• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemuda Sebagai Generasi Pembaharu (Reformer)

PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL BANNA

3. Pemuda Sebagai Generasi Pembaharu (Reformer)

Ingatlah ketika ia (Ibrahim-pen) berkata kepada bapaknya : wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun. (QS. Maryam : 42)..71

Tidak berlebihan jika kita mengatakan : “Sesungguhnya Allah SWT telah memilih di penghujung abad 20 seorang laki-laki yang cerdas, seorang da’i yang shalih; Imam Hasan Al-Banna yang telah berhasil melakukan pembaharuan Islam, dan membawa panji-panji Islam sebelum ruuntuh di tangan musuh, beliau pun membekali diri pada iman dan mentarbiyah orang-orang yang berada dalam naungannya, menyebarkan risalah pada sekalian alam, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi saw:

“Sesungguhnya Allah akan mengutus pada umat ini disetiap penghujung 100 tahun orang yang memperbaharui agamanya”. (HR. Abu Daud).

Imam Syahid Al-Banna mampu membentuk dirinya dan ikhwannya melalui halaqoh bagi warga Mesir, Arab dan Islam kontemporer, seakan seperti ruh baru yang berjalan di dalam tubuh umat, hidup dengan Al-Quran secara segar, sekalipun para musuh berkumpul dan berusaha melemahkan perannya melalui penjajahan. Dan dengan cahaya iman ini eksistensi umat kembali menjadi baru, berjuang dengan gigih di jalan Allah untuk mengembalikan kebebasan dan kehormatannya, membawa panji tauhid, dalam lingkup konsep syar’iyyah Islamiyah yang elastis, konstruktif, mendalam, kokoh dan visioner.

Dalam buku kumpulan dakwah Hasan Al Banna, beliau mengatakan bahwa “Sesungguhnya, sebuah pemikiran akan meraih sukses manakala keimanan kepadanya kuat, tersedia keikhlasan di jalannya, semangat untuk memperjuangkannya semakin bertambah, dan ada kesiapan untuk berkorban serta beramal dalam mewujudkannya.

71

Data diambl dari internet Yahoo.co.id. ”Pemuda Islam” pukul 10.00 WIB tanggal 15 Oktober 2008.

Sepertinya keempat instrumen kepribadian yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal merupakan karakter pemuda. Sebab sesungguhnya dasar keimanan adalah hati yang cerdas, dasar keikhlasan adalah nurani yang jernih, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Dan, itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda”.72

Dari kutipan di atas sangat jelas bagaimana Imam Hasan Al Banna memandang bahwa pemuda merupakan sosok yang dapat melaksanakan semua itu. Oleh karena itu Imam Hasan Al Banna menyatakan bahwa “sejak dulu dan sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan setiap umat, rahasia kekuatan dalam setiap kebangkitan, dan pengibar panji setiap fikrah”.73 Oleh karena itu, di tangan pemudalah terdapat tanggung jawab yang besar. Masa depan bangsa dan umat tergantung dari semangat mereka. Di pundak merekalah kebangkitan Islam akan tercapai.

Perbedaan yang paling substansial antara Hasan Al-Banna dengan para pemikir Islam lainnya yang berkenaan dengan konsep pemuda Islam adalah pemberian atribusi terhadap sosok pemuda yang menjadi harapan masyarakat banyak. Bagi Al-Banna, pemuda harus memiliki kekuatan iman yang berdasarkan pada sumber otentik (Al-Qur’an dan Sunah Rasul), disertai ketulusan dalam mengimplementasikan ruh keberagamaan (Keikhlasan), dengan semangat revolusioner (jihad) dalam proses

72

Hasan Al Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna (Jakarta : Al-I’Tishom Cahaya Umat, 2005), h.70. terjemahan dari Majmu’atu Rasail karangan Hasan Al-Banna terbitan Darud Dakwah, Iskandariyah, Mesir.

73

pengamalan, dan yang paling hakiki adalah pengamalan dari kesadaran spiritual yang didapat dalam Al-Qur’an dan Sunah Nabi. Proses tersebut harus melalui pendidikan tarbawi yang dijalankan secara berkesinambungan (continous process).

Dari karakter-karakter yang disebutkan di atas, Hasan Al Banna menitipkan kepada para pemuda. Dan untuk itu akan dijelaskan karakter pemuda Islam, menurut Hasan Al Banna.

1. Iman

Keimanan merupakan aspek terpenting dalam pendidikan Ikhwanul Muslimin yaitu organisasi yang di pimpinnya. Aspek keimanan ini sangat besar artinya dan sangat dalam pengaruhnya, apalagi mengingat tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk manusia mukmin.

Menurut ajaran Islam, iman itu bukan sekedar omongan dan pengakuan belaka. Tetapi iman merupakan hakekat yang apabila cahayanya menembus ke dalam akal pikiran, ia akan menyadarkan, apabila menembus perasaan akan mengokohkannya dan apabila menembus ke dalam kemauan akan menjadi dinamis dan akan mampu bergerak.74

Iman merupakan landasan spiritual dalam berperilaku, baik dalam konteks keluarga, bermasyarakat maupun dalam bernegara. Betapa pentingnya iman, menurut Al-Banna harus ditanamkan sedini mungkin melalui tarbiyah –pendidikan keagamaan. Tujuannya tak lain adalah menghindari generasi muda Islam dari pengaruh westernisasi yang

74

Yusuf Qardhawi, Sistem Kaderisasi Ikhwanul Muslimin terjemahan dari At-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Madrasah Hasan Al-Banna ( Solo : CV.Pustaka Mantiq, 1993), h.21.

memiliki ideologi yang berbeda dari Islam. Jalan keimanan menurut perspektif Hasan Al-Banna adalah jalan yang telah dirintis dan ditempuh oleh Nabi saw, sahabat-sahabat dan pelanjut perjuangan beliau.75 Mereka itulah yang patut diteladani karena telah memberikan arah yang terang , lurus dan benar. Mereka membangun peradaban manusia atas dasar nilai-nilai ilahiah dengan tatanan masyarakat yang kuat.

Allah SWT berfirman: !" # $%& '( )*+ ,- . /0 12 34+ & 5 6( 7 "+8# 9 :;<= 7 "+ ? 9 @A B&'&C D )A E# & / G?

Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS. An-Nisaa’ : 115)

Bagi kaum muslimin yang telah beriman kepada Allah, hendaknya menyerahkan seluruh keadaan pribadi seseorang tanpa terkecuali. Sebagai konsekuensi logis dari nilai keimanan, maka wajib hukumnya bagi Muslim masuk Islam secara komprehensif. Sehingga seluruh bagian anatomi tubuh baik hati, akal, telinga, tangan, dan sebagainya terlibat dalam aktivitas keimanan kepada sang kholik. Bahkan seluruh aktivitas dalam konteks keluarga, lingkungan kerja, bermasyarakat, urusan-urusan politik pemerintahan harus senantiasa dilandasi oleh keyakinan agama Islam.

75

Hasan Al-Banna, Abdullah Nashih Ulwan dan Ahmad Muhammad Jamal, Pemuda Militan, terj: Abu Ahmad AlWakaidy dan SA.Zemool. Solo; Pustaka Mantiq, h. 77.

Akidah Islam yang sudah dianut sebagai jalan hidup (way of life) merupakan ketetapan hati untuk berhubungan dengan Allah (hablum min Allah). Dari relasi vertikal tersebut, dilanjutkan dalam relasi horisontal antar umat manusia (hablum min annas).

Hasan Al-Banna menjelaskan keimanan yang murni dan bersih, ibadah yang benar dan terbebas dari berbagai bid’ah, serta mujahadah yang jauh dari sikap berlebih-lebihan mempunyai pengaruh yang amat baik bagi pelakunya. Pengaruh-pengaruh tersebut dibagi dua:

1. Allah swt memberikan cahaya kepada pemiliknya (keimanan, ibadah dan mujahadah), dengan cahaya itu ia dapat mengetahui apa yang tidak dapat diketahui oleh orang lain dan ia dapat membedakan hal-hal yang samar (mutasyabihat) serta rancu.

2. Allah swt menganugerahkan kelezatan iman kepada pemiliknya hingga ia merasakan kebahagiaan dalam hidup.76

2. Ikhlas

Dalam Risalah Ta’limnya, Imam Hasan Al Banna menjadikan keikhlasan sebagai ba’iat ke dua sedangkan yang pertama adalah pemahaman yang benar terhadap Islam yang tercantum dalam dua puluh prinsip.77 Dan ikhlas diartikan oleh Al-Banna dengan perkataan : “yang kami kehendaki dengan sikap ikhlas adalah pemuda Islam dalam setiap

76

Muhammad Abdullah Al Khatib dan Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan, h. 40.

77

Yusuf Qardhawi, Sistem Kaderisasi Ikhwanul Muslimin terjemahan dari At-Tarbiyah,

kata, aktivitas, dan jihadnya harus dimaksudkan semata-mata untuk mencari ridho Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kemajuan, atau keterbelakangan. Dengan itulah.

Firman Allah

!

"# $ %& ' $ی#) *

!

Katakanlah, Sesunggunya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah karena Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu baginya dan dengan itulah aku diperintahkan. “ (Q.S. Al-An’Am : 162-163).

Dengan berpedoman pada ayat di atas, Hasan Al-Banna mengekspresikan bentuk slogan perjuangan di jalan Allah dengan semboyan: “Allah tujuan kami, Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah”.78

Ikhlas79 adalah menginginkan keridhoan Allah dengan melakukan amal dan membersihkan amal dari berbagai debu duniawi.80 Ikhlas

78

Hasan Al Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, h. 301. lihat juga Sa’id Hawwa, Membina Angkatan Mujahid (Solo : Era Intermedia, 2005) cet. Ke-5. h.162

79

Ikhlas berasal dari kata khuluushon atau kholaashon artinya jernih dan bersih dari pencemaran. Dikatakan kholashosy artinya sesuatu menjadi murni. Kholashtu ilaa syai-in

artinya aku sampai pada sesuatu. Kholaashus samini artinya samin murni. Lafaz ikhlas menunjukkan pengertian jernih, bersih, murni dari campiran dan pencemaran. Sesuatu yang murni artinya bersih tanpa ada campuran. ( Lihat Muhammad bin Shalih Al-Munajid, Silsilah Amalan Hati. (Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006), h.14-15)

merupakan istilah tauhid. Orang yang ikhlas adalah mereka yang mengesakan Allah dan merupakan hamba-hamba-Nya yang terpilih. Adapun pengertian ikhlas menurut istilah syara’ adalah seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Qayyim sebagai berikut : “Mengesakan Allah Yang Hak dalam berniat melakukan ketaatan, bertujuan hanya kepada Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun”.81

Orang-orang yang bijaksana (arif) terhadap penyakit batin akan menyadari bahwa bahaya yang acap kali diterima oleh orang-orang yang bergelut di bidang dakwah ialah perasaaan ingin popular, ingin menduduki jabatan, cinta kemewahan dan kedudukan. Karena itu Rasulullah telah memperingatkan mereka agar waspada terhadap cinta pangkat, harta, dan terjerumus ke lembah syirik yang tersembunyi yaitu riya’.

Dengan demikian, seseorang ketika berjuang dalam dakwah Islamiyah amalnya tidak tercampuri oleh keinginan-keinginan jiwa yang bersifat sementara, seperti menginginkan materi, kedudukan, harta, ketenaran, tempat di hati manusia, pujian dari mereka, menghindari cercaan mereka, mengikuti bisikan nafsu, atau ambisi-ambisi lainnya yang dapat dipadukan dalam satu kalimat yaitu melakukan amal untuk selain Allah, apapun bentuknya.

80

Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan. terj: dari Nazharat Fi Risalatut-Ta’lim oleh Ustdz.Mustafa Masyur. (Bandung : Asy Syaamil Press & Grafika, 2001), h.127

81

Muhammad bin Shalih Al-Munajid, Silsilah Amalan Hati. (Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006), h.15

Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal. Amal shaleh mempunyai dua rukun yang menjadi syarat diterimanya amal tersebut oleh Allah SWT, yaitu : pertama, keikhlasan dan lurusnya niat. kedua, sejalan dengan sunah dan syari’at.82

Firman Allah dalam surat Luqman ayat 22, yang berbunyi : H 0A+IJ KL M&')C ;N=+O P# Q R GJ( S O T &UVJ)6 W Y 0 ! ( + :; Z([\ ( $ ;N=+O P# ] U^O_ ! ` ! ab

Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbut kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh”

Yang dimaksud menyerahkan diri kepada Allah adalah mengikhlaskan niat dan amal hanya kepada Allah, mencapai ihsan dalam melakukannya dan mengikuti Sunah Rosulullah SAW dalam pelaksanaannya.

Fudhail bin ‘Iyadh berkata tentang Firman Allah SWT : “Supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”. (QS.Al Mulk, 67:2). Yang di maksud lafal “Ahsannu ‘Amalan” adalah yang paling ikhlas dan paling tepat. Ditanyakan kepadanya, “Apa yang di maksud paling ikhlas dan paling tepat itu wahai Abu ‘Ali (nama panggilan Fudhail)?” Ia menjawab, “ sesungguhnya, suatu amal itu bila dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak tepat, maka tidak diterima (oleh Allah), dan bila dilakukan secara tepat tetapi tidak ikhlas, maka tidak diterima (oleh Allah). Amal tidak diterima sehingga dilakukan dengan ikhlas dan tepat.

82

Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan, .h.128

Yang di maksud dengan ikhlas adalah menjadikan amal untuk Allah, sedangkan tepat adalah sesuai dengan Sunah (Rasulullah SAW).” Kemudian Fudhail membaca firman Allah SWT 83:

D &6 T c 1 D !C0 . E# O 7 M+N ` 03&6 4TI T a1 d ! e +I_Vf gh j+/)k Y&l U + K7 M+N ` 6 N "

Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”(QS.Al Kahfi,18:110)

Dengan penjelasan di atas kita dapat mengetahui, bahwa keikhlasan niat dalam beramal tidak cukup bagi diterimanya sebuah amal, bila amal tersebut tidak sejalan dengan apa yang diajarkan oleh syari’at dan dibenarkan oleh Sunnah Rasulullah SAW. Sebagaimana suatu amal yang telah di ajarkan oleh syari’at, ia tidak akan diterima Allah kecuali bila dilakukan dengan ikhlas dan hanya mengharapkan keridhoan Allah SWT.

Hal-hal inilah yang sangat ditekankan dalam pendidikan Ikhwanul Muslimin, dan sangat berwaspada agar jangan sampai terjangkit penyakit gila popularitas, yang akan membahayakan diri mereka. Karena itu, pendidikan Ikhwanul Muslimin berhasil melahirkan prajurit-prajurit tangguh yang tidak di kenal.

Berapa banyak anggota Ikhwanul Muslimin yang telah memberikan harta benda dan mengerahkan segenap jiwa raga, tanpa di

83

Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan, h.129

sebutkan nama mereka, atau tanpa di abadikan kepahlawanan mereka. Berapa banyak dari kalangan pemuda-pemudanya yang telah berjuang di Palestina dan Terusan Suez. Mereka telah menampilkan kepahlawanan yang menawan, tanpa mencari balasan dari seorang pun atau ucapan terima kasih. Mereka tanpa mengumumkan diri, atau menyebutkan apa yang telah diperbuatnya karena dibayangi rasa takut kalau-kalau amal mereka rusak lantaran ujub (bangga diri).84

Karakter inilah yang di jadikan ciri seorang pemuda yang dapat membangkitkan Islam. Dengan keikhlasan seorang tidak menjadi buta akan popularitas yang dapat membawa rusaknya amal mereka.

3. Semangat

Semangat merupakan instrumen utama yang menjadi karakteristik pemuda Islam. Dalam literarur Barat, semangat secara etimologis berasal dari kata “motivation”, atau dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan “ghirah”. Tentang manhaj semangat ini, Hasan Al-Banna berkomentar:

“kekuatan sendiri merupakan syi’ar Islam dalam perundang-undangan dan syariatnya. Oleh karenanya, Ikhwanul Muslimin harus kuat dan harus bekerja dengan semangat yang besar pula”.85

Konsep semangat diimplementasikan secara jelas berupa kekuatan dan gerakan revolusi dalam mewujudkan cita-cita islami. Revolusi itu dimungkinkan sebagai sebuah keniscayaan situasi yang pelik dan tekanan kekuatan eksternal agar berfungsinya perangkat perbaikan. Pendekatan Al-Banna tentunya tidak bersifat sporadis, melainkan

84

Yusuf Qardhawi, Sistem Kaderisasi Ikhwanul Muslimin, h.34

85

melalui analisis yang matang dalam melihat keadaan, faktor-faktor penentu, sehingga dimungkinkan perjuangan jihad dapat direalisasikan. Jihad adalah mencurahkan potensi dalam rangka meninggikan kalimat Allah, dan membentuk masyarakat Muslim. Sedang mencurahkan tenaga dengan melakukan perang adalah salah satu jenis jihad. Tujuan jihad adalah membentuk masyarakat yang islami, dan membentuk negara Islam yang benar.86

4. Amal

Dalam Risalah Ta’lim, Imam Hasan Al Banna menyatakan : Maksud dengan amal (aktivitas) adalah buah dari ilmu dan keikhlasan. Firman Allah :

3 D I&6)! % /@ VJ T m# 0 E$NI n1o L!" # ` c !5 6( D pq rl /Es& :;N=+O ^[I_ ! ^I(4 ( Y& _]8tu E$!v+MU w!4 T &6+ xEy5E c I&6

Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rosul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amal kalian itu, dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yanag gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian amalkan”. (QS.At-Taubah,9:105).87

Amal shaleh itu selalu menyertai keimanan dan sebagai bukti kebenarannya. Kedua hal tersebut merupakan penyebab datangnya kemenangan, kemantapan di muka bumi, dan kebahagiaan serta kenikmatan di ahirat nanti. Dalam rangka meneguhkan agama Allah, serta

86

M Abdullah Al Khatib dan Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan, h.148

87

untuk menegakkan daulah (negara) Islam adalah amal shaleh yang paling mulia dan paling utama.

Sejak pertama kali mendirikan jama’ah, Imam Hasan Al Banna menginginkan seluruh anggota Ikhwanul Muslimin menjadi para aktivis, bukan orang-orang yang mahir dalam berteori dan berdebat belaka. Karena itu, Hasan Al Banna selalu memotivasi mereka untuk beramal secara serius, melakukan hal-hal yang berat dan beraktivitas dalam berbagai bidang.88

Imam Hasan Al Banna menjelaskan nilai sebuah amal, ia menyatakan bahwa amal merupakan buah dari ilmu dan keikhlasan. Sebuah ilmu tetap akan menjadi cacat dan sangat dangkal bila tidak dapat mendorong pemiliknya untuk melakukan amal yang positif dan konstruktif.

Ilmu dan keikhlasan yang tidak disertai amal nyata adalah ibarat pohon besar dan rindang yang tidak berbuah. Oleh karena itu, pengamalan terhadap nilai-nilai dakwah yang bersifat persuasif dilandaskan pada konsep keikhlasan adalah fondasi keberhasilan dalam menarik seruan ilahi. Setelah proses keberamalan sangat di determinasikan oleh daya implementasi kaum muslim, sebagaimana pernyataan dari Allah SWT :

3

D I&6)!

% /@ VJ T

m#

0 E$NI n1o

L!" # `

c !5 6(

D

pq rl /Es&

:;N=+O

88

Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan, h.138

^[+I_ !

^I(4 (

Y& _]8tu

E$!v+MU w!4 T

&6+

xEy5E

c I&6

Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rosul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amal kalian itu, dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yanag gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian amalkan”. (QS.At-Taubah, 9:105).

Muatan dakwah benar-benar mengandung makna yang substansial, bukan sekedar slogan semata yang hanya bermain kata-kata. Hal tersebut termaktub dalam hikmah sebagai berikut :

Dokumen terkait