• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Dampak Psikologi dan Upaya a. Dampak Fisiologis

Dalam dokumen POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (Halaman 45-59)

Dalam kehidupan manusia banyak sekali kebutuhan yang harus dipenuhi diantaranya adalah kebutuhan primerdan sekunder.Kebutuhan primer adalah kebutuhan yangpaling dasar yang mau tidak mau harus dipenuhi, karenakebutuhan jenis ini merupakan kebutuhan untuk kelangsungan hidup spesiesnya. Sedangkan kebutuhan sekunder adalahkebutuhan yang juga sangat penting dan lazim sepertimenyangkut rasa aman dan kebahagian jiwa. Sehingga dengan kebutuhan-kebutuhan inilah manusia akan berusaha untuk mendapatkannya dan memenuhinya dengan berbagai cara.Kebutuhan fisiologis manusia terkadang sangat berhubungan erat dengan reaksi organ tubuh yang munculuntuk memelihara keseimbangan organik dan kimiawi tubuh.Misalnya kekurangan kadar makanan atau kekurangan kadarair dalam tubuh, akan membuat manusia lemas, lesu dan tidak bersemangat, keadaan tersebut akan termotivasi manusia untuk mencari makanan dan minuman yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan kembali kondisi tubuh yang dialami sesuaidengan kebutuhannya.

[K]etika harta benda da tempat tinggal telah lama dikumpulkan dan saat ini semuanya hilang, dan harus bekerj keras untuk mengumpulkannya kembali, dan ketika melihan api dari konsleting arus listrik kami mulai mengemas barang supayah tidak kehilangan lagi, walaupun terkadang itu hanya kobaran api yg kecil, namun bagi kami itu bisa memicu kebakran.12

Kebakaran yang terjadi telah membuat banyak masyarakat kehilangan jiwa raga, harta benda sebagai aspek yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan fisiologis manusia. Harta benda yang telah dikumpulkan bertahun-tahun lamanya, rumah yang dijadikan tempat beristirahat, ketika tubuhnya lelah hancur dibakar ketika kebakaran terjadi. Kondisi ini membuat masyarakat terpuruk, maka untuk mengembalikan mereka seperti semula, Memerlukan waktu yang panjang dan strategi yang berbeda,karena pasca

12 Rusman, Wawancara dengan penulis, 25 januari 2019, Desa Simbur Naik Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Catatan Lapangan

kebakaran secara umum tatanan masyarakat berubah total, dan ini merupakan dampak yangsering muncul yang sulit untuk dihindari. Dampak ini bila terus menerus terjadi akan membuat berbagai tekanan dalam tubuh manusia sihingga akan berakibat pada psikologis.

b. Dampak Psikologi

Seperti yang telah disebutkan diatas, berbagai kebutuhan manusia harus terpenuhi agar ia dapat hiduptenang dan bahagia. Kebutuhan selain kebutuhan fisiologisadalah kebutuhan psikologis.Kebutuhan ini seperti rasa kasih sayang rasa aman dan penghargaan. Orang akan puas ketikaia mendapatkan kasih sayang dan dapat menyangi.

Sering ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi orang akan merasa ketakutan,kekecewaan yang dalam, kecemasan, kemarahan,kebencian, tertekan, stress depresi dan kondisi ini sering dinyatakan sebagai respon ketidak puasan psikologis.

Bencana tidak hanya meninggalkan korban luka atau meninggal.Mereka yang tak luka banyak juga mengalami trauma psikologi karena menyaksikan dahsyatnya bencana, perubahan lingkungan yang dratis, serta mengalami sulitnya menjadi korban bencana.Sebagian trauma psikologi karena melihat keluarganya yang mereka cintai menjadi korban luka atau meninggal. Selain itu, korban luka sendiri meski kemudian sembuh, banyak yang mengalami trauma psikologi dengan sebab yang sama. Sigmund Freud mengemukakan bahwa trauma psikologi adalah suatu ingatan yang ditahan, karena itu berlangsung dalam waktu lama tanpa disadari. Trauma psikologis adalah jenis kerusakan jiwa yang mengarah pada gangguan stress pasca trauma, mungkin menyebabkan perubahan fisik dan kimia otak, yang merusak kemampuan seseorang untuk mengatasi stress.

[K]alau rasa trauma itu datang, rasanya terbayang kembali akan bencana yang telah terjadi, dipirkan terbayang api yang berkobar, cemas akan kembali lagi bencana tersebut.13

13Jamaludin, wawancara dengan penulis, 29 januari 2019, Desa Simbur Naik Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Catatan Lapangan

Dari pernyataan diatas bahwa ketika rasa trauma itu kembali diingatan seketika itu timbul kembali rasa cemas, takut, gelisa, rasa ingin menyendiri yang ada diingatan korban bencana kebakaran, dan takut hal itu kembali.

Hal ini yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa trauma psikologis tersebut dapat mengalami transference, yaitu mengenai orang lain yang secara tidak langsung mengalami bencana. Misalnya, para relawan yang melakukan pertolongan yang kemudian mendengar dahsyatnya bencana yang terjadi.Gejala trauma psikologis itu menyebabkan si penderita menyendiri, gampang tersinggung, hal tersebut dilakukan untuk menghindari ingatan-ingatan dan perasaan yang berehubungan dengan trauma.

Secara psikologis, korban yang mengalami trauma psikologis juga mengalami rasa cemas, mudah gelisa, mudah tersinggung, atau mudah marah.

Ketidak seimbangan kondisi psikologis akibat bencana tremanifestasi dalam bentuk terganggunya fungsi-fungsi psikologis seseorang seperti fungsi pemikiran, perasaan, perilaku-perilaku dan spiritual. Selain itu, fungsi fisik juga terpengaruh akibat terganggungnya fungsi psikologis. Beberapa gejala yang umumnya muncul adalah shock, sering teringat-teringat pada peristiwa yang dialami meskipun tidak ingin mengingatnya, mimpi buruk, sulit mengkonsentrasikan pikiran, cemas, dan merasa tidak aman.Selain itu, juga ditemui gejala berupa kesedihan yang mendalam, merasa hampa, enggan membina hubungan sosial, menghindari hal-hal yang terkait dengan peristiwa yang dialami dan merasa tidak berdaya.

[K]etika duduk termenung, dan pikiran mulai merasakan seperti ada yang membahayakan, dan teringat akan kejadian kebakaran tersebut.14

Hal yang perlu diingat apabila menemui gejala-gejala diatas adalah pada masa awal setelah bencana, yang merupakan peristiwa luar biasa (abnormal). Apabila setelah 4 sampai 6 minggu berbagai gejala tersebut tidak hilang atau berkurang, maka orang yang mengalaminya membutuhkan dukungan psikologis dari professional bidang kesehatan mental dan tetap juga membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang terdekatnya.

14Mussafar Arrahman, wawancara dengan penulis, 28 januari 2019, Desa Simbur Naik Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Catatan Lapangan

1. Perasaan Takut

Takut merupakan ungkapan emosi yang bersifat fitrah yang dirasakan oleh manusia pada situasi berbahaya atau dalamsituasi yang mengancam keselamatan dirinya. Perasaan takutitu sendiri dalam diri manusia termasuk emosi yang sangatpenting dan bermanfaat dalam kehidupan manusia, karenaemosi tersebut akan mendorong manusia untuk menghindardan menjauhi situasi-situasi yang berbahaya ataupun keadaanyang dapat membinasakan.

[J]ika rasa takut kembali muncul atau hadir seperti ada sesuatu yang akan terjadi atau sesuatu yang mengancam diri dan sekitarnya sepreti hal bencana yang akan terjadi lagi, dan saat itulah rasa takut selalu membayangi.15

Edwar More dalam Utsman Najatimenyatakan bahwa dalam beberapa eksperimen mutakhir membuktikan bahwa kadar rasa takut seseorang yang masihpada batas yang normal dan tidak berlebihan, akan bermanfatbaginya untuk mendorong melakukan hal-hal yang baik. Namun kalau rasa takut itu sudah pada batas yang tidak wajar makahal itu akan berakibat buruk bagi diri seseorang.16

Dari pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa rasa takut itu merupakan reaksi yang normal bila masih dalam batas-batas kewajaran, akan tetapi akan menjadi berbahaya bila rasatakut tersebut dapat membayakan orang lain karena reaksinyaberlebihan, misalnya sesorang sering dijarah ketika kebakaran,maka ketika ada tamu yang datang tidak dikenal perasaan takutketika dijarah muncul kembali, sehingga ia bersiap-siap untuk menghindar atau menyerang, karena untuk menyelamatkan diri, rasa takut inilah dikatakan dampak dari kebakaran. Dan rasatakut ini harus diobati dengan komprehensif dan dipulihkan kepada keadaan semula dengan berbagai psikoterapi psikologis.

Menurut ahli biologi evolusioner, reaksi automatis semacam ini telah terekam dalam system saraf manusia karena selama priode yang panjang dan penting dalam prasejarah manusia, reaksi outomatis dapat menentukan hidup mati seseorang17.

15 M. Jaffar, wawancara dengan penulis, 29 januari 2019, pukul, 13.00, di Desa Simbur Naik Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Catatan Lapangan

16Muhammad „Utsman Najati (2003) Psikologi Dalam Tinjauan Hadis Nabi: Mustaqiim, Jakarta,128

17Daniel Goleman (1995) Emotional Intelegence: Mengapa EI lebih Penting dari IQ. Gramadia Pustaka Utama, Jakarta,05

2. Perasaan Cemas (Kecemasan)

Kecemasan merupakan salah satu respon dari emosi manusia.Chaplin menyatakan kecemasan (anxiety) atau jugadisebut kegelisahan adalah pertama perasaan campuran yangberisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masamendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut, kedua rasa takut atau ke khawatiran kronis pada tingkat yang ringan, ketiga ketakutan dan ke khawatiran yang kuat dan meluap-luap18. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapatdikatakan kecemasan muncul secara tiba-tiba, kadang kala pada saat yang tidak tepat. Rasa cemas itu berubah menjadi rasa takut luar biasa.

[K]etika terasa dalam diri rasa cemas mulailah rasa takut pun juga dating, terkadang saya sendiri bingung cemas karna apa, tiba-tiba saja rasa cemas itu ada.19

Kecemasan seperti di ceritakan diatas adalah kecemasan yang masih dalam kondisi yang wajar dan positif, karena semua orang akan bereaksi sama ketika jalan yang dilalui tertutup salju sehingga tidak nampak apa-apa seperti cerita tersebut,yang dikatakan cemas sudah mengarah pada dampak traumatik adalah cemas yang kadang kala tidak tahu sebab dan juga tidak masuk diakal seperti orang cemas kepada sesuatu,tetapi responnya sangat berlebihan sehingga mebuat panik dan ketakutan luar biasa.

Seperti seorang ibu yang pernah trauma dijalan, peristiwa tersebut dia coba hilangkan dan ditekan dari pikirannya tetapi, pada saat yang lain ketika dia mendapati anaknya belum pulang kerumah, maka dia berekasi dengan kecemasan luarbiasa, sehingga ia mengerahkan orang-orang dan menelpon polisi, padahal belum 24 jam, karenacemas tadi maka iapun panik sehingga bertingkah laku tidak wajar, kondisi inilah yang dikatakan respons dari salah satu trauma.

18Chaplin, J. (2001). Kamus Lengkap Psikologi (terj.Dr Kartini Kartono). (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada),32

19 Fatmawati,wawancara dengan penulis, 28 januari 2019, di Desa Simbur Naik Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Catatan Lapangan

3. Perasaan Marah (Kemarahan)

Menurut „Utsman Najati menyatakan bahwa marah itu merupakan emosi yang sifatnya fitrah dan akan munculketika salah satu motivasi dasar seseorang tidak terpenuhi. Jika ada sesuatu yang menghalangi manusia atau binatanguntuk mendapatkan tujuan tertentu yang ingin diraih demi melampiaskan kebutuhannya, maka dia akan marah, berontakdan melawan penghalang tersebut, dia juga akan rela berkorban untuk mengalahkan dan menyingkirkan penghalang yang ada di hadapannya sampai ia berhasil melampiaskan kebutuhan dirinya. Kadar rasa marah sangat tergantung pada seberapa besar motivasi yang dihalangi dan juga pada seberapa penting kebutuhan tersebut harus dipenuhi20.

Rasa marah dalam diri manusia itu sangat beragam tingkat kekuatannya, karena tergantung kepada seberapa besardan seberapa penting kebutuhan tersebut harus dipenuhi. Namun di luar semua itu, ada beberapa faktor lain yangmempengaruhi kekuatan rasa marah dalam diri seseorang. Misalnya tabi‟at yang sudah diwarisi semenjak lahir, baik daristruktur saraf maupun struktur organ tubuh yang lain, bisa juga dipengaruhi oleh pengalaman belajar dimasa lampau.

Daniel Goleman menyatakan bahwa para peneliti menemukan lebih banyak detail-detail fisiologis tentang bagaimana masing-masing emosi mempersiapkan tubuh untukjenis reaksi yang sangat berbeda seperti bila darah amarah mengalir ketangan, mudahlah tangan untuk menyambar senjata atau menghantam lawan; detak jantung meningkat, danbanjir hormon seperti adrenalin membangkitkan gelombang energy yang cukup kuat untuk bertindak dahsyat21.

Perasaan marah yang seperti diatas merupakan reaksi yang wajar dari suatu reaksi fisiologis, tetapi rasa marah yang di akibatkan oleh dendam kesumat akibat emosi yang ditekan cukup lama dalam litar limbik, ketika ia mengalami goncangan hebat seperti pada masa kebakaran terjadi, rasa marah ketika melihat api yang berkobar-kobar akan membahayakan karena akan merusak saraf.

20Muhammad „Utsman Najati (2003) Psikologi Dalam Tinjauan Hadis Nabi: Mustaqiim, Jakarta,130

21Daniel Goleman. (2000). Emotional Intellegence.( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama),08

Pengaruh marah terhadap manusia dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu: kepada fisik, pikiran dan kepada prilaku. Kepada fisik gejala yang sering ditimbulkan ketika marah dapatdilihat secara internal maupun eksternal. Secara internal orangyang marah jantung berdebar-debar, lambung mengerut, aliran darah mendesak kebahagian dada, sampai akhirnya membuat wajah menjadi merah padam. Sedangkan secara eksternal,berubahnya roman muka, perubahan suara, dan tegangan otot pada organ tubuh. Kepada pikiran pengaruh marah dapat dilihat gejala yang muncul adalah kurang dapat berkonsentrasi dengan baik, sehingga sering sekali keputusan yang diambil pada saat marah akan disesali.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Rasulullah SAW menyatakan kepada para sahabat beliau, untuk tidak memberikan hukuman ketika sedang dalam kondisi marah. Pengaruh marah pada perilaku, dapat dilihat oleh semua orang,karena orang yang sedang marah perilaku nya menjadi aneh, adayang mondar mandir seperti gosokan, ada yang mengalihkan kepada benda-benda, dan ada pula kepada cacian, makian atau apa saja yang dapat membuat meluahkan kekesalannya,sehingga tanpa ia sadari kadang kala biasanya ia akan menyepak atau meninju pada benda yang berada di dekatnya.

4. Perasaan sedih dan depresi

Perasaan sedih bisa datang pada siapa saja dan kapan sajatanpa batas umur, golongan, status, maupun gender. Karena perasaan sedih itu adalah milik manusia dan merupakan salah satu reaksi dari emosi.„Uthman Najati menyatakan bahwa sesungguhnya rasa sedih tergolong letupan emosi yang dirasakan seseorang ketika dia merasa kehilangan orang paling berharga baginya atau sesuatu yang memiliki arti bagi dirinya. Ketika sedih, seseorang akan merasa pikirannya keruh dan tidaklapang.

Oleh karena itu seseoarang akan selalu menghindari rasa sedih dan tidak akan pernah menyukainya.

[K]etika rasa sedih itu datang, teringat rumah dan harta benda yang hilang atau habis di lalap si jago merah, dan harus bekerja lagi untuk mengumpulkan

semuanya.Tapi saya berusaha untuk menghilang rasa sedih ketika terpikir hal tersebut.22

Daniel goleman menyatakan bahwa satu-satunya suasana hati yang pada umumnya benar-benar diusahakandijauhi adalah kesedihan.Diane Tice mengamati bahwa ada sajaakal orang bila menyangkut upaya menyingkirkan kesedihan.Tentu saja tidak semua kesedihan harus dihindari, kesedihanyang ditimbulkan oleh satu kehilangan mempunyai akibat tertentu yang berbeda-beda; menutup minat kepada hiburandan kesenangan, mengarahkan perhatian pada apa yang telahhilang, dan menghimpun energy untuk memulai usaha-usahabaru sekurang-kurangnya untuk sementara waktu. Pendekkata kesedihan memaksa orang untuk beristirahat untukduniawi, dan perhatian tertuju pada kehilangan tersebut,merenung-renungkan hikmahnya, dan pada akhirnya membuat penyesuaian psikologis serta menyusun rencana baru yang memungkinkan hidup terus berjalan.23.

Pada gejala intelektual: “bingung, gagal memusatkan pikiran, mudah lupa” dan tahap yang lebih lanjut pikiran“dikusai oleh gangguan-gangguan anarkis” dan selanjutnya“adanya perasaan bahwa proses berfikir dihantam gelombang asing yang beracun yang dapat menghapuskan setiap respons yangmenyenangkan dalam kehidupan duniawi”

Sedangkan pada efek fisik: “sulit tidur, tak berminat apaapa bagai manyat hidup, mati rasa, resah, tetapi lebih khususperasaan tak berdaya dan ganjil”seiring terus menerus gelisahkemudian diikuti hilangnya gairah, makanan yang seharusnyaberasa justru tidak ada rasa, akhirnya lenyaplah harapandan kondisi ini akan samar-samar menjadi keputusan yang menyakitkan sehingga bunuh diri adalah penyelesaian.

c. Upaya Pemulihan

Menurut Sondang Irene E. Sidabutar menyatakan bahwadalam bahasa Inggris terdapat dua kata yang dapat diartikansebagai pemulihan dalam bahasa Indonesia, yakni recovery danhealing. Kedua kata tersebut sering kali digunakan bergantianwalaupun

22 Hikmah, wawancara dengan penulis, 28 januari 2019, di Desa Simbur Naik Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Catatan Lapangan

23Daniel Goleman. (2000). Emotional Intellegence.( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), 97

sebenarnya tidak tepat, atau sama artinya. Keduanya dapat di definisikan secara terpisah sesuai mewakili maknayang dalam bahasa Indonesia terkait dengan pulih, pemulihan atau memulihkan.

Pertama, Healing diartikan “to make whole” atau suatu proses untuk mengembalikan lagi menjadi satu kesatuan yang memiliki akar kata health dan whole dalam bahasa Inggris yang artinya adalah membuat menjadi baik atau sehat kembali,membuat luka menjadi tertutup, kembali pada situasi semula,membebaskan dari duka, kesulitan dari hal-hal buruk, membuat perbedaan-perbedaan mengarah menuju rekonsiliasi.

Kedua, Recovery di artikan sebagai pengembalian sesuatu yang hilang, pengembalian pada kesehatan, kesadaran,diperolehnya kembali keseimbangan dan pengendalian. Situasi kembali pada kondisi yang normal, setelah mengindappenyakit, gangguan mental atau luka, atau kembali kepada keadaan fungsi yang sebelumnya.

Kedua kata tersebut di atas, mengindikasikan bahwa walaupun kondisi manusia tidak akan sama setelahdihadapkan pada suatu pengalaman traumatis, tetapi masihdapat mengembalikan keseimbangannya, kekuatannya yang terintegrasi dalam satu kesatuan (whole), sehingga berfungsisecara optimal (functional) dan siap untuk bergerak melewatimasa penderitaan (suffering) dan pengalaman negatif yang traumatis menuju suatu pertumbuhan yang baik, maka sangatcocok bahwa kedua kata tersebut digunakan sebagai kata pulihatau pemulihan.24

Pemulihan kondisi psikologis akibat bencana merupakan sebuah proses yang kadang memerlukan waktu yang tidak singkat. Untuk mendukung proses pemulihan tersebut diperlukan dua macam dukungan. Pertama,dukungan yang bersifat psikologis seperti mendengarkan dengan empatik keluhan-keluhan dan masalah-masalah yang dialami dan membantu mereka mengurangi gejala-gejala yang mengganggu serta membatu mereka menemukan jalan keluar untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, Kedua, dukungan yang bukan bersifat psikologis namun memiliki efek psikologis seperti dukungan dari berbagai pihak untuk memulihkan kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi secara umum.

Dengan adanya perbaikan kondisi sosial dan ekonomi, kehidupan kembali normal dan

24Ibid,99

peluang kerja meningkat sehingga memberikan kesempatan kepada mereka yang terkena bencana untuk dapat bekerja kembali dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Kedua macam dukungan tersebut mendorong mereka yang terkena bencana untuk dapat bangkit kembali menjalani dan memulihkan kehidupannya.Karena sesungguhnya setiap orang memiliki ketangguhan yakni kemampuan untuk kembali bangkit setelah ditimpa kesulitan hidup yang berat. Ketangguhan ini bersumber dari apa yang mereka miliki, kemampuan yang mereka kuasai dan juga keyakinan dan nilai-nilai yang ada di dalam hati.

a. Dampak dan Penanganan Trauma Pada Anak

Peristiwa traumatik tidak mempengaruhi setiap orang dengan cara yang sama.

Terlapis dari variasi individu, terdapat reaksi emosi dan prilaku yang khas pada beberapa kelompok tertentu. Salah satu kelompok yang paling banyak mendapatkan perhatian adalah anak.Anak lebih mengalami kesulitan dalam menghadapi peristiwa traumatic karena memiliki keterbatasan dalam hal pengalaman hidup, namun bantuan dari orang dewasa untuk mendampingi anak sangatlah dibutuhkan. Anak akan mampu menghadapi peristiwa traumatik dengan baik jika mereka memperoleh perlindungan dan dukungan dari orang dewasa. Bantuan yang tepat dan diberikan sejak adanya tanda-tanda gangguan sangatlah bermanfaat bagi proses pemulihan dan pencegahan dampak negative yang berkelanjutan.

[B]iasanya anak-anak tu rewel, suka nangis, tidak mau jauh dari orang tuanya, dan maunya tu digendong terus. 25

Dari hasil wawancara dengan orang tua korban yaitu muncul dalam diri anak setelah mengalami peristiwa traumatic adalah perasaan tidak aman, merasa sendiri karena tidak ada yang memperhatikan, dan respon pun bervariasi tergantung pada usisa anak tersebut.

Respon lain yang sering juga muncul adalah hilangnya rasa percaya kepada orang dewasa dan takut bahwa kejadian tersebut akan terjadi kembali. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberikan rasa aman kepada anak.Pemberian rasa aman tersebut diungkapkan baik secara verbal maupun non verbal.Selain itu, anak

25Fatmawati, Wawancara dengan penulis, 29 januari 2019 15.00 WIB, di Desa Simbur Naik, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Catatan Lapangan

juga diberi kesempatan untuk mengekspresikan perasaanya melalui beberapa metode, misalnya menggambar, menulis cerita, bernyanyi dan lain-lainnya. Reaksi emosi pada anak usia 2 sampai 5 tahun yaitu: takut berpisah dengan orang orang tua, menangis, merengek, berteriak, bergerak tanpa tujuan atau tidak bergerak sama sekali, gemetar, ekspresi wajah ketakutan, tidak mau lepas dari orang tua. Reaksi emosi pada anak usia 6 sampai 12 tahun yaitu: secara berlebihan menarik diri dan tidak mau bergaul dengan orang lain, perilaku mengganggu teman dan lingkungan sekitarnya, tidak mau memperhatikan dan berkonsentrasi, susah tidur, ketakutan yang tidak rasional, muda tersinggung, marah, dan menangis, tidak mau sekolah, cemas dan depresi.

b. Dampak dan Penanganan Trauma Pada Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Dalam masa ini, terjadi banyak perubahan dalam hal fisik dan emosi, kondisi tersebut menyebabkan remaja biasanya tidak mau lagi dikatakan sebagai anak-anak, namun remaja tidak mau lagi dikatakan sebagai anak-anak, namun remaja belum bisa dikatakan orang dewasa jika dilihat dari berbagai kesiapan yang mereka miliki. Remaja lebih muda terpengaruh oleh kejadian-kejadian yang terjadi disekitarnya, termasuk dampak dari peristiwa traumatic yang dialaminya. Mereka sudah memiliki kematangan berpikir, mampu mengambil kesimpulan, serta dapat memahami akibat jangka panjang dari suatu peristiwa traumatic seperti bencana alam. Pada umumnya, remaja yang mengalami peristiwa traumatik mampu menceritakan kejadian yang dialami serta perasaannya, walaupun terkadang masih memerlukan bimbinga dalam mengungkapkan perasaanya dengan terbuka.

[S]aya tidak bisa melupakan kejadian itu begitu saja, saya mengalami trauma fisik.

Keteika rasa takut akan musibah yang terjadi saya hanya bisa berusaha untuk tidak teringat semua itu, karena orang tua saya juga mengalami hal yang sama, jadi saya tidak bisa untuk meminta tolong kepada orang tua saya. 26

Dari hasil wawancara dengan Mussafar Arrahman, mereka seringkali dirundung rasa bersalah karena tidak mampu berbuat sesuatu untuk mengubah peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi atau tidak berusaha untuk mencegah peristiwa tersebut. Secara umum, reaksi stress traumatik pada remaja dapat dibedakan berdasarkan gender. Remaja laki-laki seringkali membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih.Remaja laki-laki-laki-laki juga

26Mussafar Arrahman, wawancara dengan peneliti, 30 januari 2019, Desa Simbur Naik Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Catatan Lapangan

Dalam dokumen POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (Halaman 45-59)

Dokumen terkait