• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

F. Profil Pemerintahan

10. Penataan kawasan pemukiman dan pelestarian lingkungan hidup

G. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI DI KOTA MATARAM

I. Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan (Diktat)

Salah satu faktor yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan karier PNS adalah pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang pernah diikuti PNS. Mengenai peran Diklat ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS. Diklat ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi;

2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa;

3. Memantapkan sikap semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat;

4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik.

Menurut PP tersebut, Diklat untuk PNS terdiri dari : (a). Diklat Prajabatan, (b).

Diklat dalam Jabatan. Berkaitan dengan Diklat dalam jabatan, dilaksanakan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap PNS agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya. Diklat dalam jabatan terdiri dari tiga (3) jenis diklat, yakni : (a). Diklat Kepemimpinan; (b). Diklat Fungsional;

dan (c). Diklat Teknis. Sebagai bahan penilaian bagi pengembangan karier PNS yang

akan dipromosikan dan dimutasikan pada jabatan struktural adalah Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) dan Diklat Teknis. Diklatpim menurut tingkatannya terdiri dari :

1. Diklatpim Tingkat I untuk jabatan struktural Eselon I (jabatan pimpinan tinggi dalam UU ASN);

2. Diklatpim Tingkat II untuk jabatan struktural Eselon II (jabatan pimpinan tinggi dalam UU ASN)

3. Diklatpim Tingkat III untuk jabatan struktural Eselon III; dan 4. Diklatpim Tingkat IV untuk jabatan struktural Eselon IV

Salah satu peryaratan bagi PNS yang akan dipromosikan dan dimutasikan pada jabatan struktural Pemerintah Kota Mataram adalah PNS telah mengikuti Diklatpim.

Namun khusus Diklatpim, sebagaimana diatur dalam PP Nomor 100 tahun 2000 tentang Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural disebutkan bahwa : " PNS yang diangkat dalam jabatan struktural yang belum mengikuti dan lulus Diklatpim sesuai dengan tingkat jabatan struktural wajib mengikuti dan lulus Diklatpim selambat-lambatnya 12 (dua betas) bulan sejak yang bersangkutan dilantik". Pentingnya Diktat sebagai dasar penilaian bagi PNS yang akan dipromosikan dan dimutasikan dalam jabatan struktural adalah pengalaman dan pernah mengikuti Diklat yang sesuai dengan jabatan yang akan diisinya/

didudukinya. lni sebagaimana yang dinyatakan oleh Kepala BKD yang dikutip sebagai berikut:

" Pengalaman Diklat yang pernah diikuti PNS merupakan syarat bagi PNS yang akan dipromosikan maupun dimutasikan dalam jabatan struktural. Pengalaman pada Diklatpim sangat membantu dalam melaksanakan tugas dan jabatannya secara profesional, baik dari sudut kemampuan manajerialnya maupun dari kompetensi teknis. Sehingga pengalaman Diklat yang pernah diikuti sebagai bagian dalam menilai layak tidaknya PNS yang akan dipromosikan dalam jabatan struktural". Wawancara, 10 Agustus 2016.

Mencermati pernyataan kepala BKD di atas dapat diketahui bahwa pengalaman Diklat yang pernah diikuti merupakan bagian penting dalam penilaian layak tidaknya PNS itu mendapat promosi dalam jabatan struktural. Karena dengan Diklat akan meningkatkan kemampuan manajerial, menambah wawasan pengetahuan, peningkatan kecakapan teknis dalam bekerja, dan mempunyai etika dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian pengalaman Diklat yang pernah diikuti PNS sangat sangat mendukung dalam meningkatkan kecakapan dan menambah wawasan PNS dalam tugas dan jabatannya, sehingga dari penilaian BKD, dan Baperjakat menjadikan sebagai salah satu prasyarat dalam menilai Iayak tidaknya PNS yang akan dipromosikan dan dimutasikan dalam jabatan struktural. Namun demikian masih banyak pejabat struktural yang belum mengikuti diklatpim sesuai dengan jabatan yang didudukinya, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.1

Data PNS berdasarkan Pendidikan dan Latihan Kepemimpinan (DIKLATPIM)

Data per 30 Juni 2015

No Eselon Jumlah Sudah Belum Persentase

DKLTPI M II

DKLTPI M III

DKLTPI M IV

DKLTPI M II

DKLTPI M III

DKLTPI M IV

Sudah Belum

1 II. A 1 1 - - - - - 44,44% 55,56%

II. B 35 15 - - 20 - -

Jumlah 36 16 - - 20 - -

2 III. A 49 3 39 - - 7 - 68,92 % 31,08 %

III. B 97 - 65 - - 34 -

Jumlah 148 3 104 - - 41 -

3 IV. A 437 - 17 323 - - 103 64,47% 37,65%

IV. B 264 - 1 135 - - 139

V. A 32 - - 6 - - 26

Jumlah 733 - 18 464 - - 268

Total 917 19 122 464 20 41 268 64,56% 37,30%

605 329

Sumber : BKD Kota Mataram

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah pejabat struktural mulai dari eselon II sampai eselon V yang belum diklatpim mencapai 329 orang (sekitar 37 %).

II. Penilaian terhadap rekam jejak PNS

Penilaian rekam jejak PNS (track record) merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam pembinaan dan pengembangan karier PNS yang akan dipromosikan

maupun dimutasikan dalam jabatan struktural. Rekam jejak PNS menyangkut penilaian terhadap perilaku baik dilihat dari integritas, loyalitas, moralitas, disiplin kerja, pengalaman kerja, dan sebagainya. Dengan rekam jejak ini semua informasi yang ada dapat mendukung dalam menilai PNS yang layak dan tidak layak dipromosikan dan dimutasikan dalam jabatan struktural.

Penilaian rekam jejak bertujuan selain untuk pengembangan karier, menilai etika dan moral PNS sebagai pondasi yang berkualitas, juga sebagai upaya untuk menjamin kepercayaan publik terhadap PNS yang melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Lebih jauh mengenai fungsi dari rekam jejak ini, seperti yang dinyatakan Kepala BKD Kota Mataram yang dikutip sebagai berikut :

“ Peran BKD terhadap rekam jejak PNS merupakan hal yang sangat penting dalam menilai perilaku PNS yang berkaitan dengan integritas, loyalitas, moralitas, disiplin kerja, dan pengalaman kerja PNS. Semuanya sudah terekam oleh BKD pada data masing-masing PNS, termasuk PNS yang akan dipromosikan dan dimutasikan dalam jabatan struktural. Dengan rekam jejak ini, informasi yang tersedia bisa digunakan untuk menilai PNS baik dalam kapasitas, etika dan moral PNS, juga sangat penting untuk menjamin penilaian kepercayaan publik terhadap pejabat publik yang akan dipromosikan dan dimutasikan dalam jabatan struktural". Wawancara, 10 Agustus 2016.

Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa penilaian rekam jejak PNS sangat penting dan merupakan salah satu bagian penilaian terhadap PNS yang akan dipromosikan dan dimutasikan dalam jabatan struktural. lni dilakukan untuk memperoleh PNS yang mempunyai etika dan moral yang baik dan menjamin kepercayaan publik terhadap pejabat publik. Dari rekaman ini dapat diketahui perilaku PNS baik dari segi integritas, loyalitas, moralitas, dan catatan disiplin kerja PNS. Misalnya, apabila seorang PNS yang akan dipromosikan dan dimutasikan pada satu SKPD bisa dinilai pakta integritas yang telah dibuat pegawai, apakah sudah memenuhi kewajibannya dan tidak melanggar perjanjian yang telah dibuat. Pada loyalitas yang akan dinilai mengenai konsistensi PNS dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam moralitas yang menyangkut etika PNS dalam tindakannya, seperti terbinanya hubungan baik dengan rekan kerjanya, mendahulukan kepentingan organisasi dari kepentingan dirinya sendiri, kepedulian terhadap tugas dan tanggungjawabnya, dan sebagainya. Sementara yang menyangkut disiplin kerja adalah berkaitan dengan jumlah kehadiran PNS setiap hari kerja, tiba di tempat kerja dan kepulangannya dari tempat kerja, tertib melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dan tidak melanggar peraturan yang berlaku. Melalui pengalaman kerja sebagai bagian dari rekam jejak adalah dilihat dari unsur senioritas dan jenjang kepangkatannya.

Proses promosi dan mutasi jabatan struktural yang diusulkan berdasarkan hasil keputusan Baperjakat, bukan berarti PNS yang dinominasikan sebanyak 3 (tiga) orang pada setiap jabatan struktural yang diusulkan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian (Walikota) langsung ditetapkan sesuai dengan pertimbangan Baperjakat. Permasalahan promosi, tampaknya cukup rumit (kompleks). lni terkait dengan pernyataan salah seorang Kepala SKPD dalam lingkup Kota Mataram yang dikutip sebagai berikut:

" Promosi PNS pada jabatan struktural Pemerintah Kota Mataram merupakan proses yang cukup rumit. Selain yang diusulkan melalui hasil penilaian Baperjakat, juga ada pihak-pihak lain yang terlibat dan mempunyai hubungan informal dengan Walikota. Keadaan tersebut menyebabkan sering terjadi perubahan di luar dari usulan hasil rapat Baperjakat sehingga promosi PNS pada jabatan struktural tidak maksimal berorientasi pada PNS yang profesional”.

Wawancara, 10 Agustus 2016.

Dengan demikian dalam proses promosi dan mutasi jabatan struktural sering ada pihak-pihak lain yang melibatkan diri atau ikut campur memberikan masukan kepada Walikota tentang siapa saja yang akan dipromosikan dan dimutasikan sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing. Dengan demikian penilaian terhadap rekam jejak PNS yang merupakan salah satu bagian dalam menilai Iayak tidaknya PNS yang akan dipromosikan dan dimutasikan dalam jabatan struktural Pemerintah Kota Mataram baik dari segi etika dan moral serta menjamin kepercayaan publik terhadap pejabat publik.

Selain itu penilaian ini dapat dikategorikan sebagai pelengkap dari persyaratan PNS yang profesional.

III. Pihak-Pihak Yang Berpengaruh Dalam Implementasi Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Karier PNS

Dari fakta lapangan yang ditelusuri, bahwa terdapat pihak-pihak yang mempunyai hubungan informal dengan Walikota dan dapat mempengaruhi Walikota dalam menetapkan siapa saja yang dipromosikan dan dimutasikan pada jabatan struktural antara lain: (1). tim sukses, (2). hubungan patron-klien, (3). Hubungan birokrasi dengan oknum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD, dan (4). hubungan familiar.

a. Tim Sukses

Dimaksudkan dengan tim sukses disini adalah pihak-pihak yang terlibat baik secara individu maupun kelompok yang ikut memperjuangkan, dalam memenangkan Walikota dan Wakil Walikota Kota Mataram dalam pemilihan kepala daerah (Pemilukada) periode 2010-2015 yang lalu. lni dilakukan : (1). tokoh masyarakat yang terdiri dari pemuka agama (Tuan Guru), pimpinan organisasi keagamaan, pengusaha, tokoh-tokoh organisasi lainnya yang mempunyai massa; (2). mereka yang berstatus sebagai PNS; dan (3). anggota masyarakat biasa yang membantu selama proses Pemilukada berlangsung. Sesudah calon Walikota dan Wakil Walikota yang mereka perjuangkan terpilih dalam Pemilukada, maka peran mereka selanjutnya cukup aktif berkomunikasi, khususnya dengan Walikota. Peran-peran yang mereka mainkan salah satunya adalah ikut melibatkan diri dalam penyusunan promosi dan mutasi jabatan Pemerintah Kota Mataram. lni terutama sekali peran yang dimainkan oleh tokoh masyarakat dan PNS yang banyak mendukung dan memperjuangkan sewaktu pelaksanaan Pemilukada berlangsung. Peran-peran yang mereka mainkan terkait dengan

promosi dan mutasi jabatan struktural Pemerintah Kota Mataram, sebagaimana yang dikemukakan oleh salah satu Lurah di Kota Mataram yang dikutip sebagai berikut :

" Sepengetahuan saya, peran tim sukses yang mendukung dan memperjuangkan Walikota sekarang, sebagian mereka berkepentingan melibatkan diri sewaktu penyusunan promosi dan mutasi jabatan struktural. Biasanya mereka langsung menemui atau menghadap Walikota dengan menyampaikan nama PNS yang diusungnya supaya dapat dimasukkan dalam promosi dan mutasi pada jabatan struktural. Sedangkan bagi tim sukses yang berstatus sebagai PNS biasanya selain mereka Iangsung menemui Walikota, juga melalui PNS dan orang-orang tertentu lainnya yang dekat dengan walikota agar bisa dipromosikan maupun dimutasikan dalam jabatan struktural. Padahal mereka yang dititipkan melalui tim sukses maupun PNS yang menemui Walikota untuk kepentingan tersebut belum tentu memenuhi syarat untuk dipromosikan. Wawancara, 11 Agustus 2016.

Pernyataan tersebut dapat memberikan informasi bahwa peran tim sukses dan PNS yang terlibat memperjuangkan walikota sewaktu Pemilukada, mempunyai peluang melibatkan diri dalam penyusunan promosi dan mutasi PNS dalam jabatan struktural.

Mereka merasa berjasa sebagai tim sukses karena bisa memenangkan Walikota, dan sebaliknya Walikota harus membalas jasa atau sebagai hutang budi kepada tim sukses dengan memberikan kemudahan, termasuk mengabulkan permintaan mereka dengan mempromosikan maupun memutasikan dalam jabatan struktural sebagai balas jasa atas kerja keras dan bantuan PNS dalam Pemilukada, maka biasanya mereka mendapat "jatah"

dipromosikan maupun dimutasikan pada jabatan struktural.

Sedangkan peran tim sukses dari anggota masyarakat biasa, setelah calon yang mereka perjuangkan berhasil menjadi Walikota, mereka tidak banyak terlibat dalam urusan pemerintahan, apalagi dalam urusan promosi dan mutasi jabatan struktural.

Dengan demikian peran-peran yang dimainkan oleh tim sukses, setelah calon yang mereka perjuangkan dalam Pemilukada berhasil menjadi Walikota, maka sebagian kecil dari mereka yang melibatkan diri dalam promosi dan mutasi jabatan struktural biasanya berasal dari tim sukses yang berstatus sebagai PNS. Sementara dari tim sukses anggota masyarakat biasa tidak melibatkan diri dalam urusan promosi dan jabatan struktural PNS.

b. Hubungan patron-klien

Pelaksanaan pengelolaan PNS bidang promosi dan mutasi, juga dipengaruhi oleh hubungan patron-klien (patron-client) menunjuk pada hubungan pribadi antara bapak dengan anak buah. Dengan perilaku demikian sehingga melahirkan pola hubungan antara atasan dan bawahan yang bersifat paternalistik. Menurut seorang PNS di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Mataram, mengatakan sebagai berikut :

“ Bahwa pejabat struktural disini, mendapat jabatan berdasarkan bantuan dan pola hubungan antara Walikota dengan PNS yang mempunyai kepentingan dengan promosi dan mutasi pada jabatan struktural yang diinginkan. Walaupun mereka kurang memiliki kompetensi pada jabatan itu dan perilaku yang kurang baik pada jabatan struktural sebelumnya”. Wawancara, 12 Agustus 2016.

Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa ada PNS yang dipromosikan pada jabatan struktural sebagai akibat dari pola hubungan patron-klien antara Walikota dengan pejabat yang dipromosikan dan dimutasikan, tanpa memperhatikan kompetensi, perilaku pada jabatan struktural sebelumnya seperti penyalahgunaan jabatan, melanggar disiplin PNS, dan sebagainya. Hubungan patron-klien dapat memberikan peluang atau kesempatan bagi PNS untuk dipromosikan dan dimutasikan tanpa memandang profesionalisme yang dimiliki PNS. Dalam hubungan patron-klien terdapat hubungan yang saling menguntungkan baik bagi pihak pimpinan maupun pihak bawahan. Dari pihak pimpinan adalah memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk dipromosikan dan dimutasikan, walaupun mereka sesungguhnya tidak Iayak mendapatkan kesempatan tersebut. Sebaliknya bagi bawahan yang diberikan kesempatan mendapatkan promosi dan mutasi jabatan struktural dituntut loyalitas dan pengabdian yang tinggi kepada pimpinannya (Walikota), baik yang berhubungan dengan urusan kedinasan maupun non kedinasan. Dalam hubungan non kedinasan adalah seperti ikut membantu dan menyelesaikan yang berhubungan dengan masalah-masalah pribadi di luar kedinasan.

Apabila loyalitas dan pengabdian bawahan kurang memperdulikan kepentingan pribadi tersebut maka mereka akan dimutasikan ke SKPD yang dianggap tidak menguntungkan.

Sementara pada eselon tertentu seperti jabatan eselon II.B, mereka bisa dimutasikan sebagai staf ahli Walikota yang tidak mempunyai otoritas sebagaimana layaknya pimpinan SKPD, dan bisa juga dimutasikan sebagai Kepala SKPD yang kedudukannya tidak strategis.

Hubungan Walikota dengan birokrasi berawal dari keberadaan hubungan tim sukses dan kemudian bisa membentuk hubungan patron-klien. Dari kedua hubungan itu, Walikota kedudukannya sebagai pejabat politik dan sekaligus sebagai pejabat publik, dapat membina hubungan-hubungan kepentingan yang saling menguntungkan dengan birokrasi. Hal ini bisa dilihat dari dua sisi kepentingan yang berbeda, yaitu :

1. Dari sisi keuntungan bagi Walikota adalah bisa mendapatkan birokrasi yang loyal dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan;

2. Pada sisi birokrat yang memberikan loyalitas dan pengabdiannya kepada Walikota, mereka mempunyai kepentingan untuk pengembangan/ peningkatan kariernya di pemerintahan baik melalui promosi maupun mutasi pada jabatan struktural yang strategis.

Dari kedua hubungan tersebut dapat dikembangkan hubungan-hubungan informal yang bersifat pribadi dengan birokrasi. Hubungan-hubungan pribadi Walikota dengan birokrasi dapat memperlemah prosedur pelaksanaan promosi dan mutasi jabatan struktural. Dimana pada dasarnya PNS yang bersangkutan tidak termasuk dalam rencana promosi dan mutasi, baik pada penilaian SKPD yang bersangkutan, maupun penilaian BKD dan penilaian Baperjakat. Penilaian tersebut berdasarkan segala aspek seperti masa kerja, kompetensi, rekam jejak (integritas, loyalitas, moralitas, dan disiplin kerja, tidak pernah melakukan penyalahgunaan wewenang), dan sebagainya. PNS yang tidak

termasuk dalam daftar yang diusulkan dalam promosi maupun mutasi oleh Baperjakat, namun faktanya PNS yang bersangkutan bisa masuk dalam daftar yang dipromosikan maupun dimutasikan dalam jabatan struktural yang strategis. Hal ini bisa terjadi karena faktor kedekatan dan hubungan baik (patron klien) antara Walikota dengan birokrat, tanpa pertimbangan dan prosedur yang semestinya.

Lebih jauh lagi hubungan baik (patron-klien) yang bersifat pribadi ini, bukan hanya sebatas pada PNS yang mempunyai hubungan baik dengan Walikota, namun bisa juga mereka bisa membantu rekan-rekannya yang berkeinginan untuk dipromosikan maupun dimutasikan dalam jabatan strukturai yang strategis.

c. Hubungan birokrasi dengan oknum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Terlibatnya atau ikut campurnya anggota DPRD dalam pembinaan dan pengembangan karier PNS tidak secara kelembagaan, akan tetapi hanya dilakukan secara perorangan oleh oknum-oknum yang berkepentingan terhadap promosi dan mutasi itu.

PNS yang berkeinginan dipromosikan maupun dimutasikan dalam jabatan struktural yang strategis, kadang-kadang mengambil jalan pintas dengan meminta bantuan melalui oknum anggota DPRD Kota Mataram. Ini dilakukan PNS yang bersangkutan biasanya berkaitan dengan: mereka yang cukup lama pada jabatan tertentu dan belum pernah diusulkan pada hal sudah memenuhi persyaratan; sudah pernah diusulkan namun tidak disetujui. Biasanya oknum DPRD langsung menghadap walikota agar PNS yang meminta bantuan kepadanya dapat direkomendasikan baik dalam promosi maupun mutasi pada jabatan struktural dan usaha yang dilakukan oknum sering berhasil.

Usaha usaha yang dilakukan oknum DPRD dalam membantu memenuhi keinginan PNS yang berkepentingan agar dipromosikan maupun dimutasikan dalam jabatan struktural yang strategis, bisa dilakukan dengan cara mengintervensi baik melalui

prosedur, seperti melewati dan menghubungi BKD dan Baperjakat. Namun apabila tidak diperhatikan melalui prosuder yang berlaku, maka oknum DPRD tersebut langsung meminta persetujuan Walikota agar PNS yang dibantunya dapat dipromosikan maupun dimutasikan dalam jabatan struktural yang strategis. Apabila sudah mendapat pesetujuan Walikota, baik BKD dan Baperjakat juga akan mengikuti keinginan Walikota.

d. Hubungan Familiar

Yang dimaksudkan dengan hubungan familiar adalah hubungan yang berlatar belakang hubungan bersifat pribadi dan hubungan akrab. Dalam penelitian ini ditemukan menyangkut hubungan keluarga, hubungan teman dan tokoh masyarakat, dan hubungan kedaerahan (primordial) yang kesemuanya dirangkum dengan konsep hubungan familiar.

Dan hubungan-hubungan itu, juga dapat mempengaruhi penyelenggaraan promosi dan mutasi PNS pada jabatan struktural. Sehingga yang semestinya mereka tidak memenuhi syarat untuk dipromosikan dan dimutasikan dalam jabatan struktural yang strategis, namun karena hubungan pribadi dengan walikota mereka dapat dipromosikan dan dimutasikan tanpa didasari penilaian profesionalisme PNS yang bersangkutan.

Hubungan pribadi dan akrab ini bisa memasuki bidang penyelenggaraan promosi maupun mutasi jabatan struktural yang strategis. Peran tokoh masyarakat, walaupun mereka tidak terlibat berperan serta sebagai tim sukses dalam memenangkan Walikota pada waktu Pemilukada, namun antara walikota dan tokoh masyarakat tersebut sudah mempunyai hubungan kedekatan secara pribadi. Dimana hubungan kedekatan tersebut kadang-kadang dimanfaatkan oleh PNS yang berkepentingan dengan cara meminta bantuan tokoh masyarakat agar dapat memfasilitasi dengan Walikota agar mereka dapat dipromosikan maupun dimutasikan sesuai dengan jabatan struktural yang diinginkan.

Peran yang dimainkan tokoh masyarakat dalam penyusunan promosi dan mutasi jabatan struktural dapat mempengaruhi Walikota dan dapat meminta kepada Walikota agar PNS

yang berkepentingan dapat dipromosikan maupun dimutasikan dalam jabatan struKtural sesuai dengan keinginan PNS yang bersangkutan. Biasanya hubungan dan kedekatan tokoh masyarakat tersebut dengan Walikota secara pribadi sudah terjalin dengan baik sebelumnya.

BAB III PEMBAHASAN

A. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGISIAN JABATAN PIMPINAN

Dokumen terkait