TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Teori Penawaran
Penawaran (supply) dari suatu barang didefinisikan sebagai sejumlah barang
yang akan ditawarkan oleh penjual atau produsen di pasar pada berbagai tingkat
harga pada waktu dan keadaan tertenu (Lukman, 2007 : 24). Penawaran dapat
didefinisikan sebagai jumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen
pada berbagai tingkat harga. Hukum penawaran menyatakan bahwa “semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan
18
ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya makin rendah harga sesuatu barang
semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan”(Sukirno, 2010 :86). Penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor (Laili dan Pristyadi, 2013:22) ,
diantaranya yaitu :
a) Jumlah pedagang.
b) Harga faktor produksi.
c) Harga barang alternatif.
d) Harapan para pedagang (produsen) terhadap harga barang-barang
mendatang.
e) Perubahan teknologi.
2.4 Ekspor
Ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri untuk di jual di luar negeri (Mankiw, 2012: 185). Kegiatan ekspor
termasuk ke dalam kegiatan pedagangan internasional yang melibatkan dua
negara atau lebih. Perkembangan ekspor suatu komoditas dipengaruhi oleh
beberapa faktor, menurut Mankiw (2012:185) berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi:
a) Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan
luar negeri.
b) Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri.
c) Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan
19
d) Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negeri.
e) Ongkos angkutan barang antarnegara.
f) Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.
Darmansyah (1986) dalam Soekartawi (2003 : 122) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor yang dirinci sebagai
berikut:
a. Harga Internasional
Makin besar selisih antar harga di pasar Intersional dengan domestik
akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor akan menjadi
bertambah banyak. Naik turunnya harga tersebut disebabkan oleh :
i. Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan
tingginya inflasi di pasaran domestik akan menyebabkan harga di
pasaran domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi
tersebut jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin
menurun.
ii. Harga di pasaran internasional semakin meningkat dimana harga
internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan
permintaan impor dunia. Suatu komoditas di pasaran dunia
meningkat sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik
tersebut stabil, maka selisih harga internasional dan harga domestik
semakin besar. Akibat dari kedua hal di atas akan mendorong ekspor
20
b. Nilai Tukar Uang (Exchange Rate)
Menurut Branson (1979) dalam Soekartawi (2003 : 122) makna
kebijakan nilai tukar uang adalah dimaksudkan untuk memperbaiki neraca
pembayaran defisit melalui peningkatan ekspor. Efek dari kebijakan nilai
tukar uang adalah berkaitan dengan kebijakan devaluasi (yaitu penurunan
mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri) terhadap ekspor–impor
suatu negara. Ekspor–impor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain elastisitas harga untuk ekspor, elastisitas harga untuk impor dan
daya saing komoditas tersebut di pasaran internasional. Apabila elastisitas
harga untuk ekspor lebih tinggi daripada elastisitas harga untuk impor maka
devaluasi cenderung menguntungkan dan sebaliknya jika elastisitas harga
untuk impor lebih tinggi daripada harga untuk ekspor maka kebijakan
devaluasi tidak menguntungkan.
c. Kuota Ekspor-Impor
Adanya kuota ekspor bagi negara produsen komoditi tertentu maka
ekspor komoditi tersebut akan mengalami hambatan terutama bagi
negara-negara penghasil komoditi yang jumlahnya relatif sedikit. Oleh karena pada
saat harga di pasaran internasional tinggi misalnya sebagai akibat kerusakan
komoditi tersebut, maka negara-negara penghasil komoditi yang relatif
sedikit tersebut tidak bisa memanfaatkan keadaan.
d. Kebijakan Tarif dan Nontarif
Kebijakan tarif biasanya dikenakan untuk komoditi impor atau komoditi
21
negeri pada tingkatan tertentu sehingga dengan harga tersebut dapat atau
mampu mendorong pengembangan komoditi tersebut. Disamping kebijakan
tarif dikenakan kebijakan nontarif. Maksudnya untuk mendorong tujuan
diversifikasi tujuan ekspor.
2.5 Harga
Soviandre, dkk (2014 : 3) harga barang merupakan aspek pokok dalam
pembahasan teori ekonomi dan pembentukan harga dari suatu barang terjadi di
pasar melalui suatu mekanisme. Terdapat dua hal pokok dalam mekanisme ini,
yaitu penawaran dan permintaan dari barang tersebut. Apabila kuantitas barang
yang diminta melebihi kuantitas barang yang ditawarkan maka harga akan naik.
Sebaliknya apabila kuantitas barang yang ditawarkan lebih banyak dari pada
kuantitas barang yang diminta, maka harga cenderung turun.
Sedangkan menurut Budiono (2001:87) dalam Soviandre, dkk (2014 : 3)
tingginya harga merupakan ciri atas kelangkaan dari barang tersebut. Ketika
sampai pada tingkat harga tertinggi, konsumen akan cenderung menggantikan
barang tersebut dengan barang alternatif yang relatif lebih murah dan mempunyai
kesamaan guna. Lipsey (1995:125) dalam Soviandre, dkk ( 2014 : 3), harga dan
kuantitas penawaran suatu komoditi mempunyai hubungan secara positif. Apabila
semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah yang ditawarkan oleh penjual
semakin banyak. Harga adalah jumlah nilai yang ditukar konsumen atas perolehan
22
sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa (Kotler, 2001 : 438
dalam Soviandre, dkk, 2014 : 3).
2.6 Kurs
Kurs atau nilai tukar (exchange rate) merupakan jumlah uang domestik
yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Nilai Kurs valuta
asing akan berbeda dengan nilai mata uang suatu negara. Misalnya nilai antara
Dollar Amerika dan Rupiah, Dollar Amerika dan Yen Jepang. Disamping itu nilai
kurs valuta asing dari waktu ke waktu dapat mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran dalam
valuta asing dan juga dapat ditentukan oleh Pemerintah (Murni, 2006 : 244).
Soviandre, dkk (2014 : 3) menyatakan bahwa valuta asing atau kurs adalah
tingkat harga yang telah disepakati oleh kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan. Menurut Mankiw,dkk (2006:128) kurs biasa disebut sebagai valuta
asing ataupun nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.
Nilai tukar berkaitan dengan nilai mata uang yang akan digunakan dalam
perdagangan Internasional.Terdapat dua jenis nilai tukar, yaitu :
1) Nilai Tukar Nominal
Menurut Mankiw, dkk (2012:193) nilai tukar nominal (nominal
exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar
mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Pada nilai tukar
23
nilai tukar nominal mengalami apresiasi dan nilai tukar nominal
mengalami depresiasi.
2) Nilai Tukar Riil
Menurut Mankiw, dkk (2012:194), nilai tukar riil (exchange rate)
adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan
jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain. Nilai
tukar riil ini mengukur harga barang dan jasa yang tersedia di dalam
negeri terkait dengan barang dan jasa yang tersedia di negara lain.
Kaitannya nilai tukar nominal dan nilai tukar riil adalah bahwa nilai
tukar riil bergantung pada nilai tukar nominal dan pada harga barang di
dua negara yang diukur dalam mata uang lokasi.
2.7 Produksi
Assauri (2014 : 126) dalam Soviandre, dkk (2014 : 3) menyatakan bahwa produksi merupakan kegiatan dalam menciptakan dan menambah nilai kegunaan
suatu barang atau jasa. Kegiatan yang membutuhkan faktor-faktor produksi dalam
ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja dan skill. Tingginya produksi juga
berpengaruh pada tingginya penawaran. Sedangkan menurut Lukman (2007 : 13),
mengemukakan bahwa produksi kegiatan/proses untuk menghasilkan barang dan
jasa.
Penawaran suatu komoditi dipengaruhi oleh beberapa jumlah barang yang
dihasilkan oleh produsen/penjual. Produksi domestik akan menyuplai persediaan