS. Al-Baqarah [2]: 208.
Artinya: “Wahai orang-orang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara kafah”.
Konsep Ekonomi Islam yang kaffah didukung oleh Qur’an Surat
Al-Baqarah [2] ayat 208 bahwa tujuan dari Ekonomi Islam dapat dijalankan oleh
orang-orang yang beriman dan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh atau
kaffah yang berarti dimulai dari Islam sebagai kerangka dasar kehidupan yang di
dalamnya mengandung makna bahwa manusia diciptakan Allah untuk ibadah.
Kemudian dikembangkan ke berbagai aspek termasuk ekonomi (Mochamad Aziz,
2010).
Kerangka dasar Islam dari konsep yang menyeluruh berupa kaffah ini perlu
diterjemahkan ke dalam penerapan berekonomi secara makro dan mikro ekonomi.
Implementasi dari kedua hal tersebut dijabarkan dalam bentuk aksiologi yaitu
keseimbangan sistem ekonomi yang terdiri dari 2 hal misalnya antara penawaran
dan permintaan. Secara analogis, gambaran tentang keseimbangan antara 2 hal
dalam Al-Quran disebutkan sebagai hubungan antara hal yang baik dan hal yang
QS. Saba [34]: 28.
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Pengembangan epistemologi Ekonomi Islam secara Kaffah untuk ibadah
dalam tiga dimensi menghadirkan terminologi baru seperti metode Sinlammim.
Hal ini sesuai dengan isi Al-Qur’an yang berbunyi ‘silmi kaffah’, dengan
penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin lam mim
.
Metode System Dynamics mampu menjadi konsep baru untuk
menyempurnakan teori-teori yang sudah ada. Dalam bentuk piramida yang dibagi
secara horizontal yang terdiri dari 3 bagian (puncak, tengah, dan dasar), maka
bagian pertamanya yaitu puncak piramida merupakan konsep System Thinking. Kemudian dibagian kedua yaitu di tengah adalah metode System Dynamics.
Sedangkan di bagian ketiga yaitu di dasar adalah software Powersim. Untuk
piramida yang sama dengan pendekatan Islam, bagian 1 puncak adalah konsep
Islam dalam Kaffah Thinking, bagian 2 tengah adalah metode Sinlammim, dan bagian 3 dasar adalah Number Of Everything (NOE).
Diagram konsep Berpikir
Kâffah iThinking
Number Of Everything
Sinlammim
System thinking
Powersim System Dynamics
Konsep Berpikir
Selain surat al-Baqarah [2]: ayat 208, kata Kaffah juga terdapat dalam surat
Saba [34] ayat 28 yang menyatakan 2 hal yaitu “pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan”.
Jika dalam System Thinking terdapat causal loop, maka Kaffah Thinking
terdapat keseimbangan yang merupakan resultant dari causal loop positif/hal yang baik dan causal loop negative/hal yang buruk. Sehingga System Thinking dapat disandingkan dengan Kaffah Thinking. Jadi, kalau pendekatan barat adalah System Thinking, maka pendekatan Islam adalah Kaffah Thinking.
Pemaparan Kaffah Thinking dalam Ekonomi Kaffah atau Ekonomi Tiga Dimensi atau Ekonomi Dinamis dapat mengambil analogi dari System Thinking. Fungsi Ekonomi Dinamis di sini, untuk menjadi pilihan konsep bila ternyata
Ekonomi Kapitalis sudah terbukti tidak mampu mengatasi masalah yang
kompleks akhir-akhir ini. Sebagian ekonom barat mulai memperbaiki sistem
ekonomi kapitalis dengan pendekatan system thinking. Dalam hal ini, Ekonomi Dinamis merupakan salah satu solusi yang merupakan paradigma baru dari
pertumbuhan pesat Ekonomi Islam. Kehadiran Ekonomi Kaffah menjadi entitas
yang berdiri sendiri, memiliki diferensiasi, dan dasar yang kuar dari al-Quran (QS.
AL-Baqarah [2]: 208), tetapi dalam menjembatani pengembangan Ekonomi
Kaffah dianalogikan bersama System Thinking. Peradaban barat yang memiliki referensi yang terstruktur, metodologi yang mendasar, dan yang paling penting
sudah merasuki setiap lembar pemikiran kaum intelektual dunia. Sehingga
dirasakan akan lebih sederhana dan logis bila Ekonomi Kaffah muncul bersama
Kekhususan yang dimiliki oleh Ekonomi Kaffah adalah penjabaran dari
metode Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi Al-Qur’an yang berbunyi ‘silmi
kaffah’, dengan penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin
lam mim.
Metode Sinlammim dalam Ekonomi Kaffah, juga menjadi metode yang baru
bagi pengembangan epistemologi system ekonomi Islam secara keseluruhan. Untuk memudahkan pengertiannya maka metode Sinlammim dipersamakan
dengan metode System Dynamics yang sudah lebih dulu exist sejak dekade
terakhir.
Metode Sinlammim secara umum merupakan salah satu solusi untuk
menembus kebuntuan kehidupan dalam rangka memecahkan permasalahan yang
mendasar. Hal ini dirasakan perlunya suatu metode yang lebih baik untuk menjadi
perimbangan dalam pendekatan metafisika.
Hal ini sejalan dengan perkembangan metodologi terakhir yang menyatakan
bahwa dirasakan perlu untuk mencari jalan tengah dari permasalahan ekonomi
yang ada dengan beralih ke hal-hal yang berkaitan dengan spiritual. Salah satu
contoh dari bukti metodologi metode Sinlammim adalah pencarian jati diri dari
tangan manusia yang semula manusia beranggapan bahwa tangan ini atau jari-jari
ini adalah giffen dari Tuhan, maka dengan semakin kritisnya manusia mulai mencari tahu adakah pola tertentu yang menjadi standar dari penciptaan jari-jari
manusia.
Pendekatan yang ada selama ini kurang mampu mengintegrasikan sistem
berbagai cara salah satunya adalah dengan metode sinlammim. Dengan
pendekatan ini secara metodologis dapat sedikit membuka tabir konsep bentuk
jari-jari manusia yang terkait erat dengan nilai spiritual yang ada dalam kitab suci.
Dengan metode sinlammim ini, manusia mencoba membuktikan bahwa
model sinlammim ini mampu atau tidak menjadi benchmark bagi setiap penciptaan yang ada di alam semesta ini. Jika dianggap bahwa dengan pendekatan
ini dapat dibuat uraian tentang penciptaan jari-jari manusia, maka selanjutnya
[image:36.612.117.505.277.499.2]dapat dilakukan analogy dalam sistem ekonomi.
Gambar Metode Sinlammim
Dalam Tangan Manusia
Sumber: Mochamad Aziz, Lukisan, 2006.
Pembuktian valid/sahih dan tidaknya Sinlammim sebagai salah satu metode
pendekatan dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, trial and error, pengamatan dan penelitian yang dilakukan selayaknya oleh umat muslim sebagai
pemilik dari model sinlammim ini. Kajian yang dilakukan sebenarnya tidak
membatasi sistem tetapi sekiranya metode ini mampu menghadirkan buah karya
dari umat Islam sendiri.
Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia
(HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas). Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang untuk mensejahterahkan
dirinya, tidak boleh dilakukan dengan mengabaikan dan mengorbankan
kepentingan orang lain dan masyarakat secara umum ( Mustafa Edwin Nasution,
2007). Hal ini merupakan bagian dari muamalah dan harus didasarkan atas akidah
yang benar sehingga menghasilkan kegiatan ekonomi yang berakhlak atau
bermoral.
Ekonomi Islam bukan hanya merupakan praktik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh individu dan komunitas muslim yang ada, namun juga merupakan
perwujudan perilaku ekonomi didasarkan pada ajaran Islam tidak sekedar
berorientasi untuk pembangunan fisik material dari individu, masyarakat dan
negara saja, tetapi juga memerhatikan pembangunan aspek-aspek lain yang juga
merupakan elemen penting bagi kehidupan yang sejahtera dan bahagia mencakup
cara memandang permasalahan ekonomi, menganalisis, dan mengajukan alternatif
solusi atas berbagai permasalahan ekonomi. Islam memandang aktivitas ekonomi
secara positif. Semakin banyak manusia terlibat dalam aktivitas ekonomi maka
semakin baik sepanjang tujuan dari prosesnya sesuai dengan ajaran Islam.
Ketakwaan kepada Tuhan tidak berimplikasi pada penurunan produktivitas
ekonomi, sebaliknya justru membawa seseorang untuk lebih produktif. Kekayaan
dapat mendekatkan kepada Tuhan selama diperoleh dengan cara-cara yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi
Dari kesepakatan para ulama menyebutkan ada tiga pilar pokok dalam Islam
antara lain:
1. Aqidah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas
keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang
muslim manakala melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata
untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah
dari Allah.
2. Syariah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan
seorang muslim baik dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam
bidang muamalah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari
akidah yang menjadi keyakinannya. Sedangkan muamalah sendiri meliputi
berbagai bidang kehidupan antara lain yang menyangkut ekonomi atau harta
dan perniagaan disebut muamalah maliyah.
3. Akhlaq yaitu landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan
dirinya sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah
yang menjadi pedoman hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul
karimah sebagaimana hadis nabi yang menyatakan "Tidaklah sekiranya Aku
diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah".
Sistem ekonomi Islam memastikan bahwa tidak ada transaksi ekonomi yang
bertentangan dengan syariah. Tetapi kinerja bisnis tergantung pada man behind the gun-nya. Karena itu pelaku ekonomi dalam kerangka ini dapat saja dipegang oleh umat non muslim. Perekonomian umat Islam baru dapat maju bila pola pikir
Ini mungkin salah satu rahasia sabda Nabi SAW: ”Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlaq”. Karena akhlaq (perilaku) menjadi indikator baik
buruknya manusia. Baik buruknya perilaku bisnis para pengusaha menentukan
sukses-gagalnya bisnis yang dijalankan. Akhlak inilah yang menjadi panduan para
pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.
Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam tidak hanya berhenti pada
tataran konsep saja tetapi banyak contoh-contoh kongkrit yang diajarkan oleh
Rasul Allah, yang untuk penyesuaiannya dengan kebutuhan saat sekarang cukup
banyak ijtima' yang dilakukan oleh para ahli fikih disamping pengembangan
praktek operasional oleh para ekonom dan praktisi lembaga keuangan Islam.
Sesuai sifatnya yang universal maka tuntunan Islam diyakini akan selalu relevan
dengan kebutuhan zaman.
B. Investasi Dalam Perspektif Syariah
Para ekonom mengemukakan pengertian yang berbeda-beda tentang
investasi. Meskipun demikian ada beberapa kesamaan dalam pengertian mereka.
Alexander dan Sharpe (1997:1) mengemukakan bahwa investasi adalah
pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk mendapatkan nilai di masa
datang yang belum dapat dipastikan besarnya. Yogiyanto (1998:5)
mengemukakan bahwa investasi adalah penundaan konsumsi saat ini untuk
digunakan dalam produksi yang efisien selama periode tertentu. Tandelilin
(2001:4) mendefinisikan investasi sebagai komitmen atas sejumlah dana atau
sumber daya lain yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh
Berbagai definisi itu mengandung definisi yang sama. (1) Pengeluaran atau
pengorbanan sesuatu (sumber daya) pada saat sekarang yang bersifat pasti, (2)
Ketidakpastian mengenai hasil (resiko), dan (3) Ketidakpastian hasil atau
pengembalian di masa datang. Pengeluaran atau pengorbanan dalam investasi
diartikan sebagai pengorbanan sumber daya yang bersifat tangible assets misalnya dana dan properti maupun intangible assets seperti tenaga dan pikiran.
Investasi syariah tidak membicarakan persoalan duniawi saja sebagaimana
yang dikemukakan para ekonom sekuler. Ada unsur lain yang sangat menentukan
berhasil tidaknya suatu investasi dimasa depan, yaitu ketentuan dan kehendak
Allah. Islam memadukan antara dimensi dunia dan akhirat. Setelah kehidupan
dunia yang fana ada kehidupan akhirat yang abadi. Setiap muslim harus berupaya
meraih kebahagian di dunia dan akhirat. Kehidupan dunia hanyalah sarana dan
masa yang harus dilewati untuk mencapai kehidupan yang kekal di akhirat.
Islam sebagai din yang komprehensif dalam ajaran dan norma mengatur
seluruh akifitas manusia di segala bidang. Investasi sebagai salah satu bagian dari
aktifitas perekonomian tidak dapat mengabaikan aspek postulat, konsep, serta
diskursus yang menjadi background dalam pembentukan sebuah pengetahuan
yang memiliki multidimensi yang mendasar dan mendalam. Islam sangat
menjunjung tinggi ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan
diskursus (‘ilmu al yaqin), implementasi (‘ain al yaqin), serta hakikat akan
sebuah ilmu (haqq al yaqin).
Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep islam yang memenuhi
pengetahuan instrumental, pengetahuan intelektual, dan pengetahuan spiritual. Hal
tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga
bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan
hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan
bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Hasyr ayat
18 sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Demikian Allah SWT memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya yang
beriman untuk melakukan investasi akhirat dengan melakukan amal saleh sejak
dini sebagai bekal untuk menghadapi hari perhitungan.
Dalam Al-Qur’an surat Lukman ayat 34 secara tegas Allah SWT
menyatakan bahwa tidak ada seorang pun di alam semesta ini yang dpat
mengetahui apa yang akan diperbuat, diusahakan, serta kejadian apa yang akan
terjadi pada hari esok. Sehingga dengan ajaran tersebut seluruh manusia
diperintahkan untuk melakukan investasi sebagai bekal dunia dan akhirat.
mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal “. ( QS. Luqman:34 ) Konsep investasi dalam ajaran islam diwujudkan dalam bentuk nonfinansial
yang berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi yang kuat. Semua bentuk
investasi berpijak pada prinsip-prinsip syariah secara kaffah (menyeluruh) dan
dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT untuk mencapai kebahagian
lahir bathin di dunia dan akhirat baik bagi generasi sekarang maupun generasi
yang akan datang.
1. Landasan Investasi Syariah
Islam mengatur hubungan yang kuat antara akhlak, akidah, ibadah,
dan muamalah (Qardhawi, 1995:3-4). Aspek muamalah merupakan aturan
main bagi manusia dalam menjalankan kehidupan sosial sekaligus
merupakan dasar untuk membangun system perekonomian yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Ajaran muamalah akan menahan manusia dari
menghalalkan segala cara untuk mencari rejeki. Muamalah mengajarkan
manusia untuk memperoleh rejeki dengan cara yang halal dan baik. Nabi
SAW bersabda “Akan datang kepada manusia suatu masa ketika seseorang
tidak peduli dari mana ia mendapatkan hartanya, apakah dari sumber dan
cara yang halal atau sumber dan cara yang haram.” (HR. Bukhari).
Ada dua hal yang menjadi landasan dalam ekonomi Islam, yaitu
Al-Qur’an dan Hadist. Hukum-hukum yang diambil dari kedua sumber
diubah-ubah. Setidaknya ada empat landasan normatif alam etika Islam,
yang dapat dipresentasikan dalam aksioma etika yaitu: (Ahmad Rodoni,
2009:28-29)
a. Landasan Tauhid
Landasan tauhid merupakan landasan filosofis yang dijadikan
sebagai pondasi bagi setiap muslim dalam melangkah menjalankan
fungsi hidupnya, diantaranya adalah menjalankan fungsi aktifitas
ekonomi. Makna tauhid dalam konteks etika Islam adalah kepercayaan
penuh dan murni terhadap ke-Esaan Tuhan yang secara khusus
menunjukkan dimensi vertikal Islam.
b. Landasan Keadilan dan Kesejajaran
Adil merupakan salah satu nilai-nilai ekonomi yang ditetapkan
dalam Islam. Landasan keadilan dalam ekonomi berkaitan dengan
pembagian manfaat kepada semua komponen dan pihak yang terlibat
dalam usaha ekonomi. Landasan kesejajaran berkaitan dengan kewajiban
terjadinya sirkulasi kekayaan pada semua anggota masyarakat dan
mencegah terjadinya konsentrasi ekonomi hanya pada segelintir orang.
c. Landasan Kehendak Bebas
Dalam pandangan Islam, manusia secara sunnatullah terlahir
dengan memiliki kehendak bebas, yaitu potensi menentukan pilihan
yang beragam. Oleh karena kebebasan manusia tidak dibatasi, maka
manusia memiliki kebebasan pula untuk menentukan pilihan yang salah
d. Landasan Pertanggungjawaban
Aksioma tanggung jawab ini erat kaitannya dengan aksioma
kebebasan, karena kedua aksioma tersebut merupakan pasangan ilmiah.
Dalam hal ini pemberian segala kebebasan usaha yang dilakukan
manusia tidak terlepas dari pertanggungjawaban atas apa yang telah
dilakukanya.
Keempat landasan etika Islam tersebut diatas dikaitkan dengan
permasalahan ekonomi, khususnya dalam bidang investasi, maka jelas etika
ini memiliki akar dari syariah yang menjadi panduan dalam bertindak. Suatu
hal yang dapat menimbulkan dampak serius pada kesejahteraan adalah
pemahaman bahwa memanfaatkan sumber daya ekonomi merupakan bentuk
dari amanah Allah SWT.
2. Proses Investasi Syariah
Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang
investor membuat keputusan investasi pada sekuritas yaitu sekuritas apa
yang akan dipilih, seberapa besar investasi tersebut, dan kapan investasi
tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan investasi
Ada tiga hal yang dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat
b. Melakukan Analisis Sekuritas
Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk
mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu ada dua pendekatan yang
dapat digunakan yaitu:
Pendekatan Fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan
oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek.
Pendekatan Teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data/perubahan harga saham dimasa
lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham dimasa
mendatang.
c. Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut
identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa
proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing sekuritas
tersebut.
d. Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya,
dengan maksud jika merasa bahwa portofolio yang sekarang dimiliki
maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas
yang membentuk portofolio tersebut.
e. Evaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung.
3. Prinsip-Prinsip Umum Investasi syariah
a. Prinsip Halal dan Thayyib
Allah SWT berfirman dalam (QS. Al-Baqarah:186) yang artinya:
”Hai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu”.
Dengan dasar ayat diatas maka pembiayaan dan investasi hanya
dapat dilakukan pada aset atau kegiatan usaha yang halal, tahir, spesifik
tidak membahayakan, bermanfaat dan merupakan kegiatan usaha yang
spesifik dan dapat dilakukan bagi hasil dari manfaat yang timbul.
b. Prinsip transparansi guna menghindari kondisi yang gharar (sesuatu
yang tidak diketahui pasti kebenarannya) dan berbau maysir.
Praktek gharar dan spekulatif dalam berinvestasi akan
menimbulkan kondisi keraguan yang dapat menyebabkan kerugian,
karena tidak dapat memperlihatkan secara transparan mengenai proses
atau investor dan pemilik usaha atau emiten tidak boleh mengambil
resiko yang melebihi kemampuan yang dapat menimbulkan kerugian
yang sebenarnya dapat dihindari.
c. Prinsip Keadilan dan Persamaan
Masalah keuntungan dalam kegiatan bisnis merupakan suatu
keuntungannya agar senantiasa diarahkan pada suatu kegiatan bisnis
yang berorientasi pada pendekatan proses dan cara yang benar dalam
memperoleh keuntungan dan bukan pendekatan yang semata
mengedepankan besaran nominal hasil keuntungan yang akan diperoleh.
Oleh karenanya Islam melarang segala macam jenis usaha yang berbasis
pada praktek riba karena riba merupakan instrumen transaksi bisnis yang
bersifat tidak adil, diskriminatif, dan eksploitatif. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam (QS. Al-A’raf:29) artinya: ”Katakanlah Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan dan katakanlah luruskan muka (dirimu) disetiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)”. d. Dari segi penawaran dan permintaan, pemilik harta (investor) dan
pemilik usaha (emiten)maupun bursa dan self regulating organization
lainnya tidak boleh melakukan hal-hal yang menyebabkan gangguan
4. Norma Dalam Investasi Syariah
Prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam investasi keuangan
yang ditawarkan sebagai berikut:
a. Uang sebagai alat pertukaran bukan komuditas perdagangan, dimana
fungsi uang adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan
daya beli suatu barang atau harta, sedangkan manfaat atau keuntungan
yang ditimbulkannya berdasarkan atas pemakaian barang atau harta yang
dibeli dengan uang tersebut.
b. Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan
menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang
memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil.
c. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau
unsur penipuan disalah satu pihak baik secara sengaja maupun tidak
sengaja.
d. Resiko yang mungkin timbul harus dikelolah agar tidak menimbulkan
resiko yang besar atau melebihi kemampuan menanggung resiko.
e. Dalam Islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia
menanggung resiko.
f. Manajemen yang diterapkan adalah manajemen Islami yang tidak
mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta
menjaga lestariya lingkungan hidup.
untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan norma dan aturan Allah
SWT. Dalam berinvestasi pun Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan
petunjuk dan rambu-rambu pokok yang harus diikuti oleh setiap muslim
yang beriman yaitu dalam berinvestasi terbebas dari unsur riba, terhindar
dari unsur gharar, terhindar dari unsur judi (maysir), terhindar dari unsur haram, dan terhindar dari unsur syubhat.
5. Risiko Dalam Investasi Syariah
Pengumpulan keputusan investasi ibarat berjalan diantara banyak
ranjau. Sebagai bagian dari kehidupan investasi tentu saja tidak bersih dari
risiko dan ketidakpastian. Kehidupan itu sendiri sebetulnya juga sarat
dengan risiko dan ketidakpastian.
Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal yaitu risiko
dan return. Risiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return
yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar return yang
diharapkan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang
investor.
Jorion (2000), mengatakan risiko sebagai volatility dari suatu hasil
yang tidak diekspektasi, secara general nilai dari aset atau kewajiban dari
bunga. Gup (1998), mengemukakan bahwa risiko adalah penyimpangan dari
merupakan kemungkinan keuntungan yang diterima lebih kecil dari
keuntungan yang diharapkan. Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan
sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan.
Karenanya risiko mempunyai dua dimensi yaitu menyimpang lebih besar
atau lebih kecil dari return yang diharapkan.
Menurut Tandelilin (2001), dalam analisis tradisional risiko total
dari berbagai aset keuangan bersumber dari:
a. Interest Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return akibat perubahan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga ini
berpengaruh negatif terhadap harga sekuritas.
b. Market Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas.
c. Inflation Risk. Suatu faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah purchasing power risk. Jika suku bunga naik, maka inflasi juga
meningkat karena lenders membutuhkan tambahan premium inflasi
untuk mengganti kerugian purchasing power.
d. Business Risk. Risiko yang ada karena melakukan bisnis pada industri tertentu.
e. Financial Risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage finansial oleh perusahaan.
dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan, maka
investasi tersebut dikatakan likuid, demikian sebaliknya.
g. Exchange Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas karena fluktuasi kurs currency.
h. Country Risk. Risiko ini menyangkut politik suatu negara sehingga mengarah pada political risk.
Berbeda dengan analisis tradisional, analisis investasi modern
membagi risiko total menjadi dua bagian yaitu resiko sistematis dan risiko
tidak sistematis (Husnan,1998). Risiko sistematis adalah risiko yang
disebabkan oleh faktor-faktor makro yang mempengaruhi semua sekuritas
sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi sedangkan risiko tidak
sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor unik pada suatu
sekuritas dan dapat dihilangkan dengan melakukan diverdsifikasi.
Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Oleh karena itu para investor lebih memilih melakukan diversifikasi dalam portofolio
investasinya guna mengurangi sebagian risiko yang harus ditanggungnya.
Karena risiko tidak sistematis dapat dihilangkan dengan diversifikasi, maka
risiko sistematis menjadi lebih relevan bagi investor.
Dalam investasi ada 3 (tiga) tipe investor yaitu: (Ahmad Rodoni,
2009:50)
a. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker).
Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan
risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi
dengan risiko yang lebih besar. Investor dengan karakter tersebut lebih
cenderung bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan
investasi.
b. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality).
Merupakan tipikal investor yang meminta kenaikan tingkat
pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor dengan
karakter tersebut lebih cenderung bersikap hati-hati dan fleksibel dalam
mengambil keputusan investasi.
c. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter).
Merupakan tipikal investor yang apabila dihadapkan pada dua
pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama
dengan risiko yang berbeda, maka ia lebih cenderung mengambil
investasi dengan risiko yang lebih kecil.
C. Fungsi Investasi Dalam Perekonomian Islam
Secara lebih spesifik, M.M Metwally (1993) mengembangkan suatu fungsi
investasi dalam perekonomian Islami akan sangat berbeda dari perekonomian
yang non-Islami (konvensional). Model yang dikembangkan mengasumsikan
tingkat suku bunga nol. Ia mengganti variabel suku bunga dengan variabel
expected rate of profit. Penggantian variabel ini membawa perubahan mendasar karena tingkat suku bunga ditentukan oleh pasar kredit (credit market), dan bukan ditentukan oleh tingkat profitabilitas bisnis pengusaha. Sedangkan variabel
yang digunakan antara lain terdapat denda untuk penimbunan asset-aset yang
tidak termanfaatkan (idle assets), dilarangnya segala bentuk spekulasi dan tindakan perjudian, serta tingkat suku bunga pada semua jenis dana pinjaman
adalah nol.
Jadi, para investor atau penabung muslim dapat memilih diantara tiga
alternatif untuk memanfaatkan dananya (a) memegang dananya dalam bentuk
tunai (b) memegang dananya dalam bentuk aset-aset yang tidak menghasilkan
pendapatan (contoh: deposito bank, pinjaman, property, perhiasan) atau (c)
menginvestasikan dananya (menjadi investor dalam proyek yang dapat menambah
persediaan modal negara).
Dua alternatif pertama tidak disarankan dalam perekonomian Islami karena
seperti kita lihat, Islam mengikutsertakan biaya dalam bentuk zakat pada
dana-dana yang tidak termanfaatkan (idle assets). Zakat diaplikasikan pada semua bentuk aset-aset yang tidak termanfaatkan (uang tunai, perhiasan, pinjaman,
deposito bank) yang telah memenuhi nisab dan kebutuhan hidup.
Menurut beberapa pandangan kontemporer, seorang muslim yang
menginvestasikan dana atau tabungannya tidak akan dikenakan pajak pada jumlah
yang telah diinvestasikannya, tetapi dikenakan pajak pada keuntungan yang
dihasilkan dari investasinya, karena dalam perekonomian Islami semua aset-aset
yang tidak termanfaatkan dikenakan pajak, investor muslim akan lebih baik
memanfaatkan dananya untuk investasi daripada mempertahankan dananya dalam
Faktor utama lain yang ikut mempengaruhi tingkah laku investasi dalam
perekonomian Islami adalah ketidakberadaan dari suku bunga. Islam melarang
pembayaran bunga pada semua jenis pinjaman (pribadi, komersial, pertanian,
industri, dan lainnya) walaupun pinjaman-pinjaman ini dilakukan untuk teman,
perusahaan swasta maupun publik, pemerintah, atau entitas lainnya.
Analisis di atas mengindikasikan bahwa dalam perekonomian Islami, tingkat
bunga tidak masuk dalam perhitungan investasi, maka biaya kesempatan
(opportunity cost) dari meminjamkan dana yang digunakan untuk kepentingan investasi adalah zakat yang dibayarkan pada dana-dana ini. Dengan kata lain, dana
atau tabungan yang tidak dimanfaatkan pada investasi riil akan dikenakan zakat
pada tingkat tertentu.
Jelaslah bahwa investasi di dalam perekonomian Islami adalah fungsi dari
tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat keuntungan yang diharapkan juga
bergantung pada bagian relatif dari keuntungan yang dialokasikan antara investor
dan mereka yang menyediakan dana-dananya pada bentuk kerja sama atau
pinjaman.
Permintaan investasi dalam perekonomian Islami akan meningkat jika
tingkat harapan akan tingkat keuntungan meningkat, dan tingkat/besar iuran pada
aset-aset yang tidak termanfaatkan meningkat. Karena tingkat harapan keuntungan
bukan merupakan variabel yang dapat dikendalikan, satu-satunya instrumen yang
tersedia untuk penguasa muslim mendorong investasi adalah tingkat iuran pada
aset-aset yang tidak termanfaatkan. Ini merupakan alternatif dari bunga dalam
D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai
salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter
yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad ju’alah.
Akad ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan
tertentu (’iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu
pekerjaan.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 ( satu juta rupiah );
b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas)
bulan;
c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless);
d. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan
e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan instrumen moneter berbasis syariah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang menjadi alternatif tambahan bank syariah,
Badan Usaha Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) dalam pengelolaan
dana investasinya.
Dengan adanya instrumen tersebut, bank syariah tidak perlu takut menerima
dana pihak ketiga dari individu atau korporat dalam jumlah besar. Saat ini banyak
bank umum ataupun unit usaha syariah yang tidak mau menerima dana
hal tersebut dipaksakan, akibatnya bagi hasil yang diterima pemilik dana justru
akan mengecil dan tingkat pembiayaan bermasalah pun akan meningkat.
Kehadiran SBIS yang semoga diikuti UU Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) dan pemberlakuan UU Perbankan Syariah, maka akan mendorong
optimalisasi pengembangan bisnis treasury lembaga keuangan dan perbankan syariah. Penerbitan SBIS tidak akan mengganggu perekonomian akibat perbankan
lebih senang menempatkan dananya di SBIS dibanding menyalurkannya.
Di sisi lain, kehadiran instrumen SBI syariah tidak akan membuat bank
malas menyalurkan pembiayaan ke sektor riil. Beberapa aturan telah ditetapkan
dalam implementasinya, bank syariah yang bisa membeli SBI syariah hanya yang
memiliki rasio penyaluran pembiayaan atau financing to deposit ratio (FDR) sebesar 80 persen. Sehingga fungsi intermediasi bank memainkan peranannya dan
tetap melakukan pembiayaan ke sektor riil. Juga, penerbitan SBI Syariah tidak
akan me