• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.4 Pemodelan Struktur

Pemodelan struktur dilakukan dengan bantuan software ETABS. Dalam tugas akhir ini ada dua pemodelan bangunan. Pemodelan pertama yaitu luas bangunan 24 m x 24 m dan bangunan kedua 40m x 40m.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 3.1 Pemodelan struktur bangunan pertama

Gambar 3.2 Pemodelan struktur bangunan kedua 3.5. Perhitungan gaya dalam

Setelah diketahuinya bentuk dan model struktur beserta pembebanan dari struktur maka langkah selajutnya adalah menghitung gaya gaya dalam yang terjadi pada pemodelan struktur tersebut, dimana gaya yang akan diperhitungkan adalah :

34 1. Bending moment (M)

2. Shear forces (D)

3.6. Design Tulangan

Kemudian ketika telah didapatkannya gaya – gaya dalam pada struktur, dengan menggunakan rumus yang ada dapat diketahui pula luas penampang total dari struktur tersebut ( As ). Dan dari besarnya luas penampang total tersebut di desainlah jenis, bentuk dan dimensi tulangan yang dipergunakan pada struktur.

3.7. Gambar

Untuk lebih memperjelas secara bentuk dari struktur yang telah diperhitungkan dan diperbandingkan, maka dilakukannya penggambaran secara detail mengenai kedua struktur, baik yang menggunakan drop panel maupun yang menggunakan balok tersebut.

3.8 Langkah Perngerjaan di ETABS

Langkah-langkah pengerjaan analisis dengan menggunakan software etabs:

1. Membuka program dengan mengklik icon atau diambil dari start program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 3.3 Tampilan awal program

2. Kemudian membuat grid dan jarak grid sesuai dengan model yang mau dibuat dengan cara mengklik File - New Model – No (new model initialization) – Ok maka akan terlihat tampilan berikut

Gambar 3.4. Tampilan untuk membuat jumlah grid dan lantai serta jarak grid dan lantai

36 3. Aturlah satuan sesuai yang dikehendaki. Pengaturan satuan terdapat disudut

kanan bawah pada gambar 1. Mendefenisikan material yang mau digunakan untuk menganalisis dengan cara mengklik Define - Material Properties – maka akan terlihat tampilan berikut:

Gambar 3.5. Define Materials

4. Lalu klik pada tulisan Conc (Tulisan akan berwarna biru bila di klik) – Modify Show, diubah nama material pada kotak material name, masukkan nilai fc’, fy dan Fys lalu klik Ok, maka akan terlihat tampilan pada gambar berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 3.6. Memasukkan nilai fc’ sebesar 25 Mpa fy dan fys sebesar 400 Mpa

5. Setelah membust nama material, mengisi fc’, fy dan fys lalu klik Ok maka tampilan akan terlihat seperti gambar berikut ini :

Gambar 3.7. Define Materials (Material yang didefenisikan ada didalam kotak material)

38 8. Langkah berikutnya membuat balok induk dengan cara mengklik Define – Frame

Section, maka tampilannya akan terlihat seperti gambar berikut

Gambar 3.8. Define Frame Properties

13. Membuat PELAT dengan cara klik Define – Wall/Slab/Deck Section maka terlihat tampilan seperti berikut:

Gambar 3.9. Define Wall/Slab/Deck Section

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

14. Ubahlah Add New Deck menjadi Add New Slab maka akan terlihat tampilan seperti gambar berikut :

Gambar 3.10 Wall/Slab Section

Pada kotak section name buatlah nama plat, isi material sesuai yang mau didesain, dan isi tebal plat pada kotak membrane dan bending serta isi type dengan shell lalu kemudian klik Ok.

17. Membuat beban dengan cara Define – Static Load Cases, maka akan terlihat tampilan seperti gambar berikut :

Gambar 3.11 Define Load Case Names

Buat beban sesuai yang didesain, masukkan nama beban pada kotak Load, jenis beban pada kota type, untuk beban gempa pada kotal Auto Lateral Load, jenis bebannya adalah User Loads.

18. Pada langkah 18 klik Add New Combo maka akan tampil seperti gambar berikut:

Gambar 3.12. Load Combination Data

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Isi kotak load combination name dengan nama kombinasi beban (COMB1),

19. Setelah di klik kotak ok pada langkah 19 maka akan tampil seperti gambar berikut:

Gambar 3.13 Define Load Combinations

Kombinasi beban yang dibuat akan terlihat pada kotak combinations, jika ingin menambah kombinasi beban maka pada langkah ini klik kembali kotak Add New Combo.

26. Membuat mode dengan cara klik Analyze – Set Analysis Option maka akan tampil seperti gambar berikut:

Gambar 3.14 Analysis Option

3.10. Bagan Alir penyelesaian Tugas Akhir

Mulai

Pengumpulan Data 1. Luas Area Bangunan

2. Bentuk Struktur

3. Pembebanan Struktur Study Pustaka

Pra-dimensi Struktur

Pemodelan 3-D

Analisa Struktur Dengan Program ETABS

Selesai Kesimpulan

Gambar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV

APLIKASI PERHITUNGAN

4.1. Umum

Dalam tugas akhir ini, gedung yang akan di desain adalah gedung parkir 4 lantai dengan tinggi tingkat antar lantai adalah 3,5 meter. Analisis konstruksi gedung ini dilakukan dengan menggunakan permodelan struktur 3D dengan bantuan software ETABS v.9.7.4. Kolom-kolom dari struktur gedung dimodelkan sebagai elemen frame sedangkan pelat lantai, drop panel, sebagai elemen shell.

Ada 2 pemodelan bangunan yang akan di rencanakan. Berikut adalah denah bangunan tampak atas yang akan direncanakan :

Gambar 4.1. Denah Struktur Bangunan Pertama

3 @ 8000 mm

3 @ 8000 mm

Gambar 4.2. Denah Struktur Bangunan Kedua

4.2. Kriteria Desain

Untuk perhitungan struktur digunakan kriteria desain untuk material beton bertulang dengan parameter-parameter perencanaan sebagai berikut :

a) Massa jenis beton bertulang : 240 kg/m3 b) Berat jenis beton bertulang : 2400 kg/m3 c) Modulus elastisitas beton : 234500 kg/cm2 d) Angka Poisson : 0,2

e) Mutu beton : K-300 (kuat tekan spesifik f’c = 249 kg/cm2) f) Mutu tulangan baja : Tulangan Ulir (BJTD Fy = 4000 kg/cm2 )

5 @ 8000 mm

5 @ 8000 mm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.3. Pondasi

Pemodelan pondasi dilakukan dengan menganggap bahwa pondasi memberikan kekekangan translasi dan rotasi yang cukup pada semua arah sumbu bangunan. Berdasarkan asumsi yang digunakan tersebut pondasi dimodelkan sebagai perletakan jepit pada lantai dasar bangunan, yaitu pada ujung-ujung bawah kolom lantai dasar.

4.4. Pra-dimensi

Komponen struktur yang terdapat pada bangunan ini meliputi pelat, drop panel, balok, dan kolom akan direncanakan terlebih dahulu dimensi awal dari komponen struktur (Pra-desain). Sedangkan untuk ukuran kolom diambil seragam yaitu 1000 mm x 1000 mm.

4.4.1. Penentuan tebal pelat

Berdasarkan buku “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Gedung”

(SNI03-1728-2002 pasal 16.5(3)), ketebalan pelat yang digunakan dalam sistem struktur flat slab biasanya memiliki ketebalan 125-250 mm.

Gambar 4.3. Tabel Tebal Minimum Pelat Tanpa Balok Interior

Tebal pelat tanpa penebalan (mutu BJTD fy = 400 MPa)

𝑙𝑛𝑦= 𝑙𝑦 − 2(0,5 𝑥 1000) = 8000 − 1000 = 7000 𝑚𝑚 𝑙𝑛𝑥 = 𝑙𝑥− 2(0,5 𝑥 1000) = 8000 − 1000 = 7000 𝑚𝑚

a) Panel luar tanpa balok pinggir ℎ = 𝑙𝑛

30= 7000

30 = 233,333 𝑚𝑚

b) Panel luar

ℎ = 𝑙𝑛

33= 7000

33 = 212,121 𝑚𝑚

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

maka di rencanakan tebal pelat 250 mm

4.4.2. Penentuan tebal drop panel

Direncanakan drop panel untuk menahan gaya geser memenuhi ketentuan dalam SNI 03 – 2847 – 2002 , yaitu :

a) Panjang drop panel 𝑙𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙16 𝑥 𝑙

𝑙𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙16 𝑥 8000 𝑚𝑚 𝑙𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 ≥ 1333,333 𝑚𝑚

Maka di ambil panjang drop panel sebesar 3000 mm b) Tebal drop panel

𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙14 𝑥 ℎ𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙14 𝑥 250 𝑚𝑚 ℎ𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 ≥ 62.5 𝑚𝑚

Maka di ambil tebal drop panel sebesar 65 mm

4.4.3. Penentuan tebal pelat ekivalen

Dengan adanya drop panel di sekitar kolom, maka beban per meter persegi pelat lantai didapat berdasarkan tebal ekivalen ( tebal berbobot) dengan perbandingan luas.

ℎ = ( 𝐴𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡

𝐴𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡+ 𝐴𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑥 ℎ𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡) + ( 𝐴𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙

𝐴𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙+ 𝐴𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡𝑥(ℎ𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡+ ℎ𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 ))

ℎ = ( 8 𝑚 𝑥 8 𝑚

(8 𝑚 𝑥 8 𝑚) + (3𝑚 𝑥 3𝑚) 𝑥 0,25𝑚) + ( 3𝑚 𝑥 3𝑚

(3𝑚 𝑥 3𝑚) + (8𝑚 𝑥 8𝑚) 𝑥 (0,25 𝑚 + 0,065𝑚))

ℎ = 0,258 m

didapat tebal pelat ekivalen sebesar 0,258 m atau 258 mm

4.5. Pembebanan Struktur

Pendefinisian beban-beban yang bekerja pada struktur sesuai dengan Pedoman Perencanaan untuk Rumah dan Gedung (SKBI 1.3.53.1987). Seluruh beban yang telah didefinisikan akan bekerja pada model struktur bangunan ini.

Beban beban yang bekerja pada struktur bangunan ini antara lain.

4.5.1. Beban Mati (Dead Load)

Beban mati adalah beban akibat berat sendiri pelat beton dengan massa jenis 24 kN/m3 ditambah dengan beban mati tambahan(SiDL).

Beban mati : 1 x 0,258 m x 24 kN/m3 = 6,192 kN/m2

Beban mati tambahan (SiDL) lantai :

a) Spesi (2,5 cm) : 1 x 0,53 kN/m2 = 0,530 kN/m2 b) Tegel : 1 x 0,24 kN/m2 = 0,240 kN/m2 c) Plafond : 1 x 0,18 kN/m2 = 0,180 kN/m2 d) Mekanikal / Elektrikal : 1 x 0,25 kN/m2 = 0,250 kN/m2 +

WSiDL = 1,200 kN/m2

Beban mati tambahan (SiDL) atap :

a) Spesi (2,5 cm) : 1 x 0,53 kN/m2 = 0,530 kN/m2 b) Water proofing : 1 x 0,05 kN/m2 = 0,050 kN/m2 c) Plafond : 1 x 0,18 kN/m2 = 0,180 kN/m2 d) Mekanikal / Elektrikal : 1 x 0,25 kN/m2 = 0,250 kN/m2 +

WSiDL = 1,000 kN/m2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

𝑐1=1000 mm

4.5.2. Beban Hidup (Live Load)

Menurut PPPURG 1987 beban hidup untuk lantai gedung parkir bertingkat adalah 4 kN/m2. Beban hidup di reduksi hingga 20 % umtuk komponen struktur yang menumpu dua lantai atau lebih

Beban hidup : 0,8 x 4 kN/m2 = 3,2 kN/m2

4.6. Pemeriksaan tebal pelat berdasarkan syarat gaya geser

𝑊𝑢 = 1,2 𝑤𝐷𝐿 + 1,6 𝑤𝐿𝐿 = 1,2 (7,392) + 1,6 (3,2) = 13,990 𝑘𝑁/𝑚2𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 = 250 𝑚𝑚

𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 = 65 𝑚𝑚

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ℎ𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 + ℎ𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 = 315 𝑚𝑚

Tebal selimut beton = 25 𝑚𝑚 𝑑𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 = 250 − 25 = 225 𝑚𝑚 𝑑𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 315 − 25 = 290 𝑚𝑚

1. Kolom interior

Gambar 4.4. Letak bidang kritis kolom interior

𝑐2 = 1000 mm 145 mm

145 mm

145 mm 145 mm

𝑐1 + d = 1290 mm

𝑐2+ d = 1290 mm

Gaya geser netto terfaktor keliling kolom :

Luas Permukaan bidang geser : 𝑏𝑜 = 2(𝑐1+ 𝑑 + 𝑐2+ 𝑑)

𝑏𝑜 = 2(1000 + 290 + 1000 + 290 ) 𝑏𝑜 = 5160 𝑚𝑚

𝐴𝐶 = (𝑏𝑜)(𝑑) = (5160)(290) = 1496400 𝑚𝑚2

𝛽𝑐 = nilai perbandingan sisi terpanjang dan terpendek kolom = 1000

1000= 1,0 digunakan pada perhitungan awal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

112,5 mm 112,5 mm

112,5 mm 112,5 mm

2. Drop Panel Interior

Gambar 4.5. Letak Bidang Kritis Drop Panel Interior

Gaya geser netto terfaktor keiling drop panel : 𝑉𝑢 = [(𝑙1)(𝑙2) − (𝑐1+ 𝑑)(𝑐2+ 𝑑)] 𝑤𝑢

𝑉𝑢 = ([(8,0)(8,0) − (3,0 + 0,1125)(3,0 + 0,1125)]𝑚2) 𝑥 (13,990 𝑘𝑁/𝑚2) 𝑉𝑢 = 759,851 𝑘𝑁

𝑉𝑛 = 𝑉𝑢

∅ = 762,882

0,75 = 1013,135 𝑘𝑁

Luas permukaan bidang geser : 𝑏𝑜 = 2(𝑐1+ 𝑑 + 𝑐2+ 𝑑)

𝑏𝑜 = 2(3000 + 225 + 1000 + 225 ) 𝑏𝑜 = 12900 𝑚𝑚

𝐴𝐶 = (𝑏𝑜)(𝑑) = (12900)(225) = 2902500 𝑚𝑚2

𝛽𝑐 = nilai perbandingan sisi terpanjang dan terpendek drop panel 𝛽𝑐 = 3000

3000= 1,0

𝑐1 = 3000 mm

𝑐2 = 3000 mm

Mencari nilai terkecil dari 𝑽𝑪 dari : 𝑉𝑐 = (1 + 2

𝛽𝑐) (√𝑓𝐶𝑏0 𝑑

6 ) = (1 + 2

1) (√24,9 𝑥 2902500 𝑥 10−3

6 )

𝑉𝑐 = 7241,723 𝑘𝑁 𝑉𝑐 = (𝑎𝑠𝑑

𝑏𝑜 + 2) (√𝑓𝐶𝑏0 𝑑

12 ) = ( 40𝑥290

12900 + 2) (√24,9 𝑥 2902500𝑥 10−3

12 )

𝑉𝑐 = 2643,364 𝑘𝑁 𝑉𝑐 =1

3√𝑓𝐶𝑏0 𝑑 = 1

3√24,9 𝑥 2902500 𝑥 10−3 𝑉𝑐 = 4827,815 𝑘𝑁

Nilai terkecil, 𝑉𝑐= 2643,364 𝑘𝑁 > 𝑉𝑛 = 1013,135 𝑘𝑁 …. Maka dapat digunakan pada perhitungan awal.

3. Kolom eksterior

Gambar 4.6. Letak Bidang Kritis Kolom Eksterior 𝑐2 = 1000 mm

145 mm

145 mm

145 mm

𝑐1 = 1000 mm

𝑐2+ d = 1290 mm

𝑐1+ 𝑑 2 = 1072,5 𝑚𝑚

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gaya geser netto terfaktor keliling kolom :

Luas Permukaan bidang geser :

𝑏𝑜 = 2𝑐1+ 𝑑 + 𝑐2+ 𝑑 = 2𝑐1+ 𝑐2+ 2𝑑 𝑏𝑜 = 2(1000) + 1000 + 2(290)

𝑏𝑜 = 3580 𝑚𝑚

𝐴𝐶 = (𝑏𝑜)(𝑑) = (3580)(290) = 1038200 𝑚𝑚2

𝛽𝑐 = nilai perbandingan sisi terpanjang dan terpendek kolom = 1000

1000= 1,0 digunakan pada perhitungan awal.

112,5 mm

112,5 mm 112,5 mm

4. Drop Panel Eksterior

Gambar 4.7. Letak Bidang Kritis Drop Panel Eksterior

Gaya geser netto terfaktor keliling drop panel : 𝑉𝑢 = [1

2(𝑙1+ 𝑐1)(𝑙2) − (𝑐1+𝑑

2) (𝑐2+ 𝑑)] 𝑤𝑢

𝑉𝑢 = [0,5(8,0 + 1,5)(8,0) − (1,5 + 0,1125)(3,0 + 0,225)] 𝑥 (13,990 ) 𝑉𝑢 = 458,881 𝑘𝑁

𝑉𝑛 = 𝑉𝑢

∅ = 458,881

0,75 = 611,841 𝑘𝑁

Luas Permukaan bidang geser :

𝑏𝑜 = 2𝑐1+ 𝑑 + 𝑐2+ 𝑑 = 2𝑐1+ 𝑐2+ 2𝑑 𝑏𝑜 = 2(1500) + 3000 + 2(225)

𝑏𝑜 = 6450 𝑚𝑚

𝑐1 = 1500 mm

𝑐2 = 3000 mm

𝑐1+𝑑2 = 1612,5 mm

𝑐2 + d = 1725 mm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

𝐴𝐶 = (𝑏𝑜)(𝑑) = (6450)(225) = 1451250 𝑚𝑚2

𝛽𝑐 = nilai perbandingan sisi terpanjang dan terpendek kolom = 3000

1500= 2,0

Mencari nilai terkecil dari 𝑽𝑪 dari : 𝑉𝑐 = (1 + 2

𝛽𝑐) (√𝑓𝐶𝑏0 𝑑

6 ) = (1 + 2

2) (√24,9 𝑥 1451250 𝑥 10−3

6 )

𝑉𝑐 = 2590,304 𝑘𝑁 𝑉𝑐 = (𝑎𝑠𝑑

𝑏𝑜 + 2) (√𝑓𝐶𝑏0 𝑑

12 ) = ( 30𝑥225

6450 + 2) (√24,9 𝑥 1451250 𝑥 10−3

12 )

𝑉𝑐 = 1838,499 𝑘𝑁 𝑉𝑐 =1

3√𝑓𝐶𝑏0 𝑑 = 1

3√24,9 𝑥 1451250 𝑥 10−3 𝑉𝑐 = 2590,304 𝑘𝑁

Nilai terkecil, 𝑉𝑐= 1838,499 𝑘𝑁> 𝑉𝑛 = 611,841 𝑘𝑁 …. Maka dapat digunakan pada perhitungan awal.

5. Kolom sudut

Gambar 4.8. Letak Bidang Kritis Kolom Sudut

𝑐2 = 1000 mm

145 mm

145 mm

𝑐1 = 1000 mm

𝑐1+𝑑2 = 1145 mm

𝑐2+𝑑2 = 1145 mm

Gaya geser netto terfaktor keliling kolom :

Luas Permukaan bidang geser : 𝑏𝑜 = 𝑐1+𝑑

𝛽𝑐 = nilai perbandingan sisi terpanjang dan terpendek kolom = 1000

1000= 1,0 digunakan pada perhitungan awal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

112,5 mm 112,5 mm

6. Drop panel sudut

Gambar 4.9. Letak Bidang Kritis Drop Panel Sudut

Gaya geser netto terfaktor keliling drop panel : 𝑉𝑢 = [1

2(𝑙1+ 𝑐1)1

2(𝑙2+ 𝑐2) − (𝑐1+𝑑

2) (𝑐2+𝑑 2)] 𝑤𝑢

𝑉𝑢 = [0,25(8,0 + 1,5)(8,0 + 1,5) − (1,5 + 0,1125)(1,5 + 0,1125)]𝑥 (13,990 ) 𝑉𝑢 = 279,281 𝑘𝑁

𝑉𝑛 = 𝑉𝑢

∅ = 279,281

0,75 = 372,375 𝑘𝑁

Luas Permukaan bidang geser : 𝑏𝑜 = 𝑐1+𝑑

2+ 𝑐2+𝑑

2= 𝑐1+ 𝑐2+ 𝑑 𝑏𝑜 = 1500 + 1500 + 225

𝑏𝑜 = 3225 𝑚𝑚

𝐴𝐶 = (𝑏𝑜)(𝑑) = (3225)(225) = 725625 𝑚𝑚2 𝑐1+𝑑2 = 1612,5 mm

𝑐2+𝑑2 = 1612,5 mm

𝑐1 = 1500 mm 𝑐2 = 1500 mm

𝛽𝑐 = nilai perbandingan sisi terpanjang dan terpendek kolom = 1500 digunakan pada perhitungan awal.

4.7. Perhitungan Gaya Dalam Dengan Menggunakan ETABS

Dalam menganalisa struktur dipakai bantuan program software ETABS v.9.7.4 . Dalam mencari momen maksimum dan gaya lintang maksimum pada pelat di gunakan sistem pembebanan dengan teori garis pengaruh. Dimana beban di asumsikan tidak merata pada seluruh pelat. Pelat yang akan di tinjau adalah pelat yang berada di tengah bentang. Dalam menganalisis momen dan mendesain tulangan pada pelat dilakukan 2 model potongan. Dari hasil potongan tersebut didapat momen lapangan dan momen tumpuan. Dan gaya geser juga di hitung untuk mendesain tulangan pada drop panel nya. Dikarenakan bangunan simetris maka momen 11 dan momen 22 nilainya sama. Maka momen dan tulangan arah xy dan yx adalah sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 4.10. Pelat Yang Akan di Tinjau

Gambar 4.11. Potongan 1-1

Gambar 4.12. Potongan 2-2

Tipe pembebanan gaya hidup pada pelat bangunan pertama

(a) (b)

Gambar 4.13. Keterangan Gambar. (a) Pelat Tidak Dibebani Live Load (b) Pelat di Bebani Live Load

Gambar 4.14. Pembebanan Pada Pelat Tipe I

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 4.15. Pembebanan Pada Pelat Tipe II

Gambar 4.16. Pembebanan Pada Pelat Tipe III

Gambar 4.17. Pembebanan Pada Pelat Tipe IV

Gambar 4.18. Pembebanan Pada Pelat Tipe V

Gambar 4.19. Pembebanan Pada Pelat Tipe VI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Perhitungan Tipe I Momen potongan 1-1 Mt = -273,7655 kNm Ml = 72,8592 kNm

Momen potongan 2-2 Mt = -15,7504 kNm Ml = 37,6640 kNm

Gaya Geser

Vu = -172,8390 kNm

Gambar 4.20. Bidang Momen Tipe I Ml = 37,6640 kNm

Mt = -273,7655 kNm

Mly = 72,8592 kNm

Mt = -15,7504 kNm

Perhitungan Tipe II Momen potongan 1-1 Mt = -284,3536 kNm Ml = 76,3775 kNm

Momen potongan 2-2 Mt = -16,8879 kNm Ml = 40,6287 kNm

Gaya Geser

Vu = -182,3353 kNm

Gambar 4.21. Bidang Momen Tipe II Ml = 40,6287 kNm

Mt = -284,3536 kNm

Ml = 76,3775 kNm

Mt = -16,8879 kNm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Perhitungan Tipe III Momen potongan 1-1 Mty = -292,7360 kNm Mly = 64,3019 kNm

Momen potongan 2-2 Mtx = -12,9760 kNm Mlx = 41,0708 kNm

Gaya Geser

Vu = -150,8286 kNm

Gambar 4.22. Bidang Momen Tipe III Ml = 41,0708 kNm

Mt = -292,8704 kNm

Ml = 64,3019 kNm

Mt = -12,9760 kNm

Perhitungan Tipe IV Momen potongan 1-1 Mt = -331,3560 kNm Ml = 76,5338 kNm

Momen potongan 2-2 Mt = -16,7294 kNm Ml = 38,4303 kNm

Gaya Geser

Vu = -175,3804 kNm

Gambar 4.23. Bidang Momen Tipe IV Ml = 38,4303 kNm

Mt = -333,9796 kNm

Ml = 76,5338 kNm

Mty = -331,3560 kNm

Mt = -16,7294 kNm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Perhitungan Tipe V Momen potongan 1-1 Mt = -283,4317 kNm Ml = 79,2669 kNm

Momen potongan 2-2 Mt = -18,4946 kNm Ml = 38,3433 kNm

Gaya Geser

Vu = -162,0015 kNm

Gambar 4.24. Bidang Momen Tipe V Ml = 38,3433 kNm

Mt = -249,8403 kNm

Mly = 79,2669kNm

Mt = -18,4946 kNm

Perhitungan Tipe VI Momen potongan 1-1 Mt = -293,5147 kNm Ml = 79,5780 kNm

Momen potongan 2-2 Mt = -16,2847 kNm Ml = 44,1849 kNm

Gaya Geser

Vu = -163.3721 kNm

Gambar 4.25. Bidang Momen Tipe VI Ml = 79,5780 kNm

Mt = -249,8403 kNm

Ml = 44,1849 kNm

Mt = -16,2847 kNm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel perbandingan momen bangunan pertama potongan 1-1

Tipe Momen Tumpuan Momen Lapangan

Tipe I -273,7655 kNm 72,8592 kNm

Tipe II -284,3536 kNm 76,3775 kNm

Tipe III -292,8704 kNm 64,3019 kNm

Tipe IV -333,9796 kNm 76,5338 kNm

Tipe V -283,4317 kNm 79,2669 kNm

Tipe VI -293,5147 kNm 79,5780 kNm

Tabel 4.1. Tabel Perbandingan Momen

Gambar 4.26. Grafik Momen Tumpuan

Gambar 4.27. Grafik Momen Lapangan

-400 -300 -200 -100 0

Momen Tumpuan

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Momen Lapangan

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI

Tabel perbandingan momen bangunan pertama potongan 2-2

Tipe Momen Tumpuan Momen Lapangan

Tipe I -15,7504 kNm 37,6640 kNm

Tipe II -16,8879 kNm 40,6287 kNm

Tipe III -12,9760 kNm 41,0708 kNm

Tipe IV -16,7294 kNm 38,4303 kNm

Tipe V -18,4946 kNm 45,6495 kNm

Tipe VI -16,2847 kNm 44,1849 kNm

Tabel 4.1. Tabel Perbandingan Momen

Gambar 4.28. Grafik Momen Tumpuan

Gambar 4.29. Grafik Momen Lapangan

-20 -15 -10 -5 0

Momen Tumpuan

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI

0 10 20 30 40 50

Momen Lapangan

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel perbandingan gaya geser bangunan pertama

Tipe Gaya Geser

Tipe I -172,8390 kNm

Tipe II -182,3353 kNm

Tipe III -150,8286 kNm

Tipe IV -175,3804 kNm

Tipe V -162,0015 kNm

Tipe VI -163.3721 kNm

Tabel 4.2. Tabel Perbandingan Gaya geser

Gambar 4.30. Grafik Gaya Geser

Untuk perencanaan maka diambil nilai yang terbesar, untuk potongan 1-1 momen tumpuan didapat nilai terbesar pada tipe IV yaitu -333,9796 kNm, momen lapangan di dapat nilai terbesar pada tipe VI yaitu 79,5780 kNm. Untuk potongan 2-2 momen tumpuan didapat nilai terbesar pada tipe V yaitu -18,4946 kNm, momen lapangan di dapat nilai terbesar pada tipe V yaitu 45,6495 kNm dan gaya geser di dapat nilai terbesar pada tipe II yaitu -182,3353 kNm.

-200.0000 -150.0000 -100.0000 -50.0000 0.0000

Gaya Geser

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI

Tipe pembebanan gaya hidup pada pelat bangunan kedua

(a) (b)

Gambar 4.31. Keterangan Gambar. (a) Pelat Tidak Dibebani Live Load (b) Pelat di Bebani Live Load

Gambar 4.32. Pembebanan Pada Pelat Tipe I

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 4.33. Pembebanan Pada Pelat Tipe II

Gambar 4.34. Pembebanan Pada Pelat Tipe III

Gambar 4.35. Pembebanan Pada Pelat Tipe IV

Gambar 4.36. Pembebanan Pada Pelat Tipe V

Gambar 4.37. Pembebanan Pada Pelat Tipe IV

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Perhitungan Tipe I Momen potongan 1-1 Mt = -278,4231 kNm Ml = 74,4829 kNm

Momen potongan 2-2 Mt= -13,1973 kNm Ml = 42,9439 kNm

Gaya Geser

Vu = -180,3498 kNm

Gambar 4.38. Bidang Momen Tipe I Ml = 74,4829 kNm

Mt = -278,4231kNm

Ml = 42,9439 kNm

Mt = -13,1973 kNm

Perhitungan Tipe II Momen potongan 1-1 Mt = -244,6800 kNm Ml = 65,5177 kNm

Momen potongan 2-2 Mt = -12,0507 kNm Ml = 45,6867 kNm

Gaya Geser

Vu = -158,8540 kNm

Gambar 4.39. Bidang Momen Tipe II Ml = 45,6867 kNm

Mt = -243,6449 kNm

Ml = 65,5177 kNm

Mty = -12,0507 kNm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Perhitungan Tipe III Momen potongan 1-1 Mt = -252,3895 kNm Ml = 67,6857 kNm

Momen potongan 2-2 Mt = -12,4763 kNm Ml = 47,9706 kNm

Gaya Geser

Vu = -165,9758 kNm

Gambar 4.40. Bidang Momen Tipe III Ml = 47,9706 kNm

Mt = -252,3895 kNm

Ml = 67,6857 kNm

Mt = -12,4763 kNm

Perhitungan Tipe IV Momen potongan 1-1 Mt = -278,7259 kNm Ml = 76,7946 kNm

Momen potongan 2-2 Mt = -14,3480 kNm Ml = 45,3997 kNm

Gaya Geser

Vu = -187,5101 kNm

Gambar 4.41. Bidang Momen Tipe IV Ml = 45,3997 kNm

Mt = -278,6124 kNm

Ml = 76,7946 kNm

Mt = -14,3480 kNm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Perhitungan Tipe V Momen potongan 1-1 Mt = -285,7927 kNm Ml = 76,6554 kNm

Momen potongan 2-2 Mt = -13,7569 kNm Ml = 45,6087 kNm

Gaya Geser

Vu = -187,0452 kNm

Gambar 4.42. Bidang Momen Tipe V

Ml = 45,6087 kNm Mt

= -285,7927 kNm

Ml = 76,6554 kNm

Mt = -13,7569 kNm

Perhitungan Tipe VI Momen potongan 1-1 Mt = -287,8864 kNm Ml = 76,5681 kNm

Momen potongan 2-2 Mt = -13,2439 kNm Ml = 48,8729 kNm

Gaya Geser

Vu = -188,2754 kNm

Gambar 4.43. Bidang Momen Tipe VI Ml = 48,8729 kNm

Mt = -285,7927 kNm

Ml = 76,5681 kNm

Mt = -13,2439 kNm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel perbandingan momen bangunan pertama potongan 1-1

Tipe Momen Tumpuan Momen Lapangan

Tipe I -278,4231 kNm 76,5681 kNm

Tipe II -243,6449 kNm 65,5177 kNm

Tipe III -252,3895 kNm 67,6857 kNm

Tipe IV -278,7259 kNm 76,7946 kNm

Tipe V -285,7927 kNm 76,6554 kNm

Tipe VI -287,8864 kNm 76,5681 kNm

Tabel 4.3. Tabel Perbandingan Momen

Gambar 4.44. Grafik Momen Tumpuan

Gambar 4.45. Grafik Momen Lapangan

-300 -280 -260 -240 -220

Momen Tumpuan

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI

58 60 62 64 66 68 70 72 74 76 78

Momen Tumpuan

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI

Tabel perbandingan momen bangunan pertama potongan 2-2

Tipe Momen Tumpuan Momen Lapangan

Tipe I -13,1973 kNm 42,9439 kNm

Tabel 4.3. Tabel Perbandingan Momen

Gambar 4.46. Grafik Momen Tumpuan

Gambar 4.47. Grafik Momen Lapangan

-15

Tabel perbandingan gaya geser bangunan pertama

Tipe Gaya Geser

Tipe I -180,3498 kNm

Tipe II -158,8540 kNm

Tipe III -165,9758 kNm

Tipe IV -187,5101 kNm

Tipe V -187,0452 kNm

Tipe VI -188,2754 kNm

Tabel 4.4. Tabel Perbandingan Gaya geser

Gambar 4.48. Grafik Gaya Geser

Untuk perencanaan maka diambil nilai yang terbesar. Untuk potongan 1-1 momen Tumpuan di dapat nilai terbesar pada tipe VI yaitu -287,8864 kNm, momen lapangan di dapat nilai terbesar pada tipe IV yaitu 76,7946 kNm. Untuk potongan 2-2 momen Tumpuan di dapat nilai terbesar pada tipe IV yaitu -14,3480 kNm, momen lapangan di dapat nilai terbesar pada tipe VI yaitu 48,8729 kNm dan gaya geser di dapat nilai terbesar pada tipe VI yaitu -188,2754 kNm.

-200.0000 -190.0000 -180.0000 -170.0000 -160.0000 -150.0000 -140.0000

Gaya Geser

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI

4.8 Menghitung Rasio Tulangan

a) Rasio tulangan minimum:

b) Rasio tulangan seimbang (balance) :

85

c) Rasio tulangan maksimum

0202

4.9 Merencanakan Tulangan Pelat

Dalam merencanakan penulangan pelat momen yang di pakai adalah momen yang terbesar. Di asumsikan tebal selimut beton 20 mm.

4.9.1 Tulangan Pelat Bangunan Pertama Potongan 1-1 1. Tulangan tumpuan

dy dx t = 120 mm

Asumsi: selimut beton 20 mm dan digunakan tulangan utama D16 dx = tebal pelat – selimut beton – 0,5 D

= 250 - 20 - ½ x16 = 222 mm

Mu= 333,9796 kNm Momen nominal:

Rasio tulangan perlu:

𝑙𝑛 = 𝑙𝑦− 2 (1,0

Luas tulangan perlu:

755 2

dicoba tulangan D16 Ø = 16 mm.

Jarak tulangan =

Maka dipakai tulangan D16 – 60 mm

Cek jarak antar tulangan 60 mm < 2h = 500 mm …. ok!

2. Tulangan Lapangan

Asumsi: selimut beton 20 mm dan digunakan tulangan utama D14 dx = tebal pelat – selimut beton – 0,5 D

Rasio tulangan perlu:

𝑙𝑛 = 𝑙𝑦− 2 (1,0

00217 ,

0

Luas tulangan perlu:

208 2

dicoba tulangan D14 Ø = 14 mm.

Jarak tulangan =

As

Maka dipakai tulangan D14 – 300 mm

Cek jarak antar tulangan 300 mm < 2h = 500 mm …. ok!

3. Tulangan Pembagi

Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan pembagi untuk antisipasi adanya tegangan suhu dan susut. Koefisien susut untuk tulangan fy 400 = 0,0018 (SNI 03 – 2847 – 2002 – 9.12(1))

Dipakai tulangan D14

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 0.25 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2𝑥 𝑏 𝐴𝑠

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 0.25 𝑥 𝜋 𝑥 142𝑥 1000 450

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 341,911 𝑚𝑚

Maka dipakai tulangan D14 – 330 mm

Cek jarak antar tulangan 330 mm < 5h = 1250 mm dan …. ok!

Tulangan Momen (Nmm)

𝜌

𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 As perlu

(𝑚𝑚2)

Jarak (mm)

Tulangan Terpasang Tumpuan 333979600 0,0146 3236,755 62,087 D16 – 60 Lapangan 79578000 0,00217 484,208 317,756 D14 – 300

Bagi - 341,911 D14 – 330

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan

4.9.2 Tulangan Pelat Bangunan Pertama Potongan 2-2 1. Tulangan tumpuan

Asumsi: selimut beton 20 mm dan digunakan tulangan utama D14 dx = tebal pelat – selimut beton – 0,5 D

= 250 - 20 - ½ x 14 = 223 mm

Mu= 18,4946 kNm Momen nominal:

dy dx t = 120 mm dy dx t = 120 mm250 mm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

mm

Rasio tulangan perlu:

𝑙𝑛 = 𝑙𝑦− 2 (1,0 Luas tulangan perlu:

500 2

dicoba tulangan D14 Ø = 14 mm.

Jarak tulangan =

As

Maka dipakai tulangan D14 – 190 mm

Cek jarak antar tulangan 90 mm < 2h = 500 mm …. ok!

2. Tulangan Lapangan

Asumsi: selimut beton 20 mm dan digunakan tulangan utama D14 dx = tebal pelat – selimut beton – 0,5 D

Rasio tulangan perlu:

𝑙𝑛 = 𝑙𝑦− 2 (1,0

Luas tulangan perlu:

dicoba tulangan D14 Ø = 14 mm.

Jarak tulangan =

As

Maka dipakai tulangan D14 – 450 mm

Cek jarak antar tulangan 450 mm < 2h = 500 mm …. ok!

3. Tulangan Pembagi

Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan pembagi untuk antisipasi adanya tegangan suhu dan susut. Koefisien susut untuk tulangan fy 400 = 0,0018 (SNI 03 – 2847 – 2002 – 9.12(1)) 𝐴𝑠 = 0,0018 𝑥 𝑏 𝑥 ℎ

𝐴𝑠 = 0,0018 𝑥 1000 𝑥 250 𝐴𝑠 = 450 𝑚𝑚2

Dipakai tulangan D14

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 0.25 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2𝑥 𝑏 𝐴𝑠

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 0.25 𝑥 𝜋 𝑥 142𝑥 1000 450

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 341,911 𝑚𝑚

Maka dipakai tulangan D14 – 330 mm

Cek jarak antar tulangan 330 mm < 5h = 1250 mm dan …. ok!

Tulangan Momen (Nmm)

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan

4.9.3 Tulangan Pelat Bangunan Kedua Potongan 1-1

1. Tulangan tumpuan

Asumsi: selimut beton 20 mm dan digunakan tulangan utama D16 dx = tebal pelat – selimut beton – 0,5 D

= 250 - 20 - ½ x16 = 222 mm

Mu= 287,8864 kNm

Momen nominal:

Rasio tulangan perlu:

dy dx t = 120 mm dy dx t = 120 mm250 mm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

𝑙𝑛 = 𝑙𝑦− 2 (1,0

Luas tulangan perlu:

867 2

dicoba tulangan D16 Ø = 16 mm.

Jarak tulangan =

As

Maka dipakai tulangan D16 – 80 mm

Cek jarak antar tulangan 80 mm < 3h = 750 mm …. ok!

2. Tulangan Lapangan

Asumsi: selimut beton 20 mm dan digunakan tulangan utama D14

 

dx = tebal pelat – selimut beton – 0,5 D

Rasio tulangan perlu:

𝑙𝑛 = 𝑙𝑦− 2 (1,0

Luas tulangan perlu:

819 2

dicoba tulangan D14 Ø = 14 mm.

Jarak tulangan =

Maka dipakai tulangan D14 – 320 mm

Cek jarak antar tulangan 320 mm < 2h = 500 mm …. ok!

3. Tulangan Pembagi

Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan pembagi untuk antisipasi adanya tegangan suhu dan susut. Koefisien susut untuk tulangan fy 400 = 0,0018 (SNI 03 – 2847 – 2002 – 9.12(1)) 𝐴𝑠 = 0,0018 𝑥 𝑏 𝑥 ℎ

𝐴𝑠 = 0,0018 𝑥 1000 𝑥 250 𝐴𝑠 = 450 𝑚𝑚2

Dipakai tulangan D14

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 0.25 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2𝑥 𝑏 𝐴𝑠

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 0.25 𝑥 𝜋 𝑥 142𝑥 1000 450

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 341,911 𝑚𝑚

Maka dipakai tulangan D14 – 330 mm

Cek jarak antar tulangan 330 mm < 5h = 1250 mm dan …. ok!

Tulangan Momen

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan

4.9.4 Tulangan Pelat Bangunan Kedua Potongan 2-2

1. Tulangan tumpuan

Asumsi: selimut beton 20 mm dan digunakan tulangan utama D14 dx = tebal pelat – selimut beton – 0,5 D

Rasio tulangan perlu:

𝑙𝑛 = 𝑙𝑦− 2 (1,0

361 Luas tulangan perlu:

500 2

dicoba tulangan D14 Ø = 14 mm.

Jarak tulangan =

As

Maka dipakai tulangan D14 – 190 mm

Cek jarak antar tulangan 190 mm < 2h = 500 mm …. ok!

2. Tulangan Lapangan

Asumsi: selimut beton 20 mm dan digunakan tulangan utama D14 dx = tebal pelat – selimut beton – 0,5 D

= 250 - 20 - ½ x 14

Rasio tulangan perlu:

𝑙𝑛 = 𝑙𝑦− 2 (1,0

Luas tulangan perlu:

066 2

dicoba tulangan D14 Ø = 14 mm.

Jarak tulangan =

Maka dipakai tulangan D14 – 450 mm

Cek jarak antar tulangan 450 mm < 2h = 500 mm …. ok!

3. Tulangan Pembagi

Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan pembagi untuk antisipasi adanya tegangan suhu dan susut. Koefisien susut untuk tulangan fy 400 = 0,0018 (SNI 03 – 2847 – 2002 – 9.12(1)) 𝐴𝑠 = 0,0018 𝑥 𝑏 𝑥 ℎ

𝐴𝑠 = 0,0018 𝑥 1000 𝑥 250 𝐴𝑠 = 450 𝑚𝑚2

Dipakai tulangan D14

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 0.25 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2𝑥 𝑏 𝐴𝑠

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 0.25 𝑥 𝜋 𝑥 142𝑥 1000 450

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 = 341,911 𝑚𝑚

Maka dipakai tulangan D14 – 330 mm

Cek jarak antar tulangan 330 mm < 5h = 1250 mm dan …. ok!

Tulangan Momen

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan

4.10 Merencanakan Tulangan Drop Panel

1. Bangunan Pertama

Asumsi: selimut beton 10 mm dan digunakan tulangan utama D16 dx = tebal pelat – selimut beton – 0,5 D

= 65 - 10 - ½ x 16 = 47 mm

Mu= 182,3353 kNm Momen nominal:

Rasio tulangan perlu:

𝑙𝑛 = 3,0 𝑚

b = 1000 mm

dy dx t = 120 mm dy dx t = 120 mm65 mm

dy dx t = 120 mm dy dx t = 120 mm65 mm