• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penataan Bangunan dan Lingkungan di Wilayah Perkotaan Kecamatan Muntok

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan di Wilayah Perkotaan Kecamatan Muntok

a).Stadia Perkembangan Kota Muntok

Cikal bakal berkembangnya Pulau Bangka tidak terlepas dari Pelabuhan Muntok yang merupakan satu-satunya akses masuk Ke Pulau Bangka. Kota Muntok didirikan dipertengahan abad XVIII oleh Suku Melayu Pulau Siantan, adalah Encik Wan Akup yang mendirikan kota Muntok dan mengepalai parit-parit timah. Benteng yang terletak di Kampung Jiran Siantan - Mentok (sekarang dinamai Kampung Tanjung) ini dibangun pada masa

Encek Wan Akup atas perintah Sultan Palembang Mahmud Badaruddin Jayawikrama (± 1721 – 1756). Sedangkan kepala Pemerintah Pertama

Perkembangan Kota Muntok selanjutnya dengan dicirkannya ada gedung Kantor BTW/Gedung Kawilasi Timah atau awalnya bernama

Hoofdbureau Banka Tinwinning Bedriff dan sekaligus pusat

Pemerintahan (Residen) Bangka dibangun tahun 1816. selain itu ada bangunan Komplek perumahan Mayor Cina di Muntok dibangun pada tahun 1848 oleh Chung A. Thiam dari negeri Cina. Oleh Pemerintah Belanda, Chung A.Thiam diangkat menjadi seorang Kepala Masyarakat Cina dengan pangkat Mayor, Mayor ini bermurah hati di saat orang

Islam membangun Mesjid Jami’ pada tahun 1879 . Selain itu ada juga

bangunan Mercusuar Tanjung Kalian dibangun oleh Belanda pada tahun 1862.

Pada periode 1900 perkembangan Kota Muntok semakin bererak ke Arah darat dengan ditandakan adanya bangunan komplek kediaman Residen Bangka yang didirikan kira-kira tahun 1903 (Ex-Gedung Bupati).

Dengan berkembangnya Pulau Bangka sebagai penghasil Timah di Indonesia dan berdirinya Industri Peleburan Timah di

kota Muntok. Berdampak pada

perkembangan Kota Muntok, dimana industri peleburan Timah tersebut merupakan salah satu daya tarik bagi kegiatan perekonomian. Dengan berdirinya industri tersebut mendorong perkembangan kota ke arah Timur dan Utara.

Stadia selanjutnya perkembangan semakin jauh yaitu adanya Wisma Menumbing, Dibangun oleh Banka Tinwinning (BTW) sekarang PT.Timah Tbk pada tahun 1927, Pasanggrahan Tambang Timah ini pernah dijadikan sebagai tempat pengasingan para Pemimpin RI pada tahun 1948 – 1949.

Periode 1960-1990 merupakan periode PT. Timah yang memulai pembangunan yaitu dengan adanya Kompleks PELTIM di Desa Air Belo sebagai pusat peleburan timah yang dilengkapi dengan kompleks perumahan dan fasilitas pelabuhan pengangkutan. Pada periode ini

perkembangan Kota muntok semakin jelas dan kelihatan relatif cepat, namun setelah periode tersebut semakin berkurangnya kandungan timah maka perkembangan Kota Muntok juga semakin lamban.

Pada Stadia berikutnya perkembangan Kota Muntok setelah ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten Bangka Barat pada tahun 2003 perkembangan mengarah ke bagian Utara, perkembangan terlihat semakin berkembang setelah dibangunnya pusat pemerintahan di Desa Belo Laut, diikuti oleh perkembangan pada bagian Utara yaitu di Desa Air Putih.

b).Sejarah Kota Muntok

Kota Muntok di Kabupaten Bangka Barat adalah kota tua yang berdiri sejak berabad silam. Penjajah Belanda telah membangun daerah tersebut, sekaligus menjadikannya sebagai kota pelabuhan. Melalui Pelabuhan Muntok di Muntok, hasil alam terutama lada putih Bangka yang begitu terkenal diangkut kapal-kapal Belanda menuju ke daratan Eropa. Melalui Pelabuhan Muntok pula timah yang digali dari bumi Bangka dikirim ke negara penjajah.

Bekas kejayaan Muntok sekaligus kebesaran penjajah Belanda sampai kini masih jelas terlihat di kota yang kini ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Bangka Barat tersebut. Ratusan gedung tua dengan mudah ditemui di seantero kota pantai dan perbukitan tersebut. Dua di antara ratusan gedung tua yang masih kokoh berdiri bahkan memiliki nilai sejarah yang amat tinggi bagi negara ini. Dua gedung tua itu adalah

Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam.

Di Kota Muntok dapat pula dinikmati kemegahan bangunan tua yang masih kokoh, Mercu Suar Tanjung Kelian yang dibangun tahun 1862. Dari puncak bangunan itu, pengunjung bisa menyaksikan seantero Muntok dan sekitarnya. Di perbukitan dengan ketinggian sekitar 800 meter dari permukaan laut tersebut pengunjung bisa melihat-lihat

tahun lalu telah diubah menjadi hotel dengan nama Jati Menumbing. Dari atas perbukitan ini, Kota Muntok, Pelabuhan Muntok, dan Selat Bangka terlihat dengan jelas.

Di Kota Muntok juga terdapat Wisma Ranggam yang saat ini tengah dipugar. Gedung tua itu juga pernah menjadi tempat tinggal Bung Karno saat berada dalam pengasingan di Muntok. Keindahan Muntok tidak hanya itu. Berjalan-jalan di dalam kota kecil itu tidak ubahnya berjalan-jalan di kota tua. Dimana-mana terdapat gedung tua, baik yang masih terawat karena dihuni maupun yang sudah rusak berat karena dibiarkan terlantar.

Tidak saja pada artefak-artefak penting seperti Mercusuar, Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam, Kota Muntok juga menyimpan potensi artefak arsitektural yang dapat diteliti lebih jauh untuk pembuktian. Di sekitar Wisma Ranggam ditemukan beberapa bangunan rumah tinggal dengan tipe landhuizen (rumah villa Belandan) dan bangunan masyarakat biasa yang dibuat dengan tipe landhuizen. Di samping itu Kota Muntok juga masih banyak menyimpan artefak rumah-rumah asli tradisional Melayu.

c).Penataan Bangunan dan Lingkungan di Wilayah Perkotaan Kecamatan Jebus

Stadia Perkembangan Kota Kecamatan Jebus

Perkembangan Kota Kecamatan Jebus tidak terlepas dari perkembangan Kota Muntok. Kota Muntok yang berdiri tahun 1721 yang didirikan oleh Wan Ecek Akup, dengan di bangunnya Benteng Kota Seribu. Pada tahun 1789 orang Cina Mendarat di Pulau Bangka dan menyebar di beberapa daerah sebagai tenaga tambang yang di datangkan ole Wan Encek Akup.

Kota Paritiga (Kota Jebus) merupakan daerah pertambangan sesuai dengan nama kota tersebut yaitu Parittiga, dimana parit adalah tempat penggalian timah. Masuknya bangsa Cina dicirikan dengan berdirinya Kelenteng Dewi Kwan Im atau Kelenteng Maha Cetya Bhakti terletak di Kelabat Darat Desa Puput Kecamatan Jebus tahun 1802.

Dengan banyaknya imigran baik sebagai pedagang maupun pekerja tambang merupakan penggerak terhadap perkembangan Kota Kecamatan Jebus. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk banyak dibangun fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan pertambangan maupun fasilitas sosial lainnya. Dalam memenuhi kebutuhan penduduk secara tidak langsung membentuk suatu pusat inter aksi bagi para petambang yang terdapat di lokasi-lokasi pertambangan yang tersebar.

Sesuai pertambahan waktu pusat interaksi penduduk menjadi kota hal ini ditandai dengan berdirinya pasar, dan fasilitas sosial lainnya. Pusat tersebut sekarang lebih dikenal dengan Desa Puput Kecamatan Jebus. Stadia selanjutnya Perkembangan Kota Kecamatan Jebus berawal dari perkembangan kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi di Paritiga (Desa Puput) berkembang ke arah Selatan dengan berdirinya Desa Jebus. Dengan semakin majunya kegiatan perdagangan di Desa Puput serta banyak ditemukannya tambang-tambang timah, semakin banyaknya orang yang datang dan tinggal di daerah tersebut dengan membangun rumah-rumah dan membentuk kawasan-kawasan permukiman yang tersebar di seputar Kota Paritiga (Desa Puput).

Stadia selanjutnya berdasarkan kebijaksanaan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Barat Kota Paritiga (Desa Puput) termasuk dalam wilayah Kecamatan Jebus. Maka perkembangan ibukota Kecamatan Jebus, merupakan perkembangan dua pusat yaitu Paritiga dan Jebus. Sesuai dengan perkembangan Kota Parittiga dan berdasarkan kebijaksanaan pemerintah, Ibukota Kecamatan Jebus semakin berkembang dengan masuknya beberapa desa dalam wilayah ibukota Kecamatan Jebus.

Masalah yang dihadapi secara umum mengenai tata bangunan gedung dan lingkungan antara lain:

2.Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian.

3.Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

Gedung dan Rumah Negara:

1.Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi perasyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

2.Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien.

3.Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

d).Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

Adapun program beserta target, pola pengelolaa, penanganan dan kontribusi pemerintah daerah di sektor tata bangunan dan lingkungan adalah sebagai berikut:

Program Penataan Bangunan Gedung

1.Penguatan Kelembagaan Pengawasan Konstruksi Dan Keselamatan Bangunan Gedung

a. Target:

1. Tindak lanjut UU Bangunan Gedung sampai dengan tingkat kabupaten/kota

b. Pola Pengelolaan:

1. Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung 2. Peningkatan pemantapan kelembagaan BG

3. Pelatihan-pelatihan teknis c. Penanganan:

1.Fasilitasi dan Bantuan teknis penyusunan ranperda d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

1. Menyusun dan menyempurnakan perda bangunan gedung 2. Menetapkan Ranperda menjadi Perda Bangunan Gedung

3. Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam memenuhi ketentuan bangunan gedung

2.Dukungan Prasarana Dan Sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman Dan Bangunan (PIP2B)

a. Target:

1.Diprioritaskan pada kab/kota dengan penduduk 100-150 ribu dengan penangan tuntas

b. Pola Pengelolaan: c. Penanganan:

1.Bantuan teknis percontohan pendataan bangunan gedung dalam rangka mendukung tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung

2.Bantuan teknis pembentukan sistem informasi bangunan gedung

d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

1.Mempersiapkan kelembagaan yang menangani pendataan 2.Menyusun dan menyempurnakan program komputer untuk

system informasi bangunan gedung 3.Melakukan pendataan bangunan gedung

4.Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pendataan bangunan gedung

3.Percontohan Aksesibilitas Bangunan Gedung a. Target:

1.Diprioritaskan pada bangunan umum dan bangunan pemerintah

2.Mendukung tersedianya bangunan gedung umum yang dilengkapi fasilitas dan aksesibilitas

b. Penanganan:

1.Bantuan Teknis percontohan aksesibilitas c. Kontribusi Pemerintah Daerah:

4.Penyusunan Rencana Teknis - Rencana Induk Kebakaran (RIK) a. Target:

1.Target lokasi mengacu pada RTRW

2.Sesuai dengan kondisi, kebijakan, dan kebutuhan berdasarkan tingkat resiko kebakaran

b. Pola Pengelolaan: c. Penanganan:

1.Bantuan teknis penyusunan RIK dalam mendukung skenario pengembangan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran

d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

1.Membuat perda tentang pengamanan kebakaran 2.Memberikan bimbingan, penyuluhan dan pelatihan 3.Menyusun Rencana Induk Kebakaran (RIK)

Program Penataan Gedung dan Rumah Negara 1.Program Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

a. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) 2.Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 3.Pendataan Bangunan Gedung

2.Pengelolaan Bangunan Gedung Dan Rumah Negara a. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) 2.Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 3.Pendataan Bangunan Gedung

3.Pembinaan Teknis Pembangunan Gedung Negara a. Pola Pengelolaan:

b. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) 2.Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 3.Pendataan Bangunan Gedung

Program Penataan Lingkungan

1.Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh Dan Nelayan

a. Target:

1.Kawasan dengan luas 25-60 ha di Kota Strategis dan Metropolitan

2.Kota/Lokasi rawan bencana dengan prevalensi 4 kali/tahun 3.Kawasan kumuh di pusat kota, pusat kegiatan ekonomi kota

regional, dan kawasan kumuh nelayan 4.Kepadatan Penduduk 200-750 jiwa/ha 5.Kepadatan Bangunan 100 unit/ha

6.Pemanfaatan Lahan dimana PSD 60-80% tidak layak b. Pola Pengelolaan:

c. Pendekatan: TRIDAYA d. Penanganan:

1.Penyediaan PSD

2.Peningkatan kualitas PSD

3.Peremajaan kawasan: Land Sharing, Land Consolidation, Refunsionalisasi Kawasan, Review RTRK

4.Rencana Tindak (CAP) Pemberdayaan Masyarakat, Rencana Investasi Fisik, DED, Rencana Pembiayaan

e. Kontribusi Pemerintah Daerah:

1.Fasilitasi pelaksanaan peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh

2.Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Tradisional Dan Bersejarah

a. Target:

1.Lingkungan permukiman dan bangunan tradisional, bersejarah, perdagangan, kelompok industri rumah tangga yang mempunyai ciri khas tertentu

c. Penanganan:

1.Mengendalikan dan mengembangkan lingkungan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki

2.Meningkatkan kualitas lingkungan yang selanjutnya berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan hidup penghuninya

d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

1.Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional-Kawasan, rencana pembiayaan dan rencana komunitas

2.Surat Keputusan Bupati/ Walikota mengenai rencana tindak 3.Detail Architectural and Engineering Design (DAED)

4.Kontribusi dana yang terpadu antara Pemerintah Kabupaten/ Kota, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat maupun Swasta/Masyarakat

3.Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Revitalisasi Kawasan Strategis

a. Target:

1.Kawasan yang secara sosial-budaya perlu dihidupkan kembali 2.Kawasan yang secara ekonomi pernah dan mempunyai potensi

untuk dikembangkan b. Pola Pengelolaan: c. Penanganan:

1.Menghidupkan kembali lingkungan yang telah mati, pada masa silam pernah hidup

2.Mengendalikan dan mengembangkan lingkungan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki

3.Meningkatkan kualitas lingkungan yang selanjutnya berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan hidup penghuninya

d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

1.Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional-Kawasan, rencana pembiayaan dan rencana komunitas

3.Detail Architectural and Engineering Design (DAED)

4.Kontribusi dana yang terpadu antara Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat maupun Swasta/Masyarakat

4.Penyusunan Rencana Teknis - Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

a. Target:

1.Luas daerah perencanaan 30-60 ha

2.Merupakan satu kesatuan daerah perencanaan yang utuh b. Pola Pengelolaan:

1.Berorientasi aspek kemampuan daya dukung social, budaya dan lingkungan

2.Melibatkan peran masyarakat

3.Berdasarkan pola efektivitas pemanfaatan ruang

4.Kejelasan kelembagaan pengelola dan pemantau pelaksanaan c. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

5.Penyusunan Rencana Teknis - Ruang Terbuka Hijau (RTH) a. Target:

1.Ruang terbuka yang pemanfaatannya diisi dengan tanaman/tumbuhan alami secara alamian ataupun budidaya b. Pola Pengelolaan:

1.Perencanaan RTH dilakukan sebagai bagian dari RTR Kota 2.Rencana dan rancangan RTH merupakan penjabaran dari

RTBL/ Rencana Teknik Ruang Kawasan c. Penanganan:

1.Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) - Arahan, lokasi, ukuran, fungsi, jenis tanaman

1.Produk rancang bangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) disahkan oleh Kabupaten/Kota

Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan 1.Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (Paket)

a. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) 2.Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 3.Pendataan Bangunan Gedung

b. Kontribusi Pemerintah Daerah: 2.Replikasi Pemberdayaan Masyarakat

a. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) 2.Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 3.Pendataan Bangunan Gedung

3.Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) - PNPM a. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) 2.Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 3.Pendataan Bangunan Gedung

Program yang Diusulkan

Program yang diusulkan meliputi: a).Bangunan Gedung

1. Sosialisasi pentingnya IMB

2. Pengembangan Sistem Informasi Bangunan Gedung dan Arsitektur

3. Peningkatan/ Pemantapan Kelembagaan Bangunan Gedung 4. Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

5. Pembinaan Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara 6. Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran 7. Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung

b).Lingkungan Permukiman 1. Bantek RTBL

2. Bantek Penataan RTH

3. Dukungan Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh

4. Dukungan Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/ Bersejarah

Tabel 4.17

Usulan Program Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO TAHUN URAIAN KEGIATAN

LOKASI VOLUME SATUAN SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,- KET. DETAIL LOKASI APBN APBD PROV. APBD KAB/KOT A PDAM SWASTA

1. 2014 Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Bangunan Dan

Lingkungan, Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara

Bantuan Teknis/Administratif/Manajemen Penyusunan RTBL Kws. Kota Lama 1 Laporan 1.000.000 Penyusunan RTBL Kws. Industri Tg. Ular 1 Laporan 1.000.000 Penyusunan RTBL Kws. Industri Tg. Kalian 1 Laporan 1.000.000 Penyusunan RTBL Kws. Pasar Muntok 1 Laporan 1.000.000 Penyusunan RTBL Kws. Pasar

Parit Tiga 1 Laporan 1.000.000

Penyusunan RTBL Kws. Pasar

Baru Muntok 1 Laporan 1.000.000

Penyusunan RTBL Kws. Kolong

Retensi 1 Laporan 1.000.000

Penyusunan Renti Penataan RTH

Kabupaten Bangka Barat

Kec. Jebus

1 Laporan 200.000

Penyusunan Renti Penataan RTH

Kabupaten Bangka Barat Kec. Parit Tiga

1 Laporan 200.000

Sarana Dan Prasrana Lingkungan

Permukiman

Sarana dan prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pembangunan

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah) Kec. Muntok Kab. Bangka Barat 1 Kawasan 2.000.000 200.000 Keswadayaan Masyarakat BLM Fisik

NO TAHUN URAIAN KEGIATAN LOKASI VOLUME SATUAN SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,- KET. DETAIL LOKASI APBN APBD PROV. APBD KAB/KOT A PDAM SWASTA P2KP Kec. Muntok Kab. Bangka Barat 7 Kel/Desa 630.000 630 TOTAL 1 9.630.000 600.630

2. 2015 Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Bangunan Dan

Lingkungan, Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara

Bantuan Teknis/Administratif/Manajemen

Penyusunan Renti Penataan RTH

Kabupaten Bangka Barat Kec. Sp. Teritip

1 Laporan 200.000

Penyusunan Renti Penataan RTH

Kabupaten Bangka Barat

Kec. Kelapa

1 Laporan 200.000

Penyusunan RISPK Kec. Muntok 1 Laporan 500.000

Sarana Dan Prasrana Lingkungan

Permukiman

Sarana dan prasarana Penataan Ruang

Terbuka Hijau (RTH)

Pembangunan

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH))

Kabupaten Bangka Barat

Kec. Muntok

1 Kawasan 2.000.000 200.000 Sarana dan Prasarana Lingkungan

Permukiman (Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH))

Kabupaten Bangka Barat

Kec. Jebus

1 Kawasan 2.000.000 200.000 Sarana dan Prasarana Lingkungan

Permukiman (Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH))

Kabupaten Bangka Barat Kec. Parit Tiga

1 Kawasan 2.000.000 200.000 Sarana dan prasarana Penataan

Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pembangunan

NO TAHUN URAIAN KEGIATAN DETAIL VOLUME SATUAN KET. LOKASI APBN APBD PROV. APBD KAB/KOT A PDAM SWASTA

Lingkungan, Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara

Bantuan Teknis/Administratif/Manajemen

Penyusunan Renti Penataan RTH

Kabupaten Bangka Barat Kec. Tempilang 1 Laporan 200.000

Sarana Dan Prasrana Lingkungan

Permukiman

Sarana dan prasarana Penanggulangan

Bahaya Kebakaran

Pembangunan

Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan

Kab. Bangka

Barat 1 Kawasan 3.000.000 300.000

Pengawasan Teknik dan Supervisi

Sarana dan prasarana Penataan Ruang

Terbuka Hijau (RTH)

Pembangunan

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH))

Kabupaten Bangka Barat Kec. Sp. Teritip

1 Kawasan 2.000.000 200.000 Sarana dan Prasarana Lingkungan

Permukiman (Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)) Kabupaten Bangka Barat Kec. Kelapa 1 Kawasan 2.000.000 200.000 TOTAL 3 7.000.000 900.000

2017 Sarana dan prasarana Penataan Ruang

Terbuka Hijau (RTH)

Pembangunan

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)) Kabupaten Bangka Barat Kec. Tempilang 1 Kawasan 2.000.000 200.000 TOTAL 4 2.000.000 200.000

4.4. Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah

4.3.1. Petunjuk Umum 1. Umum

Bidang air limbah memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukan dan air tanah disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.

Sasaran program dan kegiatan pengelolaan limbah permukiman mengacu pada RPJMN 2010 -2014, yaitu terciptanya kondisi stop buang air besar sembarangan hingga air tahun 2014 (sistem pengelolaaan air limbah terpusat/off site sanitation) bagi 10% total penduduk (melalui sistem pengelolaan air limbah skala kota sebesar 5% dan melalui sistem pengelolaan air limbah skala komunal sebesar 5% dan akses terhadap air limbah setempat (on site) yang layak bagi 90% dari total penduduk.

Dokumen terkait