• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Penataan PKL di Kota-kota di Asia

Fenomena PKL di kota-kota di Asia sama halnya seperti di Indonesia. Untuk mengetahui keadaan PKL di kota-kota di Asia, Deguchi (2005) telah melakukan penelitian mengenai penggunaan sementara (temporary setting) dari ruang publik yang digunakan oleh PKL.

Berdasarkan penelitiannya di Fukuoka Jepang, Deguchi menganalisis karakteristik PKL dari tiga hal, yaitu : aktivitas (kegiatan), kenampakan spasial, dan lingkaran fungsi.

1). Kegiatan manusia(activity): aktivitas dari PKL dengan pengaturan temporer diklasifikasikan kedalam 5 kategori: a). Makanan dan minuman (pedagang

kios makanan disebut ”Yatai” di Jepang), b). Penjualan makanan, c). Penjualan produk, d). Penjualan jasa, e). Pertunjukan (dansa dan musik)

dan hiburan. Kegiatan ini tergantung pada kebutuhan dari masyarakat lokal dan tipe dari penggunaan lahan dari suatu distrik/daerah. Tipe-tipe kegiatan ini memiliki kenampakan spasial masing-masing yang disesuaikan dengan kondisi lokasi.

Gambar 2: Street Market (Kiri) and “Yatai” (Kanan) di Fukuoka City, Jepang

2). Kenampakan Fisik (physical feature): Tiap kenampakan spasial dari pengaturan letak dapat diidentifikasi dari gambaran kompleksitas keadaan, dimensi spasial dari penggunaan, kesederhanaan pembuatan, dan penempatan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3. Yatai adalah jenis tempat PKL yang paling kompleks karena membutuhkan gas, air, dan perlengkapan listrik untuk memasak disitu.

Gambar 3: Tipe Kenampakan Spasial dari Penggunaan Sementara

3). Lingkaran Fungsi (functional cycle) : “Temporary” maksudnya lingkaran penggunaan dari ruang yang berulang-ulang atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Maksudnya ialah letak sementara untuk penggunaan sementara memiliki lingkaran bisnis sendiri berdasarkan tipe kegiatan dan ciri spasial.

Deguchi juga mengidentifikasi tiga kelompok dari jenis penggunaan sementara yang akan berguna untuk mengontrol atau mengusahakan kegiatan dari sudut pandang perencanaan dan urban desain dari ruang publik. Kelompok pertama ditempatkan pada zona kanan atas dari diagram (Gambar 4). Kelompok ini diidentifikasi sebagai elemen yang tergantung pada lingkungan kota sekitarnya atau berhubungan kuat dengan elemen yang berdekatan. Kelompok itu membentuk atau memperkuat keunikan fenomena di lingkungan lokal perkotaan.

Kelompok kedua ditempatkan pada bagian tengah pada diagram yang kegiatannya berorientasi penjualan. Mereka membentuk ruang komersial yang unik dan letaknya sangat masuk akal dan mendasar. Kegiatannya tergantung pada kebutuhan lokal, dan perubahannya mengikuti lokasi kebutuhan potensial pembeli.

Kelompok ketiga ditempatkan pada kiri bawah diagram dan tidak bergantung pada lingkungan sekitarnya dan lingkungan perkotaan. Kelompok ini terdiri atas kegiatan-kegiatan artistik seperti pengamen jalanan dan penjual produk seni karya sendiri. Tetapi pilihan dari lokasi harus sesuai dengan karakter spasial dari daerah untuk menarik pendatang menyaksikan mereka.

Gambar 4: Diagram Taxonomi Penempatan Penggunaan Sementara

“Yatai” Di Kota Fukuoka, Jepang

Kota Fukuoka terkenal sejak keberadaan dari PKL yang menjual makanan untuk makan malam dan minum dengan keadaan atap temporer yang dinamakan ”Yatai” (lihat Gambar 1 kanan) (Deguchi, 2005). Yatai muncul setelah PD II, dan jumlahnya meningkat sepanjang 50 tahun terakhir di Jepang. Jumlah Yatais di Kota Fukuoka mengalami penurunan dari 888 pada tahun 1962 menjadi 291 pada tahun 1996 (Gambar 5).

Pada tahun 2003, terdapat kurang lebih 180 Yatai yang terdaftar secara legal masih buka di malam hari hampir di semua pusat wilayah/distrik. Jumlah Yatai di Fukuoka mencapai hampir 40% dari seluruh Yatai di Jepang. Yatais membentuk kenampakan dan lingkungan yang unik dari kehidupan malam di Fukuoka untuk masyarakat dan pendatang/turis.

Berdasarkan peraturan, pada jam 6 malam, pekerja Yatai datang ke jalan untuk membangun kiosnya. Setelah mereka mulai berjualan, keadaan jalan berubah menjadi tempat yang ramai yang berbeda dari lingkungan jalan pada jam kerja. Berdasarkan hasil survey pada tahun 2003, Deguchi mengidentifikasikan lokasi dari 155 Yatai yang terkonsentrasi di Hakata Ward dan Chuo Ward (Gambar 6).

Tipologi dari Penempatan “Yatai”

Berdasarkan survey di lokasi Yatai, keadaan lokasi dikelompokkan berdasarkan keadaan penggunaan lahan yang berdekatan dan

Gambar 6: Lokasi Yatai di Fukuoka City Down

Gambar 7 Tipe Bangunan atau

Penggunaan Lahan untuk Yatai

Num ber of Stalls

0 200 400 600 800 1000 1960 1970 1980 1990 2000

Gambar 5: Pergeseran Jumlah Yatai di Fukuoka City

penggunaan bangunan (Gambar 7). Hasilnya adalah : 34,1% berlokasi di depan bangunan bank, dan 15,5% berlokasi di depan tempat parkir.

Ada tiga hukum nasional yang mengatur Yatai yaitu: UU Sanitasi Makanan, UU Lalu Lintas Jalan, dan UU Jalan Raya. Untuk kegiatannya di jalan raya dan tempat parkir, pemilik Yatai diwajibkan untuk memiliki tiga izin yaitu :

1). Izin untuk penjulan makanan yang diatur dalam UU Sanitasi Makanan.

2). Izin untuk menggunakan jalan raya yang diatur dalam UU Lalu Lintas Jalan Raya.

3). Izin untuk bekerja di bagian jalan yang diatur dalam UU mengenai Jalan Raya. Kemudian pada tahun 1996, Yatai Problem Research Committee (Komite Penelitian Masalah Yatai) mulai mempertimbangkan garis pedoman baru untuk Yatai di Kota Fukuoka (Fukuoka City 2000) yang dijalankan pada Juli 2000. Tujuan dari garis pedoman adalah untuk tujuan keamanan, kenyamanan, kenyamanan bagi pejalan kaki, dan untuk membuat Yatai harmonis dengan kehidupan penduduk.

Garis pedoman peraturan dengan tegas mengatur luas dan lebar tempat Yatai berdasarkan standarisasi dari ukuran (Gambar 8). Luasnya tidak melebihi 3,0 meter dan lebarnya tidak boleh lebih dari 2,5 meter dari tepi pejalan kaki. Setelah membuat tempat untuk Yatai, sisa dari lebar jalan untuk pejalan kaki harus 2,0 meter atau lebih untuk lalu lintas pedestrian (Gambar 9). Peraturan ini berdasarkan standar lebar dari dua kursi roda untuk dapat lewat satu sama lain tanpa halangan.

Jam kerja dengan tegas dibuat sehingga mereka dapat melakukan kegiatannya hanya antara jam 6 malam sampai jam 4 pagi pada hari berikutnya termasuk waktu untuk memasang dan membongkar kembali tempat Yatai berdagang. Saat ini, biaya izin untuk Yatai berjualan ialah 11.200 yen per bulan, dan biaya untuk penggunaan jalan raya ialah 2.000 yen per dua bulan. Jika Yatai dibangun di tempat parkir, biaya izin penggunaan tempat parkir sebesar 12.000 yen per bulan. Izin dan sistem administrasi ini untuk Yatai di Kota Fukuoka sangat khas, dibandingkan dengan kota lain di Jepang yang masih melarang penggunaan tempat sementara untuk Yatai di jalan raya secara resmi.

“Tanfan” Di Kota Taichung, Taiwan

Kegiatan penelitian lain telah diadakan terhadap PKL di kota-kota Asia Timur dan Asia Tenggara, seperti di Kota Taichung di Taiwan, Kota Seoul dan Busan di Korea, Kota Makasar di Indonesia, dan Kota Tianjin di Cina.

Di Taiwan, PKL di jalan atau ruang terbuka lainnya dengan keadaan fisik untuk komersial sementara atau tetap, seperti pedagang jalanan dan kios makanan pada umumnya dinamakan ”Tanfan”. Ada beberapa tipe pasar dimana Tanfan berjualan, pasar umum, pasar pribadi dan pasar sementara. Secara resmi, tempat dimana Tanfan berkumpul untuk berjualan dinamakan ”Tanfans Concentration Areas” (Area Konsentrasi Tanfan). ”Pasar Malam” merupakan sebutan umum Area Konsentrasi Tanfan. Laporan dari Kota Taichung pada tahun 1999 menunjukkan ada 31 area dari 67 Area Konsentrasi Tanfan pada umumnya dinamakan Pasar Malam.

Area Konsentrasi Tanfan dikelompokkan kedalam empat jenis berdasarkan status kegiatan, keadaan tempat dan akses bagi pendatang (Gambar 10).

1). Pasar Tetap : jenis pasar ini bertempat di lapangan tertutup dimana lahannya dimiliki oleh publik atau pribadi, dan buka setiap hari. Jenis ini diatur dengan baik oleh komunitas Tanfan. Area sekitarnya dari pasar ditempati oleh Tanfans pendatang lain yang menjual makanan dan produk lain untuk para pendatang.

Gambar 8 Ukuran dari Penempatan Yatai

Gambar 9 Aturan Ukuran dan Alokasi Yatai

2). Pasar Mingguan: tipe kedua adalah Pasar Mingguan yang bertempat di tempat parkir yang luas atau kapling kosong di daerah suburban. Pasar ini buka hanya sehari dalam seminggu pada malam hari, dan komunitas Tanfan berpindah- pindah dari satu tempat ke tempat lain. Ada kurang lebih 40 tempat untuk Pasar Mingguan di Kota Taichung. Pasar-pasar ini dapat dicapai khususnya dengan mobil, dan lahan untuk parkir ditempatkan di dekat pasar ini.

3). Pasar Sirkulasi : jenis yang kedua ialah pasar sirkulasi yag bertempat di wilayah komersial dengan kepadatan tinggi dengan jaringan jalan sempit yang hanya dapat dilalui untuk pedestrian dan motor, tapi tidak untuk mobil. Tanfan pada pasar serbaguna ini menjual bahan kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan, minuman, asesoris, pakaian, dan sepatu.

4). Pasar Pinggir Jalan: pada pasar pinggir jalan ini, kumpulan PKL makanan (Tanfan) berlokasi di sepanjang jalan membentuk barisan panjang berupa penjual makanan dan restoran kaki lima. Tanfan tipe ini dapat diakses khususnya dengan motor, dan pembeli yang tinggal dekat daerah itu.

Menurut Deguchi (2005), dalam proses re-evaluasi PKL di kota-kota di Asia perlu dibahas masalah-masalah di bawah ini:

1). Adanya tipologi dari karakteristik PKL yang diidentifikasi berdasarkan kondisi saat ini, perlengkapan dan perilaku bisnis dengan latar belakang sosial dari aspek fisik dan sosial.

2). Sistem administrasi pemerintah dan implementasi-implementasinya belum mengatur penggunaan jalan raya dan tempat-tempat yang kondisinya penuh dengan kegiatan dari PKL sebagai sektor informal.

3). Adanya penyelewengan dan sistem manajemen sendiri dalam karakteristik teknik pembuatan dan siklus jam kerja yang membolehkan penggunaan sementara dan efisien dari jalan raya dan tempat parkir.

PKL di Asia terlihat tak tertata dan semrawut karena kebanyakan dari mereka menggunakan jalan raya dan tempat-tempat secara ilegal. Tetapi dalam studi Deguchi (2005) ditunjukkan aspek lain dari PKL dibentuk dengan permintaan tetap yang masuk akal, dan mengidentifikasi fungsi dan pola konstitusi dari alokasi di jalan raya meskipun kegiatannya tidak mendapat izin yang resmi. Mereka ada dengan menggunakan berbagai jenis jalan raya dan

tempat parkir dengan meniru kefleksibelan dan kecocokan kondisi suatu tempat terhadap gaya hidup kaum kota modern dan lingkungan kota dari tiap kota-kota modern.

Dokumen terkait