• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : BIOGRAFI ARY GINANJAR AGUSTIAN

B. Deskripsi Konsep ESQ

3. Penanaman Keislaman (Ibadah dan Akhlak)

a. Pemeliharan karakter melalui ibadah (Amaliyah)

Ibadah di dalam Islam memiliki tiga dimensi, yaitu individual, spiritual dan sosial. Kesempurnaan ibadah di dalam Islam tidak hanya dinilai aspek pelaksanaan formal yang meliputi kesempurnaan syarat dan rukun tetapi juga implementasi sosial- kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, seorang tidak disebut haji jika di dalam dirinya tidak tertanam jiwa sosial dan kepedulian atas persoalan-persoalan kemanusiaan. (Mu‟ti,2004:59)

Ibadah dalam arti khusus (terbatas) ialah perlakuan penyembahan kepada Allah, sesuai dengan yang telah ditentukan (yang terkandung dalam rukun Islam) dan segala cabang- cabangnya, yakni yang sifatnya hukum wajib atau sunnah atau yang datangnya atas perintah atau pun anjuran-anjuran. Shalat fardhu dan shalat-shalat sunnah, zakat, sedekah jariyah, haji dan umrah serta yang lain adalah amal atau perbuatan baik yang dicontohkan dari sunnah Rasulullah.(Falih dan Yusuf,2003:57)

Ibadah dalam konsep ESQ berada dalam Personal Strength atau Ketangguhan Pribadi. Ary Ginanajar Agustian

menjadikan shahadat, shalat, dan puasa sebagai salah satu metode pemeliharaan karakter, karena di dalamnya terkandung mekanisme RMP (repetitive magic power) atau pengulangan secara terus menerus. Dalam RMP ini, energi potensial yang maha dahsyat yang berada dalam diri setiap manusia (dalam god spot-nya) diubah menjadi energi kinetik (energi gerak) secara berulang-ulang, sehingga menghasilkan sebuah karakter manusia yang handal. (Agustian,2003:270)

Ary Ginanjar Agustian menggambarkan penghayatan dalam personal stength (ketangguhan pribadi) sebagai berikut:

 Mission Statement (Penentapan misi)

Misi merupakan motivasi untuk menggerakkan kekuatan dalam mencapai kemajuan. Misi kehidupan tertinggi adalah pengabdian kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Kalimat syahadat merupakan komitemen dari 6 rukun iman, di mana merupakan kekuatan sebuah visi yaitu memulai dengan tujuan akhir dan membulatkan tekad diri. Di sinilah yang harus dilakukan sebelum melangkah yaitu memiliki visi yang jelas dan meneguhkan hati untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan keyakinan dan optimisme sehingga akan menjadi dorongan yang dahsyat untuk mencapai cita-cita.

Untuk dapat mencapai apa yang dicita-citakan harus dapat mengubah diri sendiri terlebih dulu, mengembangkan sifat positif, menentukan tujuan yang akan mengarahkan hidup menjadi lebih baik dan menguatkan keyakinan dalam diri bahwa akan berhasil

Setiap manusia yang melakukan tindakan harus didasari oleh wawasan dan pemahaman tentang apa yang dilakukannya sehingga dapat mendatangkan manfaat baginya. Tindakan adalah proses yang harus disadari input dan outputnya.

Syahadat adalah bentuk transformasi untuk membumikan sifat Allah yang serba mulia sehingga manusia akan mampu menerjemahkan Asmaul Husna dalam keseharian yang akan mampu membangkitkan keyakinan manusia bahwa Asmaul Husna dalam tataran keduniawian tidak mustahil. Sebagai contoh adalah keseharian Rosulullah yang menjadi contoh nyata transformasi nilai spiritual menuju implementasi kehidupan di dunia.

Komitmen total kepada Allah SWT berupa ikrar Syahadat yang artinya berjanji untuk mengabdikan hidup hanya untuk Allah. Jadi Berikrar kepada Allah melalui Syahadat artinya berkomitmen total untuk patuh pada 1 ihsan,

6 rukun iman dan 5 rukun Islam, sekaligus penjabaran dari isi syahadat antara manusia dan Allah.

 Character Building (pembangunan karakter)

Dalam tekanan pekerjaan sehari-hari pikiran seseorang sering terhanyut untuk menyelesaikan berbagai tugas sehingga dapat terlihat bodoh sehingga perlu mengistirahatkan pikiran kita, dengan melakukan shalat untuk mendengar kembali suara hati yangmemberikan bisikan Ilahiah, menyambut dengan kejernihan pikiran sehingga akan peka kembali. Relaksasi melalui shalat akan memberikan ruang berpikir bagi perasaan intuitif untuk menjaga kestabilan emosi dan spiritual seseorang sekaligus menjaga God Spot.

Kecerdasan Emosi adalah kemampuan untuk merasakan, memahami secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh manusia. Emosi akan meningkatkan kreativitas, kolaborasi, inisiatif dan transformasi. Untuk meningkatkan kecerdasan emosi dapat dilakukan dengan meluangkan waktu 2 atau menit dan bangun 5 menit lebih awal dari biasanya. Dengan melakukan repetitive magic power akan menjadi solusi energizing yang akan mengisi jiwa sehingga akan mampu mengasah God Spot manusia.

Karena sering melihat beberapa kisah dan peristiwa memilukan di sekitar kita akan dpat mempangaruhi jiwa kita sehingga perlu ada penyeimbangan sisi emosional dengan pengalaman positif. Dengan melakukan shalat secara rutin akan menciptakan pengalaman batiniah sekaligus fisik karena aktivitas shalat akan memberikan makna reinforcement. Kegiatan fisik akan lebih mudah diingat sehingga akan menciptakan pengalaman yang tak terlupakan.

Lingkungan sering tidak sesuai dengan keinginan atau harapan batin sehingga dapat menyebabkan depresi akibat ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan. Perubahan suasana hati sering mendorong seseorang mengambil tindakan untuk mengubahnya. Energi emosi dapat menjadi penyelaras terhadap lingkungan luarnya yang akan mendorong bagi kemajuan mereka. Shalat merupakan salah satu cara untuk menampung dorongan tersebut dan dapat untuk menambah energi baru. Inilah letak keseimbangan hidup sesungguhnya, keseimbangan pikiran, hati, dan tindakan. Keseimbangan ini seperti garis yang mengarah ke atas, kegiatan shalat akan meningkatkan energi dari waktu ke wakti (God Spot Empowerment).

Shalat merupakan pelatihan untuk menjaga kualitas kejernihan emosi dan spiritual seseorang. Dalam shalat core

purposes ditanam didalamnya sehingga terbangun kejelasan visi dan misi yang membuat manusia mantap dalam menjalani aktivitas hidupnya. Sehingga seseorang akan hanya berpegang teguh pada nilai Robbani, namun core values ini sangat fluktuatif karenanya diperlukan values reinforcement. Dalam ESQ, Islam menjawab melalui character building yang sangat efektif melalui shalat.

Ary Ginanjar Agustian menggambarkan penghayatan dalam ibadah shalat sebagai berikut: (Agustian,2003:271-273)

a. Niat Shalat

Ini adalah sebuah awal aktivitas ketika akan memulai ibadah shalat. Niat berarti mempunyai visi ke depan.

b. Takbiratul Ihram

Aktivitas ini dilakukan sebagai pembuka ibadah shalat dengan kesucian hati. Adapun sifat-sifat Allah Swt yang dibaca ketika takbiratul ihram adalah agung dan besar sebagaimana dalam ucapan Allahu Akbar.

c. Al-Fatihah

Al-Fatihah adalah surat pertama dalam al-Qur‟an, ia menjadi surat pembuka yang berarti pembuka dunia batin. Surat tersebut juga sebagai metode evaluasi diri, yakni

dengan menghayati kandungannya dan menilai sejauh mana ibadah dan muamalah yang telah dilakukan.

d. Rukuk

Bacaan yang dibaca ketika rukuk yaitu subhana rabbiyal adzimi wa bihamdihi sebanyak 3 kali. Maka sifat Allah Swt yang diteladani dan dihayati dari lafadz ini adalah suci dan agung. Dengan seringnya kita mengingat sifat Allah yang suci dan agung ini, maka secara tidak langsung dapat menanamkan dalam diri seseorang untuk memiliki jiwa yang suci.

e. Berdiri (I‟tidal)

Pada posisi ini membaca samiallahu liman hamidah dan robbana lakal hamdu mil‟ussamawati wal ardli wa mil’u ma syi’ta min syaiin ba’du. Lafadz tersebut mengandung sifat teladan yaitu mendengar atau empati dan berterima kasih.

f. Sujud

Dengan sujud berarti seseorang menundukkan dirinya kepada Allah swt, buka kepada siapapun selain hanya kepada Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Adapun sifat – sifat Allah yang diteladani yaitu tinggi dan suci. g. Duduk setelah sujud

pada posisi ini seseorang mengoreksi setiap jengkal kesalahannya dan keburukannya dengan membaca robbigfirli warhamni wajburni warfa‟ni warzuqni wahdini wa ‘afini wa’fuanni. Selain meminta ampunan atas kesalahan yang telah dilakukan, sifat baik yang diteladani yaitu agung dan mengakui kesalahan.

h. Tasyahud

Pada posisi ini sifat yang diteladani yaitu: 1) Damai (assalamu‟alaika ayyuhan nabiyyu) 2) Pengasih (warahmatullahi wabarakatuh) 3) Terpuji (innaka hamidun majid)

4) Mulia (innaka hamidun majid)

Dari beberapa sifat di atas, metode RMP yang diaplikasikan untuk membentuk karakter seseorang adalah sebagai berikut:

(Agustian,2003:275-276)

a. Takbir atau menyebut kebesaran Allah yang akan menghasilkan semangat. Kalimat ini dibaca sebanyak 94 kali.

b. Tasbih atau menyebut kesucian Allah akan menghasilkan transparansi. Kalimat ini dibaca sebanyak 51 kali.

c. Tawajjuh atau ketauhidan akan menghasilkan prinsip. Kalimat ini dibaca sebanyak 5 kali.

d. Al-Fatihah yang berisikan makna sebagai berikut:

1) Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Hal ini akan menimbulkan kesadaran bahwa apa yang dilaksanakan adalah atas nama Allah yang memiliki sifat- sifat agung, mulia, dan tinggi serta bertindak sebagai wakilnya.

2) Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam

Penyebutan kalimat ini, secara berulang-ulang akan menimbulkan kesadaran bahwa bekerja atau beramal hanya untuk mengabdi kepada Allah Yang Maha Mulia, Sang pemilik bumi dan segala isinya.

3) Yang Maha Pengasih lagi Penyayang

Sifat-sifat ini pula yang harus dimiliki oleh orang yang membacanya.

4) Yang Merajai Hari Pembalasan

Mengingatkan agar senantiasa memiliki visi jauh ke depan. 5) Hanya kepada Engkau-lah kami mengabdi dan hanya

kepada

Engkau kami mohon pertolongan Inilah pembangunan prinsip tauhid, pembebasan manusia dari penghambaan terhadap materialisme dan keduniawian.

6) Jalan mereka yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang telah Engkau murkai, bukan pula jalan mereka yang sesat. Kalimat ini mengajarkan pada sikap konsistensi dan persistensi.

Relaksasi melalui shalat akan memberikan ruang berpikir bagi perasaan intuitif untuk menjaga dan menstabilkan kecerdasan emosi serta spiritual seseorang, sekaligus menjaga keutuhan fitrah (God spot) yang telah dimilikinya. Inilah metode pemeliharaan dan sekaligus pelatihan untuk aset manusia, karena begitu besarnya hikmah shalat, Allah menyampaikannya langsung kepada Nabi Muhammad Saw ketika beliau Isra‟ Mi‟raj.

Melalui sholat seseorang akan dapat menvisualisasikan prinsip hidup yang diperoleh melalui keenam prinsip dalam pembangunan mental berdasarkan rukun islam itu. Sholat juga merupakan suatu kekuatan afirmasi atau penegasan kembali yang dapat membantu seseorang untuk lebih menyelaraskan nilai-nilai keimanan dengan realitas kehidupan.

 Self Controling (Pengendalian diri)

Tujuan akhir dari pengendalian diri yang dilatih dan dilambangkan dengan puasa adalah mencapai keberhasilan bukan pelarian dari kenyatan hidup. Tujuan puasa adalah

menahan diri dalam arti luas yaitu dari ego duniawi yang tidak terkendali dan keluar dari garis orbit dan nafsu batiniah yang tidak seimbang.

Secara umum, tujuan berpuasa adalah mencapai kemerdekaan sejati, bebas dari belenggu yang mengungkung God Spot atau Spiritual capital seseorang. Puasa merupakan metode pelatihan yang rutin dan sistematis untuk menjaga fitrah manusia sehingga memiliki kesadaran diri dan akan menghasilkan akhlakul karimah.

Puasa harus didahului dengan niat. Puasa merupakan bentuk pelatihan yang telah diberikan Allah untuk membangun kecerdasan emosi. Bila seseorang telah mampu memaknai hidup yang sesungguhnya maka dia akan sadar bahwa tujuan puasa adalah pembebasan diri dari belenggu dan memelihara fitrah dalam rangka memakmurkan bumi di jalan Allah.

Seseorang yang mampu menghentikan pengabdian dirinya akan menjadi pribadi yang hebat dan akan meningkatkan potensi dirinya untuk menghasilkan yang terbaik dengan standard yang tinggi dan tidak berhenti pada batasan duniawi.

Salah satu manfaat puasa adalah bentuk pelatihan untuk mengendalikan suasana hati. Puasa merupakan pelatihan untuk menolak pikiran yang negatif agar dapat berpikir jernih

dan produktif. Prinsip tetap tenang saat menghadapi provokasi atau tekanan berlaku untuk siapapun.

Sebuah studi terhadap sejumlah manajer di lapangan bahwa yang dinilai terbaik sebagai komunikator adalah orang yang mempunyai sikap tenag, mampu mengesampingkan dorongan yang timbul dari perasaan mereka sendiri, dan mampu memfokuskan diri sepenuhnya pada masalah yang dihadapi. Hasilnya, para manajer mampu memanfaatkan waktu yang tersedia untuk menghimpun informasi penting dan dapat memberikan umpan balik yang konstruktif.

Pengendalian diri pada saat berpuasa ini penting dan dapat meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan emosi. Orang yang mampu mengendalikan emosi akan dapat lebih mampu berkonsentrasi, cerdas dan lebih luwes dalam menghadapi tekanan. Puasa dapat juga berfungsi sebagai pengendali pikiran dan hati agar tetap pada garis orbit, berada pada jalur fitrah.

Ketangguhan pribadi adalah ketika seseorang berada pada posisi telah memiliki prinsip hidup yang kokoh dan jelas, tidak terpengaruh dengan perubahan kondisi lingkungannya. Secara sistematis, ketangguhan pribadi adalah seseorang yang telah memiliki 6 prinsip moral :

 Memiliki prinsip dasar tauhid yaitu prinsip bintang, yaitu berprinsip hanya kepada Allah SWT (Spiritual Commitment).

 Memiliki Prinsip Kepercayaan, Yaitu Komitmen Seperti Malaikat (Spiritual Integrity).

 Memiliki Prinsip Kepemimpinan, dengan meneladani Rosul (Spiritual Leadership).

 Selalu Memiliki Prinsip Pembelajaran, berpedoman pada Al Quran (Continuous Improvement).

 Memiliki Prinsip Masa Depan (Spiritual Vision).

 Memiliki Prinsip Keteraturan, ikhlas pada ketentuan (rules) Allah.

Pelaksanaan dalam dimensi fisik (execution) memiliki 3 (lima) pedoman, yaitu :

 Memiliki Mission Statement Yang Jelas Yaitu “Dua Kalimat Syahadat” Sebagai Tujuan Hidup Dan Komitmen Kepada Tuhan.

 Memiliki Sebuah Metode Pembangunan Karakter Melalui Sholat Lima Waktu.

 Memiliki Kemampuan Pengendalian Diri Yang Dilatih Disimbolkan Dengan Puasa.

Jadi pembangunan karakter tidaklah cukup hanya di mulai dan diakhiri dengan penetapan misi saja. Hal ini perlu di lanjutkan dengan proses yang dilakukan secara terus menerus dan

berlangsung sepanjang hidup, proses ini merupakan suatu langkah untuk menyelaraskan antara prinsip keimanan dan kenyataan hidup yang harus dijalani yaitu dengan sholat dan puasa.

b. Penanaman Akhlak (Khuluqiyah)

Akhlak dari segi bahasa : berasal daripada perkataan 'khulq' yang bererti perilaku, perangai atau tabiat. Maksud ni terkandung dalam kata-kata Aisyah berkaitan akhlak Rasulullah saw yang bermaksud : "Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran." Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan ajaran al- Quran.

Menurut Imam al-Ghazali, "Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu."

Menurut Ibnu Maskawih, "Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan akal fikiran terlebih dahulu."

Dari pada definisi tersebut dapat kita fahami bahawa akhlak merupakan suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang yang tidak memerlukan daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu tindakan.

Akhlak dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak ada yang baik dan ada yang buruk sedangkan yang kita harapkan adalah akhlak yang baik atau mahmudah. Akhlak yang berhubungan dengan cara kita berinteraksi dengan manusia yang lain, juga dengan makhluk hidup yang lain dan juga Tuhan dalam kehidupan sehari-hari sangat penting sehingga perlu adanya pendalaman tentang akhlak itu sendiri.

Akhlak merupakan bagian dari keseluruhan system Syariat Islam. Dalam banyak hal, akhlak selalu menjadi tolak ukur yang bisa mengukur keberagaman seseorang. Sabda Rasulullah SAW : “Sebaik-baiknya iman seseoarang adalah yang paling bagus akhlaknya”. Bahkan misi utama dan pertama yang diemban Rasulullah SAW diutus oleh Allah ke muka bumi ini adalah dalam rangka menyempurnakan akhlak umat manusia.(Solihin, 2002:56)

Penanaman akhlak dalam konsep ESQ berada dalam Sosial strnght atau Ketangguhan sosial. Memberdayakan potensi spiritual (core values) Memanfaatkan semua sumberdaya merupakan teknik dasar untuk melakukan sinergi dalam rangka mencapai sebuah tujuan secara efektif. Lingkungan sosial adalah Sumberdaya utama pendukung keberhasilan.

Ary Ginanjar menggambarkan penghayatan dalam personal stength (ketangguhan pribadi) sebagai berikut:

Zakat adalah langkah nyata untuk mengeluarkan potensi spiritual (fitrah) menjadi sebuah langkah konkret guna membangun sebuah sinergi yang kuat yaitu berlandaskan sikap empati, kepercayaan, kooperatif, keterbukaan serta kredibilitas. Dalam aspek hubungan social banyak persoalan yang ditemui karena factor “lebih” dan “kurang” dari orang-orang di sekitar kita, dimana kita dapat mengisi ruang kekurangan tersebut dengan memberi (zakat). Prinsip zakat adalah mengeluarkan / memberi kepada lingkungan sosial dalam rangka membentuk sinergi yang kuat.

Zakat, sebagai langkah pembuka atau memulai dengan memberi, secara konkret mampu menghasilkan nilai- nilai kepercayaan kemudian mengantarkan sebuah investasi keterbukaan bagi kedua belah pihak. Zakat menghasilkan sikap-sikap kompromi masing-masing pihak mampu merasakan (empati) terhadap apa yang diinginkan oleh pihak lain.

Keberhasilan dalam membangun investasi kepercayaan akan membuahkan kredibilitas, keterbukaan, kompromi, efektivitas dan komitmen untuk memudahkan merangkai rantai-rantai sinergi dan aliansi sosial.

Zakat merupakan suatu metode pembelajaran agar seseorang memiliki kesadaran diri sebagai salah satu bagian

dari lingkungan sosial / tanggung jawab sosial yang selalu melakukan kolaborasi dengan lingkungannya.

Kunci utama menjalin hubungan social dengan memahami orang lain (empati) adalah dengan memahami diri kita sendiri. Zakat disini adalah mengetahui, memahami apa yang dibutuhkan orang lain, berusaha untuk masuk ke dalam hati dan perasaan mereka sekaligus memberi bantuan agar mereka dapat memenuhi kebutuhannya agar kharisma seseorang terbentuk.

Pemahaman tentang sifat-sifat Allah sangat berkaitan dengan kemampuan memahami dan mengerti motivasi orang lain serta meningkatkan kecerdasan social diri kita atau Alat utama untuk melaksanakan hubungan social. Makna zakat juga seperti melakukan koreksi terhadap diri sendiri, membangun sinergi berdasarkan kepercayaan yang dibangun melalui integritas tulus, pemberian kepercayaan kepada orang lain : Keinginan untuk memohon ampunan, tidak menyalahkan orang lain serta rela berkorban untuk menjaga kepercayaan.

Zakat adalah sebagai bentuk metode penananam akhlak yang kongkrit, karena dengan zakat kita dibiasakan melakukan akhlak yang mahmudah seperti, Pemurah, adalah sikap seseorang yang ringan untuk mengeluarkan sebagian

hartanya untuk kepentingan orang lain, Tolong menolong adalah sikap manusia yang tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi.

 Aplikasi Total (Haji)

Ary Ginanjar Agustian menjadikan ibadah haji sebagai salah satu cara untuk menanamkan akhlak, karena ibadah haji adalah ibadah yang sarat nilai. Sebagaimana ibadah lainnya, haji bukanlah amaliah formal yang diukur dari pelaksanaannya semata-mata. Di samping nilai ubudiyyah (pengabdian) dan spiritualnya, haji merupakan sarana untuk membentuk manusia yang bertaqwa. Ukuran ketaqwaan seseorang tidak hanya dilihat dari kualitas ibadahnya, tetapi yang juga sangat penting adalah manifestasinya dalam kehidupan.

Haji merupakan ibadah yang sarat dengan pembinaan kemanusiaan. Haji mengajarkan kemanusiaan, persamaan, keharusan memelihara jiwa, harta dan kehormatan serta larangan menindas kaum dhuafa. Rangkaian ibadah haji menanamkan dalam diri setiap muslim agar mereka menyadari jati dirinya sebagai manusia, bagaimana manusia meraih kebahagiaan dan kehormatan serta apa yang harus dilakukan untuk sesama. (Mu‟ti,2004:57)

Secara berurutan, rangkaian ibadah haji dimulai dari miqat, niat melaksanakan ibadah haji. Pakaian yang sebelumnya terdiri dari berbagai model dan warna, diganti dengan pakaian ihram. Semua berwarna putih, tidak berjahit. Secara simbolis, miqat menggambarkan nilai kemanusiaan. Dihadapan manusia mereka boleh berbeda karena harta dan jabatan, tetapi dihadapan Allah mereka semua sama. Hal ini mengandung ajaran agar manusia tidak membanggakan kekayaan, kelompok, pangkat, dan jabatannya. Suatu saat semua akan hilang. Semuanya akan menghadap Allah hanya dengan dua lembar kain berwarna putih. Selama berpakaian ihram, jamaah haji dilarang melakukan beberapa hal seperti mereka dilarang mengumbar nafsu birahi, bertengkar membuat kerusakan, menyakiti binatang, berburu, menumpahkan darah dan merusak pepohonan. Hal ini memberikan kesadaran agar manusia senantiasa memelihara diri dan lingkungannya. Manusia tidak boleh mementingkan dirinya sendiri dan menghancurkan sesama atau mahluk lainnya. Jamaah haji kemudian melakukan thawaf atau mengelilingi ka‟bah. Di dekat ka‟bah terdapat hijr Ismail (pangkuan Ismail). Di situlah ibunda Ismail, Siti Hajar mengasuh puteranya. Siti Hajar memiliki ketabahan dan kemauan yang keras dalam mengasuh

puteranya, ia juga sangat bertanggung jawab, patuh pada suami dan taat kepada Allah. (Mu‟ti,2004:57)

Rangkaian sa‟i memiliki arti usaha yang sungguh- sungguh dan kerja keras. Ibadah ini merupakan rekonstruksi bagaimana Hajar berusaha dengan susah payah untuk mendapatkan seteguk air untuk anaknya. Guna mendapatkan air itu, Hajar berlari bolak-balik dari bukit Shafa ke bukit Marwa. Hal ini mengandung pelajaran, bahwa siapapun bisa menjadi yang terbaik kalau dia bekerja keras. Manusia harus mendasari perbuatannya dengan niat yang suci dan tegar dalam menghadapi setiap tantangan. Manusia harus bermurah hati, kasih sayang dan mau memaafkan kesalahan orang lain. Manusia tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri. Ibadah wuquf di Arafah mengandung pelajaran untuk merenungkan jati dirinya dan menemukan kearifan. Pada tahap ini manusia diharapkan menemukan kearifan, menjadi manusia yang arif dan bijaksana. Setiap gerak langkahnya senantiasa didasari pengetahuan yang mendalam sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan merugikan orang lain. Melempar jumrah berarti membuang jauh-jauh sifat-sifat setan dari dalam dirinya. Sifat – sifat itu antara lain suka menghasut dan membujuk orang lain

untuk berbuat kemungkaran, permusuhan, dan pembunuhan. (Mu‟ti,2004:58-59)

Jadi haji adalah sebuah training yang di berikan oleh Tuhan, namum masalahnya tidak banyak orang mau mengkaji secara mendalam, bahwa di dalam unsur haji terletak sebuah “maha training” yang luar biasa. Di dalamnya terdapat unsur pelatihan prinsip, yang di dasari pada suara hati (Asmaul Husna), serta praktek itu sendiri yaitu akhlakul karimah. Di sinilah puncak pelatihan ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial yang sesungguhnya, bagi orang yang beriman dan berfikir. (Agustian, 2001:264)

B. Relevansi Konsep ESQ Ary Ginanjar Agustian dengan Pendidikan Islam

Dokumen terkait