• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Terhadap Trayek Angkutan Umum

BAB VII ASPIRASI MASYARAKAT DALAM PENATAAN PKL

7.3 Tinjauan Terhadap Trayek Angkutan Umum

Infrastruktur merupakan salah satu elemen penting dalam perencanaan suatu kota karena merupakan penghubung dalam pergerakan aktivitas masyarakatnya. Begitupula di Kota Tasikmalaya, untuk mendukung aktivitas masyarakat sehari- hari dibangun sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat serta sarana dan prasarana transportasi sebagai alat bagi masyarakat untuk melakukan pergerakan.

Berkaitan dengan sarana transportasi sebagai akses bagi masyarakat Kota Tasikmalaya dalam melakukan aktivitas ekonomi dan aktivitas lainnya, Pemerintah Kota Tasikmalaya telah menetapkan rute trayek angkutan umum yang melayani trayek dalam kota berupa angkutan kota sebanyak 19 trayek sesuai dengan Peraturan Walikota Tasikmalaya No. 11 tahun 2007.

Trayek angkutan umum ini dapat digunakan oleh pemerintah untuk melakukan rekayasa transportasi dalam rangka penataan PKL dengan mengubah- ubah trayek angkutan umum itu sehingga suatu lokasi dapat dihidupkan dan dimatikan. Gambaran mengenai trayek angkutan umum dapat dilihat pada Gambar 32.

Berdasarkan data trayek angkutan kota di Kota Tasikmalaya didapatkan bahwa dari 19 trayek angkutan kota terdapat 11 trayek yang melalui pusat kota. Dari hal itu, bisa kita lihat bahwa kebijakan Pemerintah Kota Tasikmalaya memusatkan semua pergerakan melalui pusat kota karena fungsi/kegiatan yang diembannya diantaranya :

1. perkantoran pemerintahan,

2. perdagangan dan jasa skala regional dan kota,

3. ruang terbuka utama kota (alun-alun) dan taman kota, 4. fasilitas umum/sosial skala kota dan regional,

5. perumahan/permukiman pusat kota.

Berdasarkan fungsi pusat kota di atas, maka dapat dibayangkan besarnya tingkat keramaian pergerakan masyarakat di Kota Tasikmalaya. Penetapan trayek angkutan umum melalui pusat kota yang dilandasi oleh fungsi pusat kota sebagai pusat perdagangan dan jasa (CBD) mengakibatkan berkembangnya perdagangan formal di daerah itu yang menimbulkan efek multiplier terhadap

timbulnya PKL di pusat kota.

Hal itu tentu saja menjawab alasan mengapa PKL tumbuh di pusat kota dan pada saat dipindahkan ke lokasi lain yang tidak begitu jauh dari pusat kota, PKL itu kembali lagi. Fenomena ini tentusaja tidak terlepas dari penetapan kebijakan trayek angkutan itu.

Berdasarkan hal itu, Pemerintah Kota Tasikmalaya bisa saja merelokasi para PKL ke daerah lain, misalnya ke bekas Terminal Cilembang dengan mengalihkan jalur angkutan kota yang ada ke daerah itu sehingga aktivitas ekonomi bisa lebih menyebar dan tidak terpusat di pusat kota serta masalah kemacetan akan teratasi.

Dengan melakukan hal itu, akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak diantaranya: Pemerintah Kota Tasikmalaya akan mudah melakukan pengendalian terhadap kegiatan para PKL, PKL memiliki ruang untuk melakukan kegiatannya, konsumen/masyarakat tidak akan terganggu haknya karena ruang publik yang digunakan PKL mengganggu aktivitasnya serta masyarakat yang ingin berbelanja di tempat PKL langsung datang ke daerah yang diperuntukkan bagi PKL itu. Dengan demikian, kota akan terlihat rapi, tertib, dan teratur tanpa menghilangkan hak orang lain.

Selain itu, masalah penataan PKL juga bisa dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan wilayah yang berbatasan dengan Kota Tasikmalaya seperti dengan Kabupaten Tasikmlaya, Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Garut. Bisa saja dari ketiga daerah itu bersedia untuk menampung PKL dengan menetapkan suatu kawasan tertentu sebagai kawasan PKL. Namun, tentu saja untuk melakukan hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

7.4 Ringkasan

Berdasarkan hasil diskusi, penataan PKL di Kota Tasikmalaya dilakukan dengan relokasi in-situ (di tempat) dengan melakukan penataan sarana berdagang, pengaturan waktu berdagang (time sharing), dan penataan lokasi berdagang berdasarkan jenis dagangan (ada yang campuran dan ada yang homogen.

Hal itu diperkuat dengan hasil penelitian yang menyatakan sebesar 53,66% PKL menginginkan relokasi bersifat in-situ, tetapi pedagang dan konsumen (masyarakat) menginginkan di relokasi ke tempat lain yang strategis. Berkaitan

dengan lokasi yang strategis, berdasarkan hasil kuesioner ternyata masyarakat menginginkan relokasi in-situ dan pedagang formal ingin PKL di relokasi ke tempat lain seperti bekas Terminal Cilembang atau ke Dadaha.

Aspirasi PKL, masyarakat, dan pedagang formal terkait penataan PKL ini sebenarnya sudah diajukan pada pemerintah bahkan legislatif dari beberapa tahun yang lalu melalui beberapa kali proses diskusi, namun karena kebijakan itu hanya suatu kamuflase yang dilandasi janji-janji politik yang bersifat laten sehingga aspirasi itu tidak ditampung dan akibatnya menimbulkan ketidakpercayaan PKL terhadap pemerintah.

Aspirasi yang disampaikan oleh PKL di pusat kota menginginkan bantuan modal usaha untuk mengembangkan usaha mereka sehingga pada masa yang akan datang bisa menjadi usaha yang formal dan saat ini hanya menginginkan adanya penataan bersifat in-situ berupa penataan sarana berdagang, penataan waktu berdagang (time sharing), dan penataan lokasi berdasarkan jenis dagangan baik yang homogen maupun heterogen.

Lain halnya dengan PKL Kawasan Dadaha yang menginginkan relokasi tapi masih di sekitar Kawasan Dadaha dengan mengajukan empat alternatif lokasi dimana alternatif lokasi 1 (depan GOR Susi) dan alternatif lokasi 2 (depan GOR Sukapura) merupakan lokasi yang paling memungkinkan untuk relokasi PKL Dadaha menurut Pemerintah Kota Tasikmalaya.

Adapun konsep penataan yang dimungkinkan di Kawasan Dadaha baik menurut PKL, masyarakat maupun Pemerintah Kota Tasikmalaya adalah mengikuti konsep yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui pembuatan tenda, gerobak, dan shelter.

Dalam melakukan penataan PKL, proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian setiap pihak memiliki opini sendiri. Berikut ini tabel dari hasil kuesioner terhadap pihak yang terkait penataan PKL.

Tabel 34 Opini Para Pihak Terkait Penataan PKL

No. Proses

Penataan

Pihak yang Memiliki Peran Paling Besar

PKL Konsumen Pedagang Masyarakat

1. Perencanaan PKL Pemerintah Pemerintah Pemerintah

2. Pemanfaatan PKL Masyarakat PKL PKL

3. Pengendalian Pemerintah Pemerintah dan PKL Pemerintah Pemerintah Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008

Berdasarkan Tabel 34 dapat dilihat bahwa keinginan dari setiap pihak sudah tepat dimana pada proses perencanaan yang harus berperan lebih banyak yaitu PKL dan pemerintah, pada proses pemanfaatan tentunya PKL lebih besar perannya, dan pada proses pengendalian yang lebih berperan pemerintah dan PKL.

Dokumen terkait