• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PEMBAHASAN

VII.1.3 Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Responden

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan terakhir responden sebagian besar

(35,9%) adalah SMP (lihat tabel VI.3). Hal ini dimungkinkan karena wilayah

penelitian ini adalah wilayah perkotaan yang penduduknya mempunyai

kesempatan lebih luas untuk mengenyam pendidikan.

Profesi yang terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga mencapai 56,4%

responden (lihat tabel VI.4). Memang faktor gangguan mekanik pada tubuh

adalah merupakan faktor yang dapat dianggap sebagai penyumbang dalam

terwujudnya osteoartritis (Sidharta, 1994) dan faktor gangguan mekanik ini erat

kaitannya dengan pekerjaan sehari-hari. Sebenarnya dengan profesi ibu rumah

tangga, mereka dapat melaksanakan istirahat setiap saat jika merasa sakit dalam

pekerjaan sehari-harinya. Dengan demikian diharapkan progresivitasnya lambat

dan perubahan keluhan nyeri sendi lutut dapat ditolerir untuk sebagian penderita.

Namun yang perlu diingat adalah bahwa responden yang berprofesi ibu

rumah tangga ini sebanyak 48,7%nya adalah wanita berusia di atas 50 tahun yang

pada penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa faktor usia adalah

merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam mempermudah dan

VII.2 Riwayat Penyakit

VII.2.1 Jenis Osteoartritis Lutut

Jenis osteoartritis bilateral atau dua sisi banyak diderita oleh sebagian

responden, yaitu sebanyak 40 orang atau 51,3% dari total responden (lihat tabel

VI.5). Mengapa penderita osteoartrtis lutut bilateral lebih banyak daripada

osteoartritis lutut unilateral, hal itu dapat disebabkan karena fungsi dari

persendian lutut sebagai salah satu sendi penyangga tubuh yang secara

komprehensif dan simultan tidak dilakukan hanya oleh satu sisi sendi saja,

melainkan oleh kedua sendi lutut. Inilah yang kemungkinan besar menyebabkan

keluhan nyeri dirasakan pada kedua sendi lutut.

Pada penelitian yang dilakukan Reksoprojo (1990) dari 76 pasien

penderita osteoartritis lutut 57 diantaranya atau sekitar 77% mengenai kedua

lututnya (osteoartritis bilateral), sedangkan pada penderita osteoartritis unilateral,

mereka merasakan bahwa lutut yang kanan lebih sering mendapat keluhan

daripada yang kiri. Hal ini dimungkinkan juga karena sisi kanan dari anggota

gerak tubuh kita sebagian besar memang lebih memiliki nilai fungsional daripada

sisi kiri, kecuali bagi mereka yang kidal.

VII.2.2 Jenis Penyakit Selain Osteoartritis Lutut

Pada penelitian ini selain osteoartritis sendi lutut, responden mengalami

gangguan kesehatan lain, terutama dengan gangguan metabolisme tubuh (21,8%),

baik pada responden dengan terapi panas maupun pada responden dengan terapi

dingin mengaku menderita penyakit ini (lihat tabel VI.7).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh ”The Women’s Health and Aging

angina, infark myokard, hipertensi, diabetes mellitus, stroke, penyakit paru,

gangguan pendengaran dan penglihatan (Rachmawati, 2001).

Makin HJ. dalam Isbagio (1995) menyebutkan beberapa faktor metabolik

seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperurisemi dan Calcium pyrophosphate

deposition disease dikatakan juga berperan sebagai faktor predisposisi timbulnya

osteoartritis.

VII.3 Program Rehabilitasi Medik

Upaya rehabilitasi telah lama dikenal sebagai upaya kesehatan terpadu

dan berkesinambungan yang ditujukan untuk mencegah terjadinya impairment

terutama keluhan nyeri (aspek medis), disability sebagai akibat terganggunya

kemampuan aktivitas hidup sehari-hari penderita (aspek sosial ekonomi) dan

handicaps dimana penderita tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya

akibat adanya hambatan fisik, psikologis, sosial, vokasional dan lingkungan di

sekeliling penderita yang tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitasnya

terutama aktivitas dengan penumpu berat badan (Santoso, 2000) atau jika telah

terjadi kecacatan maka upaya rehabilitasi medik diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan fungsional pasien semaksimal mungkin. Jelas rehabilitasi masa kini

lebih ditekankan pada pencegahan keadaan cacat sedini mungkin.

Sebagian besar responden (98,7%) mengetahui upaya rehabilitasi medik

ini dari dokter (lihat tabel VI.8). Hal ini wajar mengingat bagi masyarakat awam

seorang dokter dianggap mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk

melakukan tindakan terhadap diri si sakit demi pencapaian kesembuhannya

(Sarwono, 1993).

Berdasarkan pihak yang menganjurkan untuk mengikuti rehabilitasi

medik 98,7% responden menyebutkan bahwa dokterlah yang menganjurkan

mereka untuk mengikuti rehabilitasi medik. Menurut Parsons dalam Sarwono

(1993) walaupun dokter dan pasien mempunyai tujuan yang sama, yaitu

kesembuhan si pasien, hubungan dokter dan pasien bersifat asimetris. Dokter

mempunyai kedudukan yang lebih tinggi karena pengetahuannya di bidang

medis, sedangkan si pasien biasanya awam dalam bidang itu serta membutuhkan

pertolongan dokter. Oleh sebab itu kebanyakan pasien bersedia bekerjasama dan

tidak menentang kehendak dokter sehingga konsensus dapat dicapai. Hal ini

tidaklah berarti bahwa pasien memahami apa yang disarankan oleh dokter,

melainkan karena si pasien percaya bahwa dokter tahu apa yang dilakukannya

dan saran tersebut adalah demi kebaikan diri pasien itu sendiri.

VII.4 Karakteristik Nyeri

VII.4.1 Awal Nyeri Lutut

Nyeri yang timbul pada awalnya ringan, sehingga pada beberapa

penderita nyeri ini tidak dirasakan. Terdapat 47,4% dari responden penelitian ini

yang merasakan nyeri sejak 1 tahun yang lalu atau lebih (lihat tabel VI.10),

mengingat nyeri lutut karena osteoartritis biasanya timbul pelan-pelan tetapi

kemudian dapat menjadi nyeri hebat yang mungkin tidak tertahankan (Kalim,

Bila nyeri dirasakan lebih lama dari perjalanan penyakit, artinya rasa

nyeri masih menetap sesudah penyembuhan penyakit atau dengan kelainan

kronis, maka disebut sebagai nyeri kronis. Kelainan ini dapat somatik atau

psikologik atau keduanya. Definisi tersebut seringkali diberi batasan parameter

waktu, beberapa ahli menyatakan 3 bulan, sedang ahli lain memberi batasan 6

bulan atau lebih (Darmojo, 1999).

Menurut Park B. dan Fulton dalam Darmojo (1999) pada lansia penilaian

dan pengobatan yang teliti pada penderita nyeri kronis dapat memberikan hasil

yang memuaskan. Pada penelitiannya didapatkan 66% lansia yang dirawat di

panti rawat werdha menderita nyeri kronis, dan dari 66% tersebut 36% yang tidak

terdeteksi sebelumnya. Para lansia sering tidak melaporkan rasa nyeri dan tanda-

tanda lain yang berkaitan dengan nyeri. Keengganan ini mungkin dikarenakan

adanya anggapan bahwa rasa nyeri itu umum didapatkan pada usia yang sudah

lanjut.

VII.4.2 Waktu Nyeri Lutut

Secara keseluruhan didapatkan sebanyak 80,8% responden atau sekitar 63

orang mengatakan bahwa nyeri yang mereka alami lebih banyak terjadi pada

waktu yang tidak menentu (lihat tabel VI.11). Pada osteoartritis nyeri paling

hebat pada malam hari, pada pagi hari masih terasa nyeri tetapi lebih ringan dan

membaik pada siang hari (Isbagio, 1995).

VII.4.3 Frekuensi Serangan Nyeri

Nyeri kronis berhubungan dengan kelainan patologis yang telah

kronis ini umumnya tidak terlokalisir dengan jelas dan berlangsung terus menerus

(kontinyu).

Pada penelitian ini sebagian besar responden (83,3%) baik pada

responden dengan terapi panas maupun responden dengan terapi dingin

menyebutkan frekuensi serangan nyeri sebelum menjalani terapi adalah nyeri

yang terjadi secara kontinyu. Setelah mengikuti terapi, sebagian besar responden

(78,2%) mengalami penurunan frekuensi dengan hanya mendapat serangan nyeri

saat beraktivitas yang lebih berat dari aktivitas sehari-hari, dan 7,7% responden

tidak merasakan nyeri lagi. Selengkapnya dapat lihat tabel VI.12 dan VI.13.

Dokumen terkait