• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Aceh Utara

1 Penambahan berat badan sapi potong

7,33 3,263 0,001

2 Modal Peternak 0,051 1,139 0,000

3 Umur Peternak -46050,38 -0,853 0,395

4 Pendidikan Peternak -65819,92 -0,407 0,685 5 Pengalaman Peternak -40645,13 -0,749 0,455 6 Mortalitas Sapi Potong 3,08 1,580 0,116 7 Skala Pemeliharaan Sapi

Potong

3,08 6,830 0,000

R2 0,91

F hit 30,834

Signifikansi 0,000

Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan tabel di atas maka di peroleh persamaan berikut :

Kecamatan Cot Girek Y = -3,505+1,731X1-0,193X2-2027,48X3-440593,4X4- 18934,9X5+2,69X6+4,230 X7

Kecamatan Sawang Y = -2,21+7,33X1+0,051X2-46050,38X3-65819,92X4- 40645X5+3,08X6+3,08 X7

Tabel 11 dan 12 menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara R2 0,93 dan F hit 5,673 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan Begitu pula di jelaskan pada Tabel 12 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara peternakan dengan R2 0,91 dan F hit 30,834 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial.

Penambahan Berat Badan Sapi dan Modal Peternak Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong

Berdasarkan Tabel 11 variabel penambahan bobot badan sapi potong memiliki signifikansi 0,000 di Kecamatan Cot Girek dengan koefesien regrsi 1,731, hal ini menunjukan variabel penambahan bobot badan sapi potong berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak sapi potong. Pada tabel 12 di Kecamatan Sawang dengan variabel penambahan bobot badan sapi nilai signifikansi 0,001 dan koefesien regrsi 7,33 menunjukkan penambahan bobot badan sapi potong berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak. Pengaruh positif menunjukkan pengaruh yang searah antara penambahan bobot badan sapid an pendapatan peternak sapi. Semakin meningkat penambahan bobot badan sapi, maka pendapatan peternak sapi potong semakin meningkat pula.

Pengaruh Modal Peternak Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong Berdasarkan Tabel 11 modal peternak memiliki signifikansi sebesar 0,000 dengan regresi -0,193 di Kecamatan Cot Girek, hal ini menunjukan variable modal peternak berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak sapi potong.

Dengan kata lain, apabila modal peternak mengalami penurunan, maka pendapatan peternaksapi di Kecamatan Cot Girek mengalami peningkatan. Pada Tabel 12 di Kecamatan Sawang Variabel modal peternak memiliki nilai signifikansi 0,000 dengan koefesien regresi 0,051. Hal ini menunjukan bahwa modal peternak berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak. Dengan kata lain apabila modal peternak meningkat, maka jumlah pendapatan peternak di Kecamatan Sawang akan mengalami peningkatan.

Pengaruh Umur Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong.

Berdasarkan Tabel 11 variabel umur memiliki nilai signifikansi sebesar 0,962 dengan koefesien regresi -2027,4, ini menunjukan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak di Kecamatan Cot Girek. Sedangkan pada tabel 12 memiliki nilai signifikansi sebesar 0,395 dengan nilai koefesien regresi -46050,3, ini menggambarkan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak di Kecamatan Sawang.

Pengaruh Pendidikan Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong

Berdasarkan Tabel 11 variabel pendidikan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,517 dengan koefesien regrsi -440593,42, ini menggambarkan bawa pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak di Kecamatan Cot Girek. Sedangkan di Kecamatan Sawang pada tabel 12 menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,685 dengan koefesien regresi -65819,92, ini menjelaskan bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak.

Pengaruh Pengalaman Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong

Tabel 11 merupakan variabel pengalaman memiliki nilai signifikansi sebesar 0,763 dengan koefesien regresi -18934,9, ini menggambarkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak di Kecamatan Cot Girek.Sedangkan di Kecamatan Sawang pada tabel 12 menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,455 dengan koefesien regresi -40645,1, ini menjelaskan bahwa variabel pengalaman tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak di Kecamatan Sawang.

Pengaruh Mortalitas Sapi Potong Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong

Tabel 11 merupakan variabel mortalitas sapi potong memiliki nilai signifikansi sebesar 0,219 dengan koefesien regresi 2,69, ini menggambarkan bahwa mortalitas sapi potong tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak di Kecamatan Cot Girek.Sedangkan di Kecamatan Sawang pada tabel 12 menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,116 dengan koefesien regresi 3,08, ini menjelaskan bahwa variabel mortalitas sapi potong tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak di Kecamatan Sawang.

Pengaruh Skala Pemeliharaan Sapi Potong Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong

Tabel 11 merupakan variabel skala pemeliharaan sapi potong memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan koefesien regresi 4,23, ini menggambarkan bahwa skala pemeliharaan sapi potong berpengaruh terhadap pendapatan peternak di Kecamatan Cot Girek. Dengan kata lain, apabila skala pemeliharaan sapi potong meningkat, maka pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Cot Girek akan mengalami peningkatan. Sementara itu di Kecamatan Sawang pada tabel 12 menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan koefesien regresi 3,08, ini menjelaskan bahwa variabel skala pemeliharaan sapi potong berpengaruh terhadap pendapatan peternak di Kecamatan Sawang. Dengan kata lain, variable skala pemeliharaan sapi potong dan pendapatan peternak memiliki pengaruh yang searah. Dimana apabila skala pemeliharaan sapi potong meningkat, maka pendapatan peternak di Kecamatan Sawang akan mengalami peningkatan dan apabila skala pemeliharaan sapi potong menurun, maka pndapatan peternak sapi potong di Kecamatan Sawang akan mengalami penurunan. Kecamatan Cot Girek 24.497.191 12.706.180 122.472 704.975 38.030.817 Kecamatan Sawang 24.150.479 11.361.575 126.370 678.637 36.317.062 Sumber : Data primer diolah tahun 2015

Total hasil produksi merupakan penjumlahan dari total penjumlahan dari total hasil penjualan sapi dan total penjualankotoran sapi selama penelitian di catat dari peternak yang merupakan sampel dari penelitian. Kadarsan (1995) menyatakan bahwa penerimaan yang diperhitungkan adalah output yang dikonsumsi peternak yang dihadiahkan. Penerimaan yang bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil seperti panen tanaman dan olahannya serta panen dari peternak dan hasil olahannya.

Tabel 13 menjelaskan tentang biaya produksi yang tertinggi dilokasi penelitian adalah di Kecamatan Cok Girek dengan rataan sebesar Rp38.030.817 dan biaya produksi terendah terdapat di Kecamatan Sawang yaitu dengan rataan sebesar Rp 36.317.062. pendapatan/ekor Rp.3.804.360. Dari Tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Sawang lebih tinggi dibandingkan pendapatan peternak di Kecamatan Cot Girek baik dari segi pendapatan/peternak maupun pendapatan/ekor.

Analisis R/C

Analisa R/C dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut untung atau rugi. Untuk mengetahui laba/rugi suatu usaha dilakukan pencatatan semua pengeluaran dan masukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sodiq dan Abidin (2002) menyatakan bahwa untuk memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau kerugian suatu usaha, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah pencatatan, baik untuk pos pengeluaran (biaya) maupun pos pendapatan.

Analisis R/C dapat diketahui dengan menghitung selisih antara total hasil produksi dengan total biaya produksi. Dari hasil perhitungan laba rugi dapat diketehui bahwa usaha ternak sapi yang dilakukan peternak di Kecamatan Cot Girek mendapat rataan pendapatan sebesar Rp 8.967.497, dan di Kecamatan Sawang rataan pendapatan peternak sebesar Rp 9.615.130. Pendapatan dapat

diperoleh karena total hasil produksi memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1995) yaitu keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari pada pengeluarannya.

Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Analisis R/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidak layak suatu usaha dilanjutkan atau sebaliknya usaha tersebut dihentikan dengan melihat efisien atau tidak usaha tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kadariah (1987) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisien suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemesukan dibagi dengan besarnya korbanan.

R/C ratio yang tertinggi terdapat di Kecamatan Sawang yaitu sebesar 1,28 dan yang terendah di Kecamatan Cot Girek sebesar 1,27. Jika dilihat secara keseluruhan R/C > 1. Sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1995) menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan manfaat apabila R/C ratio >1, semakin besarnya R/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut. Begitu pula sebaliknya semakin kecilnya nilai R/C Ratio maka semakin tidak efisien usaha tersebut.

Maka, pola pemeliharaan sapi di Kecamatan Sawang lebih efisien daripada pola pemeliharaan sapi di Kecamatan Cok Girek berdasarkan pertimbangan R/C ratio usaha pemeliharaan sapi potong di masing-masing kecamatan.

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan usaha peternakan dengan dikurangi biaya pakan. Income over feed cost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat besarnya biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha pemeliharaan ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusume (1990) menyatakan bahwa IOFC adalah selisih dari total pendapatan dibandingkan total biaya pakan yang digunakan selama pemeliharaan.

Rataan IOFC terendah di lokasi penelitian berada di Kecamatan Sawang sebesar Rp 33.3880.890 dan rataan tertinggi berada di Kecamatan Cok Girek sebesar Rp 34.292.135 IOFC ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besarnya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam pengembangan sapi. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan.

Revenue/Cost Pola Pemeliharaan Sapi Kecamatan Sawang dan Kecamatan Cok Girek Sawang menggunakan sistem Feedlot Fattening (pemeliharaan dalam kandang).

Pakan diberikan dalam kandang secara kontinyu dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, sesekali ternak akan dikeluarkan dari kandang untuk dimandikan.

Pakan yang diberikan terdiri dari rumput gajah, rumput lapangan dan batang pisang beserta daunnya. Sedangkan sistem pemeliharaan ternak di Kecamatan Cot Girek menggunakan sistem kombinasi antara Feedlot Fattening dengan Pasture Fattening. Pakan diberikan dalam kandang pada malam hari dan pada siang hari ternak dilepaskan di areal pengembalaan (perkebunan sawit). Pakan yang diberikan juga terdiri rumput gajah dan rumput lapangan. Sehingga pertumbuhan ternak di Kecamatan Sawang lebih cepat dari pada di Kecamatan Cot Girek.

Perbandingan Pendapatan Peternak Sapi Potong, Penambahan Berat Badan Sapi, Mortalitas Sapi Potong, Modal Peternak, Skala Pemeliharaan Sapi Potong dan R/C di Kecamatan Sawang dengan Kecamatan Cot Girek Berdasarkan Uji t-Test Compare Means di Kabupaten Aceh Utara.

Selisih nilai R/C usahatani sapi potong di Kecamatan Sawang dan Kecamatan Cot Girek 0,01. Dimana berdasarkan analisis finanisal R/C, usahatani sapi potong di Kecamatan Sawang lebih efisien daripada usahatani sapi potong di Kecamatan Cot Girek. Namun, Selisih yang sangat kecil itu membutuhkan uji statistik lanjutan untuk melihat apakah ada perbedaan antara keduanya. Uji statistik yang dilakukan dengan uji t-Test Compare Means.

Salah satu yang perlu diperhatikan ialah bagaimana perbandingan antara berbagai faktor penting seperti : pendapatan peternak sapi potong, penambahan berat badan sapi potong, mortalitas sapi potong, modal peternak, skala

H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata variable komparasi di Kecamatan Cot Girek dan Kecamatan Sawang.

H1 : Ada perbedaan yang nyata variable komparasi di Kecamatan Cot Girek dan Kecamatan Sawang.

Dengan kriteria uji :

Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05) Jika nilai signifikansi >α maka H0 diterima Jika nilai Signifikansi <α maka H0 ditolak.

Komparasi Pendapatan/Peternak di Kecamatan Sawang dan Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Tabel 12 diperoleh nilai siginfikansi sebesar 0,032. Dimana signifikansi 0,032 < 0,05 α maka H0 ditolak H1 diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan/peternak sapi potong di Kecamatan Sawang dan pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Cot Girek. Nilai Mean Difference yang bernilai negatif yakni sebesar -6,47 menunjukkan bahwa pendapatan/peternak di Kecamatan Cot Girek lebih rendah daripada pendapatan/

peternak di Kecamatan Sawang (Pendapatan peternak di Kecamatan Sawang lebih baik daripada di Kecamatan Cot Girek). Hal ini dikarenakan rata-rata lama penggemukan ternak sapi di Kecamatan Sawang adalah 8 (delapan) bulan.

Sedangkan rata-rata lama penggemukan ternak sapi di Kecamatan Cot Girek adalah 14 (empat belas) bulan. Sehingga perputaran uang di tingkat peternak lebih cepat di Kecamatan Sawang dari pada Kecamatan Cot Girek.

Komparasi Pendapatan/Ekor di Kecamatan Sawang dan Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Tabel 12 diperoleh nilai siginfikansi sebesar 0,003. Dimana signifikansi 0,003 < 0,05 α maka H0 ditolak H1 diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan/ekor sapi potong di Kecamatan Sawang dan pendapatan/ekor sapi potong di Kecamatan Cot Girek. Nilai Mean Difference yang bernilai negatif yakni sebesar -1,31 menunjukkan bahwa pendapatan/ekor di Kecamatan Cot Girek lebih rendah daripada pendapatan/ ekor di Kecamatan Sawang (Pendapatan/ekor di Kecamatan Sawang lebih baik daripada di Kecamatan Cot Girek). Hai ini dikarenakan bahwa rata-rata peternak di Kecamatan Sawang memelihara ternak sapi hasil persilangan, sehingga nilai jual ternak relatif lebih mahal. Sedangkan di Kecamatan Cot Girek rata-rata peternak memelihara ternak sapi lokal, sehingga nilai jual ternak relatif lebih murah.

Komparasi Penambahan Berat Badan Sapi Potong di Kecamatan Sawang dan Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Tabel 12 diperoleh nilai siginfikansi sebesar 0,000. Dimana signifikansi 0,000 < 0,05 α maka H0 ditolak H1 diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara penambahan berat badan sapi potong di Kecamatan Sawang dan penambahan berat badan sapi potong sapi potong di Kecamatan Cot Girek. Nilai Mean Difference yang bernilai negatif yakni sebesar -0,157 menunjukkan bahwa penambahan berat badan sapi potong di Kecamatan Cot Girek lebih rendah daripada penambahan berat badan sapi potong di Kecamatan Sawang (Penambahan Berat Badan Sapi Potong di Kecamatan Sawang lebih baik daripada di Kecamatan Cot Girek). Rata-rata peternak di Kecamatan Sawang memelihara ternak sapi hasil persilangan, sedangkan peternak di Kecamatan Cot Girek rata-rata memelihara ternak sapi lokal, jadi secara genetik ternak sapi hasil persilangan lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan ternak sapi lokal, selain itu ADG sapi hasil persilangan lebih tinggi dibandingkan ADG sapi lokal.

Komparasi Mortalitas Sapi Potong di Kecamatan Sawang dan Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Tabel 12 diperoleh nilai siginfikansi sebesar 0,038. Dimana signifikansi 0,038 < 0,05 α maka H0 ditolak H1 diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara mortalitas sapi potong di Kecamatan Sawang dan mortalitas sapi potong di Kecamatan Cot Girek. Nilai Mean Difference yakni sebesar 0,006 menunjukkan bahwa mortalitas sapi potong di Kecamatan Cot Girek lebih tinggi daripada mortalitas sapi potong di Kecamatan Sawang (Angka kematian sapi potong di Kecamatan Sawang lebih rendah daripada Kecamatan Cot Girek). Hal ini disebabkan manajemen pemeliharaan ternak sapi di Kecamatan Sawang lebih bagus dibandingkan dengan manajemen pemeliharaan ternak sapi di Kecamatan Cot Girek, sehingga angka kematian ternak sapi di Kecamatan Sawang lebih rendah dari pada angka kematian ternak sapi di Kecamatan Cot Girek.

Komparasi Modal Peternak Sapi Potong di Kecamatan Sawang dan Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Tabel 12 diperoleh nilai siginfikansi sebesar 0,046. Dimana signifikansi 0,046 < 0,05 α maka H0 ditolak H1 diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara modal peternak sapi potong di Kecamatan Sawang dan modal peternak sapi potong di Kecamatan Cot Girek. Nilai Mean Difference yakni sebesar 1,713 menunjukkan bahwa modal peternak sapi potong di Kecamatan Cot Girek lebih tinggi daripada modal peternak sapi potong di Kecamatan Sawang (Modal peternak sapi potong di Kecamatan Sawang lebih rendah daripada modal peternak sapi potong di Kecamatan Cot Girek). Hal ini disebabkan oleh lamanya tingkat pemeliharaan ternak sapi, rentang waktu pemeliharaan ternak sapi di Kecamatan Cot Girek lebih lama dibandingkan dengan di Kecamatan sawang. Sehingga modal yang dikeluarkan untuk biaya pakan dan biaya lainya lebih tinggi di Kecamatan Cot Girek dari pada di Kecamatan Sawang selanjutnya berpengaruh pada modal yang dikeluarkan oleh peternak dalam melakukan usaha penggemukan sapi.

Komparasi Skala Pemeliharaan Sapi Potong di Kecamatan Sawang dan Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Tabel 12 diperoleh nilai siginfikansi sebesar 0,045. Dimana signifikansi 0,045 < 0,05 α maka H0 ditolak H1 diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skala pemeliharaan sapi potong di Kecamatan Sawang dan skala pemeliharaan sapi potong di Kecamatan Cot Girek. Nilai Mean Difference yang bernilai negatif yakni sebesar -0,077 menunjukkan bahwa skala pemeliharaan sapi potong di Kecamatan Cot Girek lebih rendah daripada skala pemeliharaan sapi potong di Kecamatan Sawang (Skala Pemeliharaan Sapi Potong di Kecamatan Sawang lebih baik daripada di Kecamatan Cot Girek).

Komparasi R/C Usaha Sapi Potong di Kecamatan Sawang dan Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Tabel 12 diperoleh nilai siginfikansi sebesar 0,001. Dimana signifikansi 0,001 < 0,05 α maka H0 ditolak H1 diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara R/C usaha sapi potong di Kecamatan Sawang dan R/C usaha sapi potong di Kecamatan Cot Girek. . Nilai Mean Difference yang bernilai negatif yakni sebesar -0,004 menunjukkan bahwa R/C usaha sapi potong di Kecamatan Cot Girek lebih rendah daripada R/C usaha sapi potong di Kecamatan Sawang ( R/C usaha sapi potong di Kecamatan Sawang lebih baik daripada R/C usaha sapi potong di Kecamatan Cot Girek).

Perancangan Strategi

Faktor-faktor strategis lingkungan yang berpengaruh di Kecamatan Cot Girek dan Kecamatan Sawang di Kabupaten Aceh Utara, terdiri dari faktor-faktor strategis lingkungan eksternal dan internal. Faktor-faktor strategis lingkungan eksternal adalah faktor-faktor strategis yang berasal dari lingkungan eksternal.

Faktor kekuatan pada lokasi penelitian Iklim Sesuai Pengembangan Sapi

Aceh Utara memiliki ketinggian 100-1.500 meter diatas permukaan laut, letek geografis Kabupaten ini berada pada 04010.330- 0505.7500 Lintang Utara (LU) dan 95015.40’’- 9702.025’’ Bujur Timur (BT). Kawasan peternakan terletak pada ketinggian antara 500-700 meter diatas permukaan laut, tergolong wilayah beriklim sedang dengan curah hujan berkisar antara 1500-2000 mm3 pertahun serta memiliki musim basah 6-7 bulan dan musim kering 5-6 bulan dalam setahunya yang merupakan iklim yang sesuai dalam pemeliharaan sapi potong.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Aceh Utara

Kabupaten Aceh Utara memiliki salah satu dinas yang membidangi fungsi peternakan yang merupakan pendukung dalam budidaya ternak sapi di Kecamatan Cot Girek Dan Kecamatan Sawang. Dengan demikian adanya Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan merupakan salah satu kekuatan dalam budidaya sapi di Kabupaten Aceh Utara.

Ketersediaan Modal Peternak yang Relatif Besar

Salah satu sumber kekuatan internal dari peternak sapi di daerah penelitian ialah ketersediaan modal peternak yang relatif besar. Di mana, dengan modal yang relatif besar tersebut akan membantu di dalam pengembangan skala pemeliharaan sapi potong di daerah penelitian.

Usia Peternak Yang Produktif

Bakri dan Manning (1982) menyatakan bahwa usia produktif untuk Negara yang sedang berkembang umumnya adalah 15-55 tahun. Begitu juga halnya usia peternak di lokasi penelitian yang pada umumnya digolongkan usia produktif 25 sampai dengan 65 tahun. Pada umumnya peternak usia lanjut fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberi pengertian yang dapat mengubah cara berfikir.

Akses Jalan

Akses jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 2, 3, 4, dan 6 merupakan kekuatan yang dapat mendukukng dalam pengangkutan hasil produksi peternakan yang berasal dari lokasi penelitian.

Pengalaman

Soeharjo dan Patonang (1982) menyatakan bahwa umur dan pengalaman beternak akan mempengaruhi kemampuan peternak dalam menjalankan usaha, peternak yang mempunyai pengalaman lebih banyak akan hati-hati dalam bertindak dengan adanya pengalaman buruk di masa lalu.

Faktor Kelemahan Pada Lokasi Penelitian

Tidak Meratanya Pelatihan Yang Diberikan Pemerintah Daerah

Sebahagian kecil peternak di Kecamatan Sawang dan Kecamatan Cot Girek sudah pernah mengikuti pelatihan dibidang peternakan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, pemerintah daerah sering mengadakan pelatihan dalam budidaya sapi potong baik di Kabupaten Aceh Utara maupun di luar Kabupaten Aceh Utara, hanya saja masih kurang meratanya kesempatan yang diberikan oleh pemerintah dalam mengikuti pelatiahan kepada peternak yang ada dilokasi penelitian.

Rendahnya Tingkat Pendidikan Peternak

Menurut Soekartawi (1986) bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berfikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Oleh karna itu pendidikan sedikit banyaknya dapat berpengaruh terhadap pengembangan usaha.Selanjutnya dijelaskan Wiraatmadja (1977) pendidikan merupakan upaya untuk mengadakan perubahan prilaku berdasarkan ilmu-ilmu dan pengalaman yang sudah diketahui dan direstui oleh masyarakat.

Beternak Merupakan Usaha Sampingan

Salah satu faktor dari kelemahan ialah kurang yakinnya peternak bahwasanya ternak sapi dapat dijadikan usaha utama, dengan banyaknya peternak dilokasi penelitian bekerja sebagai petani di lahannya masing-masing, sehinnga peternak di anggap usaha sampingan, dengan demikian beternak sebagai usaha sampingan dianggap sebagai kelemahan dalam pengembangan sapi potong dilokasi penelitian.

Kecamatan Sawang Kekuatan

Usia peternak tergolong produktif 0,09 3 0,27

Iklim yang sesuai dalam budidaya sapi 0,08 4 0,29

Sapi yang dipelihara merupakan sapi yang dipilih sendiri

0,09 2 0,28

Akses jalan dapat dilalui kendaraan roda 4 0,08 2 0,27

Ketersediaan modal peternak yang relatif besar

0,07 2 0,25

Kelemahan

Beternak merupakan usaha sampingan 0,06 3 0,28

Pendidikan peternak relatif rendah 0,08 3 0,35

Kurang meratanya pelatihan yang diberikan pemerintah terhadap peternak

0,08 3 0,11

Total 0,63 2,1

Sumber : Data Primer diolah, 2015 Analisa Faktor Internal

Analisa faktor lingkungan internal digunakan sebagai kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness).

Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan (strengths) merupakan faktor strategi internal di Kecamatan Cot Girek dan di Kecamatan Sawang di Kabupaten Aceh Utara yang harus dimanfaatkan. Ada beberapa aspek yang dapat dijadikan kekuatan dalam pengembangan sapi di Kecamatan Cot Girek yaitu : (1) iklim yang sesuai dan cocok dalam pengembangan sapi dengan bobot 0.09 dan sekor 0.30, (2) ketersediaan modal peternak yang relatif besar dengan bobot 0.09 dan sekor 0.24, (3) usia peternak tergolong produktif dengan bobot 0.07 dan sekor 0.25, (4) akses jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4 dengan bobor 0.08 dan sekor 0.15 , (5) tingkat pengalaman yang relatif tinggi akan memudahkan peternak dalam beternak dengan bobot 0.08 dan sekor 0.15. sedangkan kekuatan di Kecamatan Sawang meliputi : (1) usia peternak tergolong usia produktif dengan bobot 0,09 dan sekor 0,27, (2) iklim yang sesuai dalam budidaya sapi dengan bobot 0,08 dan

sekor 0,29, (3) sapi yang dipelihara merupakan sapi yang dipilih sendiri oleh

sekor 0,29, (3) sapi yang dipelihara merupakan sapi yang dipilih sendiri oleh

Dokumen terkait