• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penafsiran al-Âlûsi dalam Surat al-Ghâsiyah Ayat 17

16 Mulyadhi Kartanegara, Epistemologi Islam, h.57

D. Penafsiran al-Âlûsi dalam Surat al-Ghâsiyah Ayat 17

Surat al-Ghâsiyah ini termasuk surat Makkiyah. Isinya menggambarkan keadaan manusia, khususnya orang-orang kafir beserta siksa yang akan ditimpakan. Selain itu, juga diceritakan tentang orang-orang beriman dan kenikmatan yang akan mereka peroleh. Singkatnya, tema utama surat ini adalah uraian tentang hari kiamat serta balasan serta ganjaran bagi manusia. Di sini

24Mulyadhi Kartanegara, Epistemolog Islam, (Jakarta: Serambi 2005), h..95

25Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair,Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta :

Kanisius, 1990), h. 21.

26Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair,Metodologi Penelitian Filsafat, h.22 27

Sudarsono,Filsafat Islam (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), h. 27

28Mulyadhi Kartanegara, Menembus Batas Waktu Panorama Filsafat Islam(Bandung

dikemukakan kecaman terhadap mereka yang tidak menarik pelajaran dari ayat-ayat Allah yang terdapat di langit dan di bumi.29

Dalam surat ini juga, Allah Swt memerintahkan manusia agar memperhatikan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang menakjubkan, sebab dengan memperhatikan ciptaan Allah tersebut maka akan diperoleh sebuah kesimpulan tentang kebesaran dan kebijaksanaan sang Khalik. Dalam surat ini, terdapat ayat yang menjadi fokus kajian penulis dalam mengungkap makna observasi, ayat tersebut yaitu : \

] ^_` a



b

c

a

d



e



f g



h i



\

j]





“Maka apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Unta itu diciptakan?”30

Ayat ini diturunkan Allah berkaitan dengan penggambaran surga dan kenikmatannya, kemudian orang-orang musyrik merasa heran dengan keterangan tersebut, sehingga Allah menurunkan ayat ini sebagai perintah kepada mereka untuk memikirkan keajaiban makhluk-makhluk Allah yang terdapat di Dunia.31

Setelah selesai menjelaskan tentang uraian yang akan diperoleh pada hari kiamat, yakni berupa ganjaran bagi orang-orang yang taat. Akan tetapi kaum musyrikin masih tetap berkeras kepala menolak keniscayaann hari kiamat.32

29Menurut Quraish Shihab, Al-Biqâ’i menjadikan tema utama surah ini adalah penjelasan

tentang akhir uraian surat yang lalu (suratSabbihisma Rabbika Al-A’lâ) yakni menyucikan Allah swt. Dari yang melakukan yang sia-sia yaitu menciptakan manusia tampak perhitungan lalu memberi balasan dan ganjaran dari hari kemudian. Karena ini surah al-gasyiyyah ini menjelaskan balasan orang-orang yang durhaka serta ganjaran mereka yang taat. Lihat M. Quraish Shihab...

30Departemen Agama RI,al-Qur’an dan Terjemah, h 593 31A. Mudjab Mahali,Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman

al-Qur’an (Jakarta: Grafindo, 2002), h. 898-899. Lihat juga pada buku Jalaludin as-Suyuthi Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an (Jakarta: Daru-Taqwa Cet I Kairo 2008) h 622.

32Syihab al-Din al-Alûsi,Rûh

al-Ma’ânî, (Bairut: Ihya al-Turâts al-‘Arabiy, tt) Jilid 15, h.

Penggunaan kata `ilâ yang dikaitkan dengan kata yanzurûna melihat atau memperhatikan, fungsinya untuk mendorong setiap orang untuk melihat sampai batas akhir yang ditunjuk oleh kata `ilâ tersebut, dalam hal ini unta. Dengan demikian pandangan dan perhatian benar-benar menyeluruh, sempurna dan mantap agar dapat menarik sebanyak mungkin bukti tentang kuasa Allah dan kehebatan ciptaan-Nya.33

Ketika menjelaskan ayat ini, al-Âlûsi juga menerangkan tentang kehebatan unta, hewan yang dijadikan perumpamaan dalam ayat ini. Menurutnya, penciptaan unta yang sungguh sangat luar biasa menunjukan kekuasaan Allah dan merupakan sesuatu yang perlu harus renungkan. Dari bentuk lahirnya, sebagaimana diketahui, unta benar-benar memiliki potensi untuk menjadi kendaraan di wilayah gurun pasir. Matanya terletak pada bagian kepala yang agak tinggi dan agak ke belakang, di tambah dengan dua lapis bulu mata yang melindunginya dari pasir dan kotoran. Begitu pula dengan kedua lubang hidung dan telinga yang dikelilingi dengan rambut untuk maksud yang sama. Maka apabila badai pasir bertiup kencang, kedua hidung itu akan tertutup dan kedua telinganya akan melipat ke tubuhnya, meski bentuknya kecil dah hampir tak terlihat. Sedangkan kakinya yang panjang adalah untuk membantu mempercepat gerakannya, seimbang dengan lehernya yang panjang pula. Telapak kakinya yang sangat lebar seperti sepatu berguna untuk memudahkannya dalam berjalan di atas pasir yang lembut. Unta juga mempunyai daging tebal di bawah dadanya dan bantalan-bantalan pada persediaan kakinya yang memungkinkannya untuk duduk di atas tanah yang keras

33Syihab al-Din al-Alûsi,Rûh

dan panas. Pada sisi ekornya yang panjang terdapat bulu yang melindungi bagian-bagian belakang yang lembut dari segala macam kotoran.34

Pada surat al-Ghasiyyah ayat 17 ini, al-Alusi memaknai kataنوﺮﻈﻨﯾ bisa di artikan sebagai menyaksikan, menonton (دﺎﮭﺸﺘﺳﻻا), karena ada satu kaum yang tidak percaya dengan adanya hari kebangkitan, karena itu Allah swt menyuruh mereka menyaksikan proses penciptaan unta dari tidak ada menjadi ada hingga pada masa sekarang ini.35

34Syihab al-Din al-Alûsi,Rûh

al-Ma’ânî, h. 239

35Syihab al-Din al-Alûsi,Rûh

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Alûsi mengemukakan bahwa apa yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sufi tentang al-Qur`an adalah termasuk pada bab isyarat terhadap pengertian-pengertian rumit yang berhasil diungkapkan oleh orang-orang yang menguasai cara yang harus ditempuh untuk sampai kepada Allah dan pengertian-pengertian itu dapat dipadukan dengan pengertian-pengertian tekstual yang dikehendaki. Hal ini termasuk kesempurnaan iman dan pengetahuan yang sejati, tafsir al-Alûsi adalah merupakan bagian dari tafsir sufi yang sarat dengan tafsir isyari, dimana tafsir ini menginginkan dan menghendaki maknanya makna batin.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka kesimpulan utama dari skripsi ini bahwa dari dua term ra`â dannazara (ىأر danﺮﻈﻧ) penulis hanya menggunakan kata-kata yang iatifham yaitu ﺖﯾأرأ , ﺮﺗ ﻢﻟأ , نوﺮﻈﻨﯾ ﻼﻓأ

(araita, alam tarâdanafalâ yanzurûna) sebagai berikut:

1. Makna ﺖﯾأرأ (`ara`aita). melihat dengan menggunakan indera, ayat ini mengisyaratkan terhadap metode observasi (pengamatan) atau bayani Hal ini bisa di lihat pada surat Al-‘Alaq ayat 13.

2. Maknaﺮﺗ ﻢﻟأ(`alam tara)ialah pertanyaan terhadap suatu fenomena untuk bisa mengambil pelajaran dari suatu kejadian. Seperti dalam surat al-Fajr ayat 6 tentang kaum ‘Âd (umat Nabi Hud AS.) yang di azab oleh Allah

karena memusyrikan mereka terhadap Allah SWT, dan tindakan mereka yang sering yang membuat kerusakan.

3. Makna نوﺮﻈﻨﯾ ﻼﻓأ (apala yanzurûna) ialah bukan melihat secara ragawi tetapi melihat kandungan makna dan pengetahuan yang ada dibalik semua hal tersebut dengan cara menggambarkan (tasawwur) atau memikirkannya di dalam akal (‘aqliy). Hal ini dapat dilihat pada Al-Ghasyiyah ayat 17.

4. Tafsir Ruh al-Ma’ani adalah sebuah karya tafsir yang berdimensi

tasawuf. Salah satu ciri yang membuatnya masuk dalam katagori tafsir sufi adalah dibuatnya makna isyari. Makna tersebut merupakan interpretasi dari pengetahuan yang melalui proses intuitif. Namun tidak semua ayat al-Qur’an di tafsirkan secara isyari, melainkan hanya beberapa ayat yang beliau anggap sulit. Selain itu beliau juga memasukan berbagai pendapat ulama tafsir sebelumnya.

B. Saran

Penafsiran ayat-ayat yang mengisyaratkan epistemologi ilmu pengetahuan perlu diperkenalkan kepada masyarakat dalam upaya mendorong percepatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi umat Islam. Sehingga dikotomi antara ilmu Agama dan ilmu umum yang mengakar dalam pendidikan di Indonesia bisa diintegrasikan.

Namun dalam karya ini hanya menggambarkan penafsiran bercorak ilmu pengetahuan secara sederhana. Tentunya hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang terdapat pada penulis. Maka penulis menyarankan agar pembahasan ini ada yang menelusurinya secara mendalam sehingga menjadi karya ilmiah yang lebih sempurna.

UIN Jakarta sebagai lembaga Pendidikan Tinggi Islam pelopor integrasi ilmu harus bisa merealisasikannya dalam kurikulum yang jelas sesuai dengan keilmuan fakultas-fakultas yang ada di UIN. Sehingga ilmu-ilmu Islam yang selama ini beku bisa mencair dan bersatu dengan keilmuan modern.

Al-‘Aridl, Ali Hasan.Pengantar Ilmu Tafsir.Jakarta: PT. Bulan Bintang, Cet. II 1992. Abd al-Baqi, Muhammad Fu’ad. Mu’jam al-Mu’fahras:li Âlfadi al-Qur’an Al-Karim.

Indonesia: Maktabah dahlan, tt.

Abdalla, Ulil Abshar. Makna kelengkapan dan kesempurnaan al-Qur’an dalam islam liberal.comhttp://Islam Liberal.com/id/Artikel/epistemologi-islam.

Achmad, Mudlar.Ilmu Dan Keinginan Tahu. Bandung: Trigenda karya, 1994. Al-Alûsi,Syihab al-din.Rûh al-Ma‘ânî.Beirut : Ihya` al-Turâts al-‘Arabiy,tt.

Amin, Muhammadiyah. “Ra’y”, dalam M. Quraish Shihab,Ensiklopedia Al-Qur’an : Kajian Kosakata.Jakarta: Lentera Hati, 2007. h. 800.

Azra, Azumardi. “Kitab Kuning: Tradisi Dan Epistemologi Keilmuan Islam Di Indonesia” Santri. no. 01, Juni 1996-Muharram 1417H.

Azra, Azyumardi dkk. Ensiklopedi tasawuf. Bandung:Angkasa, Cet. I, Jilid 2, 2008, h.808.

____________, Pendidikan Islam Tradisi Dan Moderenisasi Menuju Milinium Baru. Bandung:Trigenda Karya,1994.

Bakker, Anton dan Zubair, Achmad Charis.Metodologi Penelitian Filsafat Yogyakarta : Kanisius, 1990.

Choir,Tholhatul. “Epistemologi Ilmu Hudhûrî Mehdi Ha’iri Yazdi” ed. Nawawi Abdul

Azis, dalaman-Nûr:Jurnal Studi Islamvol. 1, no. 1, September 2004. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an An-Nur, 2004.

D.W., Hamlyn. “History Of Epistemology.” Dalam Paul Edwars, The Encylopedia Of Philosophy, vol.3 1967, h. 8-9.

Dagobert D., Runes.Dictionary Of Philosophy. .New Jersey: Little Field Adams & CO, 1963, h 49.

Al-Dzahabi, Muhammad Husain. Tafsir wa al-Mufassirûn. Kairo: Maktabah Wahbah, 1416.

Al-Farmawi, Abdul Hayy.Metode Tafsir Maudu’I.Jakarta:PT. Raja Garfindo Persada, Cet. II , 1996.

Hadi, Abdul.Hermeneutika, Estetika, dan Religiusutas: Esai-Esai Sastra Sufistik dan Seni Rupa.Yogyakarta: Matahari, 2004.

Hadi, P.Hardono.Epistemologi Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta Kanisius, 1994. Al- Halim, Manni’‘Abd.Manâhij al-Mufasirîn.Bairut: Dâr al-Kitâb al-Hanâni, 1976. Hamdani, S. “Epistemologi Islam Sebagai Epistemologi Alternatif”’: Jurnal Kajian

Dakwah dan Kemasyarakatan,vol. 4, no. 2 Desember 2002, h. 70. Ibn KatsirTafsir Juz ‘Ama. Jakarta: pustaka azzam, cet.XI, 2007.

Jibril, Muhammad al-Sayyid. Madkhal Manâhij al-Mufassirîn. Kairo: Maktabah al-Risalah, 1987.

Kartanegara, Mulyadhi.Menebus Batas Waktu Panoramafilsafat Islam. Bandung Mizan Media Utama, cet. II, 2005.

__________, Epistemologi Islam.Jakarta: Serambi 2005. __________,Tadris Ilmiah Islam. Jakarta: Serambi, 2002.

Madjid, Nurcholish. “Ilmu Pengetahuan Bukan Jaminan,” dalam Ahmad Gaus AF,

Ensiklopedi Nurcholish Madjid, jilid 2, Jakarta : Paramadina, 2006, h. 1003. Al-Maraghi, Mustafa Ahmad. Tafsir al-Maraghi. Mesir: Mustofa al-Babi al-Halabi,

1394H/1974 M.

Mashudi, Ariskum dan Nuryadi, Arif. Sepuluh Peristiwa Besaar Menjelang Kiamat Kubro.Jakarta :Al-Ihsan Media Utama, 2006.

Masidjo, Ign. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekola. Bandung: Kanisius Anggota IKAPI, 1995.

Mudjab, Mahali, A. Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-Qur’an. Jakarta: Grafindo, 2002.

Mustaqim, Abdul.Studi Kitab Tafsir. Depok: Teras, 2004.

Media Publishing, 2004.

Ridwan, Kafrawi dkk.Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1996. Russell, Bertrand.Religion and Science. London Uneversity perss, 1982.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim: Tafsir Atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutannya Wahyu. Bandung: Pustaka Hidayah, cet. I, 1997.

_______________, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1994.

_______________,Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an). Jakarta: Lentera Hati, jilid 15, cet. I, 2002.

Snijders, Adelbert.Manusia dan Kebenaran : Sebuah Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Sudarminta, J. “Epistemologi: Masihkah Kita Perlukan?,” dalam Diskursus : Jurnal Filsafat dan Teologi-Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Vol. 8, No. 2. Oktober 2009, Jakarta: Lembaga Penelitian Filsafat dan Teologi, 2009. h. 151.

Sudarsono,Filsafat Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Al-Suyuthi , Jalaludin. Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an. Jakarta: Dâr al-Taqwa Cet. I Kairo 2008.

Talbah, Hisham dkk. “Kaum ‘Âd: Penemuan Pemukiman Kaum ‘Âd” ed. Syarif Hade

Masyah, dalam Ensiklopedia Mukjizat al-Quran dan Hadis, jilid 1. Penerjemah. Syarif Hade Masyah, dkk. Jakarta: Sapta Sentosa, 2008.

Taufik, Ahmad. Konsep Eskatologi Nurdin Ar-Kaniri. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003.

AL-Tirmidzî, ‘Abd Allah Ibn ‘Ali al-Hakim.Biarkan Hatimu Bicara; Bayan Farq al-Shadr Wa al-Qalb, Wa al-Fu’ad, Wa al-Lubb. Penerjemah Fauzi Faisal Bahreisy Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005.

Vredenbregt, Jocob. Metode Dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1978.

Dokumen terkait