• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

H. Penari

berlatih menari penari hip-hop, bagaimana pengalaman kuliah penari hip-hop dan apakah flow experience yang menyebabkan penari hip-hop cenderung memilih menari dibandingkan kuliah. Flow experience adalah sebuah pengalaman paling optimal yang membuat seseorang sangat terlibat dalam aktivitas yang dilakukan. Penari hip-hop di Yogyakarta cenderung bersikap tidak peduli pada kuliah yang sedang dijalani dan hanya fokus pada tarian hip-hop. Subjek penelitian adalah 3 penari hip-hop yang masih aktif dalam sebuah tim dance di Yogyakarta, mahasiswa aktif, berusia 24-26 tahun. Metode yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah Fenomenologi dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Data dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Hasil penelitian ini adalah ketiga subjek mengalami flow experience saat menari hip-hop dan mengalami kesembilan karakteristik flow. Kesembilan karakteristik flow adalah : Memiliki tujuan yang jelas dalam setiap langkah, Memiliki feedback yang cepat dan jelas, Terdapat keseimbangan antara bakat/kemampuan yang dimiliki dengan tantangan yang ada dalam suatu keadaan, Sebuah keadaan dimana terdapat kombinasi antara tindakan dan kesadaran, Gangguan berada diluar kesadaran, Tidak memiliki keraguan terhadap kesalahan, Kehilangan kesadaran diri, Kehilangan orientasi waktu, dan Aktivitas menjadi autoletic. Proses flow experience pada ketiga subjek dimulai dengan perasaan nervous sebelum memasuki panggung dan bergantung pada faktor penonton, sorakan penonton dan transisi gerakan yang dialami diatas panggung. Ketiga subjek juga mengalami flow experience saat berlatih menari dan tidak mengalami flow experience saat berkuliah. Dalam mengalami flow juga dipengaruhi oleh faktor ketertarikan terhadap suatu aktivitas dan kerelaan untuk mengikuti aktivitas tersebut.

ix

HIP-HOP DANCER’S FLOW EXPERIENCE IN YOGYAKARTA

Elfira Bungadatu Ridho ABSTRACT

The aim of this study were to determine whether hip-hop dancer in Yogyakarta experience flow, how hip-hop dancer experience flow, how hip-hop dancer practice dance, how hip-hop dancer in collage and whether flow experience make hip-hop dancers are tended to continue to dance than collage. Flow experience is the most optimal experience that makes people too involved into an activity. Hip-hop dancers in Yogyakarta are tend to have no concern in collage but hip-hop dance.. Subject in this study ware 3 hip-hop dancers who are active in a dance team, college student, 24-26 age. The method used in this study is Phenomenology with data collecting technique Interview and Observation. The method used to analyze data with Miles and Huberman model were data reduction, data display, and conclusion drawing/verification. The results were all subject had experienced flow while dancing hip-hop and they also experienced the nine characteristics of flow experience. Nine characteristics of flow are: have a clear goal, fast and clear feedback, have a balance of skill and challenge, concentration on the task at hand, The paradox of control, the loss of self-consciousness, transformation of time, activity being autoletic. Subjects also experience flow while practice hip-hop dance and did not experience flow in collage. Process of flow of dancing starts with feeling of nervousness at backstage, it depends on audience,

audiences’ shout and cheering and the transition of movement. Experience flow also influenced by activity interest and willingness in doing activity.

x

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Elfira Bungadatu Ridho

Nomor Mahasiswa : 099114111

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENGALAMAN FLOW MAHASISWA PENARI HIP-HOP

DI YOGYAKARTA”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepenting akademis tanpa perlu meminta izin pada saya maupun meminta royalti kepada saya selama masih tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 26 Agustus 2014 Yang menyatakan,

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan perkenaanNya saya dapat menulis dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir yang merupakan salah satu syarat kelulusan pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharama Yogyakarta.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya akan terus belajar dari setiap masukan dan kritikan yang ada untuk terus memperbaiki dan memperbaharui penelitian ini.

Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, dalam menyelesaikan skripsi ini saya merasa beruntung mendapatkan bantuan dari orang-orang luar biasa sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. Selaku rektor Univertias Sanata Dharma yang telah mengizinkan saya untuk berkuliah disini. 2. Bapak Dr. A. Priyono Marwan, S.J. Selaku ketua dekan fakultas psikologi. 3. Ibu Dr. Tjipjo Susana Selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran membimbing saya membuat dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing saya melewati proses perkuliahan.

xii

5. Bapak Victorius Didik Suryo Hartoko, M.Psi. yang telah memberikan inspirasi dalam memilih topik saat seminar.

6. Kepada setiap dosen dan karyawan di Fakultas Psikologi Sanata Dharma 7. Kedua orang tua saya yang luar biasa. Saya dengan bangga menyebutkan

bahwa saya seorang putri yang berbahagia memiliki orang tua seperti mereka, dengan segala kekurangan dan kelebihan. Saya mencintai mama dan papa. Terima kasih untuk setiap cinta kasih. Terima kasih untuk setiap dukungan kalian, terima kasih untuk kepercayaan, terima kasih untuk mau bersabar dan menanti hingga saat ini. Terima kasih untuk uang bulanan yang tidak pernah terlambat.

8. Elardo Syauta, terima kasih untuk cinta dan dukungan yang tidak pernah berhenti. Terima kasih untuk setiap pemaksaan sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada semua pihak yang terlibat. Terima kasih untuk setiap dukungan dan semangat yang kalian berikan.

Saya menyadari sepenuhnya penelitian ini masih jauh dari sempurna, dan tidak akan berhasil tanpa orang-orang luar biasa disekitar saya. Kesempurnaan adalah milik Tuhan namun saya akan terus berusaha. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang-orang yang membutuhkan dan yang membaca.

Yogyakarta, Juni 2014

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Praktis ... 9

2. Manfaat Teoritis ... 9

xiv

A. Flow Experience (Pengalaman Flow) ... 10

B. Karakteristik Flow ... 12

C. Faktor yang Mempengaruhi Flow Experience ... 17

D. Kebosanan (Boredoom) ... 18

E. Kecemasan (Anxiety) ... 18

F. Flow Jangka Panjang (Longitudinal of Flow) ... 18

G. Hip-hop ... 19

H. Penari ... 21

I. Review Literatur ... 21

J. Kerangka Berpikir ... 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Desain penelitian ... 25

B. Subjek Penelitian ... 26

C. Tahap-tahap Penelitian ... 27

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 27

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Wawancara ... 28

2. Observasi ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 29

1. Data Reduction ... 29

2. Data Display ... 30

xv

F. Validitas dan Reliabilitas Data ... 30

1. Validitas ... 30

2. Reliabilitas ... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Pelaksanaan Penelitian ... 34 B. Struktur Laporan ... 35 C. Hasil Penelitian ... 36 1. Profil Subjek ... 36 2. Deskripsi Subjek ... 38 D. Kesimpulan ... 73 E. Pembahasan ... 79 BAB V. PENUTUP ... 82 1. Kesimpulan ... 82 2. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... xviii

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pengalaman flow ... 17

Gambar 2 Deskripsi subjek 1 ... 47

Gambar 3 Deskripsi subjek 2 ... 58

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman wawancara ... 86

Lampiran 2 Tabel verbatim subjek 1 ... 94

Lampiran 3 Tabel verbatim subjek 2 ... 132

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu Negara yang terkenal dengan ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai keunikan upacara adat masing-masing. Pada setiap upacara adat di Indonesia, terdapat beberapa komponen umum yang wajib dipertunjukkan salah satunya adalah tarian. Tarian tradisional yang merupakan lambang atau citra dari sebuah kebudayaan yang merupakan ciri khas dan kebanggaan suku/daerah tersebut. Berdasarkan sejarahnya, menari pada mulanya dilakukan sebagai ritual, untuk memenuhi jiwa alam atau mengiringi bagian upacara tertentu (Smith, 2010: 10). Gerakan yang digunakan dalam ritual merupakan sebuah bentuk pemenuhan alam, ketika alam tidak cukup dicakup dalam kata-kata, maka digunakan gerakan-gerakan yang dianggap mencakupi alam. Tarian adalah sebutan untuk gerakan yang digerakkan saat menari. Saat ini tarian yang dikenal bukan hanya tarian tradisional saja, tetapi kemudian bermunculan genre tarian yang lain. Yang terkenal saat ini adalah hip-hop dan modern dance.

Tarian hip-hop dan modern semakin dikenal luas di Indonesia sejak demam K-pop (Korea pop) melanda Indonesia. Dilansir Koran Republika

Maraknya konser artis asal Korea Selatan menyebabkan euforia tersendiri bagi

remaja Indonesia. Sebut saja ketika konser SM TOWN World Tour III Live in

Junior, SHINee, SNSD dan f(x) “Konsumen utama konser artis asal Korea Selatan tersebut adalah remaja. Remaja Indonesia mulai terhipnotis dengan fenomena Korean Wave sejak tahun 2010 lalu. “pada 22 September lalu di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Pertunjukan ini berhasil menyedot hampir 40 ribu penonton K-Pop yang memenuhi kursi dengan harga 500 ribu-2.5 juta rupiah. Harga tiket

konser yang tergolong tidak murah tetap laku terjual.” (Demam k-pop dan serbuan artis asal korea). Selain itu fenomena sebuah boyband di Indonesia, semakin memperlebar pengaruh tarian hip-hop pada remaja dan dewasa muda Indonesia. Diawali dari boyband SM*SH pada tahun 2009 hingga sekarang ada sekitar 20 boy/girlband di Indonesia. Boyband adalah sebuah grup vokal yang bernyanyi sambil menari, uniknya perpaduan kedua hal ini malah semakin mempopulerkan tarian hip-hop.

Tarian hip-hop ini sebenarnya telah dikenal di Indonesia sejak tahun 2006, saat itu telah dibuat ajang pencarian tim penari terbaik dengan hadiah yang sangat fantastis yang dikenal dengan nama Let’s dance. Acara ini sangat terkenal dan merupakan satu-satunya kompetisi tarian hip-hop yang bergengsi tinggi pada taraf nasional di Indonesia, yang kemudian diikuti XL Pestaphoria competition yang hanya berlangsung satu kali. Namun Let’s dance kemudian tidak berlanjut lagi dan digantikan oleh Gatsby dance Competition pada tahun 2009, namun mengecewakan beberapa pihak sehingga tim penari hip-hop lebih fokus pada kompetisi-kompetisi domestik kota maupun provinsi. Walaupun hanya mengikuti kompetisi domestik ternyata hal tersebut tidak mengurangi jumlah tim penari hip-hop melainkan memperbanyak jumlah tim penari hip-hop. Meningkatnya jumlah tim

maupun kelompok penari Hip-hop mengakibatkan kegiatan yang melibatkan penari hip-hop. Popularitas tarian hip-hop tidak hanya dirasakan oleh para pelajar namun lebih banyak memengaruhi mahasiswa/mahasiswi, khususnya yang ada di kota Yogyakarta. Saya juga mengikuti sebuah tim dance sejak semester 2.

Tetapi perkembangan hip-hop di Indonesia ternyata memiliki dampak negatif terhadap beberapa mahasiswa. Saya memperhatikan bahwa beberapa anggota dalam tim dance saya tidak mampu membuat tingkatan prioritas. Beberapa anggota tersebut sangat fokus dalam menari, bahkan

mengikuti perlombaan maupun “job” menari sampai keluar kota. Hal tersebut mengakibatkan beberapa di antara mereka kehilangan waktu untuk tetap berkuliah dan belajar sehingga sampai saat ini belum menyelesaikan kuliahnya, bahkan masih ada yang merupakan angkatan 2004. Tidak hanya dalam satu 1 tim dance saja tetapi ternyata di beberapa tim dance lain ada anggota yang tidak menyelesaikan kuliahnya namun sangat aktif dalam segala kegiatan menari. Menari hip-hop membutuhkan biaya dan menghabiskan banyak waktu. Sebagai contoh terdapat sebuah pertandingan domestik dengan hadiah utama lima juta rupiah, terdapat 20 tim yang mendaftar untuk mengikuti pertandingan tersebut. Persiapan tim dance untuk pertandingan tersebut minimal 3-4 minggu sebelum waktu bertranding, berlatih di sanggar tari 5-7 hari dalam seminggu, biaya sanggar termurah di Yogyakarta sekitar tiga puluh ribu rupiah. Semua waktu dan biaya tersebut dipertaruhkan untuk kemungkinan 5% menang dan 95% kalah. Dibandingkan

jika menyelesaikan kuliah dan bekerja, penari hip-hop mungkin memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang baik.

Asumsi awal saya hal tersebut dapat terjadi karena pengaruh teman-teman terdekat dan lingkungan, yang membuat pola pikir dan gaya hidup yang serupa. Tanpa sadar penari hip-hop meniru atau memodeling perilaku dan tindakan teman sekelompoknya sehingga pengaruh teman sekolompok berperan penting dalam kehidupan penari hip-hop. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura (dalam Boree, 2009) yang disebut Pembelajaran Observasional (modeling). Secara sederhana teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memiliki perilaku, pola pikir, ataupun gaya hidup yang sama dengan seseorang yang lain. Eksperimen yang dilakukan Bandura adalah memperlihatkan suatu tindakan agresi secara berulang-ulang kepada sekelompok anak, hasilnya sekelompok anak tersebut saat dihadapkan pada situasi yang sama melakukan tindakan agresi yang sama. Dari teori ini penari hip-hop yang tetap fokus menari dan tidak memikirkan hal-hal lain juga melupakan kuliahnya, mungkin memodeling teman sekelompoknya yang juga tidak menyelesaikan dan melupakan kuliahnya.

Tetapi setelah saya berada cukup lama dalam sebuah tim dance, saya melihat ternyata beberapa anggota tim penari hip-hop mampu menyelesaikan kuliahnya dan tetap menari hip-hop. Saat sedang sendiri atau tidak bersama anggota tim hip-hop, penari hip-hop tetap berlatih menari dan sangat menikmati setiap waktu yang digunakan.

Hal tersebut ternyata bertentangan dengan asumsi awal sehingga saya memiliki asumsi akhir, ternyata mungkin bukan pengaruh teman sebaya yang membuat seorang penari bertahan sebagai penari dan melupakan kuliahnya namun mungkin ada sesuatu dalam tarian hip-hop yang membuat penari hip-hop menikmati menari dan tidak bisa terlepas. Sesuatu yang mungkin membuat penari hip-hop tersebut merasakan suatu pengalaman yang luar biasa saat menari sehingga menari hip-hop dirasakan sangat penting bagi mereka. Hal serupa juga dapat terlihat pada penggemar olahraga ekstrim seperti panjat tebing, balap mobil, ekspedisi gunung, dll. Jenis olahraga yang beresiko tinggi dan dapat membuat seseorang kehilangan nyawa. Jika demikian penyebab beberapa orang menyukai olahraga ekstrim tersebut mungkin berada pada tantangannya atau mereka mempunyai skill/bakat tertentu, sehingga tidak mengherankan jika penggemar olahraga ekstrim tersebut rela meninggalkan beberapa hal demi terpenuhinya hasrat untuk berekspedisi maupun mengikuti balap mobil. Faktor penyebab penggemar olahraga ekstrim dan penari hip-hop memiliki kemiripan yaitu menyukai tantangan dan mempunyai skill/bakat. Faktor tersebut juga merupakan salah satu ciri utama dari seseorang yang mengalami flow experience sehingga dapat dikatakan mungkin penari hip-hop mengalami flow experience sehingga tetap menari.

Flow experience adalah teori yang dikemukakan oleh Mihaly Csikszentmihalyi (1975) yang bercerita tentang sebuah pengalaman luar biasa yang dirasakan oleh manusia. Flow adalah pengalaman optimal yang

dirasakan oleh seseorang. Sesuatu yang membuat sebuah pengalaman memuaskan kesadaran disebut flow (FLOW, Harper & Row,1990). Pengalaman optimal dapat tercapai saat kesempatan bertemu dengan kemampuan untuk beraksi. Karakteristik utama seseorang mengalami flow experience jika jawaban pada pertanyaan “Do you ever get involved in something so deeply that nothing else seems to matter and you lose track of time?” adalah “yes”. (Csikszentmihalyi,1997). Flow experience memiliki kemungkinan untuk dialami oleh siapa pun, bahkan disadari maupun tidak disadari.

Sampai saat ini belum ada penelitian secara langsung tentang flow experience pada penari hip-hop di Indonesia. Beberapa penelitian tentang flow experience meneliti tentang efek yang ditimbulkan oleh flow experience pada saat melakukan aktivitas tertentu (Nacke, 2012; Shukla & Parija 2012). Sedangkan beberapa penelitian tentang hip-hop menjabarkan defenisi hip-hop dan sejarah hip-hop, dan hubungan hip-hop dengan aktualisasi diri dan kepuasan hidup (Collins, Sarkisian & Winner, 2008). Flow experience merupakan pengalaman yang dapat membuat hidup menjadi puas dan bahagia, dilansir dari kompasnet sebuah artikel menyatakan flow experience adalah sesuatu yang sederhana namun jarang kita lakukan. (Sering Mengalami Flow Makin Sejahtera, 2010).

Sejauh ini penelitian tentang flow experience lebih banyak diteliti di konteks barat, dengan nilai-nilai dan aturan budaya yang dimiliki masyarakat barat. Beberapa peneliti kemudian melakukan penelitian lintas budaya untuk

melihat beberapa kelompok ditempat lain. Moneta (dalam buku POSITIVE PSYCHOLOGY The Scientific and Practical Exploration of Human Strengths) menemukan bahwa pelajar etnis Cina di Hongkong tidak mengalami flow experience saat bermain accordion dengan situasi tantangan/skill yang optimal, dimana model Csikzenmihaly (2000) menemukan pelajar mengalami flow saat bermain accordion di populasi barat. Pada pelajar etnis Cina, bukannya mengalami flow, namun level skill bermain accordion yang dimiliki malah meningkat dibandingkan level tantangannya. Pelajar etnis Cina tersebut mengevaluasi tingginya tantangan dalam bermain accordion dengan negatif. Hal tersebut menurut Moneta disebabkan oleh tingginya nilai kehati-hatian yang dimiliki dalam budaya Hongkong.

Penelitian lain yang dilakukan Asakawa (2009), yang meneliti tentang orang-orang yang mengalami autoletic dalam kehidupan sehari-hari di Jepang dengan menggunakan model flow Csikzentmialy (2000). Asakawa menemukan bahwa model flow tersebut bisa digunakan dan menghasilkan hasil yang sama dengan masyarakat di barat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan ternyata memiliki peran menentukan seseorang mengalami atau tidak mengalami flow experience. Oleh karena kebudayaan dan kondisi masyarakat barat belum tentu sesuai dengan kondisi dan kebudayaan masyarakat timur, sehingga hasil penelitian di barat belum tentu sama dengan hasil penelitian di Indonesia.

Beberapa hal di atas yang kemudian menjadi dasar untuk meneliti tentang flow experience dan penari hip-hop. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif mencari tahu bagaimana penari hip-hop memaknai pengalaman dalam menari dan pengalaman dalam menempuh pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah penari hip-hop di Yogyakarta mengalami flow experience? 2. Bagaimana pengalaman flow experience penari hip-hop?

3. Bagaimana pengalaman berlatih menari penari hip-hop? 4. Bagaimana pengalaman kuliah penari hip-hop?

5. Apakah flow experience yang menyebabkan penari hip-hop di Yogyakarta lebih memilih menari hip-hop dibandingkan kuliah?

C. Tujuan Penelitian

1. Mencari tahu apakah penari hip-hop mengalami flow experience. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengalaman flow experience penari

hip-hop.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengalaman berlatih menari penari hip-hop 4. Untuk mengetahui pengalaman kuliah penari hip-hop

5. Mengetahui apakah flow experience yang menyebabkan penari hip-hop di Yogyakarta lebih memilih menari hip-hop dibandingkan kuliah.

D. Manfaat.

1. Manfaat Praktis

a) Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu penari hip-hop melihat dampak yang diberikan tarian hip-hop dalam kehidupan mereka.

2. Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat mengenalkan flow experience secara sederhana kepada masyarakat Indonesia.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Flow Experience

Psikologi positif adalah sebuah aliran baru dalam psikologi yang muncul setelah perang dunia II. Psikologi positif mengabaikan konsep pemenuhan individu dan berkembang bersama suatu komunitas. Tujuan dari psikologi positif dalam buku Positive psychology, Positive Prevention, and Positive Therapy (Seligman, 1998) yaitu sebagai pengantara sebuah perubahan dalam psikologi dari hanya keasyikan memperbaiki bagian terburuk dalam hidup dengan membangun kualitas hidup yang terbaik. Untuk menebus ketidakseimbangan yang terjadi, positive psychology harus mengutamakan membangun kekuatan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit mental. Bidang psikologi positif dalam level subjektif adalah tentang pengalaman subjektif yang positif antara lain: well-being dan kepuasan (lampau); Flow, Kegembiraan, Kenikmatan sensual, dan Kebahagiaan (saat ini) ; dan Membentuk kesadaran tentang masa depan-optimis, Harapan dan Iman.

Brandy M. Dean pada tahun 2009 menyatakan flow sebagai suatu keadaan umum dari pengalaman optimal yang terjadi saat seseorang dengan sepenuhnya terhubung dalam aktivitas dimana dia menemukan kenikmatan. Flow juga digambarkan sebagai seuatu keadaan tidak

sadarkan diri yang sangat berbeda dengan pengalaman normal yang didapatkan semua orang dari keadaan yang biasa-biasa. Pengalaman flow membangkitkan semangat dan intens namun tidak terlalu bersemangat yang menimbulkan ketidak-nyamanan. Flow juga menuntut keterlibatan penuh namun tidak sampai melebihi kapasitas seorang individu dalam bertindak. Pada dasarnya flow adalah pengalaman terbaik

Dokumen terkait