• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG PELAKSANAAN PENAGIHAN

C. Surat Teguran

7. Penagihan Seketika dan Sekaligus

Perlu diketahui bahwa dalam penagihan pajak dikenal adanya penagihan seketika dan sekaligus. Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran dan meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus dilakukan ketika:

a. Penanggung Pajak memindah tangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukan di Indonesia.

b. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk pergi.

c. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara.

d. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya atau berniat untuk itu.

Mungkin saja terjadi bahwa Penaggung Pajak mempunyai pola pikir yang tidak baik, sebagaimana dicerminkan oleh berbagai indicator tersebut. Adanya pola piker

agar ketika terjadi penyitaan terhadap kekayaannya untuk kemudian dilelang kekayaan tersebut sudah tidak ada lagi atau tidak ditemukan lagi. Hak seperti ini tentu diperlukan antisipasi sekaligus dihindari, sehingga keadilan dapat diwujudkan dan negara tidak dirugikan. Oleh karena itu dalam keadaan tertentu Jurusita Pajak dapat melakukan penagihan seketika dan sekaligus.

Dalam hal ini terjadi Penagihan Seketika dan Sekaligus, maka penagihan dilakukan terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penyamapaian Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanaakan secara langsung oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak. Ketika Jurusita Pajak mengetahui bahwa barang milik Penanggung Pajak akan disita oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan atau Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya atau memindahtangankan perusahaan yang dimilikinya atau dikuasainya, maka jurusita pajak segera melakukan penagihanseketika dan sekaligus dengan melaksanakan penyitaan terhadap sebagian besar barang milik Penanggung Pajak tersebut setelah Surat Paksa diberitahukan. Tanda-tanda indicator tersebut merupakan petunjuk yang kuat bahwa Penanggung Pajak berniat mengurangi atau menjual / memindahtangankan barang-barangnya sehingga tidak ada lagi barang yang dapat disita.

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A.Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Cara penagihan yang terakhir dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ialah penagihan paksa, dimana fiskus melalui Jurusita Pajak negara menyampaikan / memberitahukan surat paksa, melakukan penyitaan dan melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang-barang Wajib Pajak jika Wajib Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya setelah dikeluarkannya Surat Paksa. Cara penagihan ini dikenal sebagai penagihan yang “keras” dibidang perpajakan, namun langkah ini merupakan upaya terakhir, apabila Wajib Pajak tidak segera memenuhi kewajibannya.

Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan penagihan pajak yang dilaukan oleh antor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur kepada penanggung pajak mulai dari penerbitan Surat Teguran sampai dengan Lelang:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mengeluarkan Surat Teguran setelah 7 (Tujuh) hari jatuh tempo pembayaran melalui kantor POS dari produk hasil penelitian diantaranya :

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

c. Surat Tagihan Pajak (STP)

Di dalam Pelaksanaan Penagihan ini masih dalam penagihan pasif penyerahan ketetapan pajak.

2. Kemudihan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya seharusnya dibayar setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, Pejabat segera menerbitkan Surat Paksa, dan dalam hal ini :

a. Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal / tempat kedudukan Wajib Pajak / Penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.

b. Jika jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak / Penanggung Pajak dan meminta agar Wajib Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan yang ada untuk diteliti :

1) Apakah ada surat keputusan pembetulan dan keberatan / penghapusan 2) Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun / jenis pajak lainnya yang

diperhitungkan.

3) Apakah tunggakan pajak menurut STP/SKP sesuai dengan jumlah tunggakan yang tercantum dengan Surat Paksa.

4) Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam Surat Paksa, diajukan keberatan.

3. Bila Wajib Pajak tidak ditemukan dikantor atau tempat usaha / tempat tinggal. Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita salinan Surat Paksa kepada :

a. Seseorang yang ada ditempat tinggalnya (misalnya : istri, anak, atau pembantu rumah tangga).

b. Seseorang yang ada dikantornya (salah seorang pegawai).

4. Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak / Penanggung Pajak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada :

a. Keluarga Wajib Pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang dewasa dan sehat mental.

b. Anggota pengurus komisaris atau para persero dari badan usaha bersangkutan atau ;

c. Pejabat Pemerintah setempat (Bupati / Walikota / Camat / Lurah) dalam hal mereka tersebut pada butir 1 dan 2diatas juga tidak dijumpai. Pejabat ini harus memberi tanda tangan pada Surat Paksa dan salinannya kepada Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang bersangkutan.

d. Jurusita yang telah melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.

5. Biaya Penyampaian Surat Paksa

a. Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak. b. Apabila seorang Jurusita telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan

biaya penagihannya telah dilunasi atau belum oleh Wajib Pajak / Penanggung Pajak.

Tetapi itu tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah menerima biaya penagihan, lalu bebas dari tanggung jawabnya terhadap pencairan piutang pajak tersebut. Apabila Jurusita yakni bahwa Wajib Pajak / Penanggung Pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka ia harus mengambil langkah-langkah untuk melakukan tahap tindakan penagihan lebih lanjut.

6. Surat Paksa yang telah dilaksanakan, diserahkan kepada Kepala Sub Bagian Seksi Penagihan disertai laporan Pelaksanaan penagihan dengan Surat Paksa dan diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan dan Verifikasi untuk ditanda tangani dan selanjutnya dimasukkan dalam berkas Penagihan Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang bersangkutan dan terlebih dahulu dicatat tanggal pelaksanaan Surat Paksa dalam buku register pengawasan penagihan, buku register tindakan penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan tindakan STP/ / SKP yang bersangkutan. Dalam melaksanakan Surat Paksa tersebut Jurusita sedapat mungkin melihat keadaan rumah tangga / perusahaan Wajib Pajak / Penanggung Pajak untuk dapat memberikan informasi dalam rangka mengambil langkah berikutnya.

7. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa

a. Atas pelaksanaan Surat Paksa dibuat laporan oleh Jurusita yang melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tersebut.

1) Jenis, Letak dan Taksiran harga dari objek sita dengan memperhatikan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan.

2) Pengakuan penyelesaian Surat Keberatan. Mengenai hal ini agar diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan secara paksa sedangkan tunggakannya ternyata sudah dikurangi.

3) Dalam kesan dan usul hendaknya dila[porkan keadaan yang sebenarnya dari Wajib Pajak / Penanggung Pajak antara lain : kemampuan bayar, itikad mau membayar dan pandangannya terhadap penetapan / Penagihan Pajak dan Sebagainya, sehingga Jurusita dapat mengajukanusul untu7k tindakan penagihan selanjutnya.

8. Apabila Jurusita tidak dapat melaksanakan Surat Paksa secara langsung, maka Jurusita membuat laporan secara tertulis mengenai sebab-sebabnya dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya Surat Paksa, antara lain menghubungi Pejabat Pemerintah setempat, Polisi dan sebagainya.

Disamping pejabat / Jurusita dapat memperlihatkan/ melihat asset-aset atau barang-barang yang dimiliki Wajib Pajak untuk melakukan penyitaan suatu saat nanti jika Wajib Pajak masih tetap untuk tidak membayar utangnya.

9. Apabila utang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat 2 x 24 jam sejak Surat Paksadiberitahukan kepadanya Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang

dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau ditempat lain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu.

Didalam pelaksanaan Jurusita dapat menempel kertas penyitaan kepada barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita dikarenakan :

1) Tidak adanya tmpat penyimpanan barang sitaan.

2) Mengantisipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dalam perjalanan. Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang ditanggung Penanggung Pajak dan jika tidak sebanding maka akan dilakukan penyitaan.

10. Apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segera melaksanakan pengumuman lelang. Dan dalam hal pelaksanaan lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas yang bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang, misalnya tanah kepada Dinas Pertanahan setempat. Dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya Penagihan Pajak dan Utang Pajak, pelaksanaan lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang

beserta uang kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak setelah pelaksanaan lelang.

Berikut adalah skema prosedur pelaksanaa penagihan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama terhadap Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya:

Gambar 4.1

Prosedur Tindakan Penagihan Pajak

Jatuh Tempo 21 Hari

7 hari

2 x 24 Jam

14 Hari 14 Hari

B.Pelaksanaan Penagihan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

Dengan system Self Assement menggantikan system Official Assesment yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung sendiri jumlah pajak terutangnya, pihak Direktorat Jenderal Pajak mengharapkan agar penerimaan Negara

STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pbtulan, SK Keberatan. Surat Teguran Surat Paksa Surat Perintah Melakukan i Pengumu m-an Lelang Pelaksana-an LelPelaksana-ang

dari sektor pajak tersebut dapat ditingkatkan . Hal ini berarti bahwa peranan Wajib Pajak sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan system perpajakan tersebut.

Namun kenyataan yang terjadi dilapangan masih banyak Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam hal pelunasan utang pajakanya. Banyak dari Wajib Pajak yanjg tidak menghiraukan atas diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus menerbitkan Surat Teguran bukanlah suatu sarana yang menjamin atas lancarnya penerimaan pajak, kemudian pihak aparatur pajak masih harus menerbitkan surat paksa yang merupakan salah satu sarana untuk mencairkan tunggakan pajak. Sebagai akibat dari ketidak patuhan Wajib Pajak, maka dilakukan tindakan penagihan aktif sebagai sarana dalam mencapai penerimaan negara dari sektor pajak.

Berikut ini adalah tabel jumlah wajib pajak yang mendapatkan Surat Teguran dan Surat Paksa pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur:

Tabel 4.1

Jumlah Penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa untuk Wajib Pajak serta Pencairan Piutang Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Tahun 2010, 2011 dan 2012

TAHUN SURAT TEGURAN SURAT PAKSA

PENERBITAN (LEMBAR) PENCAIRAN (RUPIAH) PENERBITAN (LEMBAR) PENCAIRAN (RUPIAH) 2011 1.079 3.786.713.228 326 3.894.768.132 2012 2.320 7.287.365.658 1250 3.377.923.273 2013 823 10.359.943.680 2539 11.181.321.723 JUMLAH 4.222 21.434.022.566 4115 18.454.013.128 Analisis tabel 4.1

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa sangat banyak wajib pajak yang tidak patuh terhadap kewajibannya membayar pajak, terlihat dari banyaknya jumlah Surat Teguran dan Surat Paksa yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat pula bahwa penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa sangatlah efektif dalam pemungutan pajak guna menambahkan kas negara.

Pada tahun 2011 jumlah Surat Teguran yang diterbitkan adalah sebanyak 1079 dengan pencairan sebesar Rp. 3.786.713.228,- dan jumlah Surat Paksa yang diterbitkan sebesar 326 dengan pencairan sebesar Rp. 3.894.768.132,-

Pada tahun 2012 jumlah Surat Teguran meningkat secara signifikan, yaitu sebesar 2320 Surat Teguran dengan pencairan sebesar Rp. 7.287.365.658,- , ini dikarenakan petugas juru sita pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur digantikan oleh juru sita yang baru pada bulan November tahun 2011, lalu petugas juru sita yang baru mengeluarkan kebijakan untuk melakukan pengawasan ulang kepada wajib pajak terutang yang belum pernah menerima Surat Teguran oleh jurusita sebelumnya.

Pada tahun 2013, terjadi penurunan jumlah surat teguran secara signifikan yaitu hanya sebanyak 823 surat, namun dalam pencairannya mengalami peningkatan. Ini dikarenakan petugas juru sita mengeluarkan kebijakan untuk mempriopritaskan penerbitan surat teguran kepada wajib pajak yang utang pajaknya lebih besar supaya dapat memaksimalkan pendapatan negara dari sektor pajak.

Sementara jumlah Surat Paksa yang diterbitkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 2539 surat dengan pencairan sebesar Rp. 11.181.321.723,- dikarenakan masih banyaknya wajib pajak yang sudah mendapatkan Surat Teguran pada tahun 2012 belum mendapatkan Surat Paksa. Keterlambatan penerbitan Surat Paksa ini terjadi karena jumlah jurusita pada Kantor Pelayanan Pajak Pajak Pratama Medan Timur sangat terbatas, yakni hanya 2 (dua) orang saja. Dengan jumlah juru sita yang sedikit ini dan jumlah wajib pajak yang

sangat banyak, kerja dari jurusita tidaklah maksimal. Oleh karena itu, dalam proses melakukan penagihan pajak jurusita banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang membantu memaksimalkan proses penagihan pajak.

C.Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa Adapun kendala-kendala yang sering ditemui berkaitan dengan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah:

1. Banyaknya wajib pajak yang tidak dapat ditemukan

Banyaknya wajib pajak yang tidak dapat ditemukan di lapangan oleh jurusita pajak terjadi karena:

a. Wajib pajak sudah berpindah alamat

b. Wajib pajak sudah meninggal dunia dan alamatahli waris tidak diketahui. 2. Penanggung pajak menolak Surat Paksa.

Adakalanya penanggung pajak menolak, menerima Surat Paksa dengan berbagai alasan. Alasan penolakan ini kadang kala sengaja dicari-cari karena Wajib Pajak tidak mau membayar pajaknya. Apabila penolakan didasarkan pada alasan lainnya, misalnya :

a) Karena sedang mengajukan Surat Keberatan. b) Sengaja menolak dengan alasan yang tidak jelas.

Maka terhadap hal-hal yang demikian, Jurusita setelah memberikan keterangan sebelumnya tetap melaksanakan Surat Paksa tersebut dengan menyerahkan salinan Surat Paksa kepaa yang bersangkutan. Dan apabila Penanggung Pajak dan wakilnya tetap menolak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat ditinggalkan begitu saja pada tempat kediaman / tempat kedudukan Penanggung Pajak atau wakilnya dengan demikian Surat Paksa dianggap sudah diberitahukan / disampaikan.

3. Terbatasnya jumlah jurusita

Jumlah jurusita pajak pada Kantor Pelayananan Pajak Pratama Medan Timur hanya berjumlah dua orang saja. Sangat sedikitnya jumlah jurusita pajak tersebut menjadi penghalang dalam memaksimalkan kinerja dari seksi penagihan, karena sangat banyaknya jumlah wajib pajak yang tidak patuh atas kewajiban pajaknya.

4. Terdapat tunggakan yang berbeda.

Dalam prakteknya kadang terdapat perhitungan yang salah dari pajak yang seharusnya dibayar. Jika terdapat kesalahan seperti ini, maka Wajib Pajak berhak untuk menunda pembayaran pajak sampai telah ditentukan jumlah yang benar. Apabila dalam melaksanakan penyampaian Surat Paksa, Jurusita memenuhi persoalan seperti tersebut diatas, yaitu tunggakan menurut Surat paksa berbeda dengan tunggakan menurut Surat Ketetapan Pajak yang ada pada Penanggung Pajak, maka jurusita tidak dapat mengubah apa yang tertulis pada Surat Paksa atau mencoret dan menambahkan pembetulannya. Jurusita mengembalikan Surat Paksa tersebut kepada

Kepala Seksi penerimaan dan penagihan / Kepala Subseksi penagihan dengan disertai laporan dan usul agar dikeluarkan Surat Paksa yang baru dengan menggunakan nomor dan tanggal yang sama (pengganti Surat Paksa yang tadi) sesuai dengan data yang sebenarnya.

5. Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk rumah.

Pada waktu pelaksanaan penyitaan sering terjadi pada Jurusita tidak diperbolehkan masuk kealam rumah Wajib Pajak / Penanggung Pajak.

Hambatan lain yang sering ditemui dalam pelaksanaan penyitaan adalah Jurusita tidak diperbolehkan menyita barang-barang milik Wajib Pajak / Penanggung Pajak.

a. Pembuktian barang-barang yang bukan milik Wajib Pajak / Penanggung Pajak.

Pada waktu melakukan penyitaan ada kemungkinan bahwa Wajib Pajak / Penanggung Pajak menyatakan bahwa sebagian barang-barang yang akan Disita tersebut bukanlah miliknya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyitaan barang yang akan dilakukan.

b. Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau mendatangi Berita Acara Sita. Berita Acara Sita dibuat dan ditandatangani oleh Jurusita, para saksi dan Wajib Pajak / Penanggung Pajak atau wakilnya yang barangnya disita. Sering terjadi Wajib Pajak guna pelunasan utang pajaknya menjadi tertunda. c. Tingkat kesadaran Wajib Pajak Masih Rendah.

3. Dalam pelaksanaan penagihan pajak melalui Surat Paksa, fiskus masih sering menjumpai faktor penghambat. Faktor-faktor penghambat itu adalah banyaknya wajib pajak yang tidak dapat ditemukan di lapangan karena berbagai faktor, jumlah jurusita pajak yang sangat sedikit, adanya penanggung pajak yang menolak Surat Paksa dengan alasan yang tidak jelas, dan terdapatnya perhitungan yang salah dari pajak yang seharusnya dibayar.

4. Begitu banyaknya penghambat yang dihadapi dalam proses penagihan pajak dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, maka fiskus mencari cara dalam penyelesaian masalah tersebut. Cara yang dilakukan fiskus terhadap wajib pajak yang tidak dapat ditemui adalah dengan bekerja sama dengan instansi lain yang terkait seperti RT, RW, dan Kelurahan. Dengan jumlah jurusita yang minim, jurusita pajak mengeluarkan beberapa kebijakan yang membantu memaksimalkan kinerja yang minim dikarenakan jumlah jurusita pajak yang sangat sedikit. Untuk penanggung pajak yang menolak Surat Paksa, pihak fiskus bekerjasama dengan pihak kepolisian. Fiskus melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk memberi pengetahuan yang seluas-luasnya tentang perpajakan.

Walaupun system Perpajakan kita telah mnganut sistem Self Assessment namun tingkat kesadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar serta membayar utang pajak pada tepat waktu masih rendah dikarenakan masih kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang perpajakan.

Dilihat dari kendala-kendala yang sering ditemui berkaitan dengan Penagihan Pajak melalui Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Tidak semua Wajib Pajak mempunyai kesadaran dan kemampuan yang sama, sehingga ketaatannya pun juga tidak sama. Ada kemungkinan bahwa setelah dilakukan penagihan secara pasif ternyata Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak memenuhi kewajiban walaupun sistem perpajakan kita menganut sistem Self Assessment namun tingkat kesadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar tidak dapat memenuhi kewajibannya bahkan menghindarinya dengan berbagai alasan didalamnya diantaranya menolak Surat Paksa.

D.Cara Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa.

Penyelesaian Masalah dalam hal Penagihan Pajak melalui Surat Paksa:

1. Untuk mengatasi masalah tentang banyaknya wajib pajak yang tidak dapat ditemui, fiskus melakukan beberapa hal sebagai berikut:

a. Melakukan kerjasama dengan instansi terkait untuk meminta keterangan keberadaan wajib pajak tersebut, seperti dari RT, RW, dan Kelurahan

b. Menempelkan Surat Paksa atas nama wajib pajak tersebut di papan pengumuman KPP

c. Mengumumkan Surat Paksa atas nama wajib pajak tersebut melalui media massa.

2. Dengan jumlah jurusita pajak yang sedikit membuat jurusita harus mengambil langkah dengan mengeluarkan beberapa kebijakan guna memaksimalkan kinerja. 3. Apabila Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk rumah untuk melaksanakan

tugasnya dengan memberikan berupa ancaman maka Jurusita dapat melaporkan kepada pihak kepolisian untuk melaksanakan penyitaan tersebut.

4. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang perpajakan untuk memberi pengetahuan kepada wajib pajak agar taat kepada peraturan perundang-undangan, sehingga meminimalkan terjadinya tunggakan pajak yang berbeda pada Surat Paksa.

5. Ada kalanya Wajib Pajak keberatan atau tidak memperbolehkan Jurusita untuk menyita barang milik Wajib Pajak tersebut. Dalam hal ini Jurusita Pajak berupaya memberikan penjelasan atau pengertian mengenai maksud penyitaan bahwa penyitaan tidak selalu berakhir dengan penjualan barang (lelang) apabial Wajib Pajak tersebut melunasi utang pajaknya.

6. Apabila Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara, Jurusita dapat memaksakan dan meminta bantuan kepada pihak kepolisian karena telah melanggar Peraturan Perundang-undangan.

Dilihat dari masalah-masalah yang timbul didalam pelaksanaan penagihan pajak melalui Surat Paksa yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dikarenakan pada umumnya banyak Wajib Pajak yang belum begitu mengerti dan memahami peraturan perpajakan serta kurangnya kesadaran Wajib Pajak. Hal demikian yang membuat Wajib Pajak / Penanggung Pajak melalaikan kewajibannya dalam pembayaran pajak, dengan tidak membayar utang pajaknya dengan berbagai alasan. Untuk itu kewajiban para pegawai pajak khususnya pada seksi penagihan mencari solusi didalam pemecahan masalah-masalah yang ada berkaitan dengan penagihan yang lebih aktif didalamnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat dirangkumkan yaitu sebagai berikut:

1. Prosedur yang dilakukan oleh fiskus sudah sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2000 (UU PPSP) yaitu diawali dengan penerbitan Surat Teguran setelah 7 hari dari tanggal jatuh tempo penerbitan SKP atau STP. Kemudia Fiskus di seksi penagihan akan menerbitkan Surat Paksa terhitung 21 hari dari tanggal jatuh tempo penerbitan Surat Teguran. Apabila dalam waktu 2 X 24 jam penanggung

Dokumen terkait