• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM d505945038 BAB IV04 Konsep Akhir Renc Prog Invi Infra rev

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM d505945038 BAB IV04 Konsep Akhir Renc Prog Invi Infra rev"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

RENCANA PROGRAM

INVESTASI INFRASTRUKTUR

4.1.

Rencana Investasi Pengembangan Permukiman

4.1.1. Petunjuk Umum

Kawasan permukiman adalah kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan permukiman yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.

Pengembangan Permukiman adalah rangkaian kegiatan yang bersifat multisektor meliputi kegiatan pengembangan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman lama baik di perkotaan (kecil, sedang, besar dan metropolitan), di perdesaan (termasuk daerah-daerah tertinggal dan terpencil) maupun kawasan-kawasan tertentu (perbatasan, pulau-pulau kecil/terluar).

Pengembangan permukiman dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah seperti buruh industri adalah dengan mewuujdkan permukiman yang layak huni (livable), aman, nyaman, sejahtera dan berkelanjutan. Pengembangan permukiman juga merupakan pemicu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun pertumbuhan suatu wilayah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka ditentukan sasaran yang tepat dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bangka Barat. Dari rumusan masalah yang telah di deskripsikan diatas, maka dapat dijadikan target pengembangan permukiman di Kabupaten Bangka Barat, diantaranya: a). Kelengkapan Data Base Perumahan Dan Permukiman Di Kabupaten

Bangka Barat

(2)

2.Mengidentifikasi lokasi-lokasi KTP2D di Kabupaten Bangka Barat beserta rencana pengembangannya.

b). Dokumen perencanaan perumahan dan permukiman Kabupaten Bangka Barat

1.Penyusunan Studi Masterplan Urban Renewel pada permukiman kumuh

2.Penyusunan Studi Pengembangan dan Peningkatan Kawasan Tertinggal

3.Penyusunan Kasiba/Lisiba sebagai pemenuhan kebutuhan akan RSH c). Pemenuhan akan Backlog (kebutuhan rumah) bagi MBR

1.Pembangunan RUSUNAWA bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)

2.Pemberdayaan Komunitas Permukiman Swadaya

3.Kredit Mikro Perumahan swadaya bagi MBR di Perkotaan 4.menyediakan perumahan terencana untuk PNS/ POLRI/ TNI 5.menyediakan perumahan terencana untuk umum

6.membantu penyediaan untuk perumahan swadaya

d). Menciptakan permukiman yang layak huni bagi masyarakat perkotaan dan perdesaan

1.Subsidi rehabilitasi bangunan rumah

2.Fassilitasi Pemberdayaan Komunitas Permukiman Perkotaan 3.Fasilitasi dan stimulasi rehabilitasi rumah

4.Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) Permukiman kota 5.Perbaikan sarana dan prasarana pendukung permukiman

6.Penyediaan sistem jaringan air minum berbasis masyarakat (PAMSIMAS) wilayah perkotaan

e). Membuka daerah-daerah yang masih dalam kategori terpencil (tertinggal)

1.Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) Permukiman 2.Perbaikan sarana dan prasarana pendukung permukiman

(3)

4.Pemfasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada Keluarga Berpenghasilan Rendah (KBR)

5.Pengembangan fasilitas pelayanan umum 6.Pengembangan kegiatan perekonomian

Program yang Diusulkan

Program pembangunan permukiman perkotaan yang diarahkan untuk penyediaan perumahan guna memenuhi kebutuhan rumah atau tempat tinggal yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah serta peningkatan kualitas permukiman perkotaan di lingkungan masyarakat pra sejahtera. Program-program pengembangan permukiman di kawasan perkotaan berdasarkan prioritas program, antara lain :

1) Program Penyediaan PSD bagi Kawasan RSH, Penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman.

2) Program Penataan dan Peremajaan Kawasan, Penataan sebuah kawasan permukiman kumuh secara komprehensif dengan menggunakan berbagai sekema pembangunan yang dimungkinkan

untuk digunakan untuk menciptakan “best-uses dan best value” dari

lahan perkotaan

3) Program Pembangunan Rusunawa (Site & Services), Penyediaan lahan siap bangun pada kawasan baru yang dilengkapi dengan infrastruktur primer (dan sekunder) dan Pengaplingan (land sub-division)

4) Program Peningkatan Kualitas Permukiman, Peningkatan dan perbaikan kualitas permukiman

5) Program Pengembangan KTP2D 6) Program Pengembangab Agropolitan

7) Program Penyedian PS Penanganan Bencana dan Kawasan Tertinggal.

(4)

dan RSH melalui penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar Pelayanan Umum (PSDPU), LC / Sertifikasi, Kredit Mikro pada kawasan Permukiman Kumuh.

Prioritas II:

Permajaan (setempat dengan kombinasi PKL, KTM, PK), pada kawasan kumuh; mendorong / memasok perbaikan rumah, struktur beratap, RSH dan Rusunawa melalui penyediaan PSDPU, LC / Sertifikasi, Kredit Mikro, Rusunawa.

Prioritas III:

KTM, untuk pemenuhan akan kebutuhan rumah pada perkotaan/ perdesaan atau lokasi baru yang dekat pekerjaan; mendorong/ memasok rumah beratap dan RSH dan Rusunawa melalui penyediaan PSDPU, Sertifikasi dan Kredit Mikro dan KPR.

Prioritas IV:

Permukiman Kembali permukiman liar, pada kawasan kumuh atau lokasi lain yang dekat pekerjaan dalam skema KTM atau pada kota/kawasan baru, mendorong/memasok struktur beratap, RSH dan Rusunawa melalui penyediaan PSDPU, LC/Sertifikasi, Kredit Mikro/KPR

Prioritas V:

Kota/Kawasan Baru pada lokasi strategis, mendorong/memasok KTM, RSH dan Rusunawa melalui penyediaan PSDPU primer, Sertifikasi dan KPR. Sisa lahan diberikan swasta pengembang.

4.1.2. Profil Pembangunan Permukiman 1).Kondisi Umum

(5)

Pangkalpinang , saat ini telah berkembang menjadi sebuah pusat perkotaan dengan prediksi penduduk diatas sekitar 500 ribu jiwa. Hal ini tentunya membawa dampak terhadap perkembangan permukiman sebagai tempat tinggal penduduknya.

Dengan melihat hal tersebut dan berdasarkan hasil survey dilapangan dapat dikatakan bahwa perkembangan penduduk di Kabupaten Bangka Barat sangatlah pesat hal ini dilihat dari laju pertumbuhan penduduk mencapai 5,6 persen di akhir tahun. Dengan pertambahan penduduk tersebut maka sangatlah dimungkinakan untuk kebutuhan akan perumahan akan meningkat berbanding lurus dengan peningkatan jemlah penduduk.

Adapun kondisi perumahan yang terdapat di Kabupaten Bangka Barat dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah ini

Gambar 4.1. Kondisi Permukiman di Kecamatan Jebus

(6)

Gambar 4.3. Kondisi Permukiman di Kecamatan Parittiga

Gambar 4.4. Kondisi Permukiman di Kecamatan Tempilang

Gambar 4.5. Kondisi Permukiman di Kecamatan Muntok

(7)

Tabel 4.1.

Luas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Bangka Barat

No Kecamatan Luas Wilayah

(km2)

Luas Perumahan dan Permukiman (ha)

1 Muntok 505,94 1143,53

2 Simpangteritip 637,35 443,16

3 Kelapa 573,80 355,08

4 Tempilang 461,02 474,72

5 Jebus 351,93 227,09

6 Parittiga 354,11 654,26

Jumlah 2.884,15 3297,84

Sumber : Hasil Olahan GIS Tahun 2012

Dari jumlah luasan permukiman tersebut maka dapat dilihat juga tingkat kepadatan penduduk netto untuk Kabupaten Bangka Barat, yaitu dengan hanya melihat kepadatan penduduk yang berada di dalam kawasan permukiman saja. Untuk lebih jelasnnya mengenai kepadatan penduduk didalam kawasan permukiman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2.

Kepadatan Penduduk Dalam Kawasan Permukiman Kabupaten Bangka Barat

No Kecamatan Luas Perumahan dan

Permukiman (ha)

Sumber : Hasil Olahan GIS Tahun 2012

(8)

Tabel 4.3.

Luas dan Banyaknya Sertifikat Tanah Berdasarkan Status Kepemilikan LahanKabupaten Bangka Barat

No Status Kepemilikan

Lahan Banyak Sertifikat Luas (ha)

1 Hak Milik 1.233 194,44

2 Hak Guna Bangunan - -

3 Hak Pakai 1 0,1189

4 Hak Pengelolaan - -

Jumlah 1.234 194,5589

Sumber : Kabupaten Bangka Barat Dalam Angka Tahun 2012

Dari data mengenai status kepemilikan lahan tersebut, maka dapat diketahui bahwa dari total luas permukiman yang ada masih banyak yang belum jelas mengenai status kepemilikan lahannya sehingga dapat dikatakan bahwa untuk kepemilikan lahan yang ada kemungkinan masih banyak permukiman yang masih illegal.

2).Sasaran

Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah: 1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman 2. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA 3. Terarahnya pertumbuhan wilayah

(9)
(10)

4.1.3. Permasalahan Pembangunan Permukiman

1).Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Permukiman Beberapa permasalahan – permasalahan mengenai perumahan dan permukiman di Kabupaten Bangka Barat antara lain yaitu :

 Masih terdapat beberapa bangunan rumah dengan kondisi yang kurang baik (kumuh)

 Perubahan fungsi bangunan, yang semula digunakan sebagai rumah kemudian digunakan juga sebagai kegaiatan perdagangan (toko, warung, dll)

 Kebanyakan perumahan dan permukiman dengan status kepemilikan lahan yang kurang jelas sehingga dimungkinkan banyaknya perumahan dan permukiman yang masih illegal.

 Sarana prasarana permukiman yang masih belum lengkap terlihat dari beberapa sarana yang masih belum ada.

2).Kondisi Eksisting Area Peruntukan Permukiman

(11)

Gambar 4.7. Peta Permasalahan Kawasan Permukiman di Kawasan Hutan

(12)

daerah dan dapat mengakomodasi berkembangnya budaya multi-culture.

2. Masih banyaknya rumah yang belum layak huni, ditinjau dari segi kesehatan, keindahan, sosial budaya dan lingkungan hidup.

3. Kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana dasar permukiman, diantaranya : drainase permukiman, SPAL, sarana air bersih, jalan lingkungan, listrik, dll.

4. Banyaknya alih fungsi lahan tanpa izin dan pembangunan yang melanggar Tata Ruang.

5. Perumahan yang dibangun oleh pengembang, banyak yang tidak terjangkau oleh masyarakat.

6. Kebijakan Tata Ruang sulit sekali dilaksanakan, dan belum dapat mengakomodasi perkembangan perumahan dan permukiman. 7. Masih banyaknya fungsi rumah multi-fungsi, seperti rumah

sekaligus tempat usaha.

Dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut kebijakan-kebijakan yang ada diharapkan dapat mengantisipasi permasalahan-permasalahan tersebut. Adapun kebijakan-kebijakan baik itu dalam RTRW Kabupaten Bangka Barat maupun dalam RPJMD Kabupaten Bangka Barat yang diharapkan dapat menantisipasi permasalahan-permasalahan tersebut antara lain :

 Dalam RTRW disebutkan bahwa terdapat kebijakan mengenai peningkatan sarana dan prasarana dalam upaya juga untuk dapat meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman Kabupaten Bangka Barat, kemudian diuraikan juga dalam bentuk strategi untuk mencapai kebijakan. Strateginya antara lain :

 Meningkatkan jaringan prasarana transportasi dan keterpaduan pelayanan transportasi jalan raya, tansportasi penyeberangan, dan transportasi laut;

(13)

 Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi yang dapat menjangkau seluruh wilayah; dan

 Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan sistem jaringan sumber daya air.

 Dalam RTRW telah menyediakan lahan peruntukan permukiman sebesar 9.798,51 ha.

 Dalam RPJMD juga menyebutkan bahwa perumahan dan permukiman merupakan salah satu sektor yang akan dikembangkan di Kabupaten Bangka Barat. Diantaranya strategi yang disebutkan RPJMD yang dianggap dapat mengatasi permasalahan-permasalahan perumahan dan permukiman diantaranya yaitu :

 Peningkatan dan pemerataan infrastruktur/fasilitas kesehatan dengan dilengkapi

 sarana pendukung kesehatan

 Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan yang profesional dan

 Berkualitas

 Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat

 Perluasan dan peningkatan akses pendidikan

 Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan

 Peningkatan tata kelola dan akuntabilitas pendidikan serta pencitraan publik

 Penataan proses perijinan dan peningkatan kualitas pelayanan publik

 Peningkatan dan pengembangan administrasi kependudukan

 Peningkatan suasana kondusif dalam kehidupan dan bermasyarakat

 Peningkatan, pengembangan dan pemerataan sarana dan prasarana jalan, pengendalian banjir, sarana aparatur dan publik

(14)

4.1.4. Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Area Peruntukan Perumahan dan Permukiman dalam RTRW Kab.Bangka Barat 1).Proyeksi Penduduk

Pada awalnya untuk wilayah Kabupaten Bangka Barat dibagi kedalam 5 Kecamatan namun setelah tahun 2011 terjadi pemekaran untuk Kecamatan Jebus yang kemudian muncullah Kecamatan Parittiga. Jumlah dan perkembangan di kabupaten Bangka Barat dari tahun 2007 – 2011 sangat lah pesat, dengan melihat laju pertumbuhan penduduk yang begitu besar yaitu sekitar 5,66%. Adapun untuk dapat melihat perkembangan pensusuk di kabupaten Bangka Barat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4

Jumlah Perkembangan Penduduk di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2007-2011

No Kecamatan 2007 2008 2009 2010 2011

1 Muntok 36.294 36.657 39.306 46.748 50.188

2 Simpangteritip 23.715 23.952 23.536 26.236 27.282

3 Kelapa 25.186 25.438 27.941 31.520 32.714

4 Tempilang 20.404 20.608 23.769 25.723 26.679

5 Jebus 36.975 37.345 39.978 48.574 19.775

6 Parittiga 32.891

Jumlah 142.574 144.000 154.530 178.801 189.529

Sumber : Kabupaten Bangka Barat Dalam Angka Tahun 2012

Dengan mengamati karakteristik perkembangan laju pertumbuhan penduduk pada umumnya, maka dapat perkiraan kecenderungan (trend) pola perkembangan penduduk di masa mendatang dengan pola perkembangan, yaitu dapat berbentuk linier, eksponensial, geometrik ataupun bentuk lainnya.

Jika dilihat dari perkembangan penduduk pada Tahun 2007 – 2011 di Kabupaten Bangka Barat, perkembangan yang terjadi bersifat konstan, dimana terjadi pertambahan pada setiap tahunnya. Adapun persamaan pola perkembangan jumlah penduduk Kabupaten bangka Barat menggunakan pola linier karena melihat kecenderungan perkembangan mengikuti pola linier. Rumus dari proyeksi linier tersebut adalah :

(15)

Dimana :

Pt = penduduk pada tahun proyeksi t

α = intercept = penduduk pada tahun dasar β = koefisien = rata-rata pertambahan penduduk T = periode waktu proyeksi = selisih tahun proyeksi

dengan tahun dasar

Tabel 4.5

Proyeksi Penduduk di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2007-2011

No Kecamatan 2013 2018 2023 2028 2033

1 Muntok 67.450 86.389 105.329 124.268 143.208

2 Simpangteritip 34.947 39.656 44.365 49.074 53.783

3 Kelapa 44.155 54.724 65.293 75.862 86.431

4 Tempilang 36.362 45.194 54.027 62.859 71.692

5 Jebus 26634 34634 42634 50634 58635

6 Parittiga 44295 57600 70906 84211 97516

Jumlah 253.843 318.197 382.554 446.908 511.265

Sumber : Analisis Tahun 2012

Berdasarkan hasil proyeksi, jumlah penduduk di atas diketahui Kecamatan Muntok merupakan kecamatan dengan proyeksi jumlah penduduk terbanyak untuk setiap tahun dari tahun 2013 sampai 2033. Pada tahun 2033 jumlah penduduk Kecamatan Muntok diperkirakan akan mencapai 143.208 jiwa. Atau sekitar 28,01 % dari total penduduk Kabupaten Banga Barat yang ada pada tahun 2033.

Proyeksi penduduk di atas dilakukan atas dasar asumsi bahwa trend aktivitas dan seluruh faktor yang memungkinkan perubahan rate perkembangan penduduk secara ekstrim berlangsung konstan dan tidak terjadi perubahan ekstrim.

(16)

mendatang akan semakin besar dan berdampak negatif pada pemeliharaan dan kelestarian lingkungan dan sangat mungkin

deteriorasi lingkungan akan mencakup sumberdaya alam tidak terbarukan dan akan mewariskan bencana bagi generasi di masa depan. Kabupaten Bangka Barat merupakan kawasan yang akan terus mengalami perkembangan yang cukup tinggi di masa depan. Potensi lahan pengembangan yang ada saat ini masih besar karena sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Bangka Barat saat ini merupakan lahan yang belum terbangun yaitu pertanian, perkebunan dan tanah kosong.

Analisis ketersediaan lahan pengembangan merupakan lahan yang tersedia pada kawasan perencanaan untuk dapat menampung kegiatan di masa mendatang. Kriteria lahan yang bisa dikembangkan yaitu lahan pada kawasan perencanaan diluar kawasan yang diarahkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH). Kawasan yang potensial untuk dikembangkan dihitung berdasarkan standard yang ada dan dengan memperhatikan kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) yaitu sebesar 30% dari luas kawasan. Dari luas keseluruhan Kabupaten Bangka Barat sebesar 2.884,15 Km2 maka kawasan potensial yang terbangun sekitar 70 % yaitu 2.018,9 Ha dan kawasan yang tidak potensial untuk dibangun adalah sebesar 865,25Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai ketersediaan lahan potensial untuk dikembangkan Kabupaten Bangka Barat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6

Kawasan Terbangun dan Non Terbangun Di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2012 (Ha)

No Kecamatan Terbangun Non Terbangun Jumlah

1 Muntok 227,10 39.400,52 39.627,62

2 Simpangteritip 355,08 63.072,50 63.427,59

3 Kelapa 1.143,54 39.119,01 40.262,54

4 Tempilang 654,26 35.276,82 35.931,08

5 Jebus 443,17 87.488,76 87.931,93

6 Parittiga 474,72 40.946,89 41.421,61

Jumlah 3.297,87 305.304,50 308.602,38

(17)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lahan potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan terbangun di Kabupaten Bangka Barat sebesar 3.297,87 ha dimana nantinya tidak seluruhnya digunakan sebagai kawasan permukiman. Selain kawasan permukiman nantinya lahan terbangun ini juga dimanfaatkan untuk kegiatan lain seperti kawasan komersil, pemerintahan, fasilitas umum dan jaringan jalan. Jumlah maksimal yang dapat digunakan untuk kawasan permukiman yaitu 60% dari jumlah total luas lahan yang potensial untuk dibangun. Ketersediaan lahan pengembangan berdasarkan perhitungan di atas, dalam tahap selanjutnya dapat digunakan dalam proses analisis selanjutnya untuk menentukan daya tampung kawasan tersebut serta arahan distribusi penduduk yang kemudian ditentukan sebaran sarana dan prasarana pendukung yang harus dialokasikan di kawasan perencanaan berdasarkan arahan distribusi penduduk tersebut. Mengenai daya tampung lahan di Kabupaten Bangka Barat, secara keseluruhan tidak mengalami masalah berkenaan dengan jumlah dan tingkat kepadatan penduduk yang relatif rendah dan pemanfaatan ruang yang masih belum optimal.

2).Daya Tampung

(18)

Tabel 4.7

Daya Tampung di Kabupaten Bangka Barat

No Kecamatan

Sumber : Analisis Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 2.884,15 km2, Lahan yang potensial untuk dikembangkan adalah sekitar 3.297,84. Namun luas yang diperkirakan dapat menampung penduduk adalah sekitar 1.978,70 ha atau sekitar 60% dari luas potensi permukiman. Dari hasil perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa daya tampung untuk Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 349.183 jiwa sehingga jika dibandingkan dengan hasil proyeksi penduduk pada tahun 2033 untuk Kabupaten Bangka Barat adalah 511.265 jiwa,maka berarti bahwa pada athun 2033 Kabupaten bangka Barat sudah harus mensiasati perkembangan penduduk. Dari hasil perhitungan tersebut maka, perumahan atau permukiman di Kabupaten Bangka Barat masing dapat memungkinkan di kembangkan secara vertikal.

4.2.

Analisis Proyeksi Kebutuhan Pengembangan

Perumahan dan Permukiman

4.2.1 Kebutuhan Perumahan Kabupaten Bangka Barat

(19)

Kebutuhan akan perumahan tergantung kepada peningkatan jumlah penduduk, maka penyusunan RP4D Kabupaten Bangka Barat ini memprediksikan kebutuhan akan rumah sampai 20 tahun mendatang berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk sampai dengan tahun 2033, dengan pertimbangan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bangka Barat yang cukup tinggi, yaitu sebanyak 5,6%. Angka pertumbuhan penduduk ini cukup tinggi, LPP alamiah adalah sekitar 1,35 sampai 1,65%, maka dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Bangja Barat terjadi in-migrasi yang cukup tinggi.

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tersebut maka laju pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Bangka Barat untuk kurun waktu 2013-2033, diperkirakan sebesar 5,6%, sedangkan LPP alamiah adalah sekitar 1,35% sampai 1,65%, maka kabupaten Bangka Barat sampai dengan tahun 2033 akan menerima in-migrasi.

Dari hasil proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bangka Barat dari Tahun 2013 – 2033 akan dapat diperhitungkan dan diprediksi jumlah kebutuhan unit rumah tambahan di Kabupaten Bangka Barat, dengan menggunakan asumsi sebagai berikut :

 Satu unit hunian atau rumah akan ditempati oleh 1 keluarga (1 Unit = 1 KK)

 Satu KK diasumsikan berjumlah 5 orang, prediksi jumlah KK ditentukan dengan membagi jumlah penduduk hasil proyeksi dengan rata-rata jumlah jiwa per-KK, yaitu 5 jiwa/KK.

 Jumlah kebutuhan tambahan rumah untuk periode tahun X ditentukan dengan mengurangi jumlah KK pada tahun X dengan jumlah KK pada tahun X-1, dengan asumsi bahwa kebutuhan rumah pada tahun X-1 telah dapat terpenuhi.

(20)

Tabel 4.8.

Proyeksi Kebutuhan Perumahan di Kabupaten Bangka Barat

Kecamatan

Simpangteritip 500 (16,67%)

34947

Tempilang 500 (16,67%)

36362

Parittiga 500 (16,67%)

44295

Jumlah 253.843 63461 14380206 318.197 79549 18025860 382.554 95639 21671684 446.908 111727 25317338 511.265 127816 28963162

(21)

Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan tambahan akan rumah setiap tahunnya dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2033, maka terlihat bahwa kebutuhan akan rumah setiap tahunnya akan meningkat demikian pula halnya kebutuhan lahan untuk perumahan dan permukiman akan turut meningkat.

Kebutuhan akan rumah baik tipe maupun luas serta konstruksi rumah itu sendiri akan sangat tergantung dengan tingkat kemampuan masyarakat untuk pembiayaan pengadaan rumah, maka dalam hal ini perlu dipakai suatu acuan atau standar yang relefan.

Dalam menghitung proyeksi kebutuhan rumah berdasarkan tipe dan luas lahan yang dibutuhkan, maka sebagai acuan digunakan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia No. 10 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Pemukiman Dengan Hunian Berimbang, dimana untuk mewujudkan pembangunan perumahan dan permukiman yang berimbang, komposisi jumlah dan tipe rumah adalah 1 : 2 : 3, satu untuk kapling besar, dua untuk kapling sedang, dan tiga untuk kapling kecil. Adapun asumsi luas dari masing-masing tipe rumah dan luas lahan untuk masing-masing tipe adalah : 120 m2 : 250 m2 : 500 m2 (kapling kecil : kapling sedang : kapling besar) untuk kabupaten Bangka Barat.

Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah kebutuhan kavling untuk perumahan adalah sekitar 127.816 unit dengan kebutuhan luas sekitar 2.896,316 ha. Jika dilihat dari kebutuhan luas dan kavling tersebut maka, untuk Kabupaten Bangka Barat masih sangat cukup melihat bahwa peruntukan perumahan Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 9.798,51 ha.

(22)

Tabel 4.9

Proyeksi Kebutuhan Perumahan Di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2033

No Kecamatan

Luas (m2) 2.148.120 2.980.517 2.984.097

2 Simpangteritip (Unit) 6.723 4.477 2.241

Luas (m2) 806.745 1.119.359 1.120.703

3 Kelapa (Unit) 10.804 7.195 3.602

Luas (m2) 1.296.465 1.798.845 1.801.006

4 Tempilang (Unit) 8.962 5.968 2.988

Luas (m2) 1.075.380 1.492.090 1.493.882

5 Jebus (Unit) 7.329 4.881 2.444

Luas (m2) 879.525 1.220.341 1.221.807

6 Parittiga (Unit) 12.190 8.118 4.064

Luas (m2) 1.462.740 2.029.552 2.031.990

Sumber : Analisis Tahun 2012

4.2.2 Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Analisis kebutuhan fasilitas dan utilitas di Kabupaten Bangka Barat menggunakan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:

 Kecenderungan perkembangan jumlah penduduk

 Dalam memperkirakan kebutuhan ruang di Kabupaten Bangka Barat, analisis yang digunakan berdasarkan Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Perkotaan yang diterbitkan Puslitbang Permukiman

 Standar pelayanan berupa Pedoman Lingkungan Permukiman terbitan Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan Ditjen Cipta Karya-DPU yang dinilai sesuai dengan kota-kota di Indonesia.

Untuk memproyeksikan kebutuhan dari fasilitas-fasilitas tersebut maka dalam hal ini akan mengacu kepada kepmen 534 tahun 2001 tentang standar pelayanan tata ruang dan permukiman.

1. Fasilitas Pendidikan

(23)

kecamatan. Jika dilihat dari kondisi eksisiting Kecamatan Muntok merupakan kecamatan dengan dukungan fasilitas yang cukup.

Dalam memproyeksikan jumlah fasilitas pendidikan umumnya di lihat berdasarkan proyeksi dari jumlah penduduk, namun hal yang perlu diperhatikan adalah tidak hanya jumlah yang sesuai dengan jumlah penduduk dengan kata lain sesuai dengan standari fasilitas pendidikan yang ada namun juga harus diperhatikan jarak tempuh menuju sekolah. Dengan tersebarnya pusat permukiman di seluruh kecamatan maka penempatan lokasi sekolah perlu memperhatikan jarak tempuh tersebut Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan fasilitas berdasarkan standar pada Kepmen 534 tahun 2001 tentang Standar Pelayanan Tata Ruang dan Permukiman. standar yang dipergunakan dapat dilihat pada tabel yang kebutuhannya didasarkan pada jumlah penduduk pendukungnya. Perhitungan kebutuhan fasilitas pendidikan berdasarkan standar yang digunakan seperti terlihat pada Tabel 4.10 akan menghasilkan jumlah maksimal yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah penduduk pendukungnya.

sehingga penduduk usia sekolah yang hendak bersekolah tidak perlu menempuh jarak yang terlalu jauh atau harus mengeluarkan biaya transprotasi yang tinggi.

Proyeksi kebutuhan

Tabel 4.10

Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Di Kabupaten Bangka Barat

No Jenis

Fasilitas

Jumlah Unit Kebutuhan Lahan (ha)

2013 2018 2023 2028 2033 2013 2018 2023 2028 2033

1 TK 254 318 383 447 511 12,69 15,91 19,13 22,35 25,56

2 SD 42 53 64 74 85 12,69 15,91 19,13 22,35 25,56

3 SLTP 10 13 15 18 20 4,06 5,09 6,12 7,15 8,18

4 SLTA 8 11 13 15 17 4,06 5,09 6,12 7,15 8,18

5 Perpustakaan 8 11 13 15 17 0,42 0,53 0,64 0,74 0,85

6 Perguruan

Tinggi

4 5 5 6 7 7,25 9,09 10,93 12,77 14,61

(24)

2. Fasilitas Kesehatan

Penyediaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Bangka Barat memiliki arti yang sangat penting karena merupakan pendukung bagi kesejahteraan dan kesehatan penduduk. Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Bangka Barat saat ini adalah RSU, BKIA, Puskesmas, Polindes, Posyandu praktek dokter, praktek bidan, apotik dan lain-lain. Keseluruhan sarana ini masing-masing memiliki lingkup tugas yang saling melengkapi satu sama lain sehingga dapat memberikan pelayanan yang sebaik mungkin pada masyarakat. Dalam analisis fasilitas kesehatan dilakukan dengan mengacu pada Kepmen 534 tahun 2001 tentang Standar Pelayanan Tata Ruang dan Permukiman. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan fasilitas kesehatan di Kabupaten Bangka Barat dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bangka Barat

No Jenis

Fasilitas

Jumlah Unit Kebutuhan Lahan (ha)

2013 2018 2023 2028 2033 2013 2018 2023 2028 2033

Sumber : Analisis Tahun 2012

3. Fasilitas Komersial

Fasilitas perekonomian yang tersedia di Kabupaten Bangka Barat terdiri dari pasar lokal (pelayanan kecamatan), toko/kios/warung, pertokoan/ pasar, pasar lingkungan, dan jasa.

(25)

Tabel 4.12

Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Komersil di Kabupaten Bangka Barat

No Jenis

Fasilitas

Jumlah Unit Kebutuhan Lahan (ha)

2013 2018 2023 2028 2033 2013 2018 2023 2028 2033

1 Warung 1.015 1.273 1.530 1.788 2.045 10,15 12,73 15,30 17,88 20,45

2 Tempat

Perbelanjaan

42 53 64 74 85 12,69 15,91 19,13 22,35 25,56

3 Pasar Lingkungan 8 11 13 15 17 8,46 10,61 12,75 14,90 17,04

4 Pasar/pertokoan 4 5 6 7 9 4,23 5,30 6,38 7,45 8,52

5 Pusat

Perbelanjaan/Pasar

1 1 1 1 1 3,60 3,60 3,60 3,60 3,60

Jumlah 1.070 1.343 1.614 1.885 2.157 39 48 57 66 75

Sumber : Analisis Tahun 2012

4. Fasilitas Pelayanan Pemerintahan

(26)

Tabel 4.13

Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pemerintahan di Kabupaten Bangka Barat

No Jenis

Fasilitas

Jumlah Unit Kebutuhan Lahan (ha)

2013 2018 2023 2028 2033 2013 2018 2023 2028 2033

1 Kantor Pemerintah Dise-

suaikan

(27)

5. Fasilitas Reksreasi, Olah Raga, dan Ruang Terbuka

(28)

Tabel 4.14.

Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Rekreasi, Olahraga, dan Ruang Terbuka di Kabupaten Bangka Barat

No Jenis

Fasilitas

Jumlah Unit Kebutuhan Lahan (ha)

2013 2018 2023 2028 2033 2013 2018 2023 2028 2033

1 Tempat Bermain

Lingkungan

1.015 1.273 1.530 1.788 2.045 25,38 31,82 38,26 44,69 51,13

2 Lap. Olahraga / Tempat

Bermain / Taman

85 106 128 149 170 1,27 1,59 1,91 2,23 2,56

3 Lapangan Olahraga 8 11 13 15 17 7,11 8,91 10,71 12,51 14,32

4 Gedung Olahraga 8 11 13 15 17 0,85 1,06 1,28 1,49 1,70

5 Kolam Renang 8 11 13 15 17 3,38 4,24 5,10 5,96 6,82

6 Lapangan Olahraga 2 3 3 4 4 2,12 2,65 3,19 3,72 4,26

7 Taman dan Tempat

Bermain

2 3 3 4 4 2,12 2,65 3,19 3,72 4,26

8 Gedung Olahraga 2 3 3 4 4 2,12 2,65 3,19 3,72 4,26

9 Stadion Mini 1 1 1 1 1 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00

10 Taman dan Tempat

Rekreasi

1 1 1 1 1 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00

11 Gedung Olahraga /

Seni

1 1 1 1 1 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30

Jumlah 1.133 1.424 1.709 1.997 2.281 53 64 75 86 98

(29)

Dengan melihat jumlah kebutuhan untuk setiap fasilitas-fasilitas diatas maka dapat diketahui bahwa total luas minimal yang disediakan untuk fasilitas – fasilitasnya untuk tahun rencana antara lain :

 Fasilitas Pendidikan : 82,94 ha

 Fasilitas Kesehatan : 7,13 ha

 Fasilitas Komersil : 75 ha

 Fasilitas Pemerintahan : 8,54 ha

 Fasilitas Rekreasi, Olahraga, dan Ruang Terbuka : 98 ha

Dengan demikian total luas untuk pembangunan sarana atau fasilitas lingkungan untuk Kabupaten Bangka Barat minimal adalah 271,61 ha. Sedangkan luas bagi penyediaan jaringan infrastruktur seperti jalan, drainase, listrik, dan sebagainya dihitung dengan asumsi sebesar 30% dari luas lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman. Luas lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman sampai dengan Tahun 2033 adalah 2.896,32 Ha, maka luas lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur adalah 868,90 Ha. Dengan demikian total lahan yang dibutuhkan untuk pengembangan prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan permukiman di Kota Bangka Barat sampai dengan Tahun 2033 adalah 271,61 + 868,90 = 1.140,51 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai luas lahan permukiman serta sarana dan prasana dapat diliihat pada tabel berikut.

Tabel 4.15

Kebutuhan Luas Permukiman dan Sarana Prasarana Di Kabupaten Bangka Barat

No. Jenis Pengunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

1. Perumahan dan Permukiman 2896,32

2. Sarana Lingkungan Permukiman 271,61

3. Infrastruktur Lingkungan Permukiman

(Prasarana)

868.90

Total Kebutuhan Lahan 4.036,83

(30)

Tabel 4.16

Usulan Program Bidang Pengembangan dan Permukiman

NO TAHUN URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL. SAT.

1. 2014 Laporan Pembinaan Pengembangan

Permukiman

Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan

dan Perdesaan (RPKPP)

Bimbingan/Pendampingan

Penyusunan Laporan Pembinaan Pengembangan Permukiman (RPKPP)

Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman

Perdesaan Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

Infrastruktur Permukiman RSH yang Meningkat

Kualitasnya

Pembangunan

Perum Polresta Mentok Desa Air Belo Kec. Muntok Kab.

Bangka Barat 1 Kawasan

2.800.000

280.000

Perum Polresta Mentok Desa Air Belo Kec. Muntok Kab.

Bangka Barat 1 Kawasan

3.300.000

330.000

Pembangunan Sarana dan Prasarana Rumah

Sederhana Sehat Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

200.000

Infrastruktur Kawasan Permukiman

Perdesaan

Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

Potensial yang Meningkat Kualitasnya

Pembangunan

Penataan Lingkungan Permukiman Penduduk

Perdesaan Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

100.000

Rehab. Jalan Lingkar Desa di Dusun Sungai Lalang Desa Bakit (Desa Mandiri)

Kec. Parit Tiga

(31)

NO TAHUN URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL. SAT. Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan

Bencana

Pembangunan

Fasilitasi dan Stimulasi Rehabilitasi Rumah

Akibat Bencana Alam Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

100.000

10.000

Fasilitasi dan Stimulasi Rehabilitasi Rumah

Akibat Bencana Sosial Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

2. 2015 Infrastruktur Kawasan Permukiman

Perkotaan

Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

Pembangunan

Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman

Perdesaan Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

Potensial yang Meningkat Kualitasnya

Pembangunan

Penataan Lingkungan Permukiman Penduduk

Perdesaan Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

100.000

Pembangunan Jalan Lingkungan di Desa Sinar Sari (Desa Mandiri)

Pembangunan Jalan Lingkungan di Desa Tanjung Niur (Desa Mandiri)

Kec. Tempilang

Pembangunan Jalan Lingkungan di Desa Belo Laut (Desa Mandiri)

Pembangunan Jalan Lingkungan di Desa Rukam (Desa Mandiri)

3. 2016 Infrastruktur Kawasan Permukiman

(32)

NO TAHUN URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL. SAT. KET.

Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

Potensial yang Meningkat Kualitasnya

Pembangunan

Penataan Lingkungan Permukiman Penduduk

Perdesaan Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

100.000

Pembangunan Jalan Lingkungan di Desa Ketap (Desa Mandiri)

Pembangunan Jalan Lingkungan di Desa Tuik (Desa Mandiri)

Pembangunan Jalan Lingkungan di Desa Sp. Yul (Desa Mandiri)

Pembangunan Jalan Lingkungan di Desa Rambat (Desa Mandiri)

4. 2017 Infrastruktur Kawasan Permukiman

Perkotaan

Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

Pembangunan

Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman

Perdesaan Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

Infrastruktur Permukiman RSH yang Meningkat

Kualitasnya

Pembangunan

Perum Polresta Mentok Desa Air Belo Kec. Muntok Kab.

Bangka Barat 1 Kawasan

Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

Potensial yang Meningkat Kualitasnya

Pembangunan

Penataan Lingkungan Permukiman Penduduk

Perdesaan Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

100.000

(33)

NO TAHUN URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL. SAT.

SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-

KET.

APBN APBD

PROV.

APBD KAB/K OTA

PDAM SWASTA

Perkotaan

Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

Pembangunan

Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman

Perdesaan Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

1.098.075

200.000

109.808

Infrastruktur Kawasan Permukiman

Perdesaan

Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

Potensial yang Meningkat Kualitasnya

Pembangunan

Penataan Lingkungan Permukiman Penduduk

Perdesaan Kab. Bangka Barat 1 Kawasan

100.000

TOTAL 5 1.098.075

300.000

(34)

4.3.

Rencana Investasi Penataan Bangunan dan

Lingkungan

4.3.1 Petunjuk Umum

Penataan Bangunan didasari oleh undang-undang atau peraturan daerah yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagian dari upaya pengendalian pemamfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Panduan Penataan Bangunan dan Lingkungan suatu kawasan baik perkotaan maupun perdesaan adalah untuk mengendalikan pemanfaatan ruang sehingga dapat selaras dan serasi antara bangunan dan lingkungan yang meliputi : perbaikan (kawasan terbangun), pelestarian (kawasan yang dilindungi), pengembangan kembali (kawasan campuran) dan bangunan baru (kawasan baru yang berpotensi untuk berkembang).

Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta pelaksanaan lebih detail di bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.

(35)

4.3.2 Profil Rinci Penataan Bangunan dan Lingkungan

1. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Bangka Barat

Mengacu pada sasaran Millenium Development Goals (MDGs), luas kawasan kumuh harus berkurang 50% dari kondisi saat ini pada tahun 2015. Adapun untuk kabupaten Bangka Barat, terdapat beberapa kawasan yang termasuk dalam kategori kumuh, termasuk kawasan kumuh nelayan serta kawasan yang perlu direvitalisasi untuk meningkatkan “nilai” terkait dengan potensi yang dimiliki kawasan tersebut.

Kegiatan penataan bangunan dan lingkungan yang ada di Kabupaten Bangka Barat pada umumnya terfokus pada kawasan perkotaan saja. Kawasan perkotaan yang ada di Kabupaten Bangka Barat terdapat di Kecamatan Muntok dan Kecamatan jebus.

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan di Wilayah Perkotaan Kecamatan Muntok

a).Stadia Perkembangan Kota Muntok

Cikal bakal berkembangnya Pulau Bangka tidak terlepas dari Pelabuhan Muntok yang merupakan satu-satunya akses masuk Ke Pulau Bangka. Kota Muntok didirikan dipertengahan abad XVIII oleh Suku Melayu Pulau Siantan, adalah Encik Wan Akup yang mendirikan kota Muntok dan mengepalai parit-parit timah. Benteng yang terletak di Kampung Jiran Siantan - Mentok (sekarang dinamai Kampung Tanjung) ini dibangun pada masa

(36)

Perkembangan Kota Muntok selanjutnya dengan dicirkannya ada gedung Kantor BTW/Gedung Kawilasi Timah atau awalnya bernama

Hoofdbureau Banka Tinwinning Bedriff dan sekaligus pusat

Pemerintahan (Residen) Bangka dibangun tahun 1816. selain itu ada bangunan Komplek perumahan Mayor Cina di Muntok dibangun pada tahun 1848 oleh Chung A. Thiam dari negeri Cina. Oleh Pemerintah Belanda, Chung A.Thiam diangkat menjadi seorang Kepala Masyarakat Cina dengan pangkat Mayor, Mayor ini bermurah hati di saat orang

Islam membangun Mesjid Jami’ pada tahun 1879 . Selain itu ada juga

bangunan Mercusuar Tanjung Kalian dibangun oleh Belanda pada tahun 1862.

Pada periode 1900 perkembangan Kota Muntok semakin bererak ke Arah darat dengan ditandakan adanya bangunan komplek kediaman Residen Bangka yang didirikan kira-kira tahun 1903 (Ex-Gedung Bupati).

Dengan berkembangnya Pulau Bangka sebagai penghasil Timah di Indonesia dan berdirinya Industri Peleburan Timah di

kota Muntok. Berdampak pada

perkembangan Kota Muntok, dimana industri peleburan Timah tersebut merupakan salah satu daya tarik bagi kegiatan perekonomian. Dengan berdirinya industri tersebut mendorong perkembangan kota ke arah Timur dan Utara.

Stadia selanjutnya perkembangan semakin jauh yaitu adanya Wisma Menumbing, Dibangun oleh Banka Tinwinning (BTW) sekarang PT.Timah Tbk pada tahun 1927, Pasanggrahan Tambang Timah ini pernah dijadikan sebagai tempat pengasingan para Pemimpin RI pada tahun 1948 – 1949.

(37)

perkembangan Kota muntok semakin jelas dan kelihatan relatif cepat, namun setelah periode tersebut semakin berkurangnya kandungan timah maka perkembangan Kota Muntok juga semakin lamban.

Pada Stadia berikutnya perkembangan Kota Muntok setelah ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten Bangka Barat pada tahun 2003 perkembangan mengarah ke bagian Utara, perkembangan terlihat semakin berkembang setelah dibangunnya pusat pemerintahan di Desa Belo Laut, diikuti oleh perkembangan pada bagian Utara yaitu di Desa Air Putih.

b).Sejarah Kota Muntok

Kota Muntok di Kabupaten Bangka Barat adalah kota tua yang berdiri sejak berabad silam. Penjajah Belanda telah membangun daerah tersebut, sekaligus menjadikannya sebagai kota pelabuhan. Melalui Pelabuhan Muntok di Muntok, hasil alam terutama lada putih Bangka yang begitu terkenal diangkut kapal-kapal Belanda menuju ke daratan Eropa. Melalui Pelabuhan Muntok pula timah yang digali dari bumi Bangka dikirim ke negara penjajah.

Bekas kejayaan Muntok sekaligus kebesaran penjajah Belanda sampai kini masih jelas terlihat di kota yang kini ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Bangka Barat tersebut. Ratusan gedung tua dengan mudah ditemui di seantero kota pantai dan perbukitan tersebut. Dua di antara ratusan gedung tua yang masih kokoh berdiri bahkan memiliki nilai sejarah yang amat tinggi bagi negara ini. Dua gedung tua itu adalah

Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam.

(38)

tahun lalu telah diubah menjadi hotel dengan nama Jati Menumbing. Dari atas perbukitan ini, Kota Muntok, Pelabuhan Muntok, dan Selat Bangka terlihat dengan jelas.

Di Kota Muntok juga terdapat Wisma Ranggam yang saat ini tengah dipugar. Gedung tua itu juga pernah menjadi tempat tinggal Bung Karno saat berada dalam pengasingan di Muntok. Keindahan Muntok tidak hanya itu. Berjalan-jalan di dalam kota kecil itu tidak ubahnya berjalan-jalan di kota tua. Dimana-mana terdapat gedung tua, baik yang masih terawat karena dihuni maupun yang sudah rusak berat karena dibiarkan terlantar.

Tidak saja pada artefak-artefak penting seperti Mercusuar, Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam, Kota Muntok juga menyimpan potensi artefak arsitektural yang dapat diteliti lebih jauh untuk pembuktian. Di sekitar Wisma Ranggam ditemukan beberapa bangunan rumah tinggal dengan tipe landhuizen (rumah villa Belandan) dan bangunan masyarakat biasa yang dibuat dengan tipe landhuizen. Di samping itu Kota Muntok juga masih banyak menyimpan artefak rumah-rumah asli tradisional Melayu.

c).Penataan Bangunan dan Lingkungan di Wilayah Perkotaan Kecamatan Jebus

Stadia Perkembangan Kota Kecamatan Jebus

Perkembangan Kota Kecamatan Jebus tidak terlepas dari perkembangan Kota Muntok. Kota Muntok yang berdiri tahun 1721 yang didirikan oleh Wan Ecek Akup, dengan di bangunnya Benteng Kota Seribu. Pada tahun 1789 orang Cina Mendarat di Pulau Bangka dan menyebar di beberapa daerah sebagai tenaga tambang yang di datangkan ole Wan Encek Akup.

(39)

Dengan banyaknya imigran baik sebagai pedagang maupun pekerja tambang merupakan penggerak terhadap perkembangan Kota Kecamatan Jebus. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk banyak dibangun fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan pertambangan maupun fasilitas sosial lainnya. Dalam memenuhi kebutuhan penduduk secara tidak langsung membentuk suatu pusat inter aksi bagi para petambang yang terdapat di lokasi-lokasi pertambangan yang tersebar.

Sesuai pertambahan waktu pusat interaksi penduduk menjadi kota hal ini ditandai dengan berdirinya pasar, dan fasilitas sosial lainnya. Pusat tersebut sekarang lebih dikenal dengan Desa Puput Kecamatan Jebus. Stadia selanjutnya Perkembangan Kota Kecamatan Jebus berawal dari perkembangan kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi di Paritiga (Desa Puput) berkembang ke arah Selatan dengan berdirinya Desa Jebus. Dengan semakin majunya kegiatan perdagangan di Desa Puput serta banyak ditemukannya tambang-tambang timah, semakin banyaknya orang yang datang dan tinggal di daerah tersebut dengan membangun rumah-rumah dan membentuk kawasan-kawasan permukiman yang tersebar di seputar Kota Paritiga (Desa Puput).

Stadia selanjutnya berdasarkan kebijaksanaan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Barat Kota Paritiga (Desa Puput) termasuk dalam wilayah Kecamatan Jebus. Maka perkembangan ibukota Kecamatan Jebus, merupakan perkembangan dua pusat yaitu Paritiga dan Jebus. Sesuai dengan perkembangan Kota Parittiga dan berdasarkan kebijaksanaan pemerintah, Ibukota Kecamatan Jebus semakin berkembang dengan masuknya beberapa desa dalam wilayah ibukota Kecamatan Jebus.

Masalah yang dihadapi secara umum mengenai tata bangunan gedung dan lingkungan antara lain:

(40)

2.Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian.

3.Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

Gedung dan Rumah Negara:

1.Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi perasyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

2.Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien.

3.Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

d).Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

Adapun program beserta target, pola pengelolaa, penanganan dan kontribusi pemerintah daerah di sektor tata bangunan dan lingkungan adalah sebagai berikut:

Program Penataan Bangunan Gedung

1.Penguatan Kelembagaan Pengawasan Konstruksi Dan Keselamatan Bangunan Gedung

a. Target:

1. Tindak lanjut UU Bangunan Gedung sampai dengan tingkat kabupaten/kota

b. Pola Pengelolaan:

1. Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung 2. Peningkatan pemantapan kelembagaan BG

3. Pelatihan-pelatihan teknis c. Penanganan:

1.Fasilitasi dan Bantuan teknis penyusunan ranperda d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

(41)

3. Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam memenuhi ketentuan bangunan gedung

2.Dukungan Prasarana Dan Sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman Dan Bangunan (PIP2B)

a. Target:

1.Diprioritaskan pada kab/kota dengan penduduk 100-150 ribu dengan penangan tuntas

b. Pola Pengelolaan: c. Penanganan:

1.Bantuan teknis percontohan pendataan bangunan gedung dalam rangka mendukung tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung

2.Bantuan teknis pembentukan sistem informasi bangunan gedung

d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

1.Mempersiapkan kelembagaan yang menangani pendataan 2.Menyusun dan menyempurnakan program komputer untuk

system informasi bangunan gedung 3.Melakukan pendataan bangunan gedung

4.Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pendataan bangunan gedung

3.Percontohan Aksesibilitas Bangunan Gedung a. Target:

1.Diprioritaskan pada bangunan umum dan bangunan pemerintah

2.Mendukung tersedianya bangunan gedung umum yang dilengkapi fasilitas dan aksesibilitas

b. Penanganan:

(42)

4.Penyusunan Rencana Teknis - Rencana Induk Kebakaran (RIK) a. Target:

1.Target lokasi mengacu pada RTRW

2.Sesuai dengan kondisi, kebijakan, dan kebutuhan berdasarkan tingkat resiko kebakaran

b. Pola Pengelolaan: c. Penanganan:

1.Bantuan teknis penyusunan RIK dalam mendukung skenario pengembangan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran

d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

1.Membuat perda tentang pengamanan kebakaran 2.Memberikan bimbingan, penyuluhan dan pelatihan 3.Menyusun Rencana Induk Kebakaran (RIK)

Program Penataan Gedung dan Rumah Negara 1.Program Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

a. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) 2.Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 3.Pendataan Bangunan Gedung

2.Pengelolaan Bangunan Gedung Dan Rumah Negara a. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) 2.Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 3.Pendataan Bangunan Gedung

3.Pembinaan Teknis Pembangunan Gedung Negara a. Pola Pengelolaan:

b. Penanganan:

(43)

Program Penataan Lingkungan

1.Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh Dan Nelayan

a. Target:

1.Kawasan dengan luas 25-60 ha di Kota Strategis dan Metropolitan

2.Kota/Lokasi rawan bencana dengan prevalensi 4 kali/tahun 3.Kawasan kumuh di pusat kota, pusat kegiatan ekonomi kota

regional, dan kawasan kumuh nelayan 4.Kepadatan Penduduk 200-750 jiwa/ha 5.Kepadatan Bangunan 100 unit/ha

6.Pemanfaatan Lahan dimana PSD 60-80% tidak layak b. Pola Pengelolaan:

c. Pendekatan: TRIDAYA d. Penanganan:

1.Penyediaan PSD

2.Peningkatan kualitas PSD

3.Peremajaan kawasan: Land Sharing, Land Consolidation, Refunsionalisasi Kawasan, Review RTRK

4.Rencana Tindak (CAP) Pemberdayaan Masyarakat, Rencana Investasi Fisik, DED, Rencana Pembiayaan

e. Kontribusi Pemerintah Daerah:

1.Fasilitasi pelaksanaan peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh

2.Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Tradisional Dan Bersejarah

a. Target:

(44)

c. Penanganan:

1.Mengendalikan dan mengembangkan lingkungan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki

2.Meningkatkan kualitas lingkungan yang selanjutnya berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan hidup penghuninya

d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

1.Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional-Kawasan, rencana pembiayaan dan rencana komunitas

2.Surat Keputusan Bupati/ Walikota mengenai rencana tindak 3.Detail Architectural and Engineering Design (DAED)

4.Kontribusi dana yang terpadu antara Pemerintah Kabupaten/ Kota, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat maupun Swasta/Masyarakat

3.Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Revitalisasi Kawasan Strategis

a. Target:

1.Kawasan yang secara sosial-budaya perlu dihidupkan kembali 2.Kawasan yang secara ekonomi pernah dan mempunyai potensi

untuk dikembangkan b. Pola Pengelolaan: c. Penanganan:

1.Menghidupkan kembali lingkungan yang telah mati, pada masa silam pernah hidup

2.Mengendalikan dan mengembangkan lingkungan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki

3.Meningkatkan kualitas lingkungan yang selanjutnya berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan hidup penghuninya

d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

1.Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional-Kawasan, rencana pembiayaan dan rencana komunitas

(45)

3.Detail Architectural and Engineering Design (DAED)

4.Kontribusi dana yang terpadu antara Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat maupun Swasta/Masyarakat

4.Penyusunan Rencana Teknis - Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

a. Target:

1.Luas daerah perencanaan 30-60 ha

2.Merupakan satu kesatuan daerah perencanaan yang utuh b. Pola Pengelolaan:

1.Berorientasi aspek kemampuan daya dukung social, budaya dan lingkungan

2.Melibatkan peran masyarakat

3.Berdasarkan pola efektivitas pemanfaatan ruang

4.Kejelasan kelembagaan pengelola dan pemantau pelaksanaan c. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) d. Kontribusi Pemerintah Daerah:

5.Penyusunan Rencana Teknis - Ruang Terbuka Hijau (RTH) a. Target:

1.Ruang terbuka yang pemanfaatannya diisi dengan tanaman/tumbuhan alami secara alamian ataupun budidaya b. Pola Pengelolaan:

1.Perencanaan RTH dilakukan sebagai bagian dari RTR Kota 2.Rencana dan rancangan RTH merupakan penjabaran dari

RTBL/ Rencana Teknik Ruang Kawasan c. Penanganan:

(46)

1.Produk rancang bangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) disahkan oleh Kabupaten/Kota

Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan 1.Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (Paket)

a. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) 2.Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 3.Pendataan Bangunan Gedung

b. Kontribusi Pemerintah Daerah: 2.Replikasi Pemberdayaan Masyarakat

a. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) 2.Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 3.Pendataan Bangunan Gedung

3.Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) - PNPM a. Penanganan:

1.Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) 2.Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung 3.Pendataan Bangunan Gedung

Program yang Diusulkan

Program yang diusulkan meliputi: a).Bangunan Gedung

1. Sosialisasi pentingnya IMB

2. Pengembangan Sistem Informasi Bangunan Gedung dan Arsitektur

3. Peningkatan/ Pemantapan Kelembagaan Bangunan Gedung 4. Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

(47)

b).Lingkungan Permukiman 1. Bantek RTBL

2. Bantek Penataan RTH

3. Dukungan Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh

(48)

Tabel 4.17

Usulan Program Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO TAHUN URAIAN KEGIATAN

LOKASI

1. 2014 Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Bangunan Dan

Lingkungan, Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara

Bantuan Teknis/Administratif/Manajemen

Penyusunan RTBL Kws. Kota

Lama 1 Laporan 1.000.000

Penyusunan RTBL Kws. Industri

Tg. Ular 1 Laporan 1.000.000

Penyusunan RTBL Kws. Industri

Tg. Kalian 1 Laporan 1.000.000

Penyusunan RTBL Kws. Pasar

Muntok 1 Laporan 1.000.000

Penyusunan RTBL Kws. Pasar

Parit Tiga 1 Laporan 1.000.000

Penyusunan RTBL Kws. Pasar

Baru Muntok 1 Laporan 1.000.000

Penyusunan RTBL Kws. Kolong

Retensi 1 Laporan 1.000.000

Penyusunan Renti Penataan RTH

Kabupaten Bangka Barat

Kec. Jebus

1 Laporan 200.000

Penyusunan Renti Penataan RTH

Kabupaten Bangka Barat Kec. Parit Tiga

1 Laporan 200.000

Sarana Dan Prasrana Lingkungan

Permukiman

Sarana dan prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pembangunan

(49)

NO TAHUN URAIAN KEGIATAN

2. 2015 Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Bangunan Dan

Lingkungan, Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara

Bantuan Teknis/Administratif/Manajemen

Penyusunan Renti Penataan RTH

Kabupaten Bangka Barat Kec. Sp. Teritip

1 Laporan 200.000

Penyusunan Renti Penataan RTH

Kabupaten Bangka Barat

Kec. Kelapa

1 Laporan 200.000

Penyusunan RISPK Kec. Muntok 1 Laporan 500.000

Sarana Dan Prasrana Lingkungan

Permukiman

Sarana dan prasarana Penataan Ruang

Terbuka Hijau (RTH)

Pembangunan

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH))

Kabupaten Bangka Barat

Kec. Muntok

1 Kawasan 2.000.000 200.000

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH))

Kabupaten Bangka Barat

Kec. Jebus

1 Kawasan 2.000.000 200.000

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH))

Kabupaten Bangka Barat Kec. Parit Tiga

1 Kawasan 2.000.000 200.000

Sarana dan prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pembangunan

(50)

NO TAHUN URAIAN KEGIATAN DETAIL VOLUME SATUAN KET.

Penyusunan Renti Penataan RTH

Kabupaten

Sarana Dan Prasrana Lingkungan

Permukiman

Sarana dan prasarana Penanggulangan

Bahaya Kebakaran

Pembangunan

Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan

Kab. Bangka

Barat 1 Kawasan 3.000.000 300.000

Pengawasan Teknik dan Supervisi

Sarana dan prasarana Penataan Ruang

Terbuka Hijau (RTH)

Pembangunan

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH))

Kabupaten Bangka Barat Kec. Sp. Teritip

1 Kawasan 2.000.000 200.000

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman (Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH))

2017 Sarana dan prasarana Penataan Ruang

Terbuka Hijau (RTH)

Pembangunan

(51)

4.4.

Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah

4.3.1. Petunjuk Umum 1. Umum

Bidang air limbah memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukan dan air tanah disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.

Sasaran program dan kegiatan pengelolaan limbah permukiman mengacu pada RPJMN 2010 -2014, yaitu terciptanya kondisi stop buang air besar sembarangan hingga air tahun 2014 (sistem pengelolaaan air limbah terpusat/off site sanitation) bagi 10% total penduduk (melalui sistem pengelolaan air limbah skala kota sebesar 5% dan melalui sistem pengelolaan air limbah skala komunal sebesar 5% dan akses terhadap air limbah setempat (on site) yang layak bagi 90% dari total penduduk.

2. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Air Limbah

(52)

0445/M.PPN/11/2010 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target Millennium Development Goals (RAD-MDGs).

Dalam rangka mendukung pelaksanaan RPJM 2010-2014, Kementerian Pekerjaan Umum telah menyusun Renstra Cipta Karya 2010-2014, yang merupakan kebijakan dan strategi dalam kegiatan pengelolaan air limbah yaitu;

Kebijakan 1:

Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site

maupun off site di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat.

Strategi:

 Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem setempat (on-site) di perkotaan dan perdesaan melalui sistem komunal;

 Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem terpusat (off-site) di kawasan perkotaan Metropolitan dan Besar.

Kebijakan 2:

Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman.

Strategi:

 Merubah perilaku dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman.

 Mendorong partisipasi dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 3:

(53)

Strategi:

 Menyusun perangkat peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

 Menyebarluaskan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

 Menerapkan peraturan perundangan.

Kebijakan 4:

Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan air limbah permukiman.

Strategi:

 Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah permukiman di tingkat masyarakat.

 Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah permukiman di daerah.

 Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga.

 Mendorong peningkatan kemauan politik (political will) para pemangku kepentingan untuk memberikan prioritas yang lebih tinggi terhadap pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 5:

Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman.

Strategi:

 Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan air limbah permukiman.

(54)

Development Goals, khususnya target 7C (air minum dan sanitasi) dan instrument pencapaian target Standar Pelayanan Minimal Air Minum dan Air Limbah sesuai Permen PU No 14/PRT/M/2010.

Buku Putih Pembangunan Sanitasi Kabupaten Bangka Barat ini adalah untuk menyiapkan data dan gambaran yang representative tentang profil sanitasi eksisting Kabupaten Bangka Barat dengan mengacu pada kriteria-kriteria yang berlaku serta mengetahui area beresiko yang perlu penanganan secara komperhensip dan berkelanjutan.

Dalam Buku Putih bertujuan untuk mendukung Pembangunan Sanitasi Kabupaten Bangka Barat ini adalah:

1.Mengidentifikasi dan menginventarisir kondisi terkini dan permasalahan yang berkaitan dengan sanitasi di Kabupaten Bangka Barat.

2.Menyediakan informasi, skenario/program penanganan permasalahan sanitasi yang sedang berjalan di Kabupaten Bangka Barat.

3.Mengetahui sejauh mana peran pemerintah dan stakeholder Kabupaten Bangka Barat terhadap masalah sanitasi serta peningkatan kapasitas Pemerintah Kabupaten (capacity building). 4.Menyediakan pedoman yang dapat dipakai untuk memudahkan dan

meningkatkan koordinasi terutama dalam penentuan dan pemantapan pembangunan serta perbaikan sanitasi di Kabupaten Bangka Barat

(55)

Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggung jawab untuk bidang AMPL dan menjadi acuan bagi Pemda dalam pengembangan program AMPL.

4.3.2. Profil Pengelolaan Air Limbah 1. Kondisi Umum

a. Aspek Teknis

Pelayanan air limbah di Kabupaten Bangka Barat dilayani oleh sistem sanitasi setempat (on site sanitation) baik yang dilaksanakan secara individu (tangki septik individu) maupun dibeberapa lokasi ada yang dengan sistim komunal (MCK dan tangki septik komunal). Namun belum secara periodik lumpur tinja tersebut dilakukan pengursan, kondisi ini akibat belum tersedianya sarana pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

(56)

Tabel 4.18

Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik

Input User Interface Penampungan

Awal Pengaliran

Pengolahan

Akhir Pembuangan

Kode/Nama Aliran

Grey Water Dapur Rumah

Tangga, Kamar mandi

Bak Peresapan Bak Peresapan Saluran

terbuka,kebun

L1

Dapur Rumah Tangga, Kamar mandi

Riol Saluran

Terbuka/Saluran Tertutup

- Sungai L2

Black Water WC setor Tangki septik - - Sungai L3

Black Water WC Cemplung Lubang di tanah - - Kebun L4

(57)

Tabel 4.19

Sistem Pengolahan Air Limbah yang Ada di Kabupaten Bangka Barat

1).Kesadaran Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat, Jender dan Kemiskinan (PMJK)

Masyarakat disuatu wilayah baik kelurahan maupun desa mempunyai posisi penting dalam pengelolaan sanitasi. Perilaku masyarakat akan kesadaran terhadap pengelolaan sanitasi sangat berpengaruh. pada pengelolaan air limbah domestik. Dampak yang muncul terhadap lingkungan tentunya sangat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran mereka. Namun besarnya partisipasi mulai mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini dapat terlihat dari pembangunan sanitasi salah satunya pembangunan sanimas yang kepentingannya berada dalam kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (miskin) agar mereka tidak buang air besar sembarangan, dan mulai memperhatikan kesehatan. Namun untuk aspek kesetaraan jender belum maksimal dalam proses pengambilan keputusan.

Kelompok Fungsi

Teknologi yang digunakan

Jenis Data Sekunder

(Perkiraan)

Nilai Data Sumber Data

User interface Jamban Jumlah jamban 23.576 Jamban Dinas

Kesehatan

Penampungan Awal Tangki septik Jumlah tangki

septik

22.860 tangki Dinas

Kesehatan

Pembuangan Sungai Jumlah KK 1.124 KK Dinas

Kesehatan

Kebun Jumlah KK 6.716 KK Dinas

Kesehatan

Cemplung Jumlah KK 1.751 KK Dinas

Gambar

Gambar 4.6. Peta Sebaran Perumahan dan Permukiman
Gambar 4.7. Peta Permasalahan Kawasan Permukiman  di Kawasan Hutan
Tabel 4.5 Proyeksi Penduduk di Kabupaten Bangka Barat
Tabel 4.9 Proyeksi Kebutuhan Perumahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari Grafik pengujian permeabilitas laboratorium untuk campuran 10% abu sekam padi, didapatkan hasil kesimpulkan yang sama bahwa semakin lama waktu pengujian nilai

Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis penggunaan yang menjadi prioritas dalam perencanaan dan pengadaannya di Apotek “D” Badung pada penyakit

Dari ketidakseimbangan tuntutan pekerjaan dengan aset pekerjaan yang dimiliki oleh pegawai Bangi Kopitiam berdasarkan pada hasi preeliminari yang didapatkan peneliti,

Bila terdapat dokumen Business Requirements List yang terpisah dari dokumen Functional Specification maka tuliskan disini ringkasannya.. Namun apabila tidak ada maka

Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa sistem ini akan memanafaatkan data dari distributor, Pengantar Produk, warehouse , supervisor dan kemudian diolah dengan output akhir jadwal

Alasan penerapan konsep adalah (1) krisis energi yang melanda dunia termasuk Indonesia membutuhkan upaya penghematan energi di semua sektor khususnya sektor bangunan

Hal itu dapat diketahui jika pemilik toko ingin mendapatkan laporan atau informasi yang diperlukan pada waktu-waktu tertentu mengenai tokonya, misalnya pemilik

Vocational Identity Development: Its relationship to other identity domains and to overall identity development.. Rotterdam: