• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

III.4 Penatalaksanaan Osteoartritis Lutut

Penatalaksanaan osteoartritis lutut meliputi :

1. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan membantu penderita dalam hal pengertiannya

mengenai penyakit yang diderita, cara pola hidup dan pola kegiatan sehari-

hari, manajemen penanggulangannya dan tentang prospek penyakitnya.

Penting didalam pendidikan ini adalah terlibatnya keluarga (Hidayat, 2000).

2. Kontrol berat badan atau diet

Seperti diketahui berat badan berlebihan merupakan faktor risiko

khususnya untuk osteoartritis lutut yang dinyatakan dengan keluhan ataupun

dengan radiologik. Selanjutnya dengan berat yang berlebihan tersebut, risiko

terhadap progresivitas penyakit akan bertambah dibandingkan dengan

osteoartritis lutut yang tidak dengan berat badan berlebihan. Sebaliknya

dengan penurunan sebanyak 5 kg akan menurunkan risiko 50% dari risiko

terjadinya perkembangan menjadi osteoartritis yang simtomatis. Pada

penelitian dengan pemberian obat yang menekan nafsu makan pada penderita

osteoartritis panggul dan osteoartritis lutut, dimana terdapat penurunan rata-

rata 3 - 5 kg, terdapat hubungan yang erat antara penurunan berat badan

dengan keluhan pada osteoartritis lutut. Dari data-data yang didapat,

mengalami penurunan dari rasa nyeri dan gangguan fungsi dengan cara

menurunkan berat badan (Hidayat, 2000).

3. Medikamentosa

Ada tiga golongan obat utama yang digunakan pada osteoartritis yaitu

analgesik, obat anti inflamasi non steroid dan obat spesifik untuk osteoartritis.

Keberhasilan pengobatan tergantung dari keahlian untuk memilih obat yang

tepat dalam dosis yang tepat untuk penyakit dan saat yang tepat dari

perjalanan penyakit (Nurrachmawati, 2001).

4. Proteksi sendi

Untuk proteksi atau pemeliharaan sendi dikenal 12 prinsip sebagai

berikut :

a. Memakai sendi yang terkuat atau terbesar untuk melakukan tugas

b. Membagi beban pada beberapa sendi

c. Gunakan setiap sendi pada posisi yang paling stabil dan fungsional

d. Gunakan mekanisme tubuh yang baik

e. Kurangi tenaga yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan

f. Hindari terlalu lama mempertahankan posisi sendi yang sama

g. Usahakan gerakan sendi penuh dan lengkap dalam aktivitas sehari-hari

h. Hindari posisi dan aktivitas sendi

i. Organisasikan pekerjaan

j. Seimbangkan pekerjaan dan istirahat

k. Gunakan penyimpanan yang efisien

5. Penggunaan alat bantu

Pada penderita osteoartritis pemakaian sepatu atau alas kaki yang lunak

atau pemakaian bantuan tongkat akan mengurangi keluhan. Khususnya

pemakaian alat bantu untuk osteoartritis panggul dapat mengurangi beban

hingga 50%. Demikian pula pemakaian bantalan pada tumit sebelah luar

dengan sudut 5 - 10o ke arah calcaneovalgus menunjukkan memberikan

manfaat pada osteoartritis lutut kompartemen medial, khususnya pada derajat

yang ringan. Selain itu pemakaian penyangga, memberikan rasa lebih nyaman

pada penderita dengan osteoartritis lutut yang unikompartemental atau yang

disertai instabilitas, seperti halnya pemakaian bebat tekan atau pelindung,

yang menyebabkan perbaikan dari propiosepsi pada osteoartritis lutut

(Hidayat, 2000).

6. Pembedahan

Tujuan utama dari pembedahan adalah untuk mengurangi atau

menghilangkan rasa nyeri dan memperbaiki fungsi sendi untuk waktu yang

lama atau selamanya. Beberapa tindakan pembedahan antara lain :

a. Pencucian sendi (lavage) dan debridement dari tulang rawan yang

mengalami fibrilasi

b. Drilling, reseksi atau abrasi dari tulang subkondral

c. Teknik allo atau autografting osteokondral

d. Periosteal dan perikondral resurfacing (soft tissue arthroplasty)

e. Transplantasi sel

f. Operasi pengurangan beban sendi (osteotomi)

h. Interpositional arthroplasty

i. Operasi sendi buatan (artificial joint arthroplasty)

j. Arthodesis (Hidayat, 2000)

7. Psikoterapi

Intervensi psikososial diperlukan pada penderita yang menunjukkan

gejala reaksi menyangkal, depresi serta marah. Hal ini terjadi apabila

penyakitnya terutama rasa nyeri sangat mengganggu sehingga selain

mengatasi rasa nyeri ia harus menyesuaikan dengan keterbatasan fungsi

ataupun deformitas baik karena penyakit maupun akibat sampingan obat, juga

reaksi teman, anggota keluarga dan masyarakat. Bantuan psikologis bagi

penderita dan keluarga sering diperlukan dan dapat diberikan dalam bentuk

terapi kelompok (Tulaar, 1995).

8. Program rehabilitasi medik

a. Definisi rehabilitasi medik

Menurut WHO, rehabilitasi medik adalah semua tindakan yang

ditujukan guna mengurangi dampak keadaan cacat dan handicaps serta

meningkatkan kemampuan penyandang cacat mencapai integrasi sosial

(Moestari, 1992).

Suatu program rehabilitasi komprehensif baru dikatakan berhasil

baik bila program tersebut mengandung empat unsur, yaitu:

1) Pemulihan kondisi fisik

2) Pemulihan kondisi psikologik

3) Latihan prevokasional dan pengalaman kerja singkat guna membantu

4) Resosialisasi (Moestari, 1992)

b. Tujuan program rehabilitasi medik

Tujuan dari program rehabilitasi medik yaitu :

1) Meniadakan keadaan cacat bila mungkin

2) Mengurangi keadaan cacat sebanyak mungkin

3) Melatih orang dengan sisa keadaan cacat badan untuk dapat hidup dan

bekerja dengan apa yang tinggal padanya (Moestari, 1992)

c. Program rehabilitasi medik dalam penatalaksanaan nyeri

1) Istirahat

Istirahat merupakan tindakan awal dalam mengatasi nyeri

terutama pada radang yang akut. Istirahat bersifat :

a) Istirahat sistemik atau total (tempat tidur)

b) Istirahat lokal dengan bantuan bidai

c) Istirahat selingan yaitu pada waktu tertentu selama pagi dan siang

hari (Tulaar, 1995)

2) Terapi latihan

Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan

rentang sendi (ROM), mengajar kembali (re-edukasi) dan menguatkan

otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik, memungkinkan

sendi berfungsi secara biomekanik lebih baik, meningkatkan fungsi

3) Terapi modalitas fisik

a) Terapi listrik

Terapi listrik berupa TENS digunakan untuk mengurangi

nyeri melalui kerjanya menaikkan ambang rangsang nyeri (Tulaar,

1995).

b) Terapi air

Air sebagai terapi digunakan terutama dalam memberikan

latihan. Daya apung air akan membuat ringan bagian atau

ekstremitas yang direndam sehingga sendi lebih mudah

digerakkan. Selain itu, suhu air yang hangat membantu

mengurangi rasa nyeri (Tulaar, 1995).

c) Terapi laser

Terapi laser pada dekade terakhir ini mulai populer

digunakan pada osteoartritis untuk mengurangi nyeri (Tulaar,

1995).

d) Terapi panas

i) Efek fisiologi terapi panas

Mekanisme perubahan panas ditimbulkan dari alat ke

sasaran terapi, melalui sistem : konduksi, konveksi, radiasi,

konversi dan evaporasi. Perubahan fisiologis sebagai respon

terhadap terapi panas bervariasi tergantung dari intensitas,

lamanya terapi dan area yang mendapat terapi itu.

Efek terapi panas terbagi atas tingkat ringan dan tingkat

dan berat apabila temperatur mencapai 40 - 45o C. Pada

temperatur ini terjadi hiperemia atau bercak merah yang

menandakan peningkatan aliran darah. Temperatur lebih dari

45o C, dapat menimbulkan nyeri termal dan kerusakan kulit

menetap. Meningkatnya temperatur jaringan akan

meningkatkan aliran darah, sebagai akibat respon vasodilatasi

pembuluh darah superfisial. Kelancaran aliran darah

membawa panas dari area tersebut sedangkan darah dari

tempat relatif dingin pindah ke area ini, sehingga penumpukan

panas dapat dihindari. Bila tingkat terapi panas dicapai, reflex

heating di area yang lain dapat juga terjadi. Artinya,

pemanasan lokal mempunyai dua efek yaitu efek langsung dan

efek tak langsung. Contohnya, bila terapi panas dilakukan di

area pinggang bawah, terjadi pula kelancaran pembuluh darah

dan vasodilatasi di daerah ekstremitas distal.

Ketika temperatur otot meningkat yaitu pada terapi panas

penetrasi dalam, firing rate muscle spindle afferent (tipe II)

menurun, tetapi organ golgi tendon (tipe Ib) meningkat. Hasil

resultante, menurunkan aktivitas alfa motor neuron yang

mengawali penurunan aktivitas tonus otot, selanjutnya

menghilangkan spasme otot. Efek tersebut di atas tidak terjadi

apabila pemanasan dilakukan superfisial. Namun demikian

terdapat efek tak langsung dari peningkatan temperatur kulit

efferen. Dengan demikian memproduksi pula penurunan

firring rate dan penurunan aktivitas alfa motor neuron.

Terapi panas juga mempunyai efek terhadap

penanggulangan nyeri. Bebas nyeri akan mengurangi spasme

otot, demikian pula sebaliknya (Jatim, 2000).

ii) Tujuan terapi panas

(1) Pengurangan nyeri

(2) Pengurangan spasme otot

(3) Tissue extensibility (Jatim, 2000)

iii) Indikasi terapi panas

(1) Efek analgesik (terutama) : neuralgia, sprain atau strain,

articular problem, kekakuan otot, nyeri otot, ”trigger point”

syndrome

(2) Efek anti peradangan

(3) Efek relaksasi

(4) Efek sedatif

(5) Meningkatkan suhu jaringan

(6) Vasodilatasi (Hamid, 1992)

iv) Kontraindikasi terapi panas

(1) Radang akut

(2) Trauma akut, sampai lenyapnya reaksi akut, biasanya

setelah 72 jam

(3) Gangguan vascular : obstruksi vena, insufisiensi arterial

(4) Hemorrhagic diathesis atau gangguan koagulasi

(5) Malignacy, kecuali dalam paket bersama terapi radiasi atau

khemoterapi

(6) Penyakit jantung koroner – tidak absolut

(7) Gangguan sensasi – tidak absolut

(8) Bayi dan orang yang sangat tua – tidak absolut

(9) Kontraindikasi khusus dari alat (Hamid, 1992)

v) Macam terapi panas

Menurut efek kedalaman panas yang dapat ditembus,

terapi panas dibagi menjadi dua macam, yaitu:

(1) Terapi panas dangkal

Terapi panas dangkal adalah jenis terapi panas yang

efeknya meningkatkan suhu kulit dan jaringan bawah kulit

bagian atas. Terapi panas dangkal ini biasanya digunakan

untuk :

(a) Meningkatkan suhu sendi-sendi yang superfisial

(misalnya tangan, dimana memiliki jaringan kulit ari

yang relatif lebih tipis)

(b) Meningkatkan suhu pada struktur-struktur yang lebih

dalam, melalui mekanisme reflek

(c) Meningkatkan suhu jaringan kolagen untuk

Terapi panas dangkal dibagi atas dua kelompok,

yaitu :

(a) Kelompok ”dry heat” (panas kering)

(i) Kompres botol air panas

(ii) Kompres bantal pemanas tenaga listrik

(iii) Lampu infra merah

(iv) Lampu biasa

(b) Kelompok “moist heat” (panas basah)

(i) Kompres kain air panas

(ii) Hydrocollator pack

(iii) Mandi uap panas

(iv) Mandi air hangat (104 - 107o F)

(v) Paraffin wax bath

Terapi panas dangkal umumnya memerlukan waktu

sekitar 20 - 30 menit untuk 1 kali terapi, sehari dapat

dilakukan 2 - 3 kali. Di klinik rehabilitasi medik,

umumnya untuk mendahului manipulasi selanjutnya agar

rasa nyeri berkurang, fleksibilitas jaringan ikat bertambah

dan jika ada kekakuan otot, kekakuannya berkurang

(Hamid, 1992).

(2) Terapi panas dalam

Terapi panas dalam atau diathermi merupakan terapi

panas yang efeknya sampai pada jaringan intraartikuler.

Diathermy), MWD (Micro Wave Diathermy), USD (Ultra

Sound Diathermy).

(a) SWD (Short Wave Diathermy)

SWD merupakan suatu arus osilasi yang

berfrekuensi tinggi (27,12 MHz) dengan panjang

gelombang 11 m. Arus ini memancarkan gelombang

radio, sehingga dapat mengganggu alat-alat elektronik

yang lain. Proses timbulnya panas tergantung metode

yang digunakan.

Pada penggunaan SWD terdapat dua macam

metode, yaitu :

(i) Metode kondensor

Pada metode ini, jaringan tubuh berada dalam

medan elektrostatik yang dikeluarkan oleh

elektroda-elektroda. Elektroda yang dipakai bisa

jenis glass, drum atau plastik, rubber pad. Oleh

pengaruh medan elektrostatik tersebut, dalam

jaringan terjadi peristiwa vibrasi ion, rotasi molekul

dipole dan distorsi elektron yang semuanya ini

menimbulkan panas dalam jaringan. Hampir

seluruh lapisan jaringan yang berada diantara kedua

elektroda mendapatkan energi panas. Banyak

sedikitnya panas yang timbul pada tiap jaringan

jaringan-jaringan tadi. Distribusi tersebut

dipengaruhi oleh konduktifitas jaringan dan

kedalaman letak jaringan. Jaringan yang bersifat

konduktor dan superfisial mendapatkan lebih

banyak panas.

(ii)Metode kabel

Pada metode kabel ini, jaringan tubuh berada dalam

medan elektromagnetik. Elektromagnetik yang

digunakan berupa kabel yang dililitkan atau berupa

kabel yang berbentuk spiral dalam suatu aplikator

(misalnya : monode, minode, diplode). Medan

elektromagnetik yang mengenai tubuh akan

menimbulkan arus induksi eddy current. Eddy

current ini yang menimbulkan panas dalam

jaringan tersebut. Pengurangan panas ini terutama

timbul pada jaringan yang konduktor dan pada

lapisan superfisial (otot, jaringan yang banyak

mengandung cairan).

Nyeri kebanyakan disebabkan oleh cedera pada

tendon, kapsul, bursa, ligamen. Mengingat bahwa

jaringan yang mengalami gangguan terletak cukup

dalam, maka untuk terapi ini perlu dipilih jenis

modalitas terapi panas yang dapat mencapai daerah

SWD mempunyai daya tembus yang paling dalam.

Metode yang paling efektif adalah metode kondensor

karena metode ini dapat mencapai semua lapisan

jaringan yang berada dalam medan elektrostatik.

Pengaturan dosis ditentukan oleh stadium dari

kondisi. Berdasarkan penelitian, efek terapeutik

diperoleh secara optimal bila suhu jaringan mencapai

43 - 44o C selama 10 - 30 menit dengan frekuensi 2

kali sehari.

Dosis pemanasan terbagi dalam dua kategori :

(i) Benar-benar hangat

Mencapai rasa hangat yang maksimal mendekati

batas toleransi, relatif lama dan kenaikan yang

cepat. Dosis ini diberikan pada kondisi kronis.

Misalnya telah ada tanda-tanda kontraktur,

scarring, ketegangan kapsul sendi dan struktur

periartikuler. Dosis ini tidak boleh diberikan pada

kondisi akut.

(ii)Hangat yang ringan

Kenaikan suhu jaringan yang menjadi sasaran

terapi relatif ringan. Untuk mendapatkan dosis ini,

pemanasan dikonsentrasikan pada lapisan jaringan

yang lebih superfisial. Misalnya dengan

lebih singkat. Dosis ini diberikan pada kondisi sub

akut (Mardiman, 1989).

(b) MWD (Micro Wave Diathermy)

MWD juga merupakan arus osilasi, tetapi

frekuensinya lebih tinggi dibanding SWD. MWD

digunakan dalam klinik pada umumnya berfrekuensi

433,92 MHz, panjang gelombang 69 cm atau frekuensi

2450 MHz, panjang gelombang 12,25 cm. Dari

elektroda MWD akan terpancar gelombang

elektromagnetik. Daya tembus gelombang

elektromagnetik ini ditentukan oleh komposisi

jaringan. Semakin banyak kandungan cairan, semakin

dangkal daya tembusnya. Rata-rata mempunyai daya

tembus sekitar 3 cm (Mardiman, 1989). MWD biasa

diberikan selama 10 - 15 menit dengan frekuensi 2 kali

sehari.

(c) USD (Ultra Sound Diathermy)

USD merupakan salah satu dari terapi panas

dalam yang mempunyai frekuensi lebih dari 20.000

cycle/detik (Hz). Pada umumnya gelombang ultra

sound yang dipergunakan untuk terapi mempunyai

frekuensi antara 0,7 - 3,3 MHz untuk absorpsi

maksimal dengan kedalaman 2 - 3 cm (Cameron,

Ukuran dosis yang ditentukan pada USD meliputi :

(i) Mode

Mode continuous akan menghasilkan panas pada

jaringan jika intensitas yang digunakan adekuat,

sedangkan intermitten mempunyai intensitas rata-

rata dan waktu yang lebih pendek, maka rasa

panasnya diabaikan. Contoh 0,5 W/cm2 pada

intermitten dengan 1 : 4 akan menghantarkan

energi yang sama pada mode continuous dengan

0,1 W/cm2. Mode continuous diperuntukkan pada

kelainan muskuloskeletal seperti kekakuan otot,

stiffness sendi dan nyeri sedangkan mode

intermitten dipilih untuk kasus perbaikan jaringan.

(ii)Frekuensi

USD dengan frekuensi yang rendah mempunyai

penetrasi yang lebih dalam, tetapi energi yang lebih

besar dihasilkan oleh frekuensi tinggi (3 MHz)

yang diserap oleh jaringan superfisial.

(iii)Intensitas

Intensitas yang digunakan pada USD berkisar

antara 2 – 3 W/cm2.

(iv)Lama terapi

Lama masing-masing terapi tergantung dari luas

menyebutkan waktu 1 menit untuk daerah yang

diterapi dengan luas 10 cm2 dengan transduser

yang berpenampang 1 cm2.

(v) Frekuensi terapi

Pada keadaan akut terapi yang dilakukan 1 – 2 kali

sehari dan 2 – 3 kali perminggu untuk kondisi

kronik (Low, 2000).

e) Terapi dingin

Alat-alat terapi dingin seperti cold pack, cool whirlpool dan

ice masase sering dipakai untuk mengatasi nyeri dan

pembengkakan, sangat efektif untuk mengurangi kekakuan otot.

Metode yang mendasari terapi dingin adalah sistem konduksi dan

konveksi (Jatim, 2000).

i) Efek fisiologi terapi dingin

Ketika permukaan kulit didinginkan, respon awal adalah

vasokontriksi pembuluh darah superfisial. Apabila

pendinginan dilangsungkan lebih lama, terjadi pula efek pada

jaringan yang lebih dalam sehingga menimbulkan penurunan

aktivitas muscle spindle. Dengan demikian kekakuan otot

berkurang. Perubahan temperatur jaringan sebagai respon

terhadap terapi dingin dapat terjadi sampai kedalaman 1 – 4

cm, tergantung dari temperatur , frekuensi dan lamanya terapi.

Penurunan temperatur jaringan sampai 10o C atau dibawahnya

ii) Tujuan terapi dingin

(1) Pengurangan nyeri

(2) Pengurangan kekakuan otot

(3) Pengurangan peradangan

(4) Pengurangan pembengkakan

(5) Menghentikan perdarahan (Jatim, 2000)

iii) Indikasi terapi dingin

(1) Trauma akut

(2) Rheumatoid artritis, gouty artritis, dan semua artritis akut

(3) Kekakuan otot

(4) Myofascial pain syndrome

(5) Luka bakar derajad II (Hamid, 1992)

iv) Kontaindikasi terapi dingin

(1) Gangguan vascular : raynaud phenomena, ischemic lokal

dan statis

(2) Alergi terhadap dingin

(3) Gangguan renal yang berat

(4) Gangguan kardiovaskuler yang berat (Hamid, 1992)

v) Macam terapi dingin

(1) Cold pack

Bahan dasar cold pack sebagian besar adalah vinyl

yang diisi campuran air dengan beberapa bahan yang dapat

menghambat air membeku (umumnya gel silika) sehingga

bentuk daerah yang akan diterapi. Sebelum digunakan,

pack disimpan dahulu pada suhu dibawah 0o C (-5o C

sampai -12o C) minimal selama 2 jam. Cold pack bisa juga

berbentuk ice pack yaitu serpihan es yang dibungkus

dengan kain atau handuk. Perhatian untuk terapi cold pack

harus dibungkus dengan handuk basah untuk mencegah

luka bakar. Karena handuk basah bisa mencegah dingin

yang berlebih sehingga pack yang kontak dengan kulit

tidak bersuhu dibawah 10º C. Waktu terapi selama 10

menit dan diberikan 3 kali sehari (Low, 2000).

(2) Ice masase

Ice masase biasa digunakan pada area terapi yang

kecil seperti muscle belly, tendon atau bursa bahkan trigger

point sebelum dilakukan deep pressure masase. Teknik ini

sangat mudah digunakan dan dapat dilakukan penderita

sendiri di rumah. Ice masase dilakukan dengan es batu,

bisa juga dengan es batu yang dibungkus dengan tempat

tertentu, atau es yang berbentuk lolipop. Terapi ice masase

bertujuan untuk mengurangi nyeri. Balok es digerakkan

pada permukaan kulit dengan gerakan sirkuler yang lambat

selama 5 – 10 menit. Selama terapi penderita akan merasa

dingin seperti terbakar kemudian nyeri sebelum mati rasa

(3) Evaporaty sprays

Adalah metode terapi dingin dengan prinsip

menyemprotkan cairan yang diuapkan pada permukaan

kulit. Ada dua jenis bahan evaporaty sprays yang

digunakan untuk terapi, yaitu florometan yang tak mudah

menguap dan tak beracun, dan etil klorida yang mudah

menguap. Supaya mendapatkan efek terapi yang lebih

dalam, area yang hendak disemprot diposisikan terulur,

posisi sprayer dengan area yang akan diterapi adalah 45

cm, semprotkan 2 – 3 kali pada area yang diterapi (Low,

2000).

(4) Lokal immersion (cold bath)

Metode ini merupakan metode yang paling sederhana

dari metode-metode yang lain, yaitu hanya mencelupkan

bagian yang akan diterapi ke dalam bak yang berisi air es

(16 – 18o C) selama 10 – 15 menit untuk metode

continuous. Dengan metode continuous pada suhu 10o C

penderita akan merasa kurang nyaman sehingga bisa

digunakan metode intermitten, yaitu dengan mencelupkan

bagian yang diterapi selama 1 detik dan diulang-ulang

Dokumen terkait