• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN UMUM TENTANG PEMUDA ISLAM

Konsep Pemuda Islam

Mustafa Al-Rafi’iemenggambarkan masa muda dengan mengatakan bahwa pemuda adalah kekuatan, sebab matahari tidak dapat bersinar di senja hari seterang ketika di waktu pagi. Pada masa muda ada saat ketika mati dianggap sebagai tidur, dan pohon pun berbuah ketika masih muda dan sesudah itu semua pohon tidak lagi menghasilkan apa pun kecuali kayu.42

Secara sosial, definisi pemuda adalah generasi antara umur 20 sampai 40 tahun. Sedang referensi lain juga ada yang menyebutkan usia 18 hingga 35 tahun. Sementara, dalam kajian ilmu sosial, puncak kematangan peran publik seorang manusia berkisar antara umur 40-60 tahun.43 Sebenarnya konsep tentang pemuda bukanlah sebuah gagasan-gagasan yang hanya dibatasi oleh persoalan umur semata. Pemuda sebagai sebuah konsep juga memiliki dimensi politis. Benedict Anderson, misalnya menggambarkan pemuda di masa revolusi dan di awal kemerdekaan Indonesia menyebut bahwa pemuda sebelum Orde Baru selalu dikaitkan dengan dimensi politis. Pemuda adalah kelompok umur tertentu yang menghabiskan sebagian besar

42

Mohammaad Manzoor Alam. Peran Pemuda Islam Dalam Rekontruksi Dunia Kontemporer. (Jakarta : Media Dakwah, 1991), h.63

43

Aziz Samsudin. Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia. (Jakarta : PT.Wahana Semesta Intermedia, 2008), h.8

-atau kalau tidak malah semua- waktu longgar mereka dalam kegiatan yang sifatnya politis.44

Pemahaman tentang hakikat pemuda dapat dimaknai dalam perspektif psikologis. Artinya, seorang yang berusia 20 tahun tetapi lebih suka berpikir mapan, pro status quo, dan tidak tergerak untuk melakukan perubahan, maka status “kepemudaan”-nya patut di ragukan. Karena, posisi pemuda yang paling ideal adalah selalu menjadi garda terdepan “avan garde”

dari perubahan.

Berbicara masalah pemuda, tentunya kita tidak boleh melupakan dari sosok pribadi penyokong dari idealisme pola pikir pemuda itu sendiri. Selain itu, perlu pula pemahaman tentang makna realitas kehidupan bagi mereka. Pemuda merupakan istilah yang ditunjukkan bagi orang-orang yang berada pada suatu tahap kehidupan tertentu dalam rangka perjalanan kehidupan mereka mencapai kedudukan usia dewasa. Bagi komunitas pemuda, realitas kehidupan yang dihadapinya sehari-hari sering kali dipersepsikan sebagai kenyataan-kenyataan yang membatasi idealisme dan hasrat (bersifat muluk) yang mendominasi pikiran mereka. Berbeda dengan orang dewasa, dimana tipikal orang dewasa cenderung untuk melihat kenyataan itu sebagai bagian dari suatu dunia nyata yang mapan.

Dari uraian diatas, tentunya pemuda dapat dipandang dalam arti sempit dimana pemuda merupakan masa seseorang mengalami perubahan dari masa remaja menuju masa dewasa perubahan ini dapat dilihat dari perubahan

44

fisik mereka. Elizabet B. Hurlock, mengistilahkan pemuda menjadi dewasa dikatakan sebagai individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.45 Kemudian Elizabet B. Hurlock , membagi masa dewasa dengan tiga tahapan yaitu Masa dewasa dini yaitu masa dimana usia 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan refrodukif.

Kemudian masa dewasa madya, masa ini dimulai pada usia 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Serta masa dewasa lanjut (usia lanjut) yaitu masa usia 60 tahun sampai kematian.

Bagaimana Islam mendefinisikan pemuda. Islam merupakan suatu sistem yang menyeluruh dan sempurna. Islam bukan hanya agama. Ia juga merupakan sistem sosial, sebuah kultur dan peradaban. Karena itu ia mempunyai nilai-nilai, ide-ide, dan tujuan-tujuan yang dipandangnya sebagai kulminasi dari kesempurnaan manusia dalam seluruh aspek kehidupan.

Islam memandang masa muda sebagai masa yang menjadi dasar bagi pembentukan kepribadian dan kesuksesan seorang pemuda di masa depan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan agar dalam masa ini potensi-potensi fisik, intelektual dan mental pemuda ditumbuh-kembangkan dengan baik, sehingga kelak ia dapat menimba ilmu pengetahuan, memiliki moral dan keterampilan dengan sempurna.

Pemuda merupakan kekuatan, kekuasaan, vitalitas dan energik. Tidak dapat disangkal, masa pemuda secara universal, baik fisik, mental, intelektual, moral, maupun potensialitasnya mencapai tingkat perkembangan dan pemanfaatan yang optimum. Ia adalah masa ketika pikiran menunjukkan kapasitas dan kapabilitas invensif dan imaginatifnya dalam bentuk yang terbaik.

Al Qur’an memang tidak menyebut langsung bagaimana pemuda itu, akan tetapi Al Qur’an menggambarkan melalui kisah-kisah seorang pemuda yang

45

Elizabet B. Hurlock. Psikologi Perkembangan.terjemahan dari “Developmental Psyclology A Life-Span Approach” oleh : Dra.Istiwidayanti.( Jakarta ; Erlangga, 1994) cet. Ke-4, h. 246

dapat menjadi teladan (ibroh) bagi pemuda-pemuda Islam. Seperti yang di kisahkan dalam surat Al Anbiya ayat 60 yang mengisahkan keberanian seorang pemuda dalam menentang kezaliman raja yang kejam agar tidak sombong dan menyembah Allah SWT ini dapat kita lihat dalam kisah Nabi Ibrahim AS. Ayat terbut berbunyi :

!ﻥ#

$

%&

'

Artinya : Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim” (QS. Al Anbiya :60)

Kemudian kisah seorang pemuda yang lari kedalam gua kisah ini disebut dengan ashhab al kahfi kisah ini didasari dengan kekuatan iman dan demi mempertahankan keimanan mereka, mereka menyelamatkan diri dan masuk ke dalam goa dan tertidur selama ratusan tahun. Mereka itu disebutkan dalam Al Qur’an surat Al Kahfi ayat 10. yang berbunyi:

( )*+ ,

-ﻡ ﺕ 01 234 5

671 ﻥ ﻡ+ -ﻡ 89 * 5 :1 ;ﻥ6

234

$

<&

'

Artinya : Ingatlah tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung kedalam gua lalu mereka berdo’a : “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan ini”. (QS.Al Kahfi : 10)

9=> ?!ﻥ ; @A BC ﻥ ->ﻥ

ﻡ D5 30ﻥ

6 ﻥEF* 39

234

$

<G

'

Artinya : “Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman pada Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (QS. Al Kahfi:13)

Dari kisah-kisah dalam Al Qur’an tersebut, Sayyid Quthb memberikan interpretasi bahwa pemuda adalah manusia yang memiliki tingkat keimanan kepada Allah yang sangat kuat, mereka juga mempunyai

bentuk fisik yang prima, dan berani mengingkari tradisi yang bertentangan dengan nilai ketauhidan. Kekuatan dan keimanan mereka senantiasa dipertahankan dengan segala resiko, sehingga mereka berani untuk meninggalkan kampung halaman, berpisah dengan keluarga, meninggalkan kenikmatan harta dan kehormatan yang selama itu mereka sandang.46

Nabi Muhammad SAW pun sangat memperhatikan masa muda seperti dalam sebuah hadits di bawah ini Rasulullah menegaskan47:

Saya wasiatkan para pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka berhati tulus. Ketika Allah mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama menyambut saya, sedangkan kaum tua menentangnya”.

Dalam hadits lain juga beliau bersabda :

“Raihlah lima perkara sebelum datangnya lima : masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang miskinmu, kesempatanmu sebelum datangnya kesempitanmu dan hidupmu sebelum engkau mati”

Dari hadits diatas dapatlah kita ambil kesimpulan bagaimana Rosulullah menegaskan masa pemuda adalah masa yang harus di jaga dan di manfaatkan sebaik-baiknya. Sebab masa muda merupakan gambaran masa depan.

Sejak zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW. Adalah pemuda yang memainkan peran utama serta penentu dalam memperjuangkan wahyu dan Syari’ah Allah. Abdullah Abbas Ra, berkata : Allah tidak menunjuk Nabi kecuali ia seorang pemuda, dan tidak ada sarjana atau ulama memperoleh ilmu pengetahuannya kecuali dalam masa pemudanya.48

Periode atau masa kemampuan optimum dalam kehidupan manusia ini disebut dalam Al Qur’an dengan sebutan “bulugh al ashudd” mencapai usia matang dan ia berada antara usia tujuh belas hingga empat puluh tahun.

Kemudian di sebutkan juga dalam surat Yusuf ayat 22, yang artinya:

Setelah Yusuf mencapai kedewasaanya, maka Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Dan demikianlah Allah memberi pahala terhadap orang-orang yang berbuat baik”

46

Al Eurqon Hasan. “Pemuda Dalam Al Qur’an (Studi Atas Penafsiran Sayyid Quthb)” (Skripsi S1 Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2003), h. 29-31

47

Hasan Al Banna, et.all., Pemuda Militan.Terjemahan: Abu Ahmad Al Wakidy dan SA Zemool.. (Solo : Pustaka Mantiq, 1992), h.61

48

Sangat jelaslah Al Qur;an menggambarkan masa usia pemuda yang di gambarkan dengan kedewasaannya untuk dapat menerima keilmuan dan amanat yang sangat besar serta ia juga dianggap sebagai usia ketika seseorang mencapai kematangan secara penuh dan menjadi qualified untuk memikul dan menerima tugas-tugas dan tanggung jawab yang tertinggi dan paling diperlukan.

Sejumlah Nabi diangkat ke dalam kenabian ketika mereka mencapai usia

ashud termasuk Nabi Muhammad SAW yang mencapai kenabiannya pada usia empat puluh tahun.

Dikarenakan pentingnya masa muda untuk kebangkitan dan masa depan agama Islam oleh karena itu para ulama pun tidak lupa selalu menyerukan kepada pemuda untuk tidak terlena dengan kemewahan hidup dan tantangan lainnya. Seperti sahabat Umar bin Khattab, pernah berkata kepada para pemuda :

Wahai kaum muda, hindarkanlah dirimu dari kemewahan hidup. Janganlah bertindak seperti bangsa Ajam (bangsa asing selain Arab). Usahakanlah berjemur di bawah sinar matahari, karena cara seperti itu adalah kebiasaan bangsa kita. Bertindaklah dengan tegas, kendarailah kuda dan lemparkanlah panah”

Kemudian Ibnu Syihab Az-Zuhry memberikan nasihat kepada kaum muda :

“Jangalah kamu merasa rendah diri karena usia mudamu. Sahabat Umar bin Khattab selalu memberi peranan para pemuda jika menghadapi peristiwa penting. Kemudian beliau bermusyawarah dengan mereka untuk memperoleh masukan dan pendapat pikiran mereka.

Dari uraian di atas, sangat jelaslah bagaimana perhatian Al Qur’an terhadap pemuda yang dikisahkan dengan keberanian dalam menegakkan agama Allah. Kemudian Rasulullah juga menegaskan bahwa memanfaatkan masa muda merupakan perintah Rasulullah SAW. Tidak hanya Allah dan Rasulullah memberikan perhatian penuh kepada pemuda, para sahabat Rasulullah pun memberikan perhatian khusus kepada pemuda untuk tampil membela agama Allah. Tidak mengherankan jika di abad 20 seorang Mujahid seperti Hasan Al Banna menginginkan pemuda seperti yang dikisahkan dan diperintahkan Rasulullah untuk tampil membela dan membangkitkan umat Islam demi kebangkitan Agama Allah SWT, sebab di tangan pemudalah masa depan agama Islam dapat ditegakkan.

Sejarah Perkembangan Pemuda Islam di Dunia Pemuda Islam Pada Era Permulaan Islam

Pada awal uraian diatas telah dikemukakan sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bahwa pertama-tama penyambut kedatangan agama yang dibawa beliau adalah para pemuda, sedang kaum tua menentangnya. Timbul pertanyaan mengapa kaum tua menantang dakwah Islamiyah ? seorang Fisioterapi bangsa Perancis mencoba mengungkapkan tabir pertanyaan ini. katanya :

“Perbedaan mendasar antara kaum muda dengan kaum tua adalah terletak pada daya pikirnya. Orang yang sudah tua telah mengalami kelemahan otak sehingga menjadi lemah dan tidak dapat mengikuti perkembangan zaman yang sudah maju”.49

Dalam menanggapi hadits Nabi Muhammad yang menyatakan : “Perkembangan Islam semula disambut oleh kaum muda,” Montgomeri Watt dalam bukunya “ Muhammad di Makkah” memberikan pendapatnya. Menurut dia, ketika Nabi Muhammad membawa risalah suci di kalangan bangsa Arab, maka pertama-tama beliau disambut oleh para pemuda dari kalangan keluarga terhormat. Kemudian diikuti pula oleh para pemuda lainnya yang berasal dari kabilah suku-suku terkenal. Dari kenyataan ini dia menyimpulkan bahwa pada asasnya Islam adalah gerakan kaum muda.50

Untuk mendukung kebenaran pendapatnya, Montgomeri Watt mencatat beberapa nama pemuda yang mendukung perjuangan

49

Hasan Al Banna, et.all., Pemuda Militan, .h.67

50

Rasulullah SAW. Mereka antara lain : Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam (masing-masing 8 tahun), Thalhah bin Ubaidillah ( 11 tahun), Al-Arqam bin Abi Al-Arqom (12 tahun), seorang ahli tafsir terkemuka, Abdullah bin Mas’ud (14 tahun), Saad bin Abi Waqqash (17 tahun), Ja’far bin Abi Thalib (18 tahun), Zaid bin Haristah (20 tahun ), Mush’ab bin Umair (24 Tahun), Umar bin Khattab (26 tahun), Abu bakar Ash-Siddiq (37 tahun).

Peranan pemuda dalam sejarah awal perkembangan Islam dicatat dengan tinta emas ketika Rasulullah menunjuk Usamah bin Zaid bin Haritsah untuk memimpin pasukan ke wilayah Syam. Padahal usia Usamah pada saat itu belum mencapai 20 tahun.51 Tentu saja keputusan Nabi ini mendapat banyak protes oleh sebagian besar sahabat yang sudah terlebih dahulu masuk Islam. Alasan penunjukkan Usamah oleh Nabi dimaksudkan untuk menempati tempat ayahnya yang sudah gugur dalam pertempuran di Mu’tah dulu. Ini akan membawa kemenangan yang akan dapat dibanggakan sebagai alasan atas gugurnya ayahnya, di samping sebagai semangat yang akan timbul dalam hati pemuda-pemuda, juga untuk mendidik mereka membiasakan diri memikul beban tanggung jawab yang besar dan berat.

Gagasan perubahan yang diusung Nabi dari zaman jahiliyah ke zaman peradaban Islam sangat membutuhkan instrumen kekuatan pemuda. Selain Usamah, barangkali yang paling menonjol peran kepemudaan pada

51

Kisah kepahlawanan Usamah sebagian besar dicatat dalam sejarah hidup Muhammad SAW. Lihat Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terjemahan oleh Ali Audah. Jakarta: Lentera Hati, 2008, h. 570-571.

masa awal Islam adalah Ali bin Abi Thalib, keponakan sekaligus menantu kesayangan Rasulullah. Salah satu peran yang dicatat dalam sejarah adalah keberaniannya menggantikan posisi Rasulullah di waktu malam sebelum hijrah ke Madinah.

Sederet peran tidak cukup dimuat dalam skripsi ini, namun tak ayal lagi peran pemuda pada masa awal Islam memegang peranan yang signifikan.

Pemuda Islam Pada Era Modern

Konsep pemuda Islam pada era moderen memiliki kompleksitas teoretik, terutama ketika bersinggungan dengan pemikiran barat. Konteks modernitas dalam perspektif barat dimulai sejak akhir abad ke-17 sampai pada masa sekarang ini. Tema yang menjadi narasi besar modernitas barat adalah rasionalitas. Semua unsur kehidupan harus bersentuhan dengan paham rasionalisme, dan proses pembaharuan harus pula berasaskan rasionalitas.52

Konstruksi ideologis pemuda Islam pada masa Moderen dimulai ketika Al-Afghani dan muridnya Muhammad Abduh menggunakan kaca mata rasionalitas dalam mendeteksi penyakit umat. Dengan mengusung reformasi teologis dan jurisprudensi Islam, kedua tokoh ini mendapat sambutan luar biasa dari para pemuda Mesir, India, Afghanistan, Turki,

52

Paham rasionalitas berdasarkan pada pemikiran filsuf Perancis, Rene Descartes yang dinggap sebagai Bapak Filsafat Modern, dengan ungkapan yang terkenal: Cogito Ergo Sum (aku berpikir maka aku ada)

Pakistan, dan terus menjalar ke wilayah Asia Tenggara. Sebut saja tokohnya antara lain: Sayyid Qutub, Musthofa Kamal Attaturk, Hasan Al-Banna, Muhammad Iqbal, Ali Abdul Razik, Abul A’la Al-Maududi, Rasyid Ridha, Fazlur Rahman, dan sederet pembaharu lainnya.

Ada sisi kesamaan di antara tokoh pembaharuan ini yaitu pada masa muda sebagian besar dari mereka berbasis pada pendidikan formal yang meniru gaya barat. Mereka juga menggeluti dunia jurnalistik yang menjadi corong penyebaran gagasan pembaharuan Islam ke seluruh pelosok dunia.53 Meskipun berbasis pendidikan sekuler generasi muda Islam masa moderen tetap menggunakan landasan historis dan ajaran klasik sebagai menu awal untuk melakukan otokritik. Konvergensi antara landasan normativitas-klasik dengan kreativitas-rasionalitas menghasilkan pemuda Islam yang ideal guna menghadapi hegemoni barat.

Gerakan pemuda Islam pada zaman modern sesungguhnnya ingin melenyapkan imperialisme dan kolonialisme Barat. Mereka tak hanya merevitalisasi ajaran Islam dalam konteks perpolitikan nasional, melainkan juga berupaya menjadikan ajaran tersebut sebagai ideologi perjuangan guna membela kebenaran yang substansial. Gerakan ini cenderung bersifat radikal-revolusioner. Ada sebuah elan vital yang menjadikannya demikian, yakni gerakan berbasis syariat Islam, atau mensekulerisasikan ajaran Islam ketika bersentuhan dengan negara-bangsa.

53

Pemuda Islam di Indonesia

Dalam sebuah bangsa, kaum muda adalah aset yang tak ternilai harganya. Bahkan, kemajuan sebuah bangsa sangat tergantung kepada kemampuan kaum mudanya untuk membuat perubahan-perubahan yang signifikan.

Sebagaimana yang disebutkan oleh Ortega G. Yasset, pemuda adalah the agent of change, agen perubahan yang pada pundaknya dibebani harapan-harapan sebuah bangsa. Bila kaum muda memiliki kababilitas, visi, dan kinerja yang memuaskan, maka sebuah bangsa akan menuai keberhasilannya.

Dalam konteks sejarah Indonesia, peran pemuda dapat di bagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode Kebangkitan Nasional, periode Sumpah Pemuda, periode, Proklamasi 1945, periode Revolusi, dan periode Pembangunan. Setiap periode itu menggambarkan bahwa pemuda secara ideologis merupakan kelompok yang optimis, kritis, adaptif, dan mampu melahirkan gagasan baru yang diinginkan masyarakat. Selain itu, secara kultural mereka adalah produk dari sebuah sistem nilai sosial kultural yang telah mengalami proses aktualisasi kesadaran dan kematangan identitas sebagai agent of change.

Periode awal atau dapat di sebut juga era Kebangkitan Nasional ini di mulai sejak awal abad 20. Eskalasi terus meningkat hingga ke tahun-tahun berikutnya seiring dengan tekanan imperialisme yang begitu kuat terhadap warga pribumi. Era kebangkitan nasional merupakan titik tolak

dimulainya sejarah baru dalam perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa. Rakyat pribumi yang pada masa-masa sebelumnya tidak pernah menyadari dan mengenali terhadap situasi sebenarnya yang dihadapi, melalui gerakan itu semangat dan kesadaran itu berhasil ditularkan kepada hampir seluruh masyarakat Indonesia.

Hal yang menarik dari peristiwa kebangkitan nasional itu adalah para pelaku yang berada di baliknya adalah kelompok muda atau pemuda. Untuk lebih fokus dalam penulisan skripsi ini, kami lebih menekankan bagaimana kiprah pemuda Islam dalam proses kebangkitan nasional. Walaupun memang tidak dapat di pungkiri hampir seluruh elemen masyarakat berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia.

Bung Karno salah seorang tokoh pergerakan yang pernah melontarkan gagasan agar perlawanan perlu ditingkatkan dan diefektifkan. Perlawanan tersebut perlu disusun secara rapih dalam bentuk organisasi (partai). Organisasi inilah yang menurutnya dapat mendidik rakyat jelata ke dalam ke-bewust-an54 dan keadilan. organisasi dapat menuntun rakyat jelata ke dalam perjalanannya ke arah kemenangan. organisasi menjadi pelopor rakyat jelata menuju kepada maksud dan cita-cita. organisasilah yang memegang obor, organisasilah yang berjalan di muka. organisasilah yang memimpin massa di dalam perjuangannya merobohkan musuh, organisasilah yang memegang kendali komando barisan massa.

54

organisasilah yang harus memberikan ke-bewust-an pada pergerakan massa, memberi kesadaran dan memberikan keradikalan.55

Bila kita lebih jauh memperhatikan pendapat Sukarno maka gagasan ini dapat kita artikan bahwa Sukarno melihat kegagalan perjuangan perlawanan dengan cara sporadis sering kali mengalami kegagalan secara fisik pada masa sebelumnya. Untuk itu terlihat Sukarno menginginkan agar perlawanan terhadap penjajah dilakukan secara terorganisir.

Politik etis56 yang diterapkan oleh Pemerintah Belanda secara tidak langsung berimplikasi timbulnya para pelajar dari golongan bawah. Mereka di didik secara barat akan tetapi mereka tetap masih memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.

Sementara terjadi kulturisasi Barat dalam bidang pendidikan dengan adanya pengiriman pelajar-pelajar ke Eropa atau memasukan orang-orang pribumi ke dalam sekolah-sekolah dengan sistem pendidikan Barat di Indonesia, pendidikan Islam yang berbasis madrasah/surau masih berkembang. Banyak pelajar-pelajar dan guru-guru agama misalnya di Minangkabau pergi menunaikan ibadah haji ke Mekkah, serta bermukim di sana untuk menuntut ilmu agama bertahun-tahun lamanya. Hal ini terjadi semenjak abad ke 19.

55

Dwi Purwoko, Pemuda Islam di Pentas Nasional (Jakarta : Bonaciptama, 1993) cet.1. h.48

56

Politik etis dapat di sebut juga politik balas jasa yang diterapkan pemerintah kolonial Belanda terhadap negara jajahannya.

Sepulangnya mereka ke Indonesia, mereka menyebarkan ilmu agama dan bahasa Arab yang diperolehnya di Mekkah kepada anak didiknya di surau-surau57 di tanah air. Di surau inilah para santri muda yang umumnya adalah orang kampung dan desa memecahkan masalah sosial budaya termasuk membahas perkembangan politik yang melanda tanah airnya.

Yudi Latif menyatakan Kaoem Moeda Islam memainkan peran penting dalam memperluas ruang publik modern melampaui milieu priayi. Para intelektual organik dari komunitas ini merupakan kombinasi antara ulama-intelek reformis (clerical-intelligentsia) dan intelek-ulama modernis (intelligentsia), yang keduanya merupakan produk sampingan dari politik “asosiasi” yang diterapkan pihak kolonial. Terekspos secara luas terhadap wacana mengenai isu-isu keagamaan, ulama-intelek cenderung memprioritaskan agenda “reformasi Islam” untuk mereformasi masyarakat Hindia melalui jalan kembali ke ajaran Islam murni. Sementara itu, karena terekspos secara luas terhadap wacana mengenai isu-isu sekuler, intelek-ulama dari generasi pertama ini cenderung lebih mengutamakan “modernisme Islam” dengan memprioritaskan agenda memodernisasi masyarakat Islam.58

57

Istilah surau itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Melayu. Secara harfiah kata surau dalam bahasa Melayu berarti bangunan kecil untuk tempat sembahyang bagi pemeluk agama Islam. Di samping itu surau juga dapat digunakan sebagai tempat belajar (mengaji) Al Qur’an bagi anak-anak Islam serta tempat pengajian untuk orang-orang dewasa.Namun perkembangan selanjutnya surau di gunakan sebagai lembaga-lembaga pendidikan atau disebut juga dengan Pesantren (Dwi Purwoko, Pemuda Islam di Pentas Nasional (Jakarta : Bonaciptama, 1993) cet.1. h.53)

58

Dokumen terkait